Dosen MK :
Dr. Dra. Aaltje Sofietje Pangemanan, MM
Disusun Oleh :
Sweet Glory Kumontoy
NIM: 21504050
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia adalah makhluk yang kompleks, dimana dapat disebut sebagai makhluk yang
dapat berfikir (homo sapiens); makhluk yang berbuat (homo faber); mahluk yang dapat dididik
(homo educandum). Manusia merupakan kesatuan dari makhluk individu dan sosial, kesatuan
jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk Tuhan.Artinya manusia merupakan kesatuan individu
yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Uraian tentang manusia di atas perlu kita pahami untuk mengetahui karakter dari masing-
masing peserta didik.Maka dari itu kami menyusun makalah dengan judul Karakteristik Dan
Perbedaan Individu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari penyusunan makalah dengan judul “Karakteristik Dan
Perbedaan Individu” ini dapat ditarik beberapa rumusan masalah yaitu:
C. Tujuan
1. Memahami ciri dan sifat atau karakteristik umum individu.
2. Mengenal aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan individu.
3. Memahami makna pertumbuhan dan perkembangan, karakteristik dan hukum-hukum
pertumbuhan dan perkembangan.
4. Memahami karakteristik siswa sekolah menengah untuk mempersiapkan rencana
kegiatan dalam proses belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
Pokok isi uraian yang disajikan pada bab ini adalah karakteristik individu secara umum.
Untuk memahami karakteristik individu tersebut, perlu terlebih dahulu dipahami apa yang
dimaksud dengan individu itu.
1. Pengertian Individu
"Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Sejak
ratusan tahun lalu, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik objek formal yang
mempersoalkan hakikat manusia maupun objek material yang mempersoalkan manusia sebagai
apa adanya manusia dan dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia
sebagai mahluk yang berpikir atau "homo sapiens", mahluk yang berbentuk atau "homo faber",
mahluk yang dapat didik atau "homo educandum", dan seterusnya merupakanpandangan
pandangan tentang manusia yang dapat digunakan untuk menetapkan cara pendekatan yang akan
dilakukan terhadap manusia tersebut. Berbagai pandangan itu membuktikan bahwa manusia
adalah mahluk yang kompleks. Kini bangsa indonesia telah menganut suatu pandangan, bahwa
yang dimaksud manusia secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang merupakan
pengejawantahan menunggalnya berbagai ciri atau karakter hakiki atau sifat kodrati manusia
yang seimbang antarberbagai segi, yaitu antara segi (i) individu dan sosial, (ii) jasmani dan
rohani, dan (iii) dunia dan akhirat. Keseimbangan hubungan tersebut menggambarkan
keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya, manusia dengan sesama manusia, manusia
dengan alam sekitar atau lingkungan, dan manusia dengan Tuhan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat
merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang diiginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Jadi anak dibantu oleh
guru, orang tua, dan orang dewasa lainnya dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan
yang diiginkan.
2. Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan
karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan.Karakter-karakter bawaan merupakan
karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun
faktor sosial psikologis.Pada masa lalu ada keyakinan, kepribadian terbawapembawaan
(heredity) dan lingkungan; merupakan dua faktor yang terbentuk karena faktor terpisah, masing-
masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan
caranya sendiri-sendiri. Namun kemudian makin disadari bahwa apa yang dipikirkan dan
dikerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja atau dewasa,
merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang
diturunkan dan dipengaruhi lingkungan.
B. Perbedaan Individu
Dari bahasa bermacam-macam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang
menonjol, yaitu (i)semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola
perkembangan dan (ii) di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan
manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda.
Perbedaan-perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan bukan
kualitatif. Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau
kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut.
Setiap orang, apakah ia seorang anak atau orang dewasa, dan apakah berada di suatu
kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu menunjukkan kedudukan seseorang
sebagai orang perorangan atau perseorangan.Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan
orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan sifat orang
yang sátu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan
individual. Maka "perbedaan" dalam "perbedaan individual" menurut Landgren (1980: 579)
menyangkut variansi yang terjadi, baik variansi pada aspek fisik maupun psikologis seorang ibu
memiliki seorang bayi, bertutur balwa bayinya banyak menangis, banyak bergerak, dan kuat
minum. Ibu lain juga memiliki seorang bayi, menceritakan bahwa bayinya pendiam, banyak
tidur, tapi kuat minum cerita kedua ibu itu telah menunjukkan halwa kedua bayi itu memiliki ciri
dan sifat yang berbeda satu sama lainnya.
1. Bidang-bidang Perbedaan
Perbedaan dalam kualitas atau ciri-ciri adalah berjenjang. Tidak ada penggolongan anak-
anak ke dalam satu kategori atau sama sekali tidak termasuk dalam suatu kategori. Seorang anak
dapat dikategorikan intelijen, berminat atau tidak berminat, dapat mengontrol emosi sepenuhnya
atau betul-betul sangat terganggu emosinya, 100% siap untuk melakukan kegiatan belajar
tertentu atau berada pada tingkat nol dalam kesiapan belajarnya. Faktor faktor luar dari individu
sekalipun seperti pengaruh keluarga, kesempatan pendidikan sebelumnya, kurikulum yang
ditawarkan, dan teknik-teknik mengajar tidak sepenuhnya baik dan juga tidak sepenuhnya jelek.
Aspek-aspek tingkah laku yang mana pun atau faktor-faktor pengaruh yang mana pun dari
individu mempunyai tingkat derajat perbedaan dan bukan berbeda secara absolut dari individu
yang lain. Apalagi, di dalam diri individu sendiri ada perbedaan dalam bermacam-macam aspek
dari keseluruhan kepribadiannya. Tetapi karena tidak ada satu sifat pun yang berdiri sendiri,
berfungsinya satu sifatakan mempengaruhi sifat lainnya, maka semua sifat-sifat itu
mempengaruhi keseluruhan pola tingkah laku individu. Seorang anak yang telah mengetahui
makna makna tentang kerajinan bagi dirinya dan orang lain, ia akan mempraktekkan berbuat
rajin di sekolah maupun di rumah.
Selanjutnya, banyak individu cenderung berbeda tetapi perbedaan itu hanya sedikit dalam
kaitannya dengan sifat atau kondisi, jadi mereka berada dalam kelompok sekitar rata-rata dari
suatu distribusi.Dengan demikian penyimpangan-penyimpangan mulai berkurang kea rah
ekstrem, fakta ini menambah kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk semua anak yang
memiliki perbedaan individu yang mungkin ada diantara pelajar dalam beberapa aspek
kepribadiannya.Jumlah dan macam pengalaman sebelumnya dan pengetahuan yang dibawa
individu kesituasi tertentu mempengaruhi kepastiannya untuk belajar pada tingkat selanjutnya
atau sikap terhadap mata pelajaran tersebut. Jika siswa merasa (benar atau salah) bahwa ia telah
mengetahui banyak tentang isi dari suatu mata pelajaran tersebut dan akibatnya mereka dapat
mengalami kegagalan dalam mata pelajaran selanjutnya.
1. Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis bertindak kelamin, pendengaran,
penglihatan, dan kemampuan.
2. Perbedaan sosial termasuk hubungan keluarga, suku, status, ekonomi, dan agama.
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap
4. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh terhadap perilaku mereka di rumah maupun
di sekolah. Gejala yang dapat diamati adalah bahwa mereka menjadi lebih atau kurang dalam
bidang tertentu dibandingkan dengan orang lain. Sebagian manusia lebih ,apu dalam bidang seni
atau bidang ekspresi yang lain, seperti olahraga dan keterampilan, sebagian lagi dapat mampu
dalam bidang kognitif atau berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
a. Perbedaan Kognitif
Menurut Bloom, proses belajar, baik disekolah maupun diluar sekolah, menghasilkan tiga
pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taksonomi bloom, yaitu kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik kemampuan kognitif merupakan kemampuan yangberkaitan dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang inemiliki persepsi tentang pengamatan
atau penyerapan atas suatu objek. Berarti ia menguasai sesuatu yang diketahui, dalam arti pada
dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk
menjadi miliknya. Setiap saat, bila diperlukan, pengetahuan yang dimilikinya itu dapat
diproduksi.Banyak atau sedikit, tepat atau kurang tepat pengetahuan itu dapat dimiliki dan dapat
diproduksi kembali dan ini merupakan tingkat kemampuan kognitif seseorang.
Perkembangan bahasa dan seni merupakan lahan yang subur untuk penelitian bagi para
psikologi dan pendidik banyak penelitian eksperimental telah dilakukan dengan tujuan untuk
menemukan faktor faktor psikologis yang mendasari keberhasilan atau kegagalan dalam
penguasaan bahasa. Guru yang berpengalaman menyadari adanya fakta bahwa siswa-siswa
berbeda secara luas dengan kekuatan atau kemampuan untuk menguasai dan memahami bahasa
lisan dan tertulis serta kemampuan mereka untuk mengekspresikan diri secara tepat individu-
individu yang memasuki kegiatan-kegiatan di sekolah formal, pada dasarnya telah membawa
kebiasaan-kebiasaan sebagai hasil belajar, baik dari lingkungan pendidikan prasekolah maupun
dari latar belakang kehidupan sebelumnya. Pengaruh-pengaruh dari lingkungan keluarga tidak
hanya terbatas pada pola-pola pikimya secara dini dan pola mengekspresikan, tetapi juga seluruh
kondisi yang ada di rumah pengaruh-pengaruh tersebut secara berkelanjutan akan terus
memperlancar atau sebaliknya menghambat kemajuan berbahasa anak apabila latar belakang
keluarga kaya dengan kultur, anak akan mendapat keuntungan dalam hal perbendaharaan bahasa
dan seni: demikian halnya pada kondisi sebaliknya logis bahwa anak-anak yang masuk sekolah
dasar sekitar umur 6 tahun, tingkat kematangan mental dan kemampuan berbahasa mereka
berbeda-beda. Pengalaman pengalaman dan kematangan anak sebelumnya merupakan faktor
pendorong perkembangan anak dalam berbagai kemampuan, termasuk kemampuan berbahasa.
Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat manapun, perbedaan latar belakang dan
pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas
dari potensi individu untuk menguasai bahan belajar.Pengalaman-penmgalaman belajar yang
dimiliki anak di rumah mempengaruhi kemampuan untuk berprestasi dalam situasi belajar yang
disajikan.
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir kemampuan tersebut akan
berkembang baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat. Sebaliknya
bakat tidak dapat berkembang sama sekali, manakala lingkungan tidak memberikan kesempatan
untuk berkembang dalam arti tidak ada rasangan dan pemupukan yang menyentuhnya dalam hal
inilah makna pendidikan menjadi penting artinya.
Di depan telah diuraikan, bahwa perbedaan latar belakang keluarga dan lingkungan
mempunyai pengaruh terhadap belajar. Perbedaan latar belakang tersebut, yang meliputi
perbedaan sosioekonomi dan sosiokultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak.
Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama
dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas, dalam hal ini pelajaran di sekolah. Dengan
demikian, perbedaan perbedaan individu itu tidak saja disebabkan oleh keragaman dalam rentang
kematangan tetapi juga oleh keragaman dalam latar belakang sebelumnya.
Anak umur 6 tahun yang memasuki sekolah dasar (kelas 1), mungkin berbeda satu, dua
bahkan tiga tahun dalam tingkat kesiapan untuk mengambil manfaat dari pendidikan formal.Hal
ini ditunjukkan dari hasil sebuah penelitian bahwa kemampuan mental atau umur mental (mental
age), bagi anak-anak kelas satu sekolah dasar ditemukan dalamrentangan umur kronologis antara
3 tahun sampai 8 tahun. Hal ini berarti bahwa meskipun umur kronologis telah mencapai 8 tahun
(yang secara normal anak ini seharusnya telah duduk di kelas dua atau tiga sekolah dasar) tetapi
kemampuan belajarnya masih sama dengan mereka yang duduk di kelas satu. Hal ini
menggambarkan produk keluarga yang amat kurang, yang mungkin sekali ekspresi bahasa dan
kehidupan keluarga tersebut kurang baik
Kondisi fisik yang sehat, dalam kaitannya dengan kesehatan dan penyesuaian diri yang
memuaskan terhadap pengalaman-pengalaman, disertai dengan rasa ingin tahu yang amat besar
terhadap orang dan benda-benda, membantu berkembangnya kebiasaan berbahasa dan belajar
yang diharapkan.Sikap apatis, pemalu, dan kurang percaya diri, akibat dari kesehatan yang
kurang baik, cacat tubuh, dan latar belakang yang miskin pengalaman, mempengaruhi
perkembangan pemahaman dan ekspresi diri.
Dalam banyak buku, maka pertumbuhan sering diartikan sama dengan perkembangan
sehingga kedua istilah itu penggunaannya seringkali dipertukarkan (interchange) untuk makna
yang sama. Ada penulis yang suka menggunakan istilah pertumbuhan saja da nada yang suka
menggunakan istilah perkembangan saja.Dalam buku ini istilah pertumbuhan diberi makna dan
digunakan untuk menyatakan perubahan perubahan ukuran fisik yang secara kuantitatif semakin
besar atau panjang, sedangkan istilah perkembangan diberi makna dan digunakan untuk
menyatakan terjadinya perubahan-perubahan aspek psikologis dan aspek sosial.
Setiap individu pada hakikatnya akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan
nonfisik yang meliputi aspek-aspek intelek, emosi sosial, bahasa, bakat khusus, nilai dan moral,
serta sikap.
BAB III
PENUTUP
A. Rangkuman
1. Individu adalah manusia yang berkedudukan sebagai pribadi yang utuh, pilah, tunggal,
dank has. Ia sebagai subjek yang merupakan suatu kesatuan psiko-fisik dengan berbagai
kemampuannya untuk berhubungan dengan lingkungan, dengan sesama, dan dengan
Tuhan yang menciptakannya.
2. Manusia terus mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis. Pertumbuhan
perkembangan tersebut dialami semenjak maausia masi di dalam kandungan.
3. Istilah pertumbuhan.
4. Kelahiran merupakan suatu fase pertumbuhan fisik secara lengkap, yang ditandai setiap
organ atau bagian tubuh telah mampu berfungsi.
5. Pertumbuhan dan perkembangan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
keturunan, sosial ekonomi, sosial akulturasi, kesehatan, dan latar belakang kehidupan
keluarga.
6. Pertumbuhan fisik lebih lanjut berlangsung sejak lahir, dan masing-masing orang
mencapai tingkat kematangan dan mampu menjalankan fungsi dengan baik. Kematangan
pertumbuhan fisik yang ditandai oleh berfungsinya masing masing organ. Berpengaruh
terhadap perkembangan non-fisik, seperti berfikir, bahasa sosial, emosi, dan pengenalan
terhadap nilai, norma, dan moral.
DAFTAR PUSTAKA
Gleitman, Henry. Psychology. New York: W.W. Norton & Co,1986. Gunarsa, Singgih D. Dasar
dan teori perkembangan anak. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1990.