Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau
kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan
bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak membutuhkan
lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk
belajar mandiri. Anak sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap,
perasaan dan minat yang berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.
Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja,
kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan, cinta kasih, dll. Bermain adalah unsur yang penting untuk
perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial.
Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana untuk
belajar. Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses
yang terus menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari
proses belajar pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain
yang menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan
pengalaman yang banyak. Baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain
maupun dengan lingkungan di sekitarnya. Melalui bermain anak dapat
mengorganisasikan berbagai pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya
menyusun kembali gagasan yang cemerlang. Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam
bermain anak mempraktekkan secara kontinu proses hidup yang rumit dan penuh
stress,komunikasi, dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Di
situlah mereka belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka, misalnya
bagaimana menghadapi lingkungan objek, waktu, ruang, struktur, dan dan orang di
dalamnya.

1
Berdasarkan latar belakang tersebut, kelompok membuat makalahyang bejudul Terapi
Bermain.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi bermain?
2. Konsep Teori yang Relevan?
3. Apa itu terapi bermain?
4. Apa sajakah hal-hal utama dalam mengatasi hal anak?
5. Apa manfaat terapi bermain?
6. Bagaimanakah prosedur terapi bermain?
7. Apa kategori terapi bermain?
8. Apa saja model terapi bermain?
9. Bagaimana fase pelaksanaan terapi bermain?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi bermain.
2. Teori yang Relevan.
3. Untuk mengetahui tentang terapi bermain
4. Untuk mengetahui hal-hal utama dalam mengatasi hal anak
5. Untuk mengetahui manfaat terapi bermain
6. Untuk mengetahui prosedur terapi bermain
7. Untuk mengetahui kategori terapi bermain
8. Untuk mengetahui model terapi bermain
9. Untuk mengetahui fase pelaksanaan terapi bermain

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Bermain


Bermain merupakan bagian penting dari masa balita dan punya nilai pendidikan
yang tinggi (June, 2003). “Bermain” (play) merupakan istilah yang digunakan secara
bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela, dan tidak ada
paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock, 1978).
Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas tanggapan yang diulang
sekedar untuk kesenangan fungsional”. Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah
kegiatan yang “tidak mempuyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri
dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realita luar”. Bermain secara garis
besar dapat dibagi ke dalam dua kategori, aktif dan pasif (“hiburan”). Pada semua
usia, anak melakukan permainan aktif dan pasif. Proporsi waktu yang dicurahkan ke
masing-masing jenis bermain itu tidak bergantung pada usia, tetapi pada kesehatan
dan kesenangan yang diperoleh dari masing-masing kategori. Meskipun umumnya
permainan aktif lebih menonjol pada awal usia prasekolah dan permainan hiburan
ketika anak mendekati masa puber, namun hal itu tidak selalu benar.

2.2. Konsep Teori yang Relevan


Konsep Bermain
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak
secara optimal. Alat permainan pada anak anak hendaknya di sesuaikan dengan jenis
kelamin dan umur sehingga dapat merangsang perkembangan anak secara optimal.
Sekarang ini banyak di jual bermacam-macam alat permainan, apabila orang tua tidak
selektif dan kurang memahami fungsi nya, alat permainan yang di belinya tidak dapat
berfungsi secara efektif. Dalam kondisi sakit atau saat anak di rawat di rumah sakit,

3
aktivitas bermain ini harus tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak.
a. Pengertian Stimulasi dan Bermain
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu
anak ( Soetiningsih, 1995 dalam nursalam, rekawati & Utami,2008). Simulasi
berfungsi sebagai penguat ( reinforcement), sehingga memberikan stimulasi secara
terus menerus dan berulang memberikan kesempatan pada anak untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal. Menurut Moersinowati( 2002) stimulasi adalah
perangsangan dan latihan - latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari
lingkungan di luar anak. Stimulasi ini dapat dilakukan oleh orangtua, anggota
keluarga, atau orang dewasa lain di sekitar anak. Stimulasi merupakan bagian dari
kebutuhan dasar anak yaitu asah. Dengan mengasah kemampuan anak secara terus
menerus , kemampuan anak akan semakin meningkat sehingga anak yang mendapat
kan stimulasi terarah akan lebih cepat berkembang . Pemberian stimulasi dapat
diberikan dengan latihan dan bermain. Bermain merupakan kegiatan yang
menyenangkan bagi anak dan sebagai bentuk infatil dari kemampuan orang dewasa
untuk menghadapi berbagai macam pengalaman dengan cara menciptakan model
situasi tertentu dan berusaha untuk menguasainya melalui berbagai eksperimen dan
perencanaan. Dengan demikian bermain dapat disamakan dengan bekerja pada orang
dewasa, karena keduanya sama sama melakukan aktivitas. Pada masa kanak-kanak,
kebutuhan bermain tidak bisa dipisahkan dari dunianya dan merupakan kebutuhan
dasar untuk dapat tumbuh kembang secara optimal. Selain itu aktivitas bermain anak
juga akan memperoleh stimulasi mental yang merupakan cikal bakal dari proses
belajar anak untuk pengembangan, kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas,
agama, kepribadian, moral, etika, dan sebagainya.

b. Fungsi Bermain
1) Perkembangan Sensorimotor
a) Memperbaiki koordinasi, ketrampilan motorik kasar dan halus

4
b) Meningkatkan perkembangan semua indera
c) Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d) Memberikan pelampiasan kelebihan energi

2) Perkembangan Intelektual
a) Memberikan sumber sumber yang beranekaragam untuk pembelajaran tentang
eksplorasi dan manipulasi bentuk , ukuran, tekstur dan warna, serta pengalaman
dengan angka
b) Kesempatan untuk mempraktikkan dan memperluas ketrampilan berbahasa
c) Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu dalam upaya
mengasimilasinya ke dalam persepsi dan hubungan baru
d) Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan
antara fantasi dan realita

3) Perkembangan Sosialisasi dan Moral


a) Mengajarkan peran orang dewasa , termasuk perilaku peran seks
b) Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan
c) Mengembangkan ketrampilan sosial
d) Mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain

4) Kreativitas
a) Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat yang kreatif
b) Memungkinkan fantasi dan imajinatif
c) Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus

5) Kesadaran Dir
a) Memudahkan perkembangan identitas diri
b) Mendorong pengaturan perilaku sendiri
c) Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri ( keahlian sendiri)

5
d) Memberikan perbandingan antara kemampuan sendiri dan kemampuan
oang lain
e) Memungkinkan ksempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat
mempengaruhi orang lain.

6) Nilai Teraputik
a) Memberikan pelepasan stres dan ketegangan
b) Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima
dalam bentuk yang secara sosial, sehingga dapat di terima.
c) Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara
aman.
d) Memudahkan komunikasi dan verbal tidak langsung dan non verbal tentang
kebutuhan, rasa takut dan keinginan.
e) ( Nursalam.dkk,2008)

c. Prinsip-Prinsip Bermain
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktivitas bermain bisa menjadi
stimulus yang efektif ,sebagaimana berikut ini :
1) Perlu ekstra energi
Bermain memerlukan energi yang cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi
yang memadai. Asupan (intake) yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak
sehat memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik mainan aktif maupun pasif,
untuk menghindari rasa bosan atau jenuh. Sedangkan anak sakit, keinginan bermain
pada umumnya menurun karena energi yang ada di gunakan untuk mengatasi
penyakitnya. Aktivitas bermain anak sakit yang bisa dilakukan adalah bermain pasif,
misalnya dengan menonton tv, mendengarkan musik dan menggambar.

6
2) Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain dan cukup kesempatan
mengenal alat-alat permainannya sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.
Menurut Fajriati (2008) dalam ( Warastuti,dkk,2013), konsentrasi pada anak usia
prasekolah butuh untuk di latih dan diasah terutama otot gerak halus, konsentrasi
anak umumnya bertahan sekitar 15-20 menit. Jika anak mempunyai daya konsentrasi
tinggi bisa bertahan sampai 30 menit , namun bila terlalu lama anak akan
meninggalkan kegiatan bermain.

3) Alat Permainan
Alat permainan yang di gunakan harus sesuai dengan usia dan tahap
perkembangan anak, sehingga alat permainan yang diberikan berfungsi dengan benar.
Yang perlu diperhatikan alat permainan harus aman dan mempunyai unsur edukatif
bagi anak.

4) Ruang untuk bermain


Aktivitas bermain bisa dilakukan dimana saja bahkan di ruang tidur. Diperlukan
suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila memungkinkan, dimana ruang
tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan mainannya.

5) Pengetahuan cara bermain


Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman- temannya,
atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara terakhir adalah yang terbaik karena anak
lebih terarah dan lebih berkembang pengetahuannya dalam menggunakan permainan
tersebut.

6) Teman bermain
Dalam bermain anak memerlukan teman seperti teman sebaya, saudara, atau
orang tuanya. Ada saat-saat tertentu dimana anak bermain sendiri agar dapat
menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain yang dilakukan bersama dengan

7
orangtuanya akan mengakrapkan hubungan sekaligus memberikan kesempatan pada
orangtua untuk mengetahui setiap kelainan yang di alami oleh anaknya. Teman
diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam
memahami perbedaan.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas bermain


Ada 5 Faktor yang mempengaruhi aktifitas bermain pada anak ( Supartini,
2008) yaitu :
1) Status kesehatan anak
Kebutuhan bermain anak sehat dan sakit perlu dibedakan, oleh karena itu orang
tua harus jeli memilihkan alat permainan yang sesuai apabila kondisi anak menurun
atau sakit bahkan saat dirawat di rumah sakit. Permainan sebaiknya sesuai prinsip
bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit.

2) Tahap perkembangan anak


Aktivitas yang dilakukan anak sesuai dengan perumbuhan dan
perkembangannya karena dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbungan
dan perkembangan anak.

3) Jenis kelamin anak


Dalam melakukan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki- laki
atau perempuan. Semua alat permainan dapat di gunakan oleh anak laki-laki atau
perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kretivitas, dan kemampuan
sosial anak. Akan tetapi, ada beberapa pandangan dan pendapat tentang konsep
gender dalam kaitannya dengan alat permainan anak, yaitu pendapat yang menyakini
bahwa permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenali identitas
diri sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk
digunakan anak laki-laki dan sebaliknya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya
tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan melalui media
permainan.

8
4) Lingkungan mendukung
Permainan tidak harus berupa maian jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat
menstimulasi imajinasi dan kreativitas anak. Lingkungan fisik sekitar rumah lebih
banyak mempengaruhi ruang gerak anak untuk melakukan aktivitas motorik,
begitupun dengan keyakinan keluarga tentang moral dan budaya juga mempengaruhi
bagaimana anak di didik melalui permainan.

5) Alat permainan yang cocok


Pilih alat permainan yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label
yang tertera pada mainan anak harus di baca dahulu sebelum membeli. Mainan yang
di buat sendiri atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak dapat
merangsang anak untuk lebih kreatif.

e. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak


Pengaruh bermain bagi perkembangan anak menurut supartini(2008) yaitu :
1) Bermain mempengaruhi sensorik motorik
2) Bermain mempengaruhi perkembangan intelektual
3) Bermain mempengaruhi perkembangan sosial
4) Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas
5) Bermain mempengaruhi perkembangan kesadaran diri
6) Bermain mempengaruhi perkembangan moral
7) Bermain dapat digunakan sebagai terapi

f. Alat Permainan Edukatif


Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak sesuai usia dan tingkat perkembangannya dan
yang berguna untuk pengembangan aspek fisik, bahasa, kognitif dan sosial anak
(Soetjiningsih 1995 dalam Nursalam dkk, 2008). Dengan aktivitas bermain yang
variasi diharapkan ada keseimbangan antara bermain aktif dengan bermain pasif.

9
Bermain aktif merupakan aktifitas bermain yang membuat anak memperoleh
kesenangan dan yang dilakukan sendiri, misalnya dengan :
1) Mengamati atau menyelidiki (Exploratory Play), Misalnya memeriksa,
memperhatikan, mencium, menekan dan kadang berusaha membongkar alat
permainan.
2) Membangun (Construction Play), misalnya berusaha untuk menyusun balok-
balok menjadi bentuk rumah, mobil dan lain-lain.
3) Bermain peran (Dramatic Play), misalnya bermain sandiwara, rumah- rumahan
dan boneka.
4) Bermain voli, sepak bola dan lain-lain.
Bermain pasif merupakan suatu hiburan atau kesenangan yang di peroleh dari
orang lain. Dalam hal ini anak berperan pasif dan melihat atau mendengar saja,
misalnya melihat gambar, mendengarkan cerita , menonton tv dan lain- lain.

2.3. Terapi Bermain


Menurut Thompson dan Henderson (2007 : 415) Terapi bermain adalah
penggunaan model-model teoritis secara sistematis untuk menjalin sebuah proses
interpersonal dimana seorang terapis menggunakan kekuatan-kekuatan terapetik dari
kegiatan bermain, untuk membantu para klien dalam mencegah atau mengatasi
masalah-masalah psikososial dan mencapai taraf pertumbuhan dan perkembangan
secara optimal.
Bermain dapat digunakan sebagai terapi karena selama bermain perilaku anak akan
tampil lebih bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah terberi
pada seorang anak. Untuk melakukan terapi bermain ini diperlukan pendidikan dan
pelatihan khusus dari ahli yang bersangkutan dan tidak boleh dilakukan sembarangan.
Beberapa contoh kasus anak yang beermasalah yang memerlukan terapi adalah:

1. Anak yang agresif, suka menyerang orang lain, agresif muncul karena
gangguan emosional yang dialami anak. Mungkin anak diperlakukan terlalu
keras oleh orang tuanya sehingga merasa marah, memberontak

10
2. Anak yang mempunyai kebiasaan mencabut rambutnya sampai botak sebagian
atau seluruhan. Menggigit kuku sampai luka-luka, menahan buang air besar,
mengompol walaupun usianya sudah tiga tahun ke atas, cemas atau phobia
sekolah yang bisa ditandai dengan munculnya gangguan ke tubuh seperti mual,
sakit perut, muntah-muntah menjelang pergi sekolah.

3. Anak yang sulit bergaul kurang percaya diri secara berlebihan sehingga
menghambat perkembangannya. Anak yang tidak mau berbicara dengan orang
lain selain anggota keluarga terdekat.

2.4. Empat Hal Utama Dalam Mengatasi Hal Anak


Menurut Hutchison (2003 : 190-192) :
1. Melakukan advokasi terhadap anak-anak dari keluarga miskin untuk
memperoleh pelayanan yang dibutuhkan.
2. Mengatasi masalah-masalah prilaku anak.
3. Meningkatkan efektifitas pengasuhan perawatan orang tua terhadap anak.
4. Meningkatkan keyakinan diri dan harga diri anak.

2.5. Manfaat Terapi Bermain


1. Membangun kembali rasa hormat dan penerimaan terhadap orang lain dan diri
sendiri.
2. Mengganti pola-pola sebelumnya dalam bereaksi terhadap orang lain dengan pola-pola yang
bersifat saling menguntungkan dan menyenangkan.
3. Mengembangkan cara-cara baru untuk berlatih pengendalian diri
4. Memperoleh pengalaman dan cara-cara baru dalam mengungkapkan emosi
secara tepat dalam berinteraksi.
5. Belajar untuk lebih empati terhadap jalan pikiran dan perasaan orang lain.
6. Mengembangkan pandangan dan perasaan-perasaan baru sebagai individu yang lebih
baik.

11
2.6. Prosedur Dalam Terapi Bermain
Menurut Bradley dan Gould (dalam Thompson & Henderson, 2007 : 435)
meliputi 3 tahap yaitu :
1. Membangun relasi, dimana terapis memusatkan perhatian pada bentuk-bentuk
emosi yang muncul saat anak bermain dan harus memberikan respon yang tepat
dalam hal tersebut.
2. Menentukan bentuk permainan secara spesifik, dimana hubungan semakin
terbentuk dengan baik dan terapis secara asertif mengarahkan permainan bagi
anak
3. Konfrontasi untuk mengatasi masalah dimana terapis secara aktif lebih
mendekatkan diri dalam struktur kegiatan bermain untuk membantu mendorong
dan membesarkan hati anak dalam menghhadapi dan menyelesaikan masalah.

2.7. Kategori Media Bermain


Rasmussen dan Cunningham (dalam Thompson dan Henderson, 2007 : 437-
438) menyatakan dalam strategi penggunaan media bermain harus
pulamempertimbangkan karakteristik anak, masalah dan kebutuhan anak, serta
tahapan dalam proses terapi atau konseling.
Menurut Bradley dan Gould (dalam Thompson & Henderson, 2007 : 473) yaitu :
1. Real Life Toys ; rumah boneka, boneka-boneka, baju-baju boneka, kereta-
keretaan, keluarga boneka, mainan alat-alat rumah tangga, mobil-mobilan, dll.
2. Acting Out and Agressive Release Toys ; borgol, bola, pistol-pistolan, pisau
karet, topeng, mainan yang dapat dipukul dengan aman, dll.
3. Creative Expression and Emotional Release Toys ; kapur warna, penghapus,
box pasir, lem, gunting, kain atau handuk bekas, boneka tangan, kertas perekat,
dll.

2.8. Model Terapi Bermain


Parent-Child Interaction Therapy(PCIT); terapi yang berorientasi terhadap
perubahan perilaku anak dan orang tua secara bersamaan, dimana orang tua akan
belajar menjadi model perilaku positif sehingga dapat dipelajari anak. PCIT melatih

12
orang tua untuk bertindak sebagai agen perubahan bagi masalah-masalah perilaku dan
emosional anaknya.
Menurut Herschell & McNeil pelaksanaan PCIT membutuhkan waktu satu kali
seminggu selama 1  jam, dengan durasi treatment antara 10 sampai 14 sesi. Menurut
Child Welfare Information Gateway, U.S Department of Health and Human
Servicespelaksanaan PCIT dilakukan selama 1 jam sebanyak 14 sampai 20 sesi sesuai
kebutuhan. Sedangkan Kot & Tyndall-Lind secara intensif menyatakan bahwa anak
dapat memperoleh 12 sesi dalam 2 atau 3 minggu.

2.9. Fase Pelaksanaan


1. Child Directed Interaction (CDI)
Tujuan : memperbaiki dan meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua dengan
anak.
 Fase ini dibentuk sedemikian rupa sehingga anak bebas memilih berbagai
mainan, permainan dan aktivitas yang akan dilakukan bersama orang tua.
 Fase ini menekankan pada pembentukan hubungan pengasuhan yang penuh
kasih sayang dan ikatan yang aman.
 Selama fase CDI orang tua dan terapis diinstruksikan tidak memberikan
hukuman dan mengabaikan perilaku negatif anak yang tidak membahayakan
orang lain maupun dirinya.
 Pusat perhatian adalah perilaku positif anak yang akan diberikan penguatan-
penguatan positif.
 Orang tua diarahkan dan dibimbing oleh terapis untuk tidak menggunakan kata-
kata negatif (“tidak”, “jangan” dan “tidak boleh”),serta tidak bertanya secara
negatif.
 Kata-kata atau kalimat negatif yang mengandung ancaman hanya akan
memperburuk perilaku anak, apalagi jika disertai dengan hukuman fisik.
 Tindakan-tindakan negatif orang tua akan menjadi model perilaku negatif (fisil
maupun verbal) bagi anak.

13
 Fase CDI diarahkan untuk memberikan pekerjaan rumah bagi orang tua melatih
setiap keterampilan baru yang diperolehnya selama 5 sampai 10 menit (setiap
hari) bersama anaknya.
 Keterampilan dalam pelaksanaan CDI yaitu :
 Praise (penghargaan), orang tua menyediakan berbagai hadiah atau ganjaran
baik dalam bentuk pujian maupun sistem token
 Reflection(refleksi), orang tua mengulangi atau merangkai kembali kata-kata
yang telah disampaikan anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua telah
mendengarkan dan memberikan perhatian, sehingga dapat mendorong
komunikasi yang baik dengan anak.
 Description(penjelasan), orang tua menjelaskan aktivitas bermain apa yang
sedang dilakukan anak. Tujuannya untuk menunjukkan perhatian orang tua
terhadap anak dan mengembangkan perbendaharaan kata pada anak.
 Entusiasm(ketertarikan), orang tua menunjukkan ketertarikan dan rasa senang
terhadap kegiatan bermain yang sedang dilakukan anak.
 Parent Directed Interaction
 Tujuan : memusatkan perhatian orang tua terhadap pembentukan struktur dan
konsistensi penerapan disiplin.
 Orang tua memberikan instruksi secara jelas dan langsung pada anak, serta
memberikan konsekuensinya yang konsisten.
 Selain pemberian pujian atau token pada perilaku positif anak, senyuman dan
sentuhan di kepala /bahu anak juga akan memberikan dampak yang lebih baik.
 Jika perilaku negatif ditampilkan maka anak diberikan tanda berupa bulatan
hitam/lingkaran, sedangkan jika perilaku positif yang ditampilkan maka anak
diberikan tanda bintang atau token (pada buku hariannya).
 Pada saat anak tidak mematuhi perintah orang tua maka dapat diberlakukan
“setrap‟yaitu dengan memindahkan anak untuk duduk pada tempat atau area
hukuman, yang mudah diawasi orang tua.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Bermain merupakan bagian penting dari masa balita dan punya nilai pendidikan
yang tinggi (June, 2003). “Bermain” (play) merupakan istilah yang digunakan secara
bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela, dan tidak ada
paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock, 1978).
Terapi bermain adalah penggunaan model-model teoritis secara sistematis
untuk menjalin sebuah proses interpersonal dimana seorang terapis menggunakan
kekuatan-kekuatan terapetik dari kegiatan bermain, untuk membantu para klien dalam
mencegah atau mengatasi masalah-masalah psikososial dan mencapai taraf
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.

3.2. Saran
Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi untuk mengetahui hal-hal yang
berhubungan dengan terapi bermain.

15
DAFTR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/21387/2/BAB_I.pdf.

16

Anda mungkin juga menyukai

  • Pengalaman Pramukaku
    Pengalaman Pramukaku
    Dokumen1 halaman
    Pengalaman Pramukaku
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Menyelesaikan Ta'arudh
    Menyelesaikan Ta'arudh
    Dokumen20 halaman
    Menyelesaikan Ta'arudh
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Cover Cantik
    Cover Cantik
    Dokumen2 halaman
    Cover Cantik
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Membuat Bondu dari Kain Fanel
    Membuat Bondu dari Kain Fanel
    Dokumen7 halaman
    Membuat Bondu dari Kain Fanel
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Cover Cantik
    Cover Cantik
    Dokumen1 halaman
    Cover Cantik
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen2 halaman
    COVER
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kemiskinan
    Kemiskinan
    Dokumen22 halaman
    Kemiskinan
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen15 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kemiskinan di Indonesia
    Kemiskinan di Indonesia
    Dokumen2 halaman
    Kemiskinan di Indonesia
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Cover SMKN 1 Kuok
    Cover SMKN 1 Kuok
    Dokumen1 halaman
    Cover SMKN 1 Kuok
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Cover SMKN 1 Kuok
    Cover SMKN 1 Kuok
    Dokumen1 halaman
    Cover SMKN 1 Kuok
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    Dokumen22 halaman
    ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen15 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Lembaran Pengesahan
    Lembaran Pengesahan
    Dokumen3 halaman
    Lembaran Pengesahan
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Perjuangan Rakyat Riau
    Perjuangan Rakyat Riau
    Dokumen7 halaman
    Perjuangan Rakyat Riau
    Rino Alfika25
    100% (1)
  • ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    Dokumen22 halaman
    ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • ANGGUN
    ANGGUN
    Dokumen12 halaman
    ANGGUN
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    Dokumen22 halaman
    ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat