Anda di halaman 1dari 94

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI TERHADAP


TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI
TAHUN 2020

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi Diploma IV (DIV) Keperawatan Mataram
Jurusan Keperawatan Poltekkes Mataram Kemenkes RI
Tahun Akademik 2019/2020

OLEH:

LINA SOLIHAN
NIM. P07120316033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D IV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Politeknik Kementerian

Kesehatan Mataram Jurusan Keperawatan Prodi DIV Keperawatan

Mataram dan diterima untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi

Diploma IV (D.IV) Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan Tahun

Akademik 2019/2020.

Pada tanggal Januari 2020.

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kementerian Kesehatan Mataram,

(Rusmini, S. Kep., Ns., MM.)


NIP. 197010161989032001

Tim Penguji:

1. Mardiatun, M. Kep. ( )
Ketua Penguji

2. Ni Putu Sumartini, M. Kep. ( )


Penguji I

3. Eka Rudy Purwana, SST., M. Kes. ( )


Penguji II

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap

Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tahun 2020” telah

mendapat persetujuan untuk diseminarkan di depan tim penguji Politeknik

Kementerian Kesehatan Mataram Jurusan Keperawatan Program Studi

DIV Keperawatan Mataram Tahun Akademik 2019/2020.

Hari :

Tanggal :

Oleh:

Lina Solihan
NIM. P07120316033

Mengetahui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ni Putu Sumartini, M. Kep. Eka Rudy Purwana, SST., M.Kes.


NIP. 197905132002122001 NIP. 19811052005011003

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki
Pada Tekanan Darah Pasien Hipertensi Pada Tahun 2020”. Skripsi ini
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Terapan pada Program Studi DIV Keperawatan Mataram di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Mataram.
Pada kesempatan ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd., M.Kes., selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Mataram Kemenkes RI yang telah memberikan
kesempatan dan bantuan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan di Program Studi D IV Keperawatan Politeknik Kesehatan
Mataram Kemenkes RI.
2. Ibu Rusmini, S.Kep.Ns., MM.,. selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI dan selaku Penguji yang
telah memberikan banyak masukan dalam penyusunan Skripsi ini.
3. Ibu Desty Emilyani, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Diploma IV
(DIV) Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI.
4. Ibu Ni Putu Sumartini, M.Kep., selaku pembimbing utama yang telah
memberikan motivasi, masukan, arahan, dan solusi terhadap semua
permasalahan yang ada saat penyusunan proposal ini, sehingga
proposal ini dapat diselesaikan dengan usaha yang maksimal.
5. Bapak Eka Rudy Purwana, SST., M.Kes., selaku pembimbing
pendamping yang telah memberikan motivasi, masukan, arahan, dan
solusi serta banyak memberikan semangat untuk terus maju sehingga
dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.
6. Ibu Mardiatun, M.Kep., selaku ketua penguji atas sarannya demi
kesempurnaan Skripsi ini.

iv
v

7. Kedua orang tua “Ibu dan Alm. Bapak” tersayang, dan semua keluarga
yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu, terimakasih atas segala doa,
kasih sayang, dukungan dan pengorbanannya selama ini.
8. Semua temanku yang tidak dapat disebutkan disini terimakasih atas
segala bantuan dan dukungannya selama ini.
Akhirnya semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan
dapat dicatat sebagai amal baik oleh Tuhan Yang Maha Esa. Demi
kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak.

Mataram, Juli 2020

Penulis
ABSTRAK

Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada


Pasien Hipertensi Tahun 2020. ( dibawah bimbingan Ni Putu Sumartini,
M.Kep dan Eka Rudy Purwana, SST.,M.Kes).
Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit
kardiovaskuler yang paling umum dan paling banyak disandang
masyarakat. Salah satu pengobatan non farmakologi yang dapat
membantu menurunkan tekanan darah, seperti terapi pijat refleksi kaki
yang dapat menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian terapi pijat refleksi kaki terhadap
perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi 2020.
Metode Penelitian: Rancangan penelitian literature review dengan
search engine google scholar, indonesia publication index, cendekia dan
keywords yang digunakan yaitu “ terapi pijat refleksi kaki, tekanan darah
dan penderita hipertensi.
Hasil: Berdasarkan beragam jurnal yang telah dipaparkan dimana
didapatkan 5 jurnal. Berdasarkan beragam literature review yang telah
dipaparkan, terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
setelah dilakukan terapi pijat refleksi kaki pada pasien hipertensi.
Kesimpulan: Ada pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan
darah pada pasien hipertensi.
Saran: Agar dapat menggunakan hasil literature riview ini sebagai data
dasar untuk dilakukan penelitian lanjutan, berhubungan dengan pengaruh
terapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.

Keyword: Terapi Pijat Refleksi Kaki, Tekanan Darah, Pasien Hipertensi

viii
ix

ABSTRACT

The Effect of Foot Reflexology Therapy on Blood Pressure in


Hypertension Patients in 2020. (under the guidance of Ni Putu Sumartini,
M.Kep and Eka Rudy Purwana, SST., M.Kes).
Background: Hypertension is one of the most common cardiovascular
diseases and is the most common in the community One of the non-
pharmacological treatments that can help lower blood pressure, such as
foot reflexology therapy, which can lower blood pressure. The purpose of
this study was to determine the effect of foot reflexology therapy on
changes in blood pressure in hypertensive patients 2020.
Research methods: Research design literature review using google
scholar search engine, Indonesian publication index, scholars and
keywords used are "foot reflexology therapy, blood pressure and people
with hypertension.
Results: Based on the various journals that have been presented, 5
journals were obtained. Based on the various literature reviews that have
been presented, there are significant differences between before and after
foot reflexology therapy in hypertensive patients.
Conclusion: There is an effect of foot reflexology
therapy on blood pressure in hypertensive patients
Suggestion: In order to use the results of this review literature as basic
data for further research, it is related to the effect of foot reflexology
therapy on blood pressure in hypertensive patients.

Keyword: Foot Reflexology Therapy, Blood Pressure, Hypertension

Patients
x

DAFTAR ISI

BAB Halaman
SAMPUL
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................iv
ABSTRAK...................................................................................................vi
ABSTRACT ..............................................................................................vii
DAFTAR ISI..............................................................................................viii
DAFTAR TABEL........................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................7
C. Tujuan Penelitian....................................................................................7
D. Manfaat Penelitian..................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................9
A. Kerangka Teoritis....................................................................................9
1. Konsep Teori Hipertensi....................................................................9
a. Definisi.........................................................................................9
b. Etiologi.......................................................................................10
c. Faktor Resiko.............................................................................15
d. Epidemiologi..............................................................................17
e. Patofisiologi...............................................................................18
f. Manifestasi Klinis.......................................................................20
g. Jenis Hipertensi.........................................................................21
h. Mekanisme Terjadinya Hipertensi.............................................25
i. Patogenesis Hipertensi Primer..................................................26
j. Gejala Awal Hipertensi..............................................................27
k. Gejala Hipertensi Sekunder.......................................................27
2. Konsep Pijat Refleksi Kaki..............................................................28
a. Definisi.......................................................................................28
b. Manfaat Pijat Refleksi Kaki........................................................30
c. Indikasi Pijat Refleksi Kaki.........................................................31
d. Kontraindikasi Pijat Refleksi Kaki..............................................31
e. Titik Pijat Refleksi Kaki..............................................................32
f. Mekanisme Pijat Refleksi Kaki Terhadap Penurunan Tekanan
Darah.........................................................................................34
g. Cara Melakukan Pijat Refleksi...................................................35
h. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pijat Refleksi...............35
i. Prosedur Tindakan Pijat Refleksi..............................................36
j. Reaksi-reaksi yang Dialami Pasien Usai Pemijatan.................45
3. Konsep Teori Tekanan Darah.........................................................46
xi

a. Definisi.......................................................................................46
b. Klasifikasi Tekanan Darah.........................................................47
c. Pengukuran Tekanan Darah.....................................................48
B. Kerangka Konsep.................................................................................51
C. Hipotesis Penelitian..............................................................................52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................53
A. Strategi Pencarian Literatur .................................................................53
1. Framework yang Digunakan...........................................................53
2. Kata Kunci.......................................................................................54
B. Data Base atau Searchengine.............................................................54
C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi..................................................................54
1. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi..................................................55
D. Alur Review Jurnal................................................................................56
1. Daftar Artikel Hasil Pencarian.........................................................57
BAB IV HASIL PENCARIAN.....................................................................58
BAB V PEMBAHASAN.............................................................................63
BAB VI PENUTUP.....................................................................................70
A. Kesimpulan .........................................................................................70
B. Saran ..................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kriteria Inklusi Dan Eksklusi.......................................................55


Tabel 2: Hasil Pencarian Jurnal................................................................59

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Titik Refleksi Kaki Samping Dalam ..........................................34


Gambar 2 Titik Rekleksi Punggung Kaki ..................................................35
Gambar 3 Latihan Mengibas Kaki ...........................................................38
Gambar 4 Latihan Mengibas Kaki ...........................................................38
Gambar 5 Memutar Tulang Belakang ......................................................39
Gambar 6 Gerakan Memutar Tulang Belakang .......................................39
Gambar 7 Gerakan Mengepal Tangan ....................................................40
Gambar 8 Gerakan Meremas Kaki ..........................................................40
Gambar 9 Gerakan Ibu Jari Tangan ........................................................41
Gambar 10 Gerakan Ibu Jari Tangan .......................................................41
Gambar 11 Memutar Pergerakan Kaki .....................................................42
Gambar 12 Memutar Pergelangan Kaki ...................................................42
Gambar 13 Memutar Jari Kaki ..................................................................43
Gambar 14 Memutar Jari Kaki ..................................................................43
Gambar 15 Menarik Kaki ..........................................................................44
Gambar 16 Menggerakkan Kaki Tengah ..................................................44
Gambar 17 Memutar Bola Kaki ................................................................45
Gambar 18 Titik Fokus Hipertensi ............................................................45
Gambar 19 Titik Fokus Hipertensi ............................................................45
Gambar 20 Titik Fokus Hipertensi ............................................................46
Gambar 21 Kerangka Konsep Pengaruh Terapi Pijat Refleksi
Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi.Modifikasi (Prasetyaningrum, 2014,
Purwana Dan Hadiyanti, 2019, Corwin 2009) .....................52
Gambar 22 Diagram Alur Review Jurnal..................................................57

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi Primer
Lampiran 2 : Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Dengan Metode
Manual Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Di Wilayah Karangrejo Timur Wonokromo Surabaya
Lampiran 3 : Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Lampiran 4 : Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Primer
Lampiran 5 : Pengaruh terapi pijat refleksi terhadap penurunan tekanan
darah pada lanjut usia dengan hipertensi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada dua kali pengukuran

dalam selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Sulaeman & Purnamawati, 2019). Darah tinggi

seakan menjadi ancaman karena dengan tiba-tiba seseorang dapat

divonis menderita darah tinggi. Dan penyakit hipertensilah yang

menduduki peringkat pertama penyebab stroke dan jantung (Dewi

& Familia, 2014). Sampai saat ini, hipertensi merupakan salah satu

penyakit kardiovaskuler yang paling umum dan paling banyak

disandang masyarakat.hipertensi disebut sebaagai killer karena

sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya

meyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjaadi

komplikasi (Susilo & Ari, 2011).

Banyak yang akan terjadi jika tidak dapat mengontrol

tekanan darah secara dini dan mendapatkan pengobatan yang

memadai, semua organ yang memiliki pembuluh darah akan

diserang oleh hipertensi seperti organ tubuh antara lain yaitu otak,

mata, ginjal, jantung, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh

darah arteri perifer, sampai menyebabkan kematian (Kementerian

Kesehatan RI, 2019). Pada sebagian besar penderita tekanan

1
2

darah tinggi, beberapa keluhan yang diperlihatkan antara lain sakit

kepala, perdarahan dari hidung, serta wajah kemerahan dan

kelelahan. Bila penyakit tersebut tidak segera diobati, maka

penderita akan menunjukkan tanda-tanda yang lebih parah,

semisal sakit kepala yang semakin kuat, kelelahan, mual dan

muntah, sesak napas, gelisah, serta pandangan menjadi kabur

yang diakibatkan rusaknya otak, mata, jantung, dan ginjal. Di

samping itu, penderita sering mengalami penurunan kesadaran

(koma) yang dikarenakan pembengkakan otak. Keadaan ini disebut

sebagai ensefalopati hipertensif yang memerlukan perawatan

segera (Hayuaji, 2016).

Faktor resiko hipertensi umumnya adalah faktor genetik, jika

seseorang dari keluarga mempunyai hipertensi, 25% keturunan

akan mendapatkannya dan jika kedua orang tuanya memiliki

hipertensi, 60% keturunan akan mengidapnya. Faktor resiko lain

adalah stress dan gaya hidup. Pola hidup yang tidak sehat seperti

merokok, aktifitas fisik yang sangat minimal, asupan garam, dan

pola makan berlemak merupakan faktor resiko hipertensi (Marliani

dan Tantan, 2013).

Menuru WHO tahun 2013 Komplikasi hipertensi meningkat

setiap tahunnya, di dunia terdapat 17.000 orang per tahun

meninggal akibat kardiovaskuler dimana 9.400 orang diantaranya

disebabkan oleh komplikasi dari hipertensi (Sulaeman &

Purnamawati, 2019).
3

Sekitar 1,13 Miliar orang mengalami hipertensi, artinya 1 dari

3 orang terdiagnosis hipertensi, jumlah penyandang hipertensi

terus meningkat setiap tahunnya diperkirakan pada tahun 2025

akan ada 1,5 Miliar orang terkena hipertensi dan diperkirakan

setiap tahunnya 9,4 Juta orang terkena hipertensi dan

komplikasinya, hipertensi merupakan penyebab nomer satu

kematian di dunia. Hipertensi ditemukan kurang lebi 6% dari

seluruh penduduk dunia, dan merupaan satu yang sifatnya umum

pada seluruh populasi (World Health Organizetion/WHO, 2015).

Data menunjukkan sekitar 972 juta orang atau 26.4% orang

di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan

meningkat menjadi 29.2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap

hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada

di negara berkembang, termasuk indonesia (Yonata, 2016).

Di indonesia prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%.

Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur

45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 (55,2%) dan didapatkan juga

data proporsi kurang aktifitas fisik 35,5%. Hipertensi atau darah

tinggi juga masih menjadi ancaman serius yang berdampak pada

produktifitas hidup seseorang di NTB yakni mencapai 24,3%

(Riskesdas, 2018). Jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan

laki-laki yang mengalami hipertensi, pada wanita jumlahnya 53.449

orang (16.40%) (Pitaningrum, Rahmat & Ermawan, 2019).


4

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Mataram

dari tahun 2018-2019, pada tahun 2019 jumlah penyakit hipertensi

terbanyak terdapat di Puskesmas Cakranegara (695 orang), yang

ke-2 di Puskesmas Tanjung Karang (689 orang) dan ke-3 di

Puskesmas Pejeruk (641 orang) dan pada tahun 2018 jumlah

penyakit hipertensi terbanyak terdapat di Puskesmas Tanjung

Karang (632 orang), yang ke-2 di Puskesmas Karang Pule (472

orang) dan yang ke-3 di Puskesmas Pejeruk (426 orang).

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di Puskesmas

dengan wawancara kepada 10 pasien hipertensi yang telah

melakukan kunjungan ulang didapatkan bahwa 7 dari 10 pasien

hipertensi mengatakan bahwa mereka tidak tahu dan tidak pernah

mengetahui cara menurunkan tekanan darah selain dengan

mengkonsumsi obat. Serta belum pernah melakukan kegiatan

program latihan fisik (non farmakologi) untuk mencegah hipertensi

seperti terapi pijat refleksi kaki.

Pengobatan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu pengobatan

non obat (non farmakologi) dan pengobatan medis (farmakologi).

Secara farmakologi upaya untuk menurunkan tekanan darah

dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi. Pasien

hipertensi perlu mendapatkan terapi hipertensi yang bertujuan

untuk mencegah komplikasi seperti gagal jantung atau stroke yang

dapat berujung kematian (Tanto, 2014). Salah satu jenis terapi non

farmakologis adalah teknik relaksasi dapat menurunkan denyut


5

jantung dengan cara menghambat respons stres saraf simpatis

(Corwin, 2009). Teknik terapi pijat refleksi memiliki pengaruh yang

sama dengan obat antihipertensi dalam menurunkan tekanan

darah. Prosesnya yaitu dimulai dengan membuat otot-otot polos

pembuluh darah arteri dan vena menjadi rileks bersama dengan

otot-otot dalam tubuh. Efek dari terapi pijat refleksi otot-otot dalam

tubuh ini akan menyebabkan kadar norepinefrin dalam darah

menurun (Mills, 2012).

Berkenaan dengan penatalaksanaan hipertensi di atas,

terapi konservatif dengan terapi komplementer merupakan pilihan

yang bisa dipertimbangkan untuk meminimalkan efek samping

yang ditimbulkan dari terapi farmakologis. Dalam peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomer 1109 tahun 2007

menyebutkan pengobatan komplementer merupakan pengobatan

yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan keamanan dan efektifitas

tinggi. Salah satu terapi komplementer tersebut adalah terapi pijat

refleksi.

Upaya penyembuhan tekanan darah tinggi melalui pijat

refleksi ditempuh dengan melakukan pemijatan pada zona refleksi

ginjal, kandung kencing, kepala (otak), dahi, otak kecil, kelenjar di

bawah otak, saraf trigeminus, organ keseimbangan, telinga, dan

kelenjar tiroid (Hayuaji, 2016).


6

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti

“Pengaruh pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah pada pasien

hipertensi”.
7

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada

pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah pada

pasien hipertensi?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk

mengetahui Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan

Darah Pada Pasien Hipertensi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara teoritis dan praktis, yaitu:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan perawat, serta sebagai bahan untuk pengembangan

ilmu pengetahuan dan penelitian khususnya dalam bidang

keperawatan terutama tentang pengaruh terapi pijat refleksi kaki

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi .

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat

Memberikan masukan kepada masyarakat tentang

cara menurunkan tekanan darah melalui terapi non

farmakologi yaitu dengan menggunakan terapi pijat refleksi

kaki.
8

b. Bagi Poltekkes Kemenkes Mataram

Memberikan masukan kepada perawat untuk

mengoptimalkan cara menurunkan tekanan darah melalui

terapi non farmakologi.

c. Bagi Peneliti

Sebagai penerapan ilmu yang telah didapat dalam

program studi ilmu keperawatan berkaitan dengan

hipertensi.

d. Bagi Puskesmas

Dapat berguna bagi puskesmas untuk dijadikan

sebagai acuan dalam menjalankan program pengendalian

hipertensi dengan pemberian pijat refleksi kaki.

e. Bagi peneliti selanjutnya

Menyediakan data dasar untuk dilakukan penelitian

lanjutan, berhubungan dengan pengaruh terapi pijat refleksi

kaki terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Konsep Teori Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan

jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan

tekanan darah. Tidak ada tanda-tanda yang dapat dirasakan

pasien. Darah tinggi seakan menjadi ancaman karena dengan

tiba-tiba seseorang dapat divonis menderita darah tinggi. Dan,

penyakit hipertensilah yang menduduki peringkat pertama

penyebab stroke dan jantung (Dewi & Familia,2014).

Menurut hannas peter wolf, dalam bukunya speaking of high

blood pressure, satu dari setiap lima orang menderita tekanan

darah tinggi, dan sepertiganya tidak menyadarinya. Padahal,

darah tinggilah yang menyebabkan kematian dibawah umur 65

tahun. Presentase kematiannya menunjukkan 40%. Penyakit ini

sudah mewabah sejak lama, apa lagi di zaman modern

sekarang. Penyakit ini menggantikan posisi kolera dan TBC

yang zaman dahulu menjadi wabah utama penyebab kematian

di usia muda (Dewi & Familia, 2014).

Banyak pasien tidak menyadari gejala penyakit hipertensi

yang sering timbul tenggelam. Ketika si pasien dinyatakan bias

9
10

berhenti minum obat karena darahnya sudah kembali normal,

pasien akan menganggap kesembuhannya bersifat permanen.

Padahal, sekali divonis mengidap hipertensi, penyakit ini akan

terus melekat pada kehidupan si pasien. Dalam waktu yang

agak lama mungkin tekanan darah akan mulai kembali pada

tekanan yang lebih tinggi dari keadaan normal (Dewi &

Familia,2014). Menurut pedoman pengobatan dasar di

Puskesmas untuk penyakit hipertensi yang digunakan adalah

hidroklorotiazid, reserpin, propanolol, kaptopril, dan nifedipin.

Hipertensi perhimpunan dokter hipertensi (PERHI) 2019,

diagnosis hipertensi ditegakkan bila tekanan darah sistolik ≥140

mmHg atau nilai tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.

Peningkatan persistensi nilai tekanan darah tersebut harus

terbukti karena bias saja tekanan darah bersifat transient atau

peningkatan diurnal dari tekanan darah yang normal sesuai

dengan siklus sirkardian dimana pada pagi hari sampai siang

tekanan darah meningkat dan malam hari tekanan darah

menurut tetapi dalam batas normal (Pintaningrum, Rahmat &

Ermawan, 2019)

b. Etiologi

Hipertensi dikatakan primer atau idiopatik jika penyebabnya

tidak diketahui dengan jumlah sekitar 95% kasus. Hipertensi

sekunder jika penyebabnya diketahui. Beberapa penyebabnya

antara lain:
11

1) Penyakit seperti penyakit ginjal kronik, obstructive sleep

apnea, aldosteronism primer, penyakit tiroid, koarktasi

aorta, penyakit paratiroid, penyakit renovaskular,

aldoteronism primer.

2) Obat-obatan seperti prednisone, fludrokortison,

triamisinolan.

3) Makanan yang mengandung sodium seperti garam.

4) Obat-obatan yang mengandung bahan-bahan seperti

kokain, cocaine withdrawal, nikotin, steroid anabolic, dan

lainnya (Pintaningrum, Rahmat & Ermawan, 2019)

Sebuah kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh dapat

disebabkan oleh berbagai macam hal. Demikian juga pada

kasus hipertensi. Berikut ini penyebab dari hipertensi (Dewi &

Familia, 2014):

1) Penyakit ginjal

a) Stenosis arteri renalis

Stenosis arteri renalis disebabkan oleh

penyempitan arteri renalis yang menyebabkan

penurunan tekanan perfusi, hipertensi, dan penurunan

ukuran ginjal. Stenosis arteri renalis ini biasanya dipicu

oleh aterosklerosis.

b) Pielonefritis

Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada salah satu

atau kedua ginjal. Escherichia coli merupakan bakteri


12

yang dalam keadaan normal ditemukan diusus besar

dan menjadi penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar

rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal

dirumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah

kelamin yang naik ke kandung kemih.

c) Glomerulonefritis

Glumerulonefritis merupakan penyebab penyakit

gagal ginjal. Glomerulonefritis merupakan peradangan

yang dimulai dari glomerulus dan bermanifestasi

sebagai proteinuria dan atau hematuria.

d) Tumor ginjal

Dalam keadaan normal, sel-sel didalam saluran

kemih tumbuh dan membelah secara wajar. Tetapi,

terkadang sel-sel mulai membelah diluar kendali dan

menghasilkan sel-sel baru yang tidak diperlukan tubuh.

e) Penyakit ginjal polikista

Penyakit ginjal polikista adalah suatu penyakit

keturunan yang mana pada kedua ginjal ditemukan

banyak kista.

f) Trauma pada ginjal (luka yang mengenal ginjal)

Trauma ginjal adalah kecederaan pada sistem

urinal (saluran kencing).


13

g) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

Terapi penyinaran ini biasanya digunakan untuk

mengurangi nyeri pada kanker yang telah menyebar

ketulang.

2) Kelainan hormonal

a) Hiperaldosteronisme

Hiperaldosteronisme merupakan suatu keadaan

kelebihan aldosteron yang memengaruhi kadar natrium,

kalium, bikarbonat, dan klorida dalam darah yang

menyebabkan tekanan darah tinggi, kelemahan, dan

terkadang menyebabkan kelumpuhan periodik.

b) Sindrom cushing

Sindrom cushing merupakan penyakit yang

diisebabkan oleh kelebihan hormone kortisol.

c) Feokromositoma

Feokromositoma merupakan suatu tumor yang

berasal dari sel-sel kromafin kelenjar adrenal (dewi dan

familia, 2014).

3) Obat-obatan

a) Pil KB

Pil KB sering digunakan untuk mengatur masa

menstruasi sesuai keinginan. Obat jenis ini biasanya

dimanfaatkan untuk mengatur kehamilan. Penelitian

menunjukkan bahwa pemakaian Pil KB meningkatkan


14

kejadian tromboemboli dan gangguan pembuluh darah

otak.

b) Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah hormone yang diproduksi

oleh korteks adrenal.

c) Eritropoietin

Eritropoietin berperan dalam pembentukan sel

eritrosit melalui proses eritropoesis.

d) Kokain

Seperti telah diketahui khalayak umum, kokain

merupakan zat adiktif yang banyak disalah gunakan.

e) Kayu manis (Dalam jumlah sangat besar)

Konsumsi kayu manis dalam jumlah besar dapat

menimbulkan gejala hiperaldosteronisme (Dewi &

Familia, 2014).

4) Penyebab lain

a) Koartasio aorta

Koartasio aorta adalah suatu keadaan ketika

terdapat konstriksi atau penyempitan dari aorta.

b) Pre-eklampsia pada kehamilan

Pre-eklampsia merupakan hipertensi pada ibu

hamil yang disertai dengan proteinuria. Biasanya

hipertensi ini terjadi pada minggu ke-20.


15

c) Porfiria intermiten akut

Profiria intermiten akut adalah profiria hepatic

yang disebabkan karena kekuarangan enzim

porfobilinogen deaminase

d) Keracunan timbal akut

Timbal merupakan suatu unsur logam berat yang

bersifat toksik (Dewi & Familia, 2014).

c. Faktor resiko

Beberapa kondisi dan kebiasaan seseorang dapat

meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Berikut beberapa

faktor risiko utama terjadinya hipertensi.

1) Usia

Kejadian hipertensi cenderung meningkat seiring

dengan pertambahan usia. Sebanyak 65% orang Amerika

berusia 60 tahun atau lebih mengalami hipertensi. Jenis

hipertensi yang banyak dijumpai pada kelompok lansia

adalah isolated hypertension.

2) Ras

Setiap orang memiliki kemungkinan yang sama untuk

mengalami hipertensi. Namun, ras Afrika Amerika lebih

berisiko mengalami hipertensi dibandingkan ras kaukasian

atau Amerika Hispanik.


16

3) Jenis kelamin

Laki-laki atau perempuan memiliki kemungkinan yang

sama untuk mengalami hipertensi selama kehidupannya.

Namun, laki-laki lebih berisiko mengalami hipertensi

dibandingkan dengan perempuan saat berusia sebelum 45

tahun.

4) Obesitas

Seseorang yang mengalami obesitas atau kegemukan

memliki risiko lebih besar untuk mengalami prehipertensi

atau hipertensi. Indikator yang biasa digunakan untuk

menentukan ada tidaknya obesitas pada seseorang adalah

melalui pengukuran IMT atau lingkar perut.

5) Kurang Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan pergerakan otot anggota tubuh

yang membutuhkan energi atau pergerakan yang

bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan.

6) Kebiasaan Merokok

Kebiasaaan merokok menyebabkan 1 dan 5 kasus

kematian di Amerika setiap tahun.

7) Faktor Genetik

Adanya faktor genetic pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko

menderita hipertensi (Susilo & Wulandari, 2011).


17

8) Stress

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah

perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi

aktivitas saraf simpatetik.

9) Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting terjadinya

hipertensi primer.

d. Epidemiologi

Hipertensi ditemukan pada seluruh populasi dengan angka

kejadian yang berbeda, hal ini dikarenakan beberapa faktor

seperti genetik, ras, regional, sosiobudaya terkait dengan gaya

hidup setiap orang yang juga berbeda. Secara global prevalensi

hipertensi diperkirakan mencapai 1.13 milyar pensusuk ditahun

2015 serta menyebabkan 7.6 juta (13.5%) kematian dini. Pada

orang dewasa secara keseluruhan prevalensinya mencapai 30-

45%, dimana laki-laki prevalensinya lebih banyak sebesar 24%

dibandingkan pada wanita sebesar 20% di tahun 2015.

Prevalensi tersebut konsisten diseluruh dunia. Di Indonesia,

prevalensi hipertensi meningkat dari 27,8% menurut Riskedas

2013 menjadi 34,1% menurut Riskesdas 2018. Diperkirakan

jumlah yang mengalami peningkatan sebesar 15-20% pada

tahun 2025 yakni sebesar 1.5 milyar (Pintaningrum, Rahmat &

Ermawan, 2019).
18

e. Patofisiologi

Penyebab hipertensi meliputi banyak faktor dimana

keseluruhan prosesnya menyangkut kendali natrium (Na) di

ginjal sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Berikut empat faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi,

yaitu:

1) Peranan volume intravascular

Tekanan darah tinggi merupakan hasil interaksi antara

curah jantung dan tahanan total perifer yang dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Volume intravaskular merupakan

determinan utama untuk kestabilan tekanan darah.

Tergantung dari keadaan dalam posisi vasodilatasi atau

vasokontriksi. Apabila asupan NaCl meningkat maka ginjal

akan merespons agar ekskresi garam keluar bersama urin

juga akan meningkat, tetapi jika upaya mengekskresikan

NaCl melebihi ambang dari kemampuan ginjal maka ginjal

akan meretensi H 2O sehingga volume intravaskular

meningkat. Curah jantung pun akan meningkat. Akibatnya

terjadi ekspansi volume intravaskular sehingga tekanan

darah akan meningkat (Pintaningrum, Rahmat & Ermawan,

2019).

2) Peran kendali saraf autonom

Sarfa autonom dibagi menjadi dua yaitu system saraf

simpatis yang akan menstimulasi saraf visceral melalui


19

neurotransmitter (katekolamin, epinefrin, dopamine) dan

system saraf parasimpatis yang menghambat stimulasi dari

saraf simpatis. Regulasi kedua saraf tersebut terjadi secara

automatis mengikuti sirkulasi sirkardian.

3) Peran sistem rennin angiotensin aldosteron (RAA)

Apabila tekanan darah menurun maka akan memicu

reflex baroreseptor kemudian secara fisiologis sistem RAA

akan dipicu yang menyebabkan sekresi renin, lalu

angiotensin l (A1), angiotensin ll (A2), dan seterusnya

sampai tekanan darah meningkat kembali.Proses

pembentukan renin dimulai dari pembentukan

angiotensinogen yang dibuat dihati. Kemudian

angiotensinogen akan dirubah menjadi angiotensin 1 oleh

renin yang dihasilkan oleh macula densa apparat juxta

glomelurus diginjal.

4) Peran dinding vascular pembuluh darah

Paradigma baru berkait hipertensi dimulai dari

terjadinya disfungsi endotel yang berlanjut menjadi disfungsi

endotel yang berlanjut menjadi disfungsi vascular

menyebabkan kerusakan organ target. Hipertensi dapat

disebut sebagai “the hypertension syndrome” dikarenakan

hipertensi sering disertai gejala seperti resistebsi insulin,

obesitas, mikroalbuminuria, gangguan koagulasi, gangguan

toleransi glukosa, kerusakan membrane transport, disfungsi


20

endotel, dislipidemia, pembesaran ventrikel kiri, serta

gangguansistem saraf simpatis dan parasimpatis

(Pintaningrum, Rahmat & Ermawan, 2019).

f. Manifestasi klinis

Pasien dengan hipertensi lebih sering mengalami

asimtomatik atau tidak mengeluhkan adanya gejala karena

perjalanan penyakit hipertensi bersifat sangat perlahan

sehingga banyak tidak menunjukkan gejala selama bertahun-

tahun. Masa laten tersebut menyelubungi perkembangan

penyakit sampai dengan terjadi kerusakan organ yang

bermakna. Apabila timbul gejala biasanya bersifat non-spesifik

seperti sakit kepala atau pusing. Namun, jika terdapat gejala

spesifik maka berkaitan dengan terjadinya hipertensi sekunder

atau komplikasi lainnya yang memerlukan pemeriksaan dan

tatalaksana yang lebih lanjut. Oleh karena itu, diperlukan

pengetahuan mengenai manajemen tekanan darah, faktor

risiko, penyebab hipertensi skunder, ada atau tidaknya

kerusakan organ akibat hipertensi yang didapatkan dari riwayat

medis dan keluarga. Riwayat medis harus mencakup beberapa

hal yaitu:

1. Waktu pertama didiagnosis hipertensi, termasuk catatan

penapisan medis sebelumnya, rawat inap, dan lainnya.

2. Catatan nilai tekanan darah saat ini dan sebelumnya

3. Catatan obat antihipertensi saat ini dan sebelumnya


21

4. Catatan obat lainnya

5. Riwayat keluarga dengan hipertensi, penyakit

kardiovaskular, stroke, atau penyakit ginjal.

6. Evaluasi gaya (Pintaningrum, Rahmat & Ermawan, 2019).

g. Jenis hipertensi

Ada beberapa jenis hipertensi yang dibagi berdasarkan

faktor tertentu. Salah satunya hipertensi resistensi yang banyak

dialami oleh orang berusia 60 tahun ke atas. Hipertensi resisten

adalah kegagalan mencapai target tekanan darah (TD) yang

diinginkan pasien penyakit hipertensi dengan penggunaan 3

macam obat dosis penuh termasuk diuretic. Tekanan darah

diastolic menetap di atas 90 mmHg pada minimal dua kali

pengukuran ditempat praktik pada waktu yang berbeda dan

satu kali pengukuran tekanan darah rumahan atau ambulatory

blood pressure monitoring (ABPM) 24 jam. Hampir 40% pasien

yang dirawat oleh dokter umum atau spesialis menunjukkan

resistensi terapi.

Penyebab hipertensi resistensi (Dewi & Familia, 2014).

1) Cara pengukuran tekanan darah yang tidak tepat. Hal ini

dapat mengakibatkan tingginya tekanan intra-arteri pada

hasil pengukuran. Pembacaan yang terlalu tinggi dapat juga

terjadi pada pasien dengan klarifikasi atau arteriosklerosis

pada arteri brankhialis sehingga tidak dapat dikompresi

penuh. Dapat juga terjadi pada hipertensi white-coat.


22

Masalah ini dapat diatasi dengan pengukuran tekanan darah

dirumah atau dengan pembacaan APBM.

2) Dapat juga karena adanya cairan yang melebihi batas

normal. Kelebihan cairan yang dimaksudkan adalah

kelebihan asupan natrium/garam, retensi cairan karena

penyakit ginjal dan terapi diuretic tidak adekuat. Diuretik

tiazid direkomendasikan untuk sebagian besar pasien

hipertensi, sedangkan loop diuretic diperlukan pada pasien

penurunan laju filtrasi glomelurus (LFG) atau gagal jantung.

3) Terinduksi obat atau penyebab lain. Maksudnya adalah non

adherence, dosis tidak adekuat, kombinasi tidak tepat,

interaksi dengan obat lain seperti non-steroidal anti-

inflamatory drugs (NSAID), inhibitor cyclooxygenase-2 (COX-

2) kokain, amfetamin fenotiazin, simpatomimetik

(dekongestan, anoretik), tembakau, kafein, kortikosteroid,

hormone kontrasepsi oral, hormone steroid adrenal,

siklosporin dan takrolimus, eritropoietin, licorice (termasuk

permen dan tembakau), suplemen, dan obat tertentu (missal,

ephedra, mahaung, dan jeruk bitted).

Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi.

Keadaan ini terbagi menjadi dua jenis:

1) Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat

darurat, TD melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu

ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak


23

(perdarahan otak/stroke dan ensefalopati hipertensi),

jantung (gagal jantung kiri akut dan penyakit jantung

koroner akut), paru ( bendungan di paru), dan eklampsia;

atau TD dapat lebih rendah dari 180/120 mmHg, tetapi

dengan salah satu gejala gangguan organ di atas yang

sudah nyata timbul. Jika TD tidak segera diturunkan

dapat mengakibatkan komplikasi yang menetap. Oleh

karena itu, harus diturunkan dengan obat intravena

( suntikkan) yang bekerja cepat dalam beberapa menit

maksimal satu jam.pasien ini harus dibawa ke intensive

care unit (ICU) untuk dipantau TD-nya dan diberikan

obat-obatan parenteral. Target penurunan mean arterial

pressure (MAP) tidak lebih 25% dalam hitungan menit

sampai 1 jam dan jika stabil dapat mencapai TD

160/100-110 mmHg dalam waktu 2-6 jam, karena

penurunan yang lebih cepat akan menyebabkan iskemia

koroner, otak, dan ginjal. Terapi awal yang tepat untuk

keadaan tersebut adalah memberikan nifedipin kerja

singkat. Jika tingkat TD tersebut dapat ditoleransi dan

pasien stabil. TD normal dapat dicapai dalam 24-48 jam

berikutnya.

2) Hipertensi urgensi TD sangat tinggi (> 180/120 mmHg),

tetapi belum ada gejala seperti di atas. TD tidak harus

diturunkan dengan cepat ( dalam hitungan menit), tetapi


24

dapat diturunkan dalam hitungan jam sampai dengan

hari dengan obat oral. Gejalanya berupa sakit kepala

hebat/berputar (vertigo), mual, muntah,

pusing/melayang, penglihatan kabur, mimisan, sesak

napas, gangguan cemas berat, tetapi tidak ada

kerusakan target organ. Pasien dengan hipertensi

urgensi dapat juga diberikan terapi oral yang bekerja

short acting seperti kaptopril, labetalol, atau klonidin

dengan pengawasan yang ketat.

Sementara itu hipertensi dibagi menjadi dua jenis

berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1) Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya (hipertensi esensial). Hal ini

ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja jantung

akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Sebagian

besar (90-95%) penderita termasuk hipertensi

primer. Hipertensi primer juga dapat terjadi karena

adanya faktor keturunan.

2) Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang

disebabkan oleh penyakit sistemik lain, misalnya

gangguan hormone (gushing), penyempitan

pembuluh darah utama ginjal (stenosis arteri renalis

akibat penyakit ginjal glumorulonefritis), dan penyakit

sistemik lainnya (lupus nefritis).


25

h. Mekanisme terjadinya hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui

terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I-converting enzim

(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam

mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen

yang diproduksi dihati (Dewi & Familia, 2014).

Selanjutnya hormone, rennin (diproduksi oleh ginjal) akan

diubah menjadi angiotensin I. oleh ACE yang terdapat di paru-

paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II

inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan

darah malalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone

antidiuretik (ADH) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur

osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,

sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis) sehingga menjadi pekat dan tinggi

osmolalitasnya.

Untuk mmengencerkannya, volume cairan ekstraseluler

akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian

intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada

akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari

korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormone steroid yang

memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume


26

cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi

NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan

volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya

akan meningkatkan volume tekanan darah.

i. Pathogenesis hipertensi primer

Berbagai macam faktor berkontribusi dalam

pengembangan hipertensi primer (esensial). Termasuk

didalamnya adalah mekanisme saraf abnormal, kerusakan

dalam autogerulasi peripheral, kerusakan sodium, kalsium, dan

hormon natriuretik. Selain itu, juga dipengaruhi oleh malfungsi

dari beberapa mekanisme humoral atau vasodepressor (Dewi

& Familia, 2014).

1) Komponen

Pengaturan tekanan darah melibatkan system saraf

pusat (CNS) maupun saraf otonom. Stimulasi beberapa

area tertentu dengan CNS (nucleus tractus solitaries, vagal

nuclei, pusat vasomotor, dan area postrema) dapat

menyebabkan peningkatan atau penurunan tekanan darah.

2) Komponen autoregulatori

Abnormalitas yang terjadi pada ginjal dan proses

autoregulatori jaringan dapat menyebabkan hipertensi.

Secara normal, paru-paru bekerja dengan baik untuk

menjaga status tekanan darah normal.


27

j. Gejala awal hipertensi

Pada hipertensi primer sering tidak menunjukkan gejala

apapun. Baru timbul gejala setelah adanya komplikasi pada

organ pasien, misalnya pada ginjal, mata, otak, dan jantung.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, perlu secara

rutin memeriksa tekanan darah minimal dua kali setahun.

Dalam banyak kasus, sering pasien baru tahu jika dirinya

terkena darah tinggi ketika ia pergi ke dokter untuk memeriksa

penyakit lain (Dewi & Familia, 2014).

k. Gejala hipertensi sekunder

Pada hipertensi sekunder, gejala yang timbul akan didahului

gejala penyakit yang menimbulkan hipertensi tersebut. Gejala

yang dirasakan setiap pasien tidak sama. Beberapa dari

mereka terkadang mengabaikan gejala yang ada sehingga

terkesan tidak merasakan apapun atau berprasangka dalam

keadaan sehat (Dewi & Familia, 2014).

Gejala pada arteri tidak akan tampak dari luar, tetapi dapat

diketahui dari pemeriksaan angiografi. Namun, ada suatu gejala

yang dapat dirasakan oleh pasien, yaitu penurunan fungsi ginjal

sampai gagal ginjal. Biasanya setelah pasien merasakan gejala

ini, baru mereka memutuskan untuk memeriksakan diri dengan

angiografi. Dibawah ini adalah gejala-gejala penyakit hipertensi


28

sekunder yang disebabkan adanya kerusakan pada organ

tubuh.

1) Gejala hipertensi yang dirasakan karena adanya kelainan

ginjal.

a) Sejarah penyakit ginjal yang turun-temurun.

b) Menderita infeksi saluran kencing.

c) Seriang buang air kecil dan merasa haus.

d) Sering merasakan sakit di bagian pinggang.

2) Gejala hipertensi yang dirasakan Karena gejala

teokromositoma (perlu diingat saat gejala tak tampak,

tekanan darah tetap tinggi).

a) Sakit kepala hebat datang secara tiba-tiba.

b) Wajah pucat.

c) Keringat yang berlebihan.

d) Jantung berdebar sangat kencang.

3) Berikut ini gejala hipertensi akibat kelebihan hormone tiroid.

a) Bola mata menonjol.

b) Tremor gerakan yang terjadi di luar kesadaran.

2. Konsep Pijat Refleksi Kaki

a. Definisi

Foot Massage terdiri dari atas dua suku kata yaitu “foot” dan

“massage”. Kata “foot” dalam Bahasa Inggris adalah kaki,

sedangkan “massage” adalah pijat. Dalam bahasa arab “mash”

berarti memberikan penekanan yang lembut. Massage adalah


29

bentuk manipulasi yang dilakukan oleh manusia untuk

memberikan sentuhan pada bagian tubuh yang sakit. Massage

adalah bentuk upaya pencegahan dalam melakukan perawatan

kesehatan dan penyembuhan tubuh non farmakologis dengan

cara pemijatan titik-titik tertentu pada tubuh (Purwana &

Hadiyanti, 2019).

Pijat refleksi merupakan suatu metode memijat titik-titik

tertentu pada tangan dan kaki. Manfaat pijat refleksi untuk

kesehatan sudah tidak perlu diragukan lagi. Salah satu

khasiatnya yang paling populer adalah untuk mengurangi rasa

sakit pada tubuh. Manfaat lainnya adalah, meringankan gejala

migrain, membantu penyembuhan penyakit kronis, dan

mengurangi ketergantungan terhadap obat obatan. Teknik-

teknik dasar yang sering dipakai dalam pijat refleksi

diantaranya: teknik merambatkan ibu jari, memutar tangan dan

kaki pada satu titik, serta teknik menekan dan menahan.

Rangsangan rangsangan berupa tekanan pada tangan dan kaki

dapat memancarkan gelombang gelombang relaksasi ke

seluruh tubuh (Wahyuni, 2014).

Menurut Pamungkas (2010) pijat kaki refleksiologi adalah

suatu bentuk pengobatan dengan adopsi ketahanan dan

kekuatan dari tubuh sendiri, dengan memijat pada area yang

sudah dipetakan sesuai dengan letak zona terapi. Pijat refleksi

kaki juga didefinisikan sebagai bentuk pengobatan suatu


30

penyakit untuk memperlancar sistem peredaran tubuh melalui

titik-titik saraf tertentu yang menghubungkan organ tubuh

manusia (Gillanders, 2005). Hal ini dikarenakan pada area

telapak kaki mempunyai titik-titik saraf tertentu dengan organ

tubuh manusia. Mekanisme kerja pijat refleksi kaki yaitu

merangsang relaksasi pada area yang berkaitan dengan

persarafan kaki yang telah dipijat (Purwana & Hadiyanti, 2019)

Penyembuhan melalui pijat refleksi diyakini sanggup bekerja

sebagaimana akupuntur, akupresur, dan siatsu dalam

mengembalikan keselarasan aliran energi vital (ki atau chi). Di

samping itu, pijat refleksi juga dipercayai sanggup membuka

hambatan deposit kristal yang menumpuk pada ujung-ujung

saraf. Alhasil, pemulihan kesehatan dapat diperoleh sesudah

transmisi impuls kembali berjalan lancar di dalam tubuh.

(Hayuaji, 2016).

Prinsipnya, teknik pijat refleksi harus dilakukan dengan

lembut. Kemudian, secara bertahap, kekuatan penekanan

ditambah sampai rasa sakit yang diderita menghilang. Pada

seseorang yang sensitif, seperti bayi atau orang tua, penekanan

pijatan harus lebih lembut. Waktu pemijatan yang ideal adalah

antara 30 detik sampai 2 menit (Hayuaji, 2016).

b. Manfaat Pijat Refleksi Kaki

Pijat akan memberikan pengaruh pada kontraksi dinding

kapiler sehingga akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah


31

kapiler dan pembuluh getah bening. Adanya peningkatan

peredaran oksigen dalam darah, pembuangan sampah

metabolik akan berdampak pada munculnya hormone endorfin

untuk memberikan efek kenyamanan (Purwana & Hadiyanti,

2019).

c. Indikasi Pijat Refleksi

Indikasi merupakan kondisi tubuh yang dapat memberikan

dampak yang baik ketika diberikan pemijatan. Indikasi pijat

refleksi kaki yaitu kondisi tubuh yang lelah dan ketidak normalan

tubuh yang terjadi karena pengaruh cuaca atau kerja yang

berlebihan sehingga berakibat pada kekakuan otot dan nyeri

sendi disertai gangguan (Purwana & Hadiyanti, 2019).

mencegah berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh,

membantu mengatasi stress, tekanan darah tinggi (hipertensi)

( Wahyuni, 2014).

d. Kontraindikasi Pijat Refleksi

Kontra indikasi merupakan keadaan dimana menjadi

pantangan atau beresiko terjadi dampak yang merugikan pada

tubuh manusia. Kontraindikasi pijat kaki yaitu cedera kaki saat

mengalami cedera, luka, asam urat, atau peradangan di bagian

kaki maka sebaiknya anda tidak melakukan pijat refleksi,. Terapi

yang anda lakukan hanya akan membuat cedera anda

bertambah parah. Klien dalam kondisi berpenyakit kulit dimana

terdapat bekas, luka baru, cedera akibat kecelakaan atau


32

aktivitas lainnya. kehamilan, terapi refleksi lebih baik dihindari

oleh wanita yang sedang hamil, terutama ketika kehamilan

masih berada di trimester pertama. Tekanan yang diterima pada

telapak kaki akan merangsang kontraksi pada ibu hamil.

Memiliki masalah pembekuan darah. Terapi refleksiologi bisa

meningkatkan sirkulasi yang kemudian berpotensi

mengakibatkan gumpalan darah di daerah jantung dan otak

(Purwana & Hadiyanti, 2019).

e. Titik Pijat Refleksi Kaki

1) Titik Refleksi Pada Telapak Kaki ( Bagian Bawah Kaki)

Titik refleksi yang berlokasi di bagian bawah berkaitan

dengan semua organ tubuh manusia. Area titik refleksi

pada telapak kaki ini terdiri dari bagian bawah jari-jari kaki,

bagian depan, bagian tengah dan bagian belakang.

a) Bagian bawah jari-jari berkaitan dengan baik otak, dahi,

hidung, leher, mata, dan telinga.

b) Bagian depan berkaitan dengan trapezius, bahu,

kelenjar paratiroid, kelenjar tiroid, dan paru-paru.

c) Bagian tengah berkaitan dengan limpa, pankreas,

kelenjar adrenalin, ginjal, jantung, usus 12 jari, usus

besar, dan lambung.

d) Bagian belakang berkaitan dengan saluran kemih,

kandung kemih, usus kecil, anus, rektum, kelenjar

reproduksi, dan insomnia.


33

2) Titik Refleksi Pada Lateral Kaki (Bagian Samping Dalam

Kaki)

Titik refleksi pada area depan berkaitan dengan hidung,

kelenjar tiroid, leher, dan punggung. Pada area belakang

titik refleksi berkaitan dengan kelangkang, pinggang, vesika

urinaria, femur, kelenjar getah bening, prostat, rahim,

sternum, dan anus.

Sumber : alunamutant.blogspot.com

Judul : titik refleksi kaki samping dalam

Gambar :1

3) Titik Refleksi Pada Punggung Kaki

Titik refleksi yang terdapat pada punggung telapak

kaki bagian depan berkaitan dengan organ keseimbangan,

diafragma, dada, rahang, amandel, saluran pernafasan,

dan kelenjar getah bening. Pada bagian belakang dan

lateral berkaitan dengan lutut, pinggul, sendi siku, tulang


34

belikat, sternum, dan idung telur/testis (Purwana &

Hadiyanti, 2019).

Sumber : pinterest.co.uk

Judul : titik reflexi punggung kaki

Gambar : 2

f. Mekanisme Pijat Refleksi Kaki Terhadap Penurunan

Tekanan Darah

Terapi pijat refleksi kaki mempunyai pengaruh secara

langsung terhadap elastisitas dinding pembuluh darah yaitu

dengan teknik memanipulasi dari struktur jaringan lunak yang

dapat menenangkan serta mengurangi stress psikologis dengan

meningkatkan hormone mor pin endogen seperti endropin,

enkefalin dan dinorfin yang sekaligus menurunkan kadar

hormone stress seperti kortisol, norepinephrin dan dopamine di

dalam tubuh (Chanif, dkk 2016).


35

Aliran darah yang lancar akan meningkatkan sirkulasi darah

yang membawa nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh tanpa ada

hambatan serta memberikan efek relaksasi dan kesegaran pada

seluruh tubuh sehingga kondisi tubuh seimbang. Hal ini pijat

refleksi kaki juga merangsang pada system saraf simpatis yang

mengalami penurunan aktivitas sehingga mengakibatkan

penurunan tekanan darah (Zunaidi A, dkk, 2014).

g. Cara Melakukan Pijat Refleksi

Cara melakukan pijat refleksi untuk menurunkan hipertensi:

1) Bersihkan jari sebelum melakukan pemijatan.

2) Olesi titik refleksi yang akan dipijat dengan balsam atau

minyak kelapa secukupnya.


½
3) Tekankan jari dengan posisi tegak lurus sampai masuk cm

pada setiap titik refleksi, lalu gerakkan maju-mundur selama

2-3 menit. Apabila terdapat ganjalan seperti kristal yang

terasa sangat spakit, itulah biang atau akar penyakitnya.

4) Melakukan pemijatan pada zona refleksi ginjal, kandung

kencing, kepala (otak), dahi, otak kecil, kelenjar di bawah

otak, saraf trigeminus, organ keseimbangan, telinga, dan

kelenjar tiroid.

5) Lakukan pemijatan pada pa gi atau sore hari (Hayuaji, 2016).

h. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pijat Refleksi

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

melakukan pijat refleksi (Hayuaji, 2016).


36

1) Pakailah minyak urut supaya kulit tidak lecet ketika dipijat.

2) Sebaiknya, lakukan pijatan dua hari sekali atau tiga kali

seminggu. Jangan melakukan pijatan setiap saat, karena

dapat merusak saraf refleksi. Selain itu, setiap titik refleksi

tidak boleh dipijat lebih dari 10 menit karena akan

membahayakan saraf.

3) Jika pemijatan yang terlalu keras menimbulkan rasa sakit,

kurangi tekanan pemijatan dan pindahkan pemijatan ke

bagian lain.

4) Jangan memijat penderita kanker pada bagian tubuh yang

terluka atau bengkak.

5) Bagi penderita jantung, kencing manis, lever, dan kanker,

pemijatan jangan terlampau keras. Setiap titik refleksi

hanya boleh dipijat selama 2 menit.

6) Jangan lakukan pemijatan selama perut dalam kondisi

kenyang. Lakukan pemijatan satu jam setelah makan.

7) Bagi pemijat yang kurang enak badan, jangan sekali-kali

memijat. Pemijatan yang dilakukan saat kurang enak

makan justru akan berisiko menimbulkan penyakit, bukan

menyembuhkan.

i. Prosedur Tindakan Pijat Refleksi

Teknik ini merupakan perpaduan berbagai teknik dasar

memijat untuk merilekskan kaki sebelum masuk ke titik refleksi

kaki:
37

1) Teknik mengibaskan kaki

Berikut ini beberapa rangkaian teknik dalam

mengibaskan kaki (Shanti, 2014).

Tempelkan kedua tangan di kedua sisi kaki. Dengan

tangan kanan, gerakkan satu sisi kaki menjauh dari tubuh

perawat. Gerakkan pula sisi yang lainnya ke atas tubuh

perawat menggunakan tangan kiri.

Gambar 3: tehnik mengibas kaki

Gerakkan tangan kanan kembali ke arah tubuh perawat,

sambil memilin kembali sisi kaki itu. Sementara itu,

doronglah sisi kaki lain dengan tangan kiri menjauhi tubuh

perawat. Tukar arah gerakan tangan ke arah berlawanan

kecepatan. Lakukan secara berulang sampai dirasa

nyaman pada kaki.

Gambar 4 : tehnik mengibas kaki


38

2) Memutar tulang belakang

Rangkaian teknik memuntir tulang belakang adalah sebagai

berikut (Shanty, 2014):

a) Peganglah kaki bagian dalam dengan kedua tangan.

Tempelkan ibu jari pada telapak kaki. Letakkan tangan

kanan berada di dekat jari-jari kaki, sementara tangan

kiri di sebelahnya. Puterlah telapak kaki dengan tangan

kanan dan tahanlah kaki oleh tangan kiri.

Gambar 5 memutar tulang belakang

b) Gerakkan tangan yang sama ke arah yang berlawanan,

usahakan tangan kiri tetap diam di tempat. Ulangi

memuntir kaki perlahan kedua arah menyamping.

Posisikan dua tangan seperti semula dengan

menggerakan keduanya sedikit kepergelangan kaki dan

ulangi beberapa kali.


39

Gambar 6 gerakan memutar tulang belakang

3) Memijat Paru-Paru

Berikut ini beberapa rangkaian teknik dalam memijat paru-

paru (Shanti, 2014):

a) Kepalkan tangan kiri, lalu tempelkan kepala yang datar

pada telapak kaki bagian atas. Pegang bagian telapak

kaki dengan tangan kanan dan dorong dengan kepala

secara perahan.

Gambar 7 gerkan mengepal tangan

b) Remas kaki secara perlahan dengan tangan kanan.

Lakukan tekanan dengan kepalan sambil meremas kaki

secara ritmis. Ulangi gerakan tersebut selama


40

beberapa kali sampai kaki didapat dengan rasa yang

nyaman.

Gambar 8 gerakan meremas kaki

4) Menggerakkan Telapak Kaki

a) Peganglah telapak kaki bagian atas, yaitu bagian yang

terletak di bawah ibu jari kaki dan jari telunjuk.

Tempelkan ujung jari dan ibu jari pada tonjolan tulang di

bola kaki. Gerakkan kaki menjauh dari tubuh dengan

tangan kanan dan gerakan mendekat kearah tubuh

dengan tangan kiri.

Gambar 9 gerakan ibu jari tangan

b) Lakukan gerakan pada poin pertama secara berulang-

ulang. Kemudian lakukan gerakan secara kebalikannya,

yaitu dengan menggerakkan kaki kearah tubuh dengan

tangan kanan dan menjauh dari tubuh dengan tangan


41

kiri. Ulangi gerakan beberapa kali secara berirama. Jika

telah dirasa nyaman, gunakan pula teknik ini pada

telapak kaki bagian atas yang ada di bawah jari telunjuk

kaki, jaringan tengah , jari manis, dan kelingking.

Gambar 10 gerakan ibu jari tangan

5) Memutar Pergelangan Kaki

Berikut ini beberapa rangkaian memutar pergelangan kaki

yang bisa dilakukan (Shanti, 2014):

a) Peganglah pergelangan kaki dengan tangan kiri,

sedangkan tangan kanan memegang telapak kaki

bagian atas dan memutar jari-jari telapak kaki searah

jarum jam sejauh 3600. Ulangi gerakan ini selama

beberapaa kali.

Gambar 11 memutar pergerakan kaki

b) Setelah dirasa nyaman, putarlah kaki dengan

berlawanan arah jarum jam. Ulangi beberapa kali.


42

Gambar 12 memutar pergerakan kaki

6) Memutar Jari Kaki

a) Pegang ibu jari kaki dengan tangan kiri. Usahakan kaki

bagian atas untuk tetap diam dengan memeganginya

dengan tangan kiri. Putarlah ibu jari kaki secara

perlahan dan merata sejauh 360 0 searah jarum jam.

Lakukan selama beberapa kali.

Gambar 13 memuat jari kaki

b) Putarlah ibu jari berlawanan arah jarum jam, lalu tekan

jari kaki lainnya dengan tekanan yang lebih kuat sambil

dipijat disertai sedikit tarikan ke atas. Lakukan selama

beberapa kali.
43

Gambar 14 memutar jari kaki

7) Menarik Kaki

Berikut ini beberapa gerakan menarik kaki (Shanti, 2014):

a) Peganglah telapak kaki dengan tangan kiri

b) Tariklah kaki ke arah tubuh secara perlahan dan

bertahap menggunakan tangan kanan.

c) Tahan 10-15 detik, lalu lepaskan. Lakukan secara

berulang.

Gambar 15 menarik kaki

8) Menggerakkan Kaki Tengah

Berikut ini beberapa rangkain gerakan kaki tengah (shanty,

2014):

a) Pegangi bagian tengah kaki oleh tangan kiri agar bisa

diam. Pegangkah telapak kaki bagian atas dengan


44

tangan kanan, lalu puter bola kaki sejauh 360 0 serah

jarum jam. Ulangi beberapa kali.

Gambar 16 menggerakkan

kaki tengah

b) Putarlah bola kaki berlawanan

arah jarum jam. Ulangi hingga

beberapa kaki.

Gambar 17 memutar bola kaki

9) Titik fokus pijat untuk hipertensi

a) Tekanlah titik tekan sebagaimana ditunjukkan gambar

lakukan selama 2 menit.

Gambar 18 titik fokus hipertensi


45

b) Tekanlah titik kedua sebagaimana ditunjukkan gambar

lakukan selama 2 menit

Gambar 19 titik fokus hipertensi

c) Tekanlah titik ketiga sebagimana ditunjukkan gambar

dibawah ini

Gambar 20 titik fokus hipertensi

j. Reaksi-Reaksi Yang Dialami Pasien Usai Pemijatan

Setiap orang dapat memberikan reaksi yang berlainan

setelah pemijatan. Berikut reaksi-reaksi yang ditunjukkan oleh

penderita usai pemijatan (Hayuaji, 2016).

1) Untuk pemijatan bagi penderita penyakit ginjal, apabila usai

pemijatan penderita menunjukkan reaksi berupa keluarnya

air kencing berwarna cokelat atau merah, itu pertanda baik

dan anda bisa terus melanjutkan pemijatan.


46

2) Untuk pemijatan bagi penderita sakit pinggang, jika usai

pemijatan mengakibatkan punggung penderita semakin

sakit, maka pemijatan layak diteruskan. Reaksi tersebut

menunjukkan bahwa peredaran darah telah berhasil

dibuka.

3) Bila usai pemijatan menunjukkan reaksi meningkatnya suhu

badan, anda tidak perlu cemas. Hal itu menunjukkan bahwa

kelenjar refleksi berada dalam keadaan normal.

4) Bila usai pemijatan menimbulkan luka borok di paha, maka

reaksi itu pertanda baik. Sebab, kotoran didalam darah

telah berhasil dibuang melalui luka borok tersebut.

5) Bila usai pemijatan menimbulkan reaksi berupa penonjolan

urat darah, lanjutkan pemijatan. Reaksi tersebut

menunjukkan bahwa sirkulasi darah mulai lancar.

6) Bila setelah pemijatan menimbulkan bengkak di tumit,

lanjutkan pemijatan. Reaksi tersebut menunjukkan bahwa

kelenjar masih terhambat.

7) Bila usai pemijatan mengakibatkan salah satu bagian tubuh

menjadi sakit, lanjutkan pemijatan. Sebab, reaksi tersebut

menunjukkan bahwa rintangan peredaran darah berhasil

dibuka.

3. Konsep Teori Tekanan Darah

a. Definisi
47

Tekanan darah merupakan kekuatan atau tenaga yang

digunakan oleh darah untuk melawan dinding pembuluh arteri

dan biasa diukur dalam satuan millimeter air raksa (mmHg).

Nilai tekanan darah dinyatakan dalam dua angka, yaitu angka

tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik

merupakan nilai tekanan darah saat fase kontraksi jantung,

sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan darah saat

fase relaksasi jantung (Prasetyaningrum, 2014). Tekanan darah

arteri dapat diukur baik secara langsung (secara invasif)

maupun tidak langsung (secara tidak invasif). Metode langsung

memerlukan insersi kateter kecil ke dalam arteri. Metode non

invasif adalah metode yang paling umum degan menggunakan

spigmomanometer dan stetoskop. Pengukuran tekanan darah

secara tidak langsung menggunakan auskultasi dan palpasi,

auskultasi merupakan teknik yang paling sering digunakan

(Potter & Peryy,2006).

b. Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan darah dapat digolongkan sebagai berikut (Rudianto,

2013):

1) Tekanan darah optimal : kategori tekanan daarah optimal yaitu

nilai sistolik <120 mmHg dan nilai diastolik <80 mmHg.

2) Tekanan darah normal : kategori tekanan darah normal yaitu

nilai sistolik < 130 mmHg dan nilai diastolik <85 mmHg.
48

3) Tekanan darah hipertensi ringan : kategori tekanan darah

hipertensi ringan yaitu nilai sistolik 140-159 mmHg dan nilai

diastolic 90-99 mmHg.

4) Tekanan darah hipertensi sedang : kategori tekanan darah

hipertensi sedang yaitu nilai sistolik 160-179 mmHg dan nilai

diastolic 100-109 mmHg.

5) Tekanan darah hipertensi berat : kategori tekanan darah

hipertensi berat yaitu nilai sistolik ≥180 mmHg dan nilai diastolik

≥110 mmHg.

c. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah arteri dapat diukur baik secara langsung (secara

invasif) maupun tidak langsung (secara tidak invasif). Metode

langsung memerlukan insersi kateter kecil ke dalam arteri. Metode

non invasive adalah metode yang paling umum dengan

menggunakan spignomanometer dan stetoskop. Pengukuran

tekanan darah secara tidak langsung menggunakan auskultasi dan

palpasi, auskultasi merupakan teknik yang paling sering digunakan

(Potter, 2013). Adapun prosedur pengukuran tekanan darah

adalah sebagai berikut (Kusyati, 2013):

1) Dekatkan peralatan ketempat tidur klien.

2) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya.

3) Cuci tangan.
49

4) Atur posisi klien, baik duduk ataupun berbaring dengan

nyaman, dan sanggup lengan klien setinggi jantung dengan

telapak tangan menghadap ke atas.

5) Buka pakaian klien yang menutupi lengan atas.

6) Palpasi arteri brakialis dan pasang manset 2,5 cm di atas

denyut arteri brakialis.

7) Pasang spigmomanometer aneroid pada manset, dengan

arteri brakialis, dan pastikan lilitan manset rapi dan tidak ketat.

8) Pastikan sipmomanometer raksa sejajar dengan mata dan

anda beri kurang dari satu meter dari spigmomanometer.

9) Palpasi arteri brakialis sambil memompa manset hingga 30

mmHg di atas titik arteri brakialis tidak teraba lagi, kemudian

perlahan buka katup pada manset. Perhatikan titik denyut

kembali teraba (sistolik palpapsi).

10) Kempiskan manset sepenuhnya dan tunggu selama 30 menit.

Pasang stetoskop di telinga anda

11) Palpasi kembali arteri brakialis dan letakkan diafragma

stetoskop di atasnya.

12) Tutup katup searah jarum jam hingga rapat.

13) Pompa manset hingga mencapai 30 mmHg di atas titik sistolik

palpasi klien.

14) Buka katup secara perlahan sehingga memungkinkan raksa

turun rata-rata 2-3 mmHg per detik.


50

15) Perhatikan pada spigmomanometer ketika denyut terdengar

pertama kali.

16) Lanjutkan membuka katup secara perlahan dan perhatikan

titik ketika denyut tidak terdengar lagi.

17) Kempiskan manset dengan cepat dan tuntas.

18) Jika prosedur diulang, tunggu hingga 30 detik.

19) Buka manset dan lipat serta simpan dengan baik.

20) Tutup lengan atas dan bantu klien memperoleh posisi yang

diinginkan.

21) Bersihkan bagian telinga dan diafragma stetoskop dengan

kapas alkohol.

22) Informasikan hasil kepada klien.

23) Cuci tangan.

24) Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan.


51

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori di atas, maka dapat digambarkan kerangka konsep

penelitian, yakni:

Hipertensi

Faktor yang Terapi farmakologi:


mempengaruhi Dengan memberikan
tekanan darah obat anti hipertensi 1. TD meningkat
(hipertensi): Terapi non farmakologi 140/90mmHg.
1. Usia 1. Diet/kurangi 2. TD normal 120/80
2. Ras makan.
3. jenis kelamin mmHg.
2. Kurangi
4. obesitas merokok.
5. kurang aktivitas fisik
3. Teknik relaksasi.
6. kebiasaan merokok
7. faktor genetik 4. Aktivitas fisik
8. stress
9. nutrisi

5. terapi pijat
refleksi kaki
52

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 21. Kerangka Konsep Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki


Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Modifikasi
(Prasetyaningrum, 2014, Purwana Dan Hadiyanti, 2019, Corwin, 2009).

C. HIPOTESIS PENELITIAN

Adapun Hipotesis dalam peneitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Hipotesa Nol (H0)

Tidak ada pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap

tekanan darah pada pasien hipertensi.

2. Hipotesa Alternatif (Ha)

Ada pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan

darah pada pasien hipertensi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Strategi Pencarian Literatur

1. Framework yang digunakan

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS

framework.

a. Population/problem , populasi atau masalah yang akan dianalisis,

yaitu pasien hipertensi.

b. Intervention , suatu tindakan penatalaksanan terhadap kasus

perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang

penatalaksanaan. Intervensinya adalah melaksanakan terapi pijat

refleksi kaki.

c. Comparation , penatalaksanaan lain yang digunakan sebagai

pembanding. Didalam penelitian ini tidak menggunakan

pembanding.

d. Outcome, hasil atau luaran yang diperolah pada penelitian. Hasil

yang diperoleh adalah adanya pengaruh terapi pijat refleksi kaki

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.

e. Study design, desain penelitian yang digunakan oleh jurnal yang

akan di review. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy

dan true experiment.

53
54

2. Kata kunci

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan

boolean operator (AND, OR NOT or AND NOT) yang digunakan

untuk memperluas atau menspesifikkan pencarian, sehingga

mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal yang digunakan.

Kata kunci yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, “terapi pijat

refleksi kaki” AND “tekanan darah” AND “penderita hipertensi”.

B. Database atau Searchengine

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi diperoleh dari

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu.

Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel atau jurnal yang

relevan dengan topik dilakukan menggunakan database melalui,

Google Scholar, Indonesian publication index dan cendekia.

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Tabel.1. Kriteria inklusi dan eksklusi

Krite Inklusi Eksklusi


ria
Polu Jurnal penelitian yang Jurnal
tion berhubungan dengan topik penelitian yang tidak
problem penelitian yaitu terapi pijat berhubungan dengan
refleksi kaki topik penelitian yaitu
terapi pijat refleksi
kaki
Com Tidak ada faktor Tidak ada
pration pembanding faktor pembanding
Outc Adanya pengaruh Tidak ada
ame terhadap tekanan darah setelah pengaruh terhadap
dilakukan terapi pijat refleksi tekanan darah setelah
kaki dilakukan terapi pijat
refleksi kaki
Stud Experimental study, Literatur review
55

y design analisis korelasi, survey study,


mix methode study dan study
kualitatif
Tah Artikel jurnal yang terbit Artikel jurnal
un terbit setelah tahun 2012 yang terbit dibawah
tahun 2012
Bah Bahasa indonesia dan Selain bahasa
asa bahasa inggris indonesia dan bahasa
inggris

1. Hasil pencarian dan seleksi studi

melalui Google Scholar, Indonesian publication index dan cendekia.

menggunakan kata kunci “terapi pijat refleksi kaki” AND “tekanan

darah” AND “penderita hipertensi”, peneliti menemukan 573 jurnal

yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Jurnal penelitian tersebut

kemudian diskrining, sebanyak 242 jurnal diekslusi karena terbitan

tahun 2012 kebawah dan menggunakan bahasa selain bahasa

inggris dan indonesia. Assessment kelayakan terhadap 417 jurnal,

jurnal yang duplikasi dan jurnal yang tidak sesuai dengan kriteria

inklusi dilakukan eksklusi, sehingga didapatkan 5 jurnal yang

dilakukan review.
56

B. Alur Review Jurnal

Pencarian menggunakan
keyword melalui database
Google Scholar, Indonesian
publication index dan
cendekia
N = 573

Jurnal diatas 2012 dan Excluded (n=409)


menggunakan selain bahasa
inggris dan bahasa - Tidak sesuai dengan
indonesia. topik(n=127)
N = 242
- Tidak ada hubungan
dengan terapi pijat
refleksi kaki (n=25)
Seleksi judul dan duplikat - Literature review(n=9)
N = 156 - Conference
abstrac(n=10)

Identifikasi abstrak

Excluded (n=6)
Tujuan penelitian tidak
sesuai(n=5)

Jurnal akhir yang dapat


dianalisa sesuai rumusan
masalah dan tujuan
N=5

Gambar 22. Diagram alur review jurnal


57

C. Analisis Data

Literature review ini di sintesis menggunakan metode naratif dengan

mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai

dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan.Jurnal penelitian

yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian dikumpulkan dan dibuat

ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, tahun terbit, judul, metode dan

hasil penelitian serta database.


BAB IV

HASIL PENCARIAN

Bab ini membahas tentang hasil pencarian artikel/jurnal penelitian yang akan direview. Berdasarkan hasil pencarian

artikel/jurnal yang sesuai dengan tema yang diusulkan, ditemukan beberapa jurnal yang sesuai dengan tema penelitian yang

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Hasil Pencarian Jurnal


Meto
Na
de (Desain,
ma
N Au T Ju Tujua Sampel, Dat
Jurnal, Hasil Penelitian
o thor ahun dul n penelitian Variabel, abase
Volume,
Instrumen,
Angka
Analisis)
1 Sri 2 GA Pe Untuk D:Qu Pada hasil analisa Go
. Hartutik, 017 STER Vol. ngaruh mengetahui asy univariat didapatkan bahwa ogle
Kanthi 15 No. 2 Terapi Pengaruh Experiment terdapat perbedaan yang Schoolar
Suratih Pijat Terapi Pijat S: signifikan antara hasil nilai
Refleksi Refleksi Kaki Purposive rata-rata nilai akhir kelompok
Kaki Terhadap sampling perlakuan dan kelompok
Terhadap Tekanan V: kontrol, yaitu sebesar
Tekanan Darah Pada Terapi pijat 128,6/80,6 mmHg pada
Darah Penderita refleksi kaki, kelompok perlakuan dan

58
59

Pada Hipertensi hipertensi sebesar 152,3/92,3 mmHg


Penderita Primer I: pada kelompok kontrol.
Hipertensi Kuesioner
Primer pre test, Sedangkan pada
kuesioner analisa bivariat didapatkan
post test hasil nilai α = 0,05 didapatkan
A: Uji ρ value = (0,000), yang
Wilcoxon,Uji menandakan adanya
Mann pengaruh signifikan pemberian
Whitney terapi pijat refleksi kaki
terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi primer.
2 Fa 2 Jur Pe Untuk D:Qu Pada hasil analisa Go
. ridah 019 nal Ilmu ngaruh mengetahui asy univariat didapatkan bahwa ogle
Umamah, Keseha- Terapi Pengaruh Eksperiment terdapat perbedaan yang Schoolar
Shinta tan Vol. 7 Pijat Terapi Pijat S: signifikan antara sebelum dan
Paraswati No. 2 Refleksi Refleksi Kaki Simpel sesudah dilakukan pijat
Kaki Dengan random refleksi kaki, yaitu sebelum
Dengan Metode sampling dilakukan yakni dari 140-159
Metode Manual V: mmHg/90-99 mmHg menjadi
Manual Terhadap Terapi pijat <130 mmHg/<85 mmHg.
Terhadap Tekanan refleksi kaki
Tekanan Darah Pada dengan Sedangkan pada
Darah Penderita metode analisa bivariat didapatkan
Pada Hipertensi Di manual, hasil nilai α = 0,05 didapatkan
Penderita Wilayah tekanan ρ value = (0,001), yang
Hipertensi Karangrejo darah pada menandakan adanya
Di Timur penderita pengaruh signifikan pemberian
60

Wilayah Wonokromo hipertensi terapi pijat refleksi kaki dengan


Karang- Surabaya I: metode manual terhadap
rejo Timur Kuesioner tekanan darah pada penderita
Wonokro pre test, hipertensi .
mo kuesioner
Surabaya post test
A: Uji
statistik
Wilcoxon
Sign Rank
Test
3 Ag 2 Nur Pe Untuk D:Qu Pada hasil analisa Go
. us 018 sing News ngaruh Mengetahui asy univariat didapatkan bahwa ogle
Arianto, Volume 3, Terapi Pengaruh Experimenta terdapat perbedaan yang Schoolar
Swito Nomor 1 Pijat Terapi Pijat l signifikan antara tekanan
Prastiwi, Refleksi Refleksi S:Pur darah kelompok eksperimen
Ani Telapak Telapak Kaki posive pada sesi pagi dan sore hari,
Sutrining- Kaki Terhadap sampling yaitu dari sesi pagi sistolik
sih Terhadap Perubahab V:Vari sebesar 151,9 mmHg dan
Perubah- Tekanan abel diastolik sebesar 95,5 mmHg,
an Darah Pada dependen sesi sore hari sistolik 143,5
Tekanan Penderita dan mmHg dan diastolik 88,8
Darah Hipertensi independen mmHg.
Pada I:
Penderita Kuesioner Sedangkan pada
Hipertensi pre test, analisa bivariat didapatkan
kuesioner hasil nilai α = 0,0 didapatkan
post test ρ value = (0,050), yang
61

A: Uji menandakan adanya


paired, uji pengaruh signifikan pemberian
wilxocon terapi pijat refleksi telapak kaki
terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi.

4 Ri 2 Jo Pe Untuk D:Qu Pada hasil analisa Go


. ndang 015 m vol. 2 ngaruh mengetahui asy univariat didapatkan bahwa ogle
Azhari no. 2 Terapi Pengaruh Experimen terdapat perbedaan yang scohlar
Rezky, Pijat terapi pijat S:Pur signifikan antara sebelum
Yesi Refleksi refleksi kaki posive dilakukan terapi pijat refleksi
Hasneli, Kaki terhadaap sampling kaki pada kelompok
Oswati Terhadaa tekanan V:tera eksperimen 158,66 mmHg dan
Hasanah p darah pada pi pijat 94,17 mmHg dengan standar
Tekanan penderita refleksi kaki, deviasi 4,40 dan 2,09.
Darah hipertensi tekanan Sedangkan pada kelompok
Pada primer darah pada kontrol rata-rata tekanan
Penderita penderita darah sistolik dan diastoliknya
Hipertensi hipetensi adalah 159,51 mmHg dan
Primer I:Kue 94,62 mmHg dengan standar
sioner pre deviasi 2,50 dan 2,94.
test,
kuesioner Sedangkan pada
post test analisa bivariat didapatkan
A:Uji hasil nilai α = 0,05 didapatkan
dependent t- ρ value = (0,000), yang
test, Uji menandakan adanya
independent penurunan tekanan darah
62

t-test pada perlakuan kelompok


kontrol yaitu sistolik dari
159,57 mmHg menjadi 157,08
mmHg dengan selisih sebesar
2,42 mmHg. Tekanan darah
diastolik pada kelompok
kontrol naik sebesar 0,97 dari
94,62 mmHg m menjadi 93,82
mmHg.
5 Le 2 Jur Pe Untuk D:pre Pada hasil analisa Go
. vi Tina 014 nal Ners ngaruh mengetahui - univariat didapatkan bahwa ogle
Sari, Dan Terapi Pengaruh eksperiment terdapat perbedaan yang Schoolar
Nevy Kebidan- Pijat terapi pijat S:Co signifikan antara hasil nilai
Norma an, Refleksi refleksi nsecuti-ve rata-rata nilai akhir pada
Renityas Volume 1, Terhadap terhadap sampling tekanan darah lansia sebelum
Dan No 3 Penuruna penurunan V:Vari diberikan perlakuan terapi pijat
Wahyu n tekanan abel refleksi sistole 172,60 mmHg,
Wibisono Tekanan darah lanjut independen setelah diberikan perlakuan
Darah usia dengan I: sistole 148,00 mmHg
Lanjut hipertensi Kuesioner
Usia pre test, Sedangkan pada
Dengan kuesioner analisa bivariat didapatkan
Hipertensi post test hasil nilai α = 0,05 didapatkan
A: Uji ρ value = (0,001), yang
statistic test-t menandakan adanya
pengaruh signifikan pemberian
terapi pijat refleksi terhadap
penurunan tekanan darah
63

pada lanjut usia dengan


hipertensi.
BAB V

PEMBAHASAN

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan

darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada dua kali pengukuran dalam selang

waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Sulaeman &

Purnamawati, 2019). hipertensi merupakan salah satu penyakit

kardiovaskuler yang paling umum dan paling banyak disandang

masyarakat.hipertensi disebut sebagai killer karena sering tanpa keluhan,

sehingga penderita tidak mengetahui dirinya meyandang hipertensi dan

baru diketahui setelah terjadi komplikasi (Susilo & Ari, 2011). Di indonesia

prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia

18 tahun sebesar 34,1%. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44

tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 (55,2%) dan

didapatkan juga data proporsi kurang aktifitas fisik 35,5%. Hipertensi atau

darah tinggi juga masih menjadi ancaman serius yang berdampak pada

produktifitas hidup seseorang di NTB yakni mencapai 24,3% (Riskesdas,

2018).

Pada BAB V ini, penulis membahas dan menganalisis artikel/jurnal

penelitian yang sudah dituliskan pada bab sebelumnya kemudian

memberikan pandangan pribadi berdasarkan hasil riset dan review dari

jurnal-jurnal tersebut. Tentu kelima jurnal yang penulis kemukakan

sebelumnya memiliki perbedaan pandangan antar satu sama lain. Akan

63
64

tetapi tingkat kemiripannya pasti juga ada yang saling terkait. Oleh karena

itu, tugas penulis membahas dan menganalisanya yakni sebagai berikut:

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sri Hartutik, Kanthi Suratih

(2017) yang berjudul ”Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan Darah

Pada Penderita Hipertensi Perimer” didaptkan hasil penelitian ada

pengaruh yang signifikan terapi pijat refleksi kaki terhadap sistolik dan

diastolik. Peneliti menyarankan bahwa terapi pijat refleksi kaki dapat

digunakan pada hipertensi sebagai terapi komplementer yaitu non

farmakologi. Hal ini relevan dengan teori yang dijelaskan oleh Nugroho

(2012), menunjukkan bahwa pijat refleksi kaki lebih efektif dibanding

hipnoterapi dalam menurunkan tekanan darah. Pada hasil analisa

univariat didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

hasil nilai rata-rata nilai akhir kelompok perlakuan dan kelompok control,

Sedangkan pada analisa bivariat didapatkan hasil yang menandakan

adanya pengaruh signifikan pemberian terapi pijat refleksi kaki terhadap

tekanan darah pada penderita hipertensi primer. Menurut peneliti terapi

pijat refleksi kaki efektif menurunkan tekanan darah pada lansia.aktivitas

fisik sangat penting untuk meningkat kesehatan lansia, salah satunya

adalah terapi refleksi kaki. Refleksi kaki tidak hanya dengan pijat tetapi

juga dapat dilakukan dengan olahraga rutin berjalan telanjang kaki.

Kelebihan penelitian ini adalah menggunakan kuesioner sehingga

memudahkan responden dalam memberikan pendapatnya. Perbedaan

penilitian ini dengan literature riview yaitu pada metode penelitiannya, pada
65

penelitian ini menggunakan quasy eksperimental, sedangkan literature

riview menggunakan pra eksperimental.

Menurut Faridah umamah, Shinta Paraswati (2019) berdasarkan

hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Dengan

Metode Manual Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi”

didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi

pijat refleksi kaki metode manual pada kelompok perlakuan setengahnya

(50.0%) memiliki tekanan darah dengan kategori hipertensi derajat 1 yaitu

140/90-159/99 mmHg.

Tekanan darah sesudah terapi pijat refleksi kaki Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa sesudah dilakukan terapi pijat refleksi kaki

metode manual pada kelompok perlakuan sebagian besar (72.2%)

memiliki tekanan darah dengan kategori normal yaitu Normal <130

mmHg/<85 mmHg.

Pengaruh terapi pijat refleksi kaki

terhadap tekanan darah penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan

pada kategori tekanan darah. Responden memiliki tekanan darah sebelum

di berikan pijat refleksi kaki yakni hipertensi derajat 1 140-159 mmHg/90-

99 mmHg sedangkan sesudah di berikan pijat refleksi kaki yakni normal

<130 mmHg/<85 mmHg.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bahwaa terapi pijat refleksi

kaki sangat bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi. Adapun manfaat terapi pijat refleksi kaki tersebut

mampu memperlancar aliran darah daan cairan tubu pada bagian-bagian


66

tubuh yang berhubungan dengan titik saraf kaki yang dipijat. Sirkulasi

darah yang lancar akan memberikan efek relaksasi sehingga tubuh

mengalami kondisi seimbang.

Kelebihan penelitian ini adalah menggunakan kuesioner sehingga

memudahkan responden dalam memberikan pendapatnya. Perbedaan

penilitian ini dengan literature riview yaitu pada metode penelitiannya, pada

penelitian ini menggunakan quasy eksperimental, sedangkan literature

riview menggunakan pra eksperimental.

Pada penelitian yang dilakukan Agus Arianto, Swito Prastiwi, Ani

Sutriningsih (2018) pada penelitian menunjukkan bahwaa hasil penelitian

dan pengolahan data yang telah dilakukan oleh peneliti mengenaai

penurunan tekanan darah dengan terapi pijat refleksi kaki di wilayah

kelurahan tlogomas kota Malang dengan jumlah responden 34 orang ,

didapatkan kesimpulan bahwa terdapat efektifitas pelaksanaan pengaruh

terapi pijat refleksi kaki terhadap penurunan tekanan darah.

Setelah dilakukan analisa bivariat dengan uji paired, uji wilcoxon

pengaruh terapi pijat refleksi kaki rata-rata tekanan darah sebelum

pemberian terapi pijat refleksi kaki adalah 151/95,5 mmHg, pada sore hari

terjadi penurun menjadi 143,5/88,8 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan

antara tekanan darah pagi dan sore memiliki nilai α = 0,0 didapatkan ρ

value = (0,050) yang berarti menunjukkan pengaruh antara tekanan

darah sebelum dan sesudah diberikan terapi pijat refleksi kaki.

Kelebihan penelitian ini adalah menggunakan kuesioner sehingga

memudahkan responden dalam memberikan pendapatnya. Perbedaan


67

penilitian ini dengan literature riview yaitu pada metode penelitiannya, pada

penelitian ini menggunakan quasy eksperimental, sedangkan literature

riview menggunakan pra eksperimental.

Adapun jurnal menurut Rindang Azhari Rezky, Yesi Hasneli, Oswati

Hasanah (2015) pada penelitian dengan judul “ pengaruh terapi pijat

refleksi kaki terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer “

dari hasil penelitiannya terapi pijat refleksi kaki dapat menurukan tekanan

darah terhadap hipertensi.

Dari hasil analisi tekanan darah sebelum diberikan perlakuan

berupa terapi pijat refleksi kaki pada kelompok eksperiment sebesar

158,66/94,17 mmHg dengan standa deviasi 4,40 dan 2,09, pada

kelompok kotrol sebesar 159,51/94,62 mmHg dengan standar deviasi

2,50 dan 2,94. Sesudah diberikan perlakuan terapi pijat refleksi kaki pada

kelompok eksperiment sebesar 157,08 mmHg dengan selisih 2,42 mmHg,

pada kelompok kontrol sebesar diastolik naik sebesar 0,97 dari 94,62

mmHg menjadi 93,82 mmHg.

Terapi pijat refleksi kaki akan menyebabkan tubuh seseorang

menjadi lebih tenang dan dapat mengurai stress dapat memancarkan

gelombang-gelombang relaksasi keseluruh tubuh. Ini menunjukkan bahwa

terapi pijat refleksi kaki dapat menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi.

Kelebihan penelitian ini adalah menggunakan rentang waktu

pengambilan data untuk setiap responden yaitu dari jam 15.00-17.00 WIB,
68

sehingga data yang didapatkan dari semua responden menjadi lebih

akurat.

Terakhir, pada penelitian Levi Tina Sari, Nevy Norma Renityas dan

Wahyu Wibisono (2014) dengan judul “pengaruh terapi pijat refleksi

terhadap penurunan tekanan darah lanjut usia dengan hipertensi” tidak

berbeda dengan Sri Hartutik, Kanthi Suratih (2017).

Pada penelitian ini peneliti menyatakan ada pengaruh terapi pijat

refleksi terhadap tekanan darah yang ditunjukkan dari hasil uji bivariat

menggunakan uji statistic test-t dengan nilai α = 0,05 didapatkan ρ value

= (0,001), dimana sebelum diberikan terapi pijat refleksi dan setelah

diberikan terapi pijat refleksi mengalami perbahan yang signifikan.

Kelebihan penelitian ini adalah menggunakan checklist sehingga

memudahkan peneliti dalam mendata tekanan darah responden sebelum

dan sesudah perlakuan.

Hasil-hasil penelitian tersebut menurunkan tekanan darah pada

hipertensi menjadi lebih tenang dan dapat mengurai stress. Terapi pijat

refleksi kaki ini dapat dilakukan oleh semua penderita hipertensi.

Sehingga mudah mengaplikasikan terapi pijat refleksi kaki.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil review maka dapat ditarik kesimpulan:

Hasil analisis literature review ini menunjukan bahwa terapi pijat

refleksi kaki terbukti signifikan mampu menurunkan tekanan

darah penderita hipertensi.

B. Saran

Berikut ini beberapa saran yang dapat peneliti berikan kepada

bebrapa pihak diantaranya:

1. Saran teoritis

Agar hasil literature riview ini dapat digunakan untuk

menambah pengetahuan dan wawasan perawat, serta sebagai

bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian

khususnya dalam bidang keperawatan terutama tentang

pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah pada

pasien hipertensi .

2. Bagi masyarakat

Agar masyarakat dapat mengetahui cara

menurunkan tekanan darah melalui terapi non farmakologi

yaitu dengan menggunakan terapi pijat refleksi kaki.

70
71

3. Bagi Poltekkes Kemenkes Mataram

Agar poltekkes kemenkes mataram dapat

menggunakan hasil literature review ini untuk

mengoptimalkan cara menurunkan tekanan darah melalui

terapi non farmakologi.

4. Bagi Peneliti

Agar peneliti dapat menerapkan ilmu yang telah

didapat dalam program studi ilmu keperawatan berkaitan

dengan hipertensi.

5. Bagi Puskesmas

Agar puskesmas dapat menggunakan hasil literature

riview ini untuk dijadikan sebagai acuan dalam menjalankan

program pengendalian hipertensi dengan pemberian pijat

refleksi kaki.

6. Bagi peneliti selanjutnya

Agar dapat menggunakan hasil literature riview ini

sebagai data dasar untuk dilakukan penelitian lanjutan,

berhubungan dengan pengaruh terapi pijat refleksi kaki

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.


72
DAFTAR PUSTAKA

Arianto, agus, prastiwi, swito dan sutriningsih, ani. 2018. Pengaruh terapi pijat
refleksi telapak kaki terhadap perubahan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Nursing ners volume 3, 1. 585-586. 24 desember 2019.
https://www.google.com/search
Dewi, Sofia & Familia Digi. 2014. Hidup Bahagia Dengan Hipertensi. Jogjakarta :
A+Plus Books
Hayuaji. Gangsar R. 2016. Mahir Pijat Refleksi Secepat Kilat. Yogyakarta : Saufa
Hartutik, Sri, Kanthi, Suratih, (2017) Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer. GASTER vol. 15, no. 2.
Http:/www.jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/view/199
Prasetyaningrum, Yunita Indah. 2014. Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta :
FMedia
Pitaningrum, Yusra, Rahmat, Basuki & Ermawan, Romi. 2019. Ilmu Penyakit
Jantung Dan Pembuluh Darah. Denpasar : Cakra Media Utama
Purwana, Eka Rudy & Hadiyanti, Sonia. 2019. Diktat Materi Keperawatan
Komplementer Untuk Mahasiswa Keperawatan. Poltekkes Kemenkes
Mataram Jurusan Keperawatan
Rezky, Rindang, Azhari, Yesi, Hasneli, Oswati, Hasanah (2015). Pengaruh Terapi
Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Primer. JOM. Vol.2, No. 2. http:/neliti.com/publications/186872/pengaruh-
terapi-pijat-refleksi-kaki-terhadap-tekanan-darah-pada-penderita-hipert
Ridawati, S., & Purnamawati, D. (2019). Relaksasi Otot Progresif Menurunkan
Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Mataram: Poltekkes Kemenkes Mataram
Riskesdas. 2018. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian
kesehatan RI Tahun 2018. Tersedia dalam:
http://www.kesmas.kemenkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/
Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf.
Sari, Levi, Tina, Nevy, Norma, Renityas, Wahyu, Wibisono(2014). Pengaruh Terapi
Pijat Refleksi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Dengan
Hipertensi. Jurnal Ners dan Kebidanan Volume 1 No.3 .
http:/Jnk.phb.ac.id/index.php/jnk/article/view/40
Susilo, Y., Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: CV
Andi Offset
Umamah, Faridah, Shinta, Paraswati, (2019) Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki
Dengan Metode Manual Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Diwilayah Karangrejo Timur Wonokromo Surabaya. Jurnal Ilmu Kesehatan
Vol. 7, No. 2. http://ejurnaladhkdr.com/index.php/jik/article/download/204/166
LAMPIRAN 1

PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI TERHADAP TEKANAN DARAH


PADA PENDERITA HIPERTENSI PRIMER

STIKES Aisyiyah Surakarta Sri Hartutik, Kanthi Suratih Ners_Tutty@yahoo.com

ABSTRAK
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi.Penyakit
ini menjadi salah satu masalah utama dalam dunia kesehatan masyarakat di
Indonesia maupun dunia. Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia WHO 2011 ada 1
milyar orang didunia menderita hipertensi dan 2/3 di antaranya berada dinegara
berkembang. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di
negara berkembang pada tahun 2025 dari Jumlah total 639 juta di tahun
2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus ditahun
2025.Penelitian ini menggunakan metode Quasy Eskperiment dengan desain
penelitian yang digunakan adalah pre-postest control one group designPopulasi
pada penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Panti Wredha Pajang Surakarta
sebanyak 74 orang. Sampel dalam penelitian ini sejumlah
11 orang untuk masing-masing kelompok intervensi dan kelompok kontrol, sehingga
jumlah keseluruhan sampel adalah 22 responden.
Hasil penelitian menunjukkanuji Mann Whitney untuk pengaruh terapi pijat refleksi kaki
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer sesudah diberikan
perlakuan (post test) p value (0,000 < 0,05) ada perbedaan tekanan darah pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sesudah diberikan perlakuan terapi pijat
refleksi kaki. Terapi pijat refleksi sebagai salah satu terapi komplementer diharapkan
mampu untukdiaplikasikan perawat dalam menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi.

Kata kunci: pijat refleksi kaki, hipertensi

ABSTRACT
Hypertension or high blood pressure disease is a disorder of the blood vessels
resulting in decreased oxygen supply and nutrients. This disease becomes one of the
main problems in the world of public health in Indonesia and the world. According to
World Health Organization WHO
2011 records there are 1 billion people in the world suffering from hypertension and
2/3 are in developing countries. An estimated 80% rise in hypertension cases occurs
mainly in developing countries by 2025 from a total of 639 million in 2000. This
number is estimated to increase to
1.15 billion cases by 2025. This study uses the Quasy Eskperiment method with pre-
-postest control one group design The population in this study is elderly living in Panti
Wredha Pajang
Surakarta as many as 74 people. The sample in this study is 11 people for each
intervention group and control group, so the total sample is 22 respondents.
The results showed that Mann Whitney test for the influence of foot reflexology
therapy on blood pressure in patients with primary hypertension after treatment (post
test) p value (0,000 <0,05) there was difference of blood pressure in treatment group
and control group after treatment of foot reflection therapy.
Reflexology therapy as one of the complementary therapies is expected to be applied
by nurses in lowering blood pressure in hypertensive patients.

Keywords: foot reflexology massage, hypertension

LAMPIRAN 2
PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI DENGAN METODE MANUAL
TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH
KARANGREJO TIMUR WONOKROMO SURABAYA

Faridah Umamah *Shinta Paraswati** Program Studi SI Keperawatan Fakultas


Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Email:
umamahfarida@unusa.ac

ABSTRAK.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak dapat dianggap penyakit yang ringan.
Tidak hanya menurunkan kualitas hidup, namun dapat mengancam jiwa penderita.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi pijat refleksi kaki
dengan metode manual terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Desain
penelitian ini menggunakan Quasi experimental design dengan pendekatan
pretest-posttest control group design. Populasi seluruh penderita hipertensi pada
bulan Maret 2018 di Karangrejo Timur Wonokromo Surabaya berjumlah 38 orang,
sampel sebagian penderita berjumlah 35 diambil dengan metode simple random
sampling. Variabel independen terapi pijat refleksi kaki dengan metode manual,
variabel dependen adalah tekanan darah penderita hipertensi. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi. Uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon dengan
nilai kemaknaan α = 0,05.Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah sebelum
intervensi setengah (50%) responden mengalami Hipertensi derajat 1, setelah
intervensi sebagian besar (72,2%) tekanan darah normal, dan hasil uji wilcoxon
didapatkan nilai ρ = 0,001. Simpulan dari penelitian adalah terapi pijat refleksi kaki
dengan metode manual berpengaruh menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Diharapkan perawat dapat memberikan penyuluhan tentang cara
pencegahan dan pengobatan terhadap hipertensi baik menggunakan terapi pijat
refleksi dengan metode manual maupun dengan metode yang lain.

Kata kunci : Terapi pijat refleksi kaki, Metode manual, Hipertensi

ABSTRACT.

Hypertension or high blood pressure cannot be considered a mild disease. Not only
decreasing the quality of life, but also it can threaten patient’s self. The objective of
this study was to find out the effect of the foot reflexology massage therapy
with manual method on the blood pressure in patients with hypertension.The
design of the study used the Quasy experimental design with the approach
pretest-posttest control group design. The population of all patients with
hypertension at Karangrejo Timur Wonokromo Surabaya is 38 people, and the
sample was 35 people taken by simple random sampling method. The independent
variable’s is foot reflexology massage therapy with manual method, whereas the
dependent variable is the blood pressure of hypertension patients. The instrument
used was a observation sheet. Statistical test using Wilcoxon test with a significance
of α = 0,05. The result of Wilcoxon test showed that value of ρ = 0,001 and the
value of α = 0,05 meaning that ρ < α then H0 are rejected. It means that
foot reflexology massage therapy with manual method had an effect on the blood
pressure of patients with hypertension. The conclusions of the study is foot
reflexology therapy with manual method can lower blood pressure in hypertension
patients. Expected nurses can provide counseling about prevention and
treatment of hypertension either using reflexology massage therapy with manual
method or with other methods.

Keyword : Foot reflexology massage therapy with manual method, blood


pressure, hypertension
LAMPIRAN 3

PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI TELAPAK KAKI TERHADAP


PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI

1) 2) 3)
Agus Arianto , Swito Prastiwi , Ani Sutriningsih

1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
2) Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang
3) Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
E-mail : ngahagus@gmail.co m

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang berkaitan dengan
penurunan angka harapan hidup penderita, peningkatan penyakit jantung dan risiko
terjadinya stroke. Banyak pengobatan non farmakologi yang telah ditemukan untuk
membantu menurunkan tekanan, seperti terapi pijat refleksi telapak kaki yang
dapat menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh pemberian terapi pijat refleksi telapak kaki terhadap perubahan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Desain penelitian mengunakan Quasi
Experimental dengan pendekatan nonrandomized pretest and posttest with
control group design. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 34 responden, dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu 17 orang sebagai kelompok eksperimen dan 17 orang
sebagai kelompok kontrol. Metode analisa data dengan paired t test untuk menilai
tekanan darah sistolik pre-post test dan untuk menguji tekanan darah diastolik
mengunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian dengan uji paired t test untuk tekanan
darah sistolik dan uji Wilcoxon untuk tekanan darah diastolik diperoleh nilai
signifikansi 0,00 (sig<0,05), artinya pijat refleksi telapak kaki berpengaruh terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi. Terapi pijat refleksi telapak
kaki dapat menurunkan tekanan darah dan sebaiknya dilakukan di sore hari
agar efektifitasnya dalam menurunkan tekanan darah lebih maksimal.

Kata Kunci : Hipertensi, tekanan darah, terapi pijat refleksi telapak kaki.

ABSTRACT
Hypertension is one of non-communicable diseases associated with a decrease in
patient life expectancy, increasing the risk of heart disease and stroke.
Many non- pharmacological treatments that have been found to help reduce the
pressure, such as reflexology foot massage therapy that can lower blood pressure.
The purpose of this study to determine the effect of reflexology foot massage
therapy to changes in blood pressure in patients with hypertension. The study
design using Quasi-Experimental approaches nonrandomized pretest and posttest
with control group design. The sample in this study amounted to 34 respondents,
divided into 2 groups: 17 people as an experimental group and 17 as control group.
Methods of data analysis by paired t test to assess the systolic blood pressure and
pre-post test to test the diastolic blood pressure using the Wilcoxon test. The
results of the study with paired t test for systolic blood pressure and Wilcoxon test
for diastolic blood pressure of 0.00 significance value (sig <0.05). This means that
reflexology foot massage effect on the change in blood pressure in patients with
hypertension. Reflexology foot massage therapy can lower blood pressure and
should be done in the afternoon so that its effectiveness in lowering blood
pressure over the maximum.

Keywords : Hypertension, high blood pressure, reflexology foot massage therapy


LAMPIRAN 4

PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI TERHADAP TEKANAN


DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI PRIMER

1 2 3
Rindang Azhari Rezky , Yesi Hasneli , Oswati Hasanah

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email : rangbatusangka@gmail.com

Abstract
The objective of this study was to identify the effect of foot reflexology
theraphy on the blood pressure in patients with primary hypertension.
This study used quasy experiment design with non-equivalent control
group approach. This study was conducted at Puskesmas Lima Puluh
with 30 people as the sample which was divided into 15 people
experiment group and 15 people control group. The experiment group
was given foot reflexology massage theraphy of 15 minutes a day for
three days consecutively. A digital sphygmomanometer and observation
sheet were used as the measurement instruments. The analyses used
were univariate analysis to observe the frequency and bivariate analysis
with Dependent T-test and Independent T-test. The result of the study
showed a decrease of 6,29 mmHg on the experiment group patients
systolic blood pressure and a decrease of 3,44 mmHg on the diastolic
blood pressure. The result of statistical test indicated a significant
decrease on the experiment group with p value 0,000 (p<0,05). The result
of this study indicates that foot reflexology massage theraphy can lower
patients blood pressure even though the patients are still under
hypertension category.
LAMPIRAN 5

PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI
(The Effectiveness Of Reflexology Massage In
Lowering The Blood Pressure In Elderly With Hypertension)

Levi Tina Sari, Nevy Norma Renityas dan Wahyu Wibisono


STIKes Patria Husada Blitar
e-mail: viemuaniez@yahoo.com

Abstract : Elderly in the age of 60 or above is a natural process that can


not be avoided where the life of man as a human being is limited by a
rule of nature. As a result of the aging process, the blood vessels become
stiff and affect the left ventricular wall reduce its elasticity, resulting in a
progressive increase of blood pressure. The treatment of hypertension in
addition to pharmacological therapy could also use non-pharmacological
therapies such as reflexology massage. Method: The research design
used in this study was pre-experimental using one group pretest-posttest
approach. In this research, the researchers measured blood pressure
before and after the treatment (reflexology massage). The sample of this
study was 20 respondents using purposive sampling. This research used
statistical t-test analysis test, because it had a scale ratio data. Result :
The result of t-test showed that p <0.0001, means that there was
significantly different result before and after treatment with reflexology
massage on the feet with a medium timber. Discussion : It is expected
that people with hypertension do the feet reflexology massage in order to
taking medication because can lower systolic blood pressure.
Keywords : elderly, reflexology massage, hypertension

Anda mungkin juga menyukai