Anda di halaman 1dari 4

Nurlaily Septyahaqi

F1320061
S1 Akuntansi Transfer
RMK II PERPAJAKAN INTERNASIONAL
DOMISILI FISKAL
Domisili fiskal adalah status kependudukan yang digunakan untuk tujuan pemajakan.
UU PPh Indonesia menggunakan istilah subjek pajak dalam negeri untuk penduduk (resident)
dan istilah subjek pajak luar negeri untuk bukan penduduk (non resident).
Sesuai dengan pasal 2 ayat (3) UU PPh, kriteria dari subjek dalam negeri adalah :
1. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
2. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari
badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
a. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
c. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah; dan
d. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan
3. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
Subjek pajak luar negeri adalah :
1. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia; dan
2. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Pasal 26 UU PPh mengatur bahwa atas penghasilan wajib pajak luar negeri,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan,
atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia dipotong
pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib
membayarkan.
Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri
terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain:
1. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak
hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.
2. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif umum,
sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif
pajak sepadan.
3. Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak,
sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak
yang bersifat final.
Untuk membuktikan bahwa seseorang telah menjadi penduduk di suatu negara dengan
menunjukkan surat keterangan domisili (Certificate of Domicile /COD), yang ditandatangani
oleh pejabat berwenang negara tersebut. Dengan memiliki surat keterangan domisili (SKD) maka
orang atau badan yang namanya tercantum dalam SKD akan mendapat perlindungan pajak sesuai
dengan persetujuan P3B antara negara domisili dengan negara lainnya. Sehingga pemajakan atas
penghasilan orang atau badan tersebut bukan berdasarkan UU Domestik negara lainnya
melainkan berdasarkan P3B.
Ketentuan mengenai SKD untuk wajib pajak luar negeri diatur dalam PER-
61/PJ./2009 jo. PER-24/PJ./2010. Bentuk baku dari formulir SKD untuk wajib pajak luar negeri
berdasarkan PER-61/PJ./2009 jo. PER-24/PJ./2010 ada dua macam, yaitu :
a. Form–DGT 1, digunakan untuk
1) WPLN menerima atau memperoleh penghasilan melalui Kustodian sehubungan dengan
penghasilan dari transaksi pengalihan saham atau obligasi yang diperdagangkan atau
dilaporkan di pasar modal di Indonesia, selain bunga dan dividen;
2) WPLN bank; atau
3) WPLN yang berbentuk dana pensiun yang pendiriannya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di negara mitra P3B Indonesia dan merupakan subjek pajak di
negara mitra P3B Indonesia.
b. Form–DGT 2, merupakan SKD yang sifatnya umum digunakan untuk wajib pajak luar
negeri lainnya.
Formulir Form–DGT 1 ini terdiri dari dua halaman di mana halaman satu pada intinya
merupakan certificate of resident dari competent authority, sedangkan halaman dua intinya
merupakan pernyataan dari WPLN bahwa para pihak tidak melakukan penyalahgunaan P3B.
Form–DGT halaman satu dapat dipergunakan lebih dari satu kali sepanjang WPLN bertransaksi
dengan pemotong/pemungut pajak yang sama, dan nama dan alamat WPLN tidak mengalami
perubahan. Sedangkan Form–DGT halaman dua disampaikan di setiap masa sepanjang terdapat
transaksi dengan WPLN. Berbeda dari Form–DGT 1, Form–DGT 2 hanya terdiri dari satu
halaman yang memuat tentang status resident dari WPLN.
Sebagai bukti domisili SKD untuk wajib pajak dalam negeri Indonesia yang
digunakan adalah Form–DGT 7. Formulir ini isinya menerangkan bahwa Wajib Pajak adalah
subjek pajak dalam negeri Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UU PPh dalam rangka
memperoleh manfaat P3B di satu negara mitra P3B. SKD untuk wajib pajak dalam negeri dapat
pula menggunakan formulir khusus yang diterbitkan oleh negara mitra P3B.
SKD diterbitkan atau disahkan oleh Direktur Jenderal Pajak melalui KPP Domisili
berdasarkan permohonan Wajib Pajak. Permohonan Wajib Pajak sebagaimana tersebut harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak melalui KPP Domisili dengan
menggunakan Form-DGT 6 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Direktur
Jenderal Pajak ini;
b. Form-DGT 6 sebagaimana dimaksud pada huruf a telah diisi dengan benar, lengkap dan
jelas;
c. memuat nama negara/yurisdiksi mitra P3B tempat penghasilan bersumber;
d. memuat penjelasan mengenai penghasilan dan pajak yang akan dikenakan di negara mitra
P3B atas penghasilan dimaksud;
e. ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan
f. dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 Undang-
Undang KUP, dalam hal permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak.
Selain syarat-syarat tersebut, masih ada satu syarat lagi supaya permohonan SKD wajib
pajak dalam negeri dapat dikabulkan yaitu wajib pajak sudah menyampaikan SPT Tahunan.
Masa berlaku SKD yang diterbitkan oleh KPP Domisili adalah 1 (satu) tahun sejak tanggal
diterbitkan kecuali bagi Wajib Pajak bank sepanjang Wajib Pajak bank tersebut mempunyai
alamat yang sama dengan SKD yang telah diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai