Gagal Ginjal Akut Dan Gagal Ginjal Kroni
Gagal Ginjal Akut Dan Gagal Ginjal Kroni
September, 2020
Abstrak
Gagal ginjal akut ialah suatu keadaan fisiologi dan klinik yang ditandai dengan
pengurangan tiba-tiba GFR dan perubahan kemampuan fungsional ginjal dalam
mempertahankan ekskresi air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh atau
sindroma klinis akibat kerusakan metabolic dan patologik pada gagal ginjal yang
dintadai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia.
Gagal ginjal kronik merupakan keadaan dimana terjadinya penurunan fungsi
ginjal yang menahun, yang tidak reversible dan cukup lanjut. Pada gagal ginjal
kronik bisa terjadi rangkaian perubahan. Bila GFR menurun 5-10% dari keadaan
normal dan terus mendekati nol, maka pasien dapat menderita sindrom uremik
yaitu suatu kompleks gejala yang berkaitan dengan retensi metabolit nitrogen
akibat gagal ginjal.
A. Pengertian
Untuk Penyait gagal ginjal terdapat dua jenis yaitu untuk jenis penyakit
ini, yaitu gagal ginjal akut (GGA), dan yang kedua adalah gagal ginjal kronik
(GGK)
1. Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut atau bisa dikenal juga dengan sebutan Acute
Renal Failure (ARF) merupakan sekumpulan gejala yang
mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak (Nursalam, 2005, p.
35) .
Gagal ginjal akut ialah suatu keadaan dimana menurunnya fungsi
ginjal secara mendadak yang diakibat karena kegagalan sirkulasi renal,
serta gangguan fungsi tubulus dan glomerulus dengan manifestasi
penurunan produksi urine dan terjadi azotemia (peningkatan kadar
nitrogen darah, peningkatan kreatinin serum dan retensi produk
metabolit yang harus dieksresikan oleh ginjal (Muttaqin & Kumala,
2012, p. 156)
B. Etiologi
1. Gagal Ginjal Akut
Penyebab gagal ginjal akut dibagi dalam tiga kategori, yaitu (Nursalam,
2005) :
a. Penyebab prarenal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi ini menyebabkan berkurangnya alirah darah ginjal dan
menurunnya filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah :
1) Hipovolemik (luka bakar, kehilangan cairan dari gastrointestinal,
pankreatitis)
2) Vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis)
3) Gangguan fungsi jantung (infark miokardium
4) Gagal jantung kongesif, disritmia).
b. Penyebab intrarenal (kerusakan aktual jaringan ginjal)
Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat trauma jaringan
glomerulus atau tubulus ginjal. Kondisi klinis yang umum adalah :
1) Trauma langsung pada ginjal dan cedera akibat terbakar, cedera akibat
benturan. Cedera akibat terbakar dan cedera akibat benturan dapat
menyebabkan pembebasan hemoglobin dan mioglobin (protein yang
dilepaskan dari otot ketika cedera), sehingga terjadi toksik renal,
iskemik atau keduanya.
2) Pemakaian NSAID. Medikasi ini mengganggu prostaglandin yang
secara normal melindungi aliran darah renal, menyebabkan iskemia
ginjal.
3) Penyakit glumerovaskular ginjal (glumerulonefritis)
c. Pasca renal
Pasca renal terjadi akibat dari sumbatan atau gangguan aliran urine
melalui saluran kemih (sumbatan bagian distal ginjal). Tekanan di
tubulus meningkat sehingga laju filtrasi glomerulus meningkat. Hal ini
biasanya ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengosongkan
kandung kemih dan perubahan alian kemih. Gangguan yang terjadi
akibat sumbatan saluran aliran kemih yang disebabkan oleh :
1) Obstruksi ureter bilateral yang disebabkan oleh batu saluran kemih,
tumor ganas pada saluran kemih, kelenjar prostat.
2) Tindakan bedah yang disengaja untuk mengikat atau memotong ureter.
3) Obstruksi uretra yang disebabkan oleh hipertrofi prostat.
C. Patofisiologi
1. Gagal Ginjal Akut
Suatu hipotesis tentang gagal ginjal akut adalah kerusakan tubulus
yang menyebabkan tidak dapat menyeimbangkan sodium secara normal
sehingga mengaktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron. Kembalinya
aliran darah ke renal akibat peningkatan tonus arteri afferent dan efferent,
sehingga terjadi iskemia yang menyebabkan peningkatan vasopressin,
edema seluler, menghambat sintesis prostaglandin yang berakibat pada
testimulasinya sistem rennin-angiotensin. Penurunan aliran darah ke
ginjal menyebabkan penurunan tekanan glomerulus, rata-rata filtrasi
glomerulus, arus tubular sehingga menimbulkan oliguria. Selain itu ada
teori yang mengemukakan sampah sel dan protein didalam tubulus
menyumbatkan saluran tubulus sehingga terjadi peningkatan tekanan intra
tubular. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan onkotik yang
berlawanan dengan tekanan filtrasu hingga filtrasi glomerulus berhenti.
Penurunan aliran darah ke renal menyebabkan berkurangnya peredaran
oksigen ke tubulus proksimal. Hal ini menyebabkan penurunan ATP
(adeno-sisn-triposfat) sel yang menimbulkan peningkatan konsentrasi
citosolik dan kalsium mitokondria. Akibat dari kondisi ini berupa
kematian sel dan nekrosis tubular. Nefropati vasomotor menyebabkan
terjadinya spasme kapiler pertitubular yang berakibat pada kerusakan
tubulus (Suharyanto & Madjid, 2009)
2. Gagal Ginjal Kronik
Patofiologi gagal ginjal kronis dimulai pada awal fase gangguan,
keseimbangan caira, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa
masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai
terjadinya fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis
gagal ginjal kronis mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang
sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa
meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi dan sekresinya, serta
hipertrofi. Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka
nefron yang tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga
nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus
kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron
yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusunan
progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran
dara ginjal akan berkurang. Pelepasan renin akan meningkat bersama
dengan kelebihan beban cairan sehingga menyebabkan hipertensi.
Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar
terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma. Kondisi akan
bertembah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai
respons dari kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun
drastis dengan manifestasi penumpukan metabolit-metabolit yang
seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom
uremia berat yang memberikan banyak manifestasi pada setiap organ
tubuh (Muttaqin & Kumala, 2012, p. 167-168).
D. Manifestasi Klinis
1. Gagal Ginjal Akut
Tanda dan gejala pada pasien GGA, yaitu (Nursalam, 2005) :
a. Pasien tampak sangat menderita dan laterggi disertai mual, muntah dan
diare persisten
b. Kulit dan membran mukosa kering akibat dehidrasi dan nafas mungkin
berbau urine (foto uremik)
c. Manifestasi sistem saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot dan kejang)
d. Perubahan pengeluaran produksi urine (urine sedikit, dapat mengandung
darah)
e. Peningkatan BUN (blood urea nitrogen), kadar kreatinin tergantung pada
tingkat katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal dan masukan
protein. Serum kreatinin meningkat pada kerusakan glomerulus.
f. Hiperkalemia akibat penurunan laju filtrasi glomerulus serta katabolisme
protein menghasiklan pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh,
menyebabkan hiperkalemia berat (kadar serum K+ tinggi. Hiperkalemia
menyebabkan disritmia jantung.
g. Asidosis metabolik, akibat oliguria akut pasien tidak dapat mengeliminasi
muatan metabolik seperti substandi jenis asam yang terbentuk oleh proses
metaboli normal. Selain itu, mekanisme buffer ginjal normal menurun. Hal
ini ditunjukkan oleh adanya penurunan kandungan karbon dioksida darah
dan pH darah. Sehingga asidosis metabolik progresih menyertai gagal
ginjal akur.
h. Abnormalitas
Ca++ dan PO4. Peningkatan konsentrasi serum fosfat mungkin terjadi.
Serum kalsium mungkin menurun sebagai respons terhadap penurunan
absorpsi kalsium di usus dan sebagai mekanisme kompensasi terhadap
peningkatan kadar serum fosfat,
i. Anemia
Anemia yang menyertai gagal ginjal akut terjadi akibat penurunan
produksi eritropoietin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel
darah merah dan kehilangan darah (biasanya dari saluran pencernaan)
E. Asuhan Keperawatan
1. Gagal Ginjal Akut
a. Pengkajian
1. Data subjektif
a) Faktor risiko berupa riwayat minum obat, minum obat diuretik
b) Riwayat radang ginjal atau obstruksi saluran kencing
c) Adanya anoreksia, mual dan riwayat muntah
d) Kelelahan otot, lemah dan lesu
e) Sakit kepala, pandangan kabur
f) Riwayat penyakit keluarga (nefritis dan batu)
2. Data objektif
a) Hipertensi, disritmia, nadi lemah, edema peri orbital, pucat
b) Frekuensi eliminasi urine meningkat, poliuri (banyak kencing)
yang merupakan tanda awal atau penurunan frekuensi tanda
lanjut
c) Perubahan turgor kulit
d) BB meningkat (edema)
e) BB menurun (dehidrasi)
f) Perhatian kurang, konsentrasi kurang, memori kurang
g) Tingkat kesadaran menurun
h) Nafas pendek dan mungkin bau amoniak
b. Diagnosis Keperawatan
1) Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
(penurunan filtrasi glomerulus dan retensi sodium)
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis (kegagalan filtrasi protein
oleh glomerulus)
3) Risiko penurunan curah jantung
4) Risiko infeksi
Suharyanto, T., & Madjid, A. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Katalog Dalam Terbitan (KDT).