Anda di halaman 1dari 58

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


Dalam melakukan sebuah proses perencanaan perlu ditetapkan kriteria –
kriteria yang akan digunakan sebagai tolok ukur kelayakan pelaksanaan
pembangunan. Beberapa kriteria yang dimaksud adalah :

1. Serviceability (kemampuan layanan)


Kriteria ini merupakan kriteria dasar yang sangat penting.Struktur yang
direncanakan harus mampu memikul beban secara aman tanpa mengalami
kelebihan tegangan maupun deformasi yang melebihi batas.

2. Nilai Efisiensi Bangunan


Kriteria efisiensi ini mencakup tujuan desain struktur serta kemudahan
untuk pelaksanaannya, yang meliputi banyaknya material yang digunakan,
waktu pelaksanaan, tenaga kerja, dan lain-lain.Selain itu proses perencanaan
struktur yang ekonomis didapatkan dengan membandingkan besarnya
pemakaian bahan pada kondisi tertentu dengan hasil yang berupa kemampuan
untuk memikul beban. Nilai efisiensi yang tinggi merupakan tolok ukur
kelayakan perencanaan yang baik.

3. Pemilihan Konstruksi dan Metode Pelaksanaan


Pemilihan konstruksi yang sesuai dengan kebutuhan serta metode
pelaksanaan yang akan dilakukan mempengaruhi nilai kelayakan sebuah
pembangunan. Kriteria ini mempunyai ruang lingkup yang sangat luas,
diantaranya pemilihan peralatan, waktu pelaksanaan, biaya dan sumber daya
manusia yang diperlukan.

4. Harga/biaya
Disamping dari kriteria – kriteria tersebut diatas terdapat sebuah kriteria
yang sangat penting untuk diperhatikan. Kriteria tersebut adalah biaya yang

6
dibutuhkan dalam proses pembangunan. Nilai pemakaian biaya yang efisien
tidak terlepas dari efisiensi bahan dan kemudahan pelaksanaan.

5. Estetika
Dalam pembuatan suatu bangunan harus memperhatikan dalam segi
estetika.Yang dimaksud estetika bukan hanya keindahannya saja tapi juga
melihat fungsi dari bangunan maupun ruangan yang ada sehingga dapat
mendesain dengan baik tanpa meninggalkan segi estetikannya.

2.2 Landasan teori


Ketentuan – ketentuan dalam Perencanaan Struktur Gedung Lima Lantai
Yang Difungsikan Untuk Rusunawa Dilokasi Sekarang Gunungpati Semarang
menggunakan pedoman yang digunakan sebagai acuan, yaitu :
a. Standart Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI
03-2847 Beton 2002)
Dalam tugas akhir ini meliputi perencanaan :
1. Modulus elastisitas beton (Ec)
2. Kuat perlu (U)
3. Faktor reduksi kekuatan (φ)
4. Faktor (β1)
b. Standart Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk bangunan gedung
(SNI_03_1729_2002)
Dalam tugas akhir ini meliputi perencanaan :
1. Modulus elastisitas baja (Es)
2. Mutu baja
3. Tegangan-tegangan baja (tegangan ijin, tegangan geser, tegangan leleh,
tegangan putus)
4. Ketentuan-ketentuan mengenai sambungan.
c. Standart perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung
(SNI_03_1726_2012).
Dalam tugas akhir ini meliputi perencanaan :
1. Cara-cara analisis gempa
2. Koefisien gempa dasar ©

7
3. Faktor keutamaan (I)
4. Faktor jenis struktur (K)
5. Wilayah / zone gempa
d. Peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung 1987.
Dalam tugas akhir ini meliputi perencanaan :
1. Berat sendiri bahan bangunan
2. Beban hidup lanati gedung
3. Koefisien reduksi beban hidup
4. Beban angin

2.3 Mutu Bahan


Mutu bahan yang digunakan dalam perencanaan struktur gedung ini adalah
beton fc’ = 25 MPa, fc’ = 30 MPa, dan fc’ = 35 MPa. Ec = 23500 MPa untuk
struktur secara umum. Baja tulangan menggunakan mutu baja fy = 390 MPa, Es =
200000 MPa untuk tulangan pokok dan fy = 240 MPa untuk tulangan sengkang.

2.4 Konsep Perencanaan Struktur


Konsep Perencanaan Struktur merupakan dasar teori perencanaan dan
perhitungan struktur, yang meliputi desain terhadap beban lateral (gempa) dan
metode analisis struktur yang digunakan .
2.4.1 Desain terhadap Beban Lateral (Gempa)
Kerak bumi tidak statis, ia selalu bergerak konstan. Menurut teori
geologi tentang tektonik lempengan, permukaan bumi terdiri dari beberapa
lempengan batuan tebal yang mengapung diatas matel bumi yang cair.
Lempengan-lempengan tektonik baru di bentuk terus-menerus sepanjang
lembah yang curam di dasar laut dimana bahan cair dari interior bumi
didorong ke atas sehingga samudra baru membentuk tepi lempengan
samudra yang menyebabkan continental drift, yaitu lempengan-lempengan
samudra didorong terhadap lempengan kontinental. Pada pertemuan ini,
lempengan akan terkunci di tempat tersebut sehingga pergeseran lempengan
dapat dicegah. Tekanan terbentuk disepanjang tepi lempengan sehingga
peleset yang mendadak karena pantulan elastik atau terjadi patahan batuan
sehingga menghasilkan pelepasan energi regangan mendadak. Akibatnya

8
adalah terjadi patahan pada kerak bumi bagian atas sepanjang arah tertentu,
dan terbentuklah sesar. Sebagian energi dalam bentuk gelombang dijalarkan
kesemua arah. Gerak gelombang inilah yang dikenal sebagai gempa. Di sini
jelas bahwa suatu sesar yang menderita gempa di masa lalu mungkin sekali
akan mengalami gangguan yang sama dikemudian hari (Wolfgang,2001).
Untuk itu, dalam mendesain suatu struktur, kestabilan terhadap
beban gempa (lateral) adalah hal terpenting karena gaya lateral
mempengaruhi desain elemen – elemen vertikal dan horisontal struktur.
Mekanisme dasar untuk menjamin kestabilan terhadap beban gempa
(lateral) diperoleh dengan menggunakan hubungan kaku untuk memperoleh
bidang geser kaku yang dapat memikul beban lateral. Beban gempa
mempunyai efek dinamis yang menjadikan analisisnya lebih kompleks.
Tinjauan ini dilakukan untuk mendesain elemen – elemen struktur agar
elemen – elemen tersebut kuat menahan gaya gempa.
2.4.1.1 Analisis Struktur terhadap Gempa
Metode analisis yang dapat digunakan untuk
memperhitungkan pengaruh beban gempa terhadap struktur adalah
sebagai berikut :

1. Metode Analisis Statis Ekuivalen


Merupakan analisis sederhana untuk menentukan pengaruh
gempa tetapi hanya digunakan pada bangunan sederhana dan
simetris, penyebaran kekakuan massa menerus, dan ketinggian
tingkat kurang dari 40 meter. Analisis statis prinsipnya
menggantikan beban gempa dengan gaya – gaya statis ekuivalen
bertujuan menyederhanakan dan memudahkan perhitungan, dan
disebut Metode Beban Statik ekuivalen, yang mengasumsikan
besarnya gaya gempa berdasar hasil perbandingan antara
perkalian suatu konstanta akibat tanah dan keutamaan gedung
serta massa dengan faktor reduksi maksimum yang tergantung
dari bahan yang digunakan.

9
2. Metode Analisis Dinamis

Analisis dinamis dilakukan untuk evaluasi yang akurat dan


mengetahui perilaku struktur akibat pengaruh gempa yang
sifatnya berulang. Analisis dinamis perlu dilakukan pada struktur
– struktur bangunan dengan karakteristik sebagai berikut :

 Gedung – gedung dengan konfigurasi struktur sangat tidak


beraturan.
 Gedung – gedung dengan loncatan – loncatan bidang muka
yang besar.
 Gedung – gedung dengan kekakuan tingkat yang tidak
merata.
 Gedung – gedung dengan ketinggian lebih dari 40 meter.
Metode ini ada dua jenis yaitu Analisis Respon Dinamik
Riwayat Waktu yang memerlukan rekaman percepatan gempa
rencana dan Analisis Ragam Spektrum Respon dimana respon
maksimum dari tiap ragam getar yang terjadi didapat.

2.4.1.2 Pemilihan Cara Analisis


Pemilihan metode analisis untuk perencanaan struktur
ditentukan berdasarkan konfigurasi struktur dan fungsi bangunan
berkaitan dengan tanah dasar dan wilayah kegempaan.Untuk
struktur bangunan kecil dan tidak bertingkat, elemen struktural dan
non struktural tidak perlu didesain khusus terhadap gempa, tetapi
diperlukan detail struktural yang baik.Untuk struktur bangunan
beraturan digunakan metode Analisis Beban Statik Ekuivalen.Untuk
struktur bangunan yang tidak beraturan harus dianalisis
menggunakan analisis dinamis yaitu metode Analisis Ragam
Spektrum Respon atau metode Analisis Riwayat Waktu.
Semua analisis tersebut pada dasarnya untuk memperoleh
respon maksimum yang terjadi akibat pengaruh percepatan gempa
yang dinyatakan dengan besarnya perpindahan (Displacement)
sehingga besarnya gaya – gaya dalam yang terjadi pada struktur
dapat ditentukan lebih lanjut untuk keperluan perencanaan.

10
2.4.2 Denah dan Konfigurasi Bangunan
Dalam mendesain struktur perlu direncanakan terlebih dulu denah
struktur setiap lantai bangunan, sehingga penempatan balok dan kolom
sesuai dengan perencanaan ruang.

2.5 Konsep Pembebanan


Dalam perencanaan suatu bangunan tentunya ada umur rencana bangunan,
dimana selama umur rencananya struktur harus dapat menerima berbagai macam
kondisi pembebanan yang mungkin terjadi.
Kesalahan dalam menganalisis beban merupakan salah satu penyebab utama
kegagalan struktur.Mengingat hal tersebut, sebelum melakukan analisis dan desain
struktur, perlu adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban
yang bekerja pada struktur beserta karakteristiknya.
Beban – beban yang bekerja pada struktur bangunan dapat berupa
kombinasi dari beberapa beban yang terjadi secara bersamaan. Untuk memastikan
bahwa suatu struktur bangunan dapat bertahan selama umur rencananya, maka pada
proses perancangan dari struktur perlu ditinjau beberapa kombinasi pembebanan
yang mungkin terjadi.
2.5.1 Jenis – jenis beban
Dalam menjalankan fungsinya setiap sistem struktur harus mampu
menahan atau menerima pengaruh – pengaruh dari luar yang harus dipikul
untuk selanjutnya diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi.
Pengaruh dari luar yang bekerja pada struktur dapat dinyatakan
sebagai besaran gaya dengan intensitas yang dapat diukur. Intensitas
pengaruh dari luar pada struktur disebut beban atau gaya luar, dimana cara
bekerjanya serta besarnya diatur dalam peraturan atau standar pembebanan
yang berlaku.
Selain pengaruh dari luar yang dapat diukur sebagai besaran gaya
seperti berat sendiri struktur, beban akibat hunian, pengaruh angin atau
getaran gempa, tekanan hidrostatik air dan tekanan tanah, terdapat juga
pengaruh – pengaruh luar yang tidak dapat diukur sebagai gaya dengan
contoh antara lain pengaruh penurunan pondasi pada struktur bangunan atau
pengaruh temperatur pada elemen struktur.

11
Secara umum beban atau gaya luar yang bekerja pada struktur dapat
dibedakan menjadi beban statik dan beban dinamik yaitu seperti yang
diuraikan dibawah ini :

Beban Mati:
- Beban akibat berat sendiri struktur
- Beban akibat berat elemen bangunan

Beban Hidup:
- Beban hunian atau penggunaan (akibat
Beban orang,peralatan,kendaraan)
Statik - Beban akibat air hujan
- Beban pelaksanaan atau konstruksi

Beban Khusus:
- Pengaruh penurunan pondasi
- Pengaruh tekanan tanah atau tekanan air
- Pengaruh temperature/suhu

Beban Dinamik Bergetar:


- Beban akibat getaran gempa atau angin
- Beban akibat getaran mesin
Beban
Dinamik
Beban Dinamik Kejut:
- Beban akibat ledakan atau benturan
- Beban akibat getaran mesin
- Beban akibat pengereman kendaraan

2.5.2 Beban – beban pada struktur


1. Beban statis
Beban statis adalah beban yang bekerja secara terus menerus pada
suatu struktur bangunan.Beban statis juga diasosiasikan dengan beban-
beban yang secara perlahan-lahan timbul serta mempunyai variabel
besaran yang bersifat tetap (steady states). Maka jika suatu beban
mempunyai perubahan intensitas yang berjalan cukup perlahan
sedemikian rupa sehingga pengaruh waktu tidak dominan, maka beban
tersebut dapat di kelompokkan sebagai beban static (static load)
deformasi dari sebuah struktur akibat beban statik akan mencapai

12
puncaknya jika beban ini mencapai nilai maksimum. Beban statis pada
umumnya dapat dibagi menjadi beban mati, beban hidup dan beban
khusus yaitu beban yang terjadi akibat penurunan pondasi atau efek
temperature.
a. Beban mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung
yang bersifat tetap.Beban mati pada struktur bangunan ditentukan
oleh berat jenis bahan bangunan.
Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk
Rumah dan Gedung tahun 1987 beban mati pada struktur dibagi
menjadi 2 yaitu beban mati akibat material konstruksi dan beban
mati akibat komponen gedung.
Tabel 2.1 Berat Sendiri Material Konstruksi
Baja 7850 kg/ m 3

2400 kg/ m 3
Beton Bertulang
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987

Tabel 2.2 Berat Sendiri Komponen Gedung


Beban Mati Besar Beban
Adukan semen per cm tebal 21 kg/m 3
Dinding pasangan 1/2 bata 250 kg/m2
Kaca setebal 12 mm 30 kg/m2
Langit – langit + penggantung 18 kg/m2
Lantai ubin semen portland 24 kg/m2
Spesi per cm tebal 21 kg/m2
Atap genteng, usuk, reng 50 kg/m2
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau penggunaan suatu gedung.

13
Tabel 2.3 Beban Hidup Pada Lantai Bangunan
Beban Hidup Lantai Bangunan Besar Beban
Lantai kantor, toko 250 kg/m2
Lantai dan tangga rumah tinggal 200 kg/m2
Lantai untuk ruang pertemuan 400 kg/m2
Balkon – balkon yang menjorok bebas keluar 300 kg/m2
Tangga dan bordes untuk kantor, toko 300 kg/m2
Beban hidup pada atap 100 kg/m2
Beban hidup pada bagian atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani
oleh orang, harus diambil yang paling menentukan di antara dua
macam beban berikut :

a. Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari beban hujan
sebesar (40-0,8α) kg/m2 , dengan α = sudut kemiringan atap (º).
Beban tersebut tidak perlu diambil ≥ 20 kg/m2 dan tidak perlu
ditinjau bila α ≥ 50º.
b. Beban terpusat dari seorang pekerja pemadam kebakaran dengan
peralatannya minimum 100 kg.
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987

Untuk reduksi beban dapat dilakukan dengan mengalikan beban hidup


dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada
penggunaan bangunan. Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk
perencanaan portal ditentukan sebagai berikut :
Tabel 2.4 Faktor Reduksi Beban Hidup
Koefisien
Penggunaan gedung Perencanaan Peninjauan
portal gempa
Perumahan / Penghunian
- Rumah tinggal
- Asrama 0,75 0,30
- Hotel
- Rumahsakit
Pendidikan :
- Sekolah 0,90 0,50
- Ruang kuliah

14
Perdagangan :
- Toko
0,80 0,80
- Toserba
- Pasar
Industry :
- Pabrik 1,00 0,90
- Bengkel
Tempat kendaraan :
- Garasi 0,90 0,50
- Gedung parkir
Gang dan tangga :
- Perumahan/penghunian 0,75 0,30
- Pendidikan,kantor 0,75 0,50
- Pertemuan umum 0,90 0,50
- Perdagangan
- Penyimpanan
- Industry
- Tempat kendaraan
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987

3. Beban Dinamis
Beban dinamis adalah suatu beban yang mempunyai perubahan
intensitas yang bervariasi secara tepat terhadap waktu.Beban dinamis ini
bekerja secara tiba-tiba pada struktur.Pada umumnya, beban ini tidak
bersifat tetap (unsteady-state) serta mempunyai karakteristik besaran
dan arah yang berubah dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat
beban dinamik ini juga akan berubah-ubah secara cepat. Beban dinamis
terdiri dari beban gempa dan beban angin.
3.1. Beban gempa
Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan
terlewati besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah
sebesar 2%. Gempa rencana akan menyebabkan struktur bangunan

15
gedung mencapai kondisi di ambang keruntuhan tetapi masih dapat
berdiri, sehingga dapan mencegah jatuhnya korban jiwa. Berbagai
katagori resiko bangunan gedung dan struktur lainnya untuk beban
gempa menurut SNI 03-1726-2012 pasal 4.1.2.Tergantung pada
probabilitas terjadinya keruntuhan struktur gedung Selama umur
rencana tersebut yang diharapkan.Pengaruh gempa rencana terhadapnya
harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan gempa menurut SNI 03-
1726-2012 Pasal 4.1.2.

Tabel 2.5 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung


gedung untuk beban gempa
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko
rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk,
antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan I
perikanan
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang
termasuk dalam kategori risiko I,II,III,IV termasuk,
tapi tidak dibatasi untuk :
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar II
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur

16
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko
tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit
bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam
kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk
menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat
sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi
tidak dibatasi untuk :
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk
dalam kategori risiko IV, (termasuk tetapi tidak
dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
III
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau
tempat pembuangan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau
bahan yang mudah meledak) yang mengandung
bahan beracun atau peledak dimana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang
disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan
cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat

17
jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai
fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak
dibatasi untuk :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat
darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan
kantor polisi, serta garansi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi,
angin badai, dan tempat perlindungan darurat
lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat
operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap
darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik
lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan
darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara
telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan
IV
bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran) yang
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan
darurat.
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain
yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
Sumber : SNI 03-1726-2012

18
Tabel 2.6 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Sumber : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2012)
3.1.1. Klasifikasi Situs untuk desain Seismik (SNI 03-1726-2012)
Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di
permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran
percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan
tanah untuk suatu situs tersebut harus iklasifikasikan terlebih
dahulu dengan rumusan sebagai berikut :

N=

di : Tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter


Ni : Tahanan penetrasi standart 60% energi (N) yang terukur
dilapangan.
∑ = di + d2 + d3 + d4 + d5

∑ =

Profile tanah di situs harus diklasifikasikan sesuai dengan


SNI 03-1726-2012 Pasal 5.3, berdasarkan profile tanah
lapisan 30 meter paling atas.

Tabel 2.7Klasifikasi Situs


Kelas situs ῡ, (m/detik) N atau Nch Su (Kpa)
SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
Sb (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
Sc (tanah keras 350 sampai 750 >50 ≥100
sangat padat dan
batuan lunak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 sampai

19
50 100
SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung
lebih dari 3 m tanah dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. Indeks Plastisitas. PI > 20,
2. Kadar air, w ≥40%,
3. Kuat geser niralir ŝn < 25 kPa

SF (tanah khusus Setiap profil lapisan tanah yang memiliki


yang salah satu atau lebih dari karakteristik berikut:
membutuhkan  Rawan dan berpotensi gagal atau
investigasi runtuh akibat beban gempa seperti
geoteknik spesifik- mudah likuifaksi, lempung sangat
situs yang sensitive, tanah terementasi lemah
mengikuti pasal  Lempung sangat organik dan/atau
6.10.1 gambut(ketebalan H > 3 m)
 Lempung berplastisis sangat tinggi
(ketebalan H 7.5 m dengan indeks
Plastisitas PI > 75)
 Lpaisan lempung lunak / setengah
teguh dengan ketebalan H > 35m
dengan Su< 50 kPa

CATATAN: N/A = Tidak dapat dipakaiSumber : SNI 03-1726-2012

3.1.2. Wilayah Gempa dan Spektrum Respon (SNI 03-1726-


2012 Pasal 6)
Penentuan respons spectral percepatan gempa maksimum
diperlukan suatu faktor amplikasi seismic pada periode 0,2
detik (Ss) dan periode 1 detik (S1) untuk menentukan
percepatan respons spectral ditentukan berdasarkan pada
zonasi gempa seperti gambar 2.1 dan gambar 2.2.

20
Gambar 2.1Peta Percepatan Respons Spektral Periode 0,2 detik (Ss)

Gambar 2.2Peta Percepatan Respons Spektral Periode 1 detik (S1)

Faktor amplikasi getaran terkait percepatan paada getaran periode pendek


(Fa) dan faktor amplikasi terkait percepatan yang mewakili getaran periode 1
detik (Fv). Parameter spektrum respons percepatan pada periode pendek (Sms) dan
periode 1 detik (SmI) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs harus
ditentukan dengan rumusan sebagai berikut :
Sms = Fa x Ss
SMI= Fv x S1

Dimana :
Ss : Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
periode pendek.
S1 : Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
periode 1 detik.

21
Koefisien situs Fad an Fv ditentukan berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 6.2
(Tabel 4 dan table 5). Setelah nilai Fad an Fv ditentukan, maka dilanjutkan
dengan menghitung parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek
(Sps) dan pada periode 1 detik (Sp1) ditentukan dengan perumusan sebagai
berikut :
Sps= SMs

Sp1= SM1

Dalam menentuka kurva spectrum respons desain harus dikembangkan dengan


mengacu SNI 03-1726-2012 pasal 6.4 Gambar 2.3 dan mengikuti ketentuan di
bawah ini :
1. Untuk periode yang lebih kecil dari To, spectrum respons percepatan desain ,
Sdsharus diambil dari persamaan :
Sa= SDs x

2. Untuk periode lebih bessar dari atau sama dengan Todan lebih kecil dari atau
sama dengan Ts1spektrum respons percepatan desain SDsdiambil dari
persamaan :
Sa= SDs
3. Untuk lebih besar dari Ts1spektrum respons percepatan desain Sdsdiambil
berdasarkan persamaan :
S a=

Dimana :
SDs : parameter respons spektral percepatan desain pada periode
pendekSDI : Parameter respons spektral percepatan desain pada
periode 1 detik
T : periode getar fundamental struktur.

22
Gambar 2.3.Spektrum Rospons Percepatan Desain

Dimana :
To= 0,2

Ts=

3.1.3. Periode Fundemental Pendekatan (SNI 03-1726-2012 Pasal


7.8.2.1)
Periode fundeamental pendekatan 9Tc), dalam detik, harus
ditentukan dari persamaan berikut :
Tmaks = Cu. Ta
Denagan :
Ta= Ct .h3/4

Dimana :
h = Ketinggian struktur, dalanm (m), diatas dasar sampai tingkat tertinggi
struktur.
Cu = koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung, ditentukan
berdasarkan table 14 SNI 1726-2012.

23
Ct = nilai parameter periode ditentukan berdasarkan table 15 pada SNI
1726-2012.
Tabel 2.8.Koefisien untuk Balas Atas pada Periode yang Dihitung
Parameter percepatan respons
spektrum desain pada 1 detik SD1 Koefisien Cu

1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
0,1 1,7
Sumber : SNI 1726 – 2012

Tabel 2.9.Nilai Parameter Periode


Tipe struktur C1 X
Sistem rangka pemikul momen dimana
rangka memikul 100 persen gaya gempa
yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau
dihubungkan dengan komponen yang lebih
kaku dan akan mencegah rangka dari
defleksi jika dikenai gempa
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang 0,0731 0,75
terhadap tekuk
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
Sumber : SNI 1726-2012

3.1.4. Geser Dasar Seismik (SNI 03-1726-2012 Pasal 7.8.1)


Geser dasar seismic (V) dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan
sesuai dengan persamaan berikut :
V = C a. w

24
Dimana :
Ca : Koefisien respons seismic yang ditentukan sesuai pasal 7.8.1.1
W : berat seismic efektif menurut pasal 7.7.2.

3.1.5. Persyaratan Simpangan Antar lantai (SNI 03-1726-2012 Pasal


7.12.1)
Simpangan antar lantai tingkat desain ( a) Seperti didapat dari tabel
16 untuk semua tinngkat.

1 =

= 0,020 x hn
Dimana :
Cd: faktor amplifikasi defleksi
le: Faktor keutaman
: Simpangan antar lantai yang diijinkan
1: Simpangan antar lantai tingkat desain
hsx : Tinggi tingkat di bawah tingkat x, dinyatakan dalam millimeter
(mm).
δe : Perpindahan elastis yang dihitung akibat gaya gempa desain
tingkat kekuatan.
1. Faktor Reduksi Kekuatan Bahan (Strength Reduction Factors)
Faktor reduksi kekuatan bahan merupakan suatu bilangan yang
bersifat mereduksi kekuatan bahan dengan tujuan untuk mendapatkan
kondisi paling buruk jika pada saat pelaksanaan nanti terdapat
perbedaan mutu bahan yang ditetapkan sesuai standart bahan yang
ditetapkan dalam perencanaan sebelumnya. Besarnya faktor reduksi
kekuatan bahan yang digunakan tergantung dari pengaruh atau gaya
yang bekerja pada suatu elemen struktur sesuai SNI 03-2847-2002.

2. Distribusi dan Penyaluran Beban Pada Struktur


Penyaluran beban merata dari pelat lantai ke balok induk dan balok
anak mengikuti pola garis leleh pelat lantai.Untuk memudahkan
perhitungan dalam analisa struktur, maka pada balok anak dilakukan
perataan beban, dimana momen maksimum free body dari beban
25
trapesium dan beban segitiga pelat lantai disamakan dengan momen dari
beban merata segiempat.Kemudian untuk penyaluran beban terpusat
dari balok anak ke balok induk diambil dari reaksi perletakan balok
anak yang menentukan di lokasi tersebut.Selanjutnya beban dari balok
induk disalurkan ke kolom dan diteruskan ke pondasi.

2.6. Perilaku Material dan Element Struktur


2.6.1 Beton
Kuat tekan beton biasanya didapat dari pengujian kuat tekan benda uji
berbentuk silinder berukuran tinggi 30 cm diameter 15 cm. Gambar 2.2
menunjukkan bentuk parabolic dari kurva atau diagram tegangan (f’c) –
regangan (e) untuk benda uji beton berbentuk silinder. Modulus young atau
modulus elastisitas beton (Ec) bias diambil sebesar 4730 f’c MPa, dimana
f’c merupakan kuat tekan beton dalam MPa. Nilai regangan beton pada
tegangan maksimum kira-kira 0,002 untuk semua mutu beton.Bentuk
penurunan percabangan kurva tegangan – regangan bervariasi sesuai
tulangan melintang yang terpasang.

(a) (b)

Gambar 2.4 Diagram tegangan (f’c) – regangan (e) beton tertekan :


(a) Diagram fc-e beton sebenarnya. (b) Diagram fc-e beton yang diidealiskan.
2.6.2 Baja
Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat digunakan pada
elemen beton bertulang dibatasi hanya pada baja tulangan dan kawat baja
saja. Belum ada peraturan yang mengatur penggunaan tulangan lain, selain
dari baja tulangan atau kawat baja tersebut.
Baja tulangan yang ada di pasaran ada 2 jenis, yaitu baja tulangan polos
(BJTP) dan baja ulir/deform (BJTD). Tegangan leleh (fy) untuk tulangan

26
polos minimal 240 Mpa (BJTP-24) dan Tegangan leleh (fy) untuk tulangan
ulir/deform minimal 300 Mpa (BJTD-30) (Ali Asroni,2010).
Hubungan antara tegangan regangan sebenarnya untuk material baja
yang didapat dari pengujian tarik diperlihatkan pada Gambar 2.3 untuk
keperluan desain biasanya dipergunakan Diagram fc-e yang sudah di
idealiskan dengan bentuk garis bilinear seperti pada gamber b. Nilai
modulus young atau modulus elastisitas baja (Es) besarnya dapat diambil
sekitar 0,2 x 106 MPa untuk semua mutu baja. Berbeda dengan material
beton yang bersifat gets, baja merupakan material yang bersifat daktail.
Selain itu baja mempunyai sifat elastic dan plastis, dari diagram fc-e terlihat
jelas batas antara sifatelastis dan plastis dari baja, yaitu pada titik leleh
bahan.

Gambar 2.5 Diagram tegangan (fc) – regangan (e) baja tertarik :


(a) Diagram fc-e baja yang sebenarnya. (b) Diagram fc-e baja yang di
idealiskan.
2.6.3 Perencanaan Pelat Lantai
Pelat adalah bidang tipis yang menahan beban transversal dengan aksi
lentur ke masing-masing tumpuan/balok. Bentuk plat berupa panel
segiempat dan panel tidak beraturan. Perhitungan plat dikembangkan dari
metode numerik untuk menghitung berbagai macam bentuk plat.
Jenis / Tipe-Tipe Pelat :
1. Pelat slab
Pelat dengan penebalan pada kepala kolom caitaal. Pelat tanpa balok.
menumpu beban yang ringan dan bentang yang pendek. Pelat digunakan
Apartement, hotel dengan tebal 12-25 cm, bentang 4,5 – 7 m.
2. Flat Plate

27
Pelat ini tebalnya sama tanpa drop panel dan tanpa cavital. Pelat bisa
digunakan sebagai plafond langsung untuk keperluan estetika. Tebal
pelat 12-25 cm dengan bentang 4,5 – 7 m.
3. Pelat lantai grid 2 arah
Pelat ini dengan balok grid/bersilang rapat pada dua arah dengan plat
tipis, mengurangi berat sendiri pelat. Bentang 9 – 12 m.
4. Pelat sistem lajur
Pelat ini mengutamakan ketinggian lantai. Dengan sistem balok lajur
(band beam) dengan balok lurus menyambung pada kolom dan balok
dibuat lebih lebar kearah lebarnya. (b > h)

h
b

5. Pelat sistem pelat dan balok


Pelat jenis ini adalah pelat yang ditumpu pada balok (monolit) dengan
bentang balok 3 – 6 m. Tebal pelat dihitung sesuai fungsi pelat, sesuai
keamanannya. Pelat ini banyak dipakai karena bagian bawah pelat bisa
di plafond atau tidak diplafond. Beban lantai besar bisa digunakan untuk
pelat beraturan dan tak beraturan untuk fungsi estetika.
1. Desain Metode Pelat dan Balok
Dalam perencanaan ini menggunakan model pelat sistem pelat dan balok

lx
ly

hf 5 𝑊𝑦. 𝑙𝑦
38 𝐸. 𝐼
5 𝑊𝑥. 𝑙𝑥
38 𝐸. 𝐼

28
Beban luar ditahan momen arah x dan y. Tidak mengitung efek torsi/puntir.
Defleksi pada titik silang lendutan sama.
Arah y lendutan

.
.

Arah x lendutan
sama

5 .
38 .
W = Wx + Wy

x,y = anak bentang pelat

Wx,Wy = beban luar pelat / beban yang bekerja pada pelat

ly, ly = bentang pelat

Kesimpulan :

l
1. Bentang pendek ( x) menerima beban > bentang panjang ( y). l
2. Sehingga tulangan pelat dipasang lebih dulu pada bentang pendek.
3. Gaya pelat yang bekerja menentukan aksi satu arah (one way slab) dan
dua arah (two way slab).

2. Ratio / Perbandingan Bentang Pelat

ly = bentang panjang
lx = bentang pendek
Rasio desain pelat dengan dua arah (two way slab)
desain pelat dengan satu arah (one way slab)

3. Menentukan Tebal Pelat (h)


Desain satu arah (one way slab)
a. 2 tumpuan sederhana

Ln
 h min =

29
Ln
Ln

b. Tumpuan jepit dengan satu


Lnujung menerus

Ln
 h min =
Ln
Ln menerus
c. Tumpuan jepit 2 ujung
Ln

Ln
Ln
Ln
 h min =
Ln

d. Tumpuan kantilever
Ln

Ln
 h min =

4. Momen
Letak dan besaran momen tergantung dari bentuk serta panjang bangunan.
Berikut ini contoh perhitungan momen :

TP ex tengah TP int

Lu
L

M-interior = .

M-eksterior = .

M-tengah = .

5. Pembebanan Pelat
Wu = 1,2 DL + 1,6 LL + B Gempa
LL = beban hidup diambil sesuai fungsi pelat
DL = beban mati lihat contoh/aturan di PBI
30
Ln = bentang bersih (tepi balok – tepi)
L = bentang bersih (as balok – as balok)

Contoh DL (beban mati)


Berat pelat = 0,12 x 1 x 1 x 2400 = 288 kg/m2
Spesi = 0,01 x 1 x 1 x 2100 = 21 kg/m2
Tegel = 0,01 x 1 x 1 x 2400 = 24 kg/m2
Plafond = 18 kg/m2 +
DL = 351kg/m2
LL (beban hidup) di ambil sesuai fungsi pelat yaitu sebagai gedung sekolah.
LL = 250 kg/m2

6. Prosentasi Tulangan (ρ)


.
ρb = ( ) tulangan balance/seimbang

ρmax = 0,75 ρb  tulangan maksimal/over


ρmin =  tulangan kurang

ρ = .

= 0,3 ρb s/d 0,5 ρb

ρ = tulangan direncanakan / di desain.


Catatan : pelat tipis tulangan banyak defleksi / lentur besar, maka tebal pelat
maksimal.

7. Arah Desain / Perencanaan


1. ρmin < ρ < ρmax  ρ < ρb  runtuh tarik/lentur
2. ρmin < ρb < ρmax  ρ = ρb  runtuh tarik/lentur
3. ρmin >ρ>ρmax  ρ > ρmax  runtuh tekan/geser/mendadak.
Catatan : dalam desain kita arahkan 1 dan 2  runtuh lentur.

8. Hitung Momen Nominal (Mn) Dan Momen Batas/Ultimit (Mu)


.
Mn = . . . 5

31
Mu = Ø Mn atau
Mu = As.fy.(h - 0,5α)
Keterangan :
b = lebar pelat 1m
α = tinggi balok tegangan
h = tebal pelat
9. Hitung Luas Tulangan (As)
As =  max

As min (Tul min)


As = ρ rencana . b . h
Catatan : setelah As diketahui hasilnya maka cari hasilnya pada tabel
penulangan pelat.

10. Gambar Sket Tulangan yang Didesain


As ex As int

As tengah

11. Gambar Detail Penulangan


1
5 L -14 L
L -14 L
5
1

I I

POT I-I

Gambar 2.6Detail Penulangan Pelat

32
Catatan : Untuk desain 2 arah (two way slab) yang berbeda hanya
menentukan tebal pelat (h).

2.6.4 Perencanaan Balok


Prinsip balok design / Perencanaan :
a. Balok Anak atau Balok Segiempat
Untuk perhitungan desain balok anak harus menghitung isi tulangan yang di
butuhkan agar desain menjadi aman. Tulangan yang harus di hitung adalah :
- Tulangan Tarik (+)
- Tulangan Tekan (-)
- Tulangan susut
- Tulangan sengkang/begel.

b. Balok Induk Tengah (Balok T)


Untuk perhitungan desain balok induk tengah / Balok T harus menghitung
isi tulangan yang di butuhkan agar desain menjadi aman. Tulangan yang
harus di hitung adalah :
- Tulangan Tarik (+) Cek tulangan tumpuan dan tulangan lapangan
- Tulangan Tekan (-)
- Tulangan geser / begel
- Tulangan torsi / puntir.

c. Balok Induk Tepi (Balok L)


Untuk perhitungan desain balok induk tepi / Balok L harus menghitung isi
tulangan yang di butuhkan agar desain menjadi aman. Tulangan yang harus
di hitung adalah :
- Tulangan Tarik (+) Cek tulangan tumpuan dan tulangan lapangan
- Tulangan Tekan (-)
- Tulangan geser / begel
- Tulangan torsi / puntir.

33
PRINSIP DESAIN BALOK SEGIEMPAT TULANGAN TUNGGAL
1. Analisis penampang balok dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui
dimensi usur-unsur penampang balok yang terdiri dari : jumlah dan ukuran
tulangan baja (As), lebar balok (b), tinggi efektif (d), tinggi total (h), mutu
beton (fc’), mutu baja (fy), momen (Mu) dari hasil analisis, sedangkan yang
akan dicari adalah kekuatan balok dalam bentuk (Mn).
2. Penampang hasil desain tidak kaku
3. Perbandingan b dan d  b : d = 0,4 s/d 0,6

Contoh desain tulangan tunggal :


Rumus mencari b, d, As dari perencanaan.
Fc  diketahui
Fy  diketahui
Mu  dari hasil analisis struktur

1. Mn = . . .

Mu = MD = Ø Mn
Mn =
. .
2. ( )( )

5.  5
. .
3. . ( )

5 

5 .

. 5

. 5

34
4. As = ρ . b . d =.........mm2
Dengan tabel diperoleh diameter tulangan

.
.
.
As = dari jumlah tulangan yang dihitung
b = hasil perhitungan

. .( )

Mn > Mn yang diperlukan


Mu > Mu yang diperlukan Aman

35
BAGAN ALIR DESAIN TULANGAN TUNGGAL

𝑚𝑢𝑙𝑎𝑖

𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡: 𝐵 𝑑 𝐸𝑠 𝑓𝑦 𝑓𝑐’ 𝑀𝑢

𝐸𝑐 . . ..

85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 3 𝐸𝑠
𝜌𝑏 .
𝑓𝑦 3 𝐸𝑠 𝑓𝑦

𝜌 5 𝜌𝑏

𝑤 𝜌 . 𝑓𝑦/𝑓𝑐′

𝑅 𝑤. 𝑓𝑐 ′ 59 . 𝑤

𝑀𝑢
𝑑 √
𝑃𝑅

𝐴𝑠 𝜌. 𝑏. 𝑑

𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘
𝑑 ≈ 𝑑 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖

𝑃𝐼𝐿𝐼𝐻 𝐵𝐴𝐽𝐴 𝑇𝑈𝐿𝐴𝑁𝐺𝐴𝑁

𝑀𝑢 ⋯

𝑆𝐸𝐿𝐸𝑆𝐴𝐼

36
PRINSIP DESAIN BALOK SEGIEMPAT TULANGAN RANGKAP
b
c

a
d
Qn

h
d'
T T

Desain balok segiempat tulangan rangkap yang sering di gunakan :


1. Tentukan fc dan fy
Hitung Mu dan Mneg
2. b,d desain dengan syarat b:d = 0,4 s/d 0,6
3. Hitung sebagai balok tulangan tunggal
85
( ) ( ) 85

. .
.
.
As = luas dari jumlah tulangan
b = hitungan desain
4. Momen

. ( )



8

As tarik direduksi sesuai Rasio momen


 panah Mpositif pada tulangan tunggal


.

37
.


.

Periksa kapasitas tampang (kuat rencana)


85. ′ 5
. .

85 .
85. 5. . 3 5 3 5.
Misal : d1 = 50mm As’ = 402 mm2
b =300mm As = 1005 mm2
fc =22,5 Mpa
Es = 200000 Mpa = 2,105 Mpa
Asal persamaan kuadrat a
T = As.fy T = es  Cc = T
es = As.fy Cc = es
5
5 3 5

5
5 3 5

5 3 5 5 3 5
5

5 5 3 5
5 5 3 5
3 8
3 8

Nilai a diambil positif

38
Regangan tulangan tarik

3 ⋯

Regangan tulangan tekan


85 ′
3 ⋯

. ⋯

′ ′ ′ ′
85 ( )

Cek kesetimbangan cc + es = T
5
5

5 5
5
5 3 5 5 3 5 .5 3 933
. 39 95

3 933 39 95 /
′ ′ ′
85 ( )

39
BAGAN ALIR DESAIN TULANGAN RANGKAP

MULAI

INPUT: B, H, dc, Ds, Fc’, Fy, Mu, Mneg

85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 3 𝐸𝑠
𝜌𝑏
𝑓𝑦 3 𝐸𝑠 𝑓𝑦

𝜌𝑚𝑖𝑛
𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑥 5 𝜌𝑏

As = B.D

n = As / (π . Ds2 / 4)

As = n (π . Ds2 / 4)

𝐴𝑠 𝑓𝑦
𝑎
85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 . 𝐵

Mmaks = Ø As fy (D-a/2)
Ya Tidak
Mu ≤ Mmaks

Penampang Penampang
tulangan tunggal tulangan rangkap

As = (Mu/Maks) As Ø Mn2 = Mneg

Ø Mn2< Mneg

𝑀𝑛 Ø Mn2 = Mneg
𝐴𝑠’
𝑓𝑦 𝐷 𝑑𝑐
As = As + As

Analisis kapasitas Selesai


momen

40
PRINSIP DESAIN BALOK T DAN L

be=6hf+bw be=16hf+bw

hf
bw Ln bw
L

Balok T lebar efektif

ambil terkecil

Balok L

5 ambil terkecil

Desain balok T dan L


1. qn ≤ hf  desain balok  dengan bw = be

2. qn pada badan balok di desain sebagai balok T, L

41
I.
be
0,003
c

(d-a/2)
hf
d

As
s = y T
bw

Kesetimbangan C = T atau C-T = 0


.
85 .
85 . .

85 .

. ( )

Karena 

85 3
( )( )
3

42
II.
be
c=0,003 0,85 fc 0,85 fc
c1
cw

(d-a/2)

(d-a/2)
d

As
s > y T1 T2
bw Teg Flens Teg Web
Mn 1 Mn 2

T1 = Asf . fy Asf = luas tulangan kondisi leleh


ef = 0,85 fc . hf (be-bw)
Kesetimbangan dala T1 = ef
85 .

. hf)

Bagian Web (badan)


85 . . 
Keseimbangan Dalam (internal)

85 . .

.( )

. ( ) .( )

43
III. Kondisi Seimbang
be
c=0,003 0,85 fc 0,85 fc
c1 cw

a
eb

(d-hf/2)

(d-a/2)
hf
d

As s = y T1=Asf' fy T2=(As-As')fy
bw

Kesetimbangan horisontal

. 85 85
. 85 .

85 ( )( )

3
85 ( )( )
3
5
5

IV. Perencanaa tulangan akibat geser dan puntir beban geser


Pada perencanaan kuat geser menurut pedoman SNI 03-2847-02 pasal
13.1.1, kekuatan penampang yang mengalami geser kecuali untuk
komponen struktur lentur tinggi, harus didasarkan pada
Vu ≥ Vn

44
Vn ditentukan persamaan sebagai berikut :
Vn = Vc + Vs
a. Perencanaan tulangan akibat geser
Tentukan besarnya gaya geser terfaktor Vu, pada penampang yang
ditinjau, serta tentukan pula faktor reduksi  untuk perencanaan geser
dan puntir. Besarnya faktor reduksi  berdasarkan SNI 03-2847-02 pasal
11.3.2.3. yaitu =0,75.
V = Vu = .........(gaya lintang)
Vn =  ( = 5)

 Vc =  √ ′bd

Vu < Vc / 2  tidak perlu tulangan geser dipakai tulangan praktis


 Cek penampang :

 Vs max = 0,6 √ bd

 Vs = Vu -  Vc
 Vs < Vs max ..........OK!
 Jika Vu < Vc  perlu tulangan geser minimum
.
Av.min = .

S=.............<d/2
Dengan s = jarak antar tulangan geser dalam arah memanjang
(mm)
 Jika Vu > Vc perlu tulangan geser
. .
S=
.

Dengan Av = luas penampang 2 kali tulangan geser (mm2)


Syarat :
S < d/4 (pada daerah sendi plastis y = d)
S < d/2 (pada daerah diluar sendi plastis y=2h)

b. Perencanaan tulangan akibat kombinasi geser dan puntir


Vu = ......(gaya lintang)
Tu =.........(gaya torsi)

45
Tn = (=0,6)

√ ′
Tc = x b x h2 x 106

Ts = Tn -  Tc
Tsmax = 4 Tc
Tc < Tu diperlukan tulangan torsi
Ts <Tsmax  ukuran balok memenuhi syarat
.
( ). ( )
. .
Tentukan diameter tulangan sengkang dan jarak s berdasarkan SNI 03-
2847-02 pasal 13.6(6(1) dan 13.5(4(1), dimana nilai s tidak boleh
melebihi dari nilai dibawah ini :
 Akibat torsi = Smin = Ph/8 atau 300 mm
 Akibat geser = Smin = d/2 atau 600 mm

46
BAGAN ALIR DESAIN BALOK T, L, 
MULAI

INPUT : bef, d, dc, fc’, fy’, M

ASUMSI a = hf

𝑀
𝐴𝑠 𝑎
𝑓𝑦 𝑑

ρ = As / (b.d)

𝐴𝑠. 𝑓𝑦
𝑎
85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 . 𝐵
Balok-T
𝑎<hf 𝑎>hf

85 𝑓𝑐 ′ 𝑏 𝑏𝑤 𝑓 Sebagai balok
𝐴𝑠𝑓
𝑓𝑦 biasa/persegi 

ØMn1 = Øasf . fy (d-hf/2)

ØMn2 = Mn – ØMn1

Tentukan 𝑎

𝑀𝑛
𝐴𝑠 𝐴𝑠 𝑎
𝑓𝑦 𝑑

𝐴𝑠 𝐴𝑠𝑓 𝑓𝑦
𝑎𝑏
85 𝑓𝑐 ′ . 𝑏𝑤

𝑎𝑏 𝑎 As = Asf + (As-Asf)

SELESAI

47
2.6.5 Perencanaan Kolom

Berdasarkan Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan


gedung SNI03-1726-2002. Kolom adalah elemen tekan dan termasuk dalam
struktur utama dari bangunan yang berfungsi untuk memikul beban vertikal
yang diterimanya.

√ ′

.
. .

. .

35 . .

Faktor ѱ (derajad hambatan kolom) pada satu ujung kolom


menggunakan persamaan berikut :

∑( . ⁄ )
∑( . ⁄ )

Satu dari dua nilai disebut A, yang lain disebut B. Faktor panjang
efektif k didapat dengan titik perpotongan antara A dan B dengan nomograf
tengah adalah k.

48
Gambar 2.7. Kurva Alinyemen untuk Portal Tak Bergoyang dan Portal
Bergoyang

Sumber : Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-
2847-2002

Selain menggunakan Kurva Alinyemen, nilai k (faktor panjang efektif


kolom) dihitung melalui persamaan :

1. Bila Portal bergoyang

a. Kedua kolom terjepit balok :

Jika ѱm < 2

Jika ѱm ≥ 2

9√

b. Salah satu kolom terjepit

3 ѱm

2. Bila Portal tak bergoyang

5 ѱA + ѱB) ≤ 1

49
85 5 ѱmin

Didalam penentuan jenis kolom yang dipakai dan kelangsingan kolom


dapat dilakukan melalui persamaan :

r = 0,3 . h
.
3 ( ) (tergolong kolom pendek)

Eksentrisitas pembebanan dinyatakan :

emin = 15 + (0,03 . h)

Untuk kolom panjang perlu dipertimbangkan bahaya tertekuknya


batang kolom. Besar tekuk atau kapasitas tekan (Pc) dirumuskan :

.
.

. .

√ ′

. .

Pembesaran momen s dapat ditentukan jika :

Berlaku rumus berikut :


Dimana:

( )

50
Pu = beban vertikal dalam lantai yang ditinjau

Sehingga momen desain yang digunakan harus dihitung dengan rumus :

Perhitungan gaya-gaya dalam berupa momen, gayageser, gaya normal


maupun torsi pada kolom menggunakan program SAP 2000 V.14. Dari hasil
output gaya-gaya dalam tersebut kemudian digunakan untuk menghitung
kebutuhan tulangan pada kolom.

1. Perencanaaan Tulangan Memanjang /Pokok

a. Beban sentris

Garis Sumbu

Gambar 2.8 Desain Kolom Sentris


 Menentukan dimensi kolom, mutu bahan, dan gaya yang bekerja
pada kolom tersebut
 Rasio tulangan kolom ( didapat dari diagram interaksi)

min = 0,01

=r. > min

 Menghitung luas penampang kolom bruto (Ag)

. [ . . . ]

 Menentukan beban aksial kolom

51

. 85 [ 85 . . . ]

. . .

 Luas tulangan yang diperlukan


.
. .

Jumlah tulangan ( ⁄ . )

b. Beban eksentris

P
e

P
e

Garis Sumbu
Gambar 2.9Desain Kolom Eksentris
 Menentukan dimensi kolom, mutu bahan, dan gaya yang bekerja
pada kolom tersebut
 Eksentrisitas kolom

emin = 15 + (0,03 . h)

 Menghitung luasan tulangan

.

. .

52
⁄ . .

Jika As perlu >As

 Menghitung jarak garis netral Cb, regangan dan tegangan baja

′ ′ ′ ′
3.( ) , maka .

′ ′
, maka

 Menentukan nilai Pb

[ ′ ]
85 . . . . .

85 . ′

 Apabila tidak berarti [keruntuhan tekan (compression failure)]

. . ′
. . .
( ) * . .
+ 8

 Apabila ya berarti [keruntuhan tarik (tension failure)]

85. . . 85.
85 . ′
. [√( 38) ( 38)]
5.

Chek penampang

Ф. Pn > Pu

MR = Ф Pn.e Aman untuk digunakan

2. Tulangan Geser Kolom

Berdasarkan taat cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung


SNI 03-28476-2002, perencanaan penampang terhadap geser harus
didasarkan pada:

53
Keterangan :

Vn = Gaya geser nominal (N)

Vu = Gaya geser ultimate yang terjadi (N)

Kuat geser maksimum untuk komponen struktur (SNI 03-2847-2002


pasal 13.3.2.2) yaitu:

√ ′
( ). . .
.

′.
3.
3√ . . √( )

√ ′. .
3

Dimana:

Vn = kuat geser nominal (N)

Ø = faktor reduksi

f’c = kuat tekan beton (Mpa)

b = lebar penampang kolom (mm)

d = tinggi efektif penampang kolom (mm)

Pu = gaya aksial yang terjadi (N)

Agr = luas penampang kolom (mm2)

Jika:

(Vn – Vc) < Vs, maka penampang cukup

(Vn – Vc) ≥ Vs, maka penampang harus diperbesar

Vu < Ø Vc, maka tidak perlu tulangan geser

Vu ≥ Ø Vc, maka perlu tulangan geser

Langkah perhitungan

54
 Menentukan dimensi kolom, mutu bahan, dan gaya yang bekerja pada
kolom

 Menghitung nilai SNI 03-2847-2002 pasal 13.5.6(9)

( 3. ) √ . .

√ ′ . .
3

Vs < Vs mak, maka penampang cukup

Vu < Ø Vc, maka tidak perlu tulangan geser

Vu ≥ Ø Vc, maka perlu tulangan geser

 Luasan tulangan sengkang kolom SNI 03-2847-2002 pasal 13.5.5.3

5√ ′. .

.
3

2.6.6 Perencanaan Tangga


1. Plat tanggadan plat bordes (denganteori plat)
a. Data PerencanaanTangga

Tinggiantarlantai, lebar tang (ℓ), mutubeton (fc), mutubaja


(fy),tinggilantaibordes (T), panjangbordes.

b. MenghitungUkuranOptrede (o) danAntrede (a)

Kemiringantangga

Tan α = , syaratkemiringan 25° < α < 45°

2 . o + a = 65

55
c. MenghitungTebalPelatTangga

L =√

Tebalpelattangga h = . L . (0,4 + )

h’ = + . cos α

d. MenentukanPembebanan Plat

= 1,2 + 1,6 + Beban Gempa

= bebanhidupdiambilsesuaifungsi plat

= bebanmati

e. MenentukanBesaranmomenpada plat

MtumpuandanMlapangan yang didapatdarihasilanalisis SAP

f. Menentukanmomen nominal (Mn) danmomenbatas (Mu)

.
Mn= .fy .b .d2 . (1 – 0,59 )

Mu = . Mnatau

Mu = . . (d – 0,5a)

g. ArahPerencanaan :

→ → runtuh Tarik / lentur

→ = → runtuh Tarik / lentur

→ → runtuhtekan / geser /
mendadak

Sehinggaperencanaandiarahkanke 1dan 2

h. Menentukanluastulangan (As)

As = .
→ max
. ⁄

56
= (tulangan min)

= . b .h

Setelahmendapatkanluasan, lihattableuntukmenentukan diameter


danjaraktulangan yangdirencanakan.

2. Balokbordesmenggunakanbalokpersegitulanganrangkap
 Menentukannilai fc, fydansudahmenghitung Mu dan
 Menentukan b dan d di desaindengansyaratb : d = 0,4 s/d 0,6
 Menghitungsebagaitulangantunggaldahulu

.
= [ .( )( )] → = 0,85

= 0,75 .

= → memenuhibaloktulangantunggal

As = . b .d = …….mm² (tabel tulangan)

.
a= . .

As = luasdarijumlahtulangan

b = hitungdesain

 PerhitunganMomen

= As .fy .( )

= =ɸ. → momenpositif

=ɸ. → momen negative

As’ = = .
= ………. mm²
.

As’ = tulangantekan

As Tarik direduksi sesuai rasio momen

57
Momen positif padatul. Tunggal

As = .
= ……… mm² (tabletulangan)
( )

.
= .
= ……..

= .
= ………

- tulangan tekan belum leleh

 Periksa kapasitas tampang (kuatrencana) :

.
= As’ .600 .

= 0,85 .ab

 Solusi dengan persamaan abc :

√ ²
=

√ ² √ ²
= =

Nilai a → diambil yang positif

 Regangan tulangan tarik :

 Regangan tulangan tekan :

= ……….

= . = …………. Mpa

 Subsitusi = dan ke persamaan :

= 0,85 ’ ( )+ ( )

= =ɸ.

58
Atau dicek kesetimbangan

T = As .fy

+ = T (jika sama berarti setimbang dipenuhi)

= 0,85 ( )+

= =ɸ.

 PerencanaanTulanganakibatgeser

Tentukan besarnya gaya geser terfakto r , pada penampang yang


ditinjau, sertatentukan pula factor reduksi ɸ untuk perencanaan geser
dan puntir. Besarnya factor reduksi ɸ berdasarkan SNI 03-2847-02
pasal 11.3.2.3 yaitu ɸ = 0,75

V = Vu = ………… (gayalintang)

Vn = → ( ɸ = 0,75

ɸ .Vc = ɸ . .√ . b .d

Vu ɸ .Vc / 2 → tidak perlu tulangan geser → dipakaitul. Praktis

Vu ɸ Vc /2 → perlu tulangan geser

 Cek Penampang :

ɸ Vs max = 0,6 . . √ . b .d

ɸ Vs = Vu – Vc

ɸ Vs Vs max ……… OK!

 Jika Vu . Vc → perlu tulangan geser minimum

.
. = .
D

S = ………… d/2

59
dengan s = jarak antar tulangan geser dalam arah memanjang (mm)

 Jika Vu ɸ .Vc → perlu tulangan geser

. .
S=
.

Dengan = luas penampang 2 kaki tulangan geser (mm²)

Syarat :

S < d / 4 (pada daerah sendi plastis y = d )

S < d / 2 ( pada daerah diluar sendi plastis y = 2h)

2.6.7. Perencanaan Lift


1. Kapasitas dan Jumlah Lift
Kapasitas dan jumlah lift akan disesuaikan dengan perkiraan
jumlah pemakai lift, mengingat dari segi manfaat dan efesiensi biaya,
serta dilihat dari kelayakan dan besarnya bangunan.
2. Perencanaan Konstruksi
a. Mekanikal
Secara mekanikal perencnaan konstruksi lift tidak direncanakan
disini karena sudah direncanakan di pabrik dengan spesifikasi
tertentu, sebagai dasar perencanaan konstruksi dimana lift tersebut
akan diletakkan.
b. Konstruksi ruang dan tempat lift
Lift terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
1) Mesin dengan kabel penarik serta perangkat lainnya.
2) Trace / traksi / kereta penumpang yang digunakan untuk
mengangkut penumpang dengan pengimbangan.
3) Ruangan dan landasan serta konstruksi penumpang untuk mesin,
kereta, beban dan pengimbangannya.

Ruangan dan landasan lift direncanakan berdasarkan kriteria sebagai


berikut :

60
1) Ruangan dan tempat mesin lift diletakkan pada lantai teratas
bangunan. Oleh karenanya perlu dibuat dinding penutup mesin
yang memenuhi syarat yang dibutuhkan mesin dan kenyamanan
pemakai gedung.
2) Mesin lift dengan beban – beban (q) sama dengan jumlah dari
berat penumpang, berat sendiri, berat traksi, dan berat
pengimbangannya yang ditumpukkan pada balok portal.
3) Ruang terbawah diberi kelonggaran untuk menghindari tumbukan
antara lift dan lantai dasar. Ruang terbawah ini juga direncanakan
sebbagai tumpuan yang menahan lift pada saat maintenance.
3. Spesifikasi Lift yang dipakai
Lift penumpang yang digunakan adalah merek Hyundai tipe
Gearless Elevator, dengan spesifikasi sebagai berikut ;
1) Dapat memuat penumpang 17 orang.
2) Dapat menahan beban 1150 Kg.
3) Kecepatan = 120 m/detik.
4) Berat lift = 10 kN.
2.7 Struktur Bawah

2.7.1 Perencanaan Pondasi

Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan


bangunan atas tanah dan meneruskan beban dari struktur atas ke tanah dasar.
Beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh pondasi antara lain
(Sardjono, 1984) :

1. Terhadap Tanah Dasar


 Pondasi harus mempunyai bentuk, ukuran dan struktur demikian rupa
sehingga tanah dasar mampu memikuk gaya-gaya yang bekerja.
 Penurunan yang terjadi tidak boleh terlalu besar atau tidak merata.
 Bangunan tidak boleh bergeser atau mengguling.
2. Terhadap Struktur Pondasi

Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah gaya yang bekerja.

Dalam merencanakan stuktur bawah dari konstruksi bangunan dapat


digunakan beberapa macam tipe pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan
pada hal-hal sebagai berikut (Sardjono, 1984) :

 Fungsi bangunan atas

61
 Besarnya beban dan berat dari bangunan atas
 Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan
 Jumlah biaya yang dikeluarkan
3. Pemilihan Bentuk Pondasi
Pmilihan bentuk pondasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Suryono,
2000) :
1). Pondasi Dangkal
2). Pondasi Tiang atau Pondasi Tiang Apung (floating pile foundation)
3). Tiang Pancang (pile drieven foundation)
4). Tiang baja atau tiang beton yang dicor ditempat.
Berdasarkan data tanah diketahui bahwa tanah keras terdapat pada
kedalaman 2 m. dalam perencanaan gedung rusunawa ini digunakan
pondasi sumuran, keuntungan pemakaian pondasi sumuran, antara lain :
(Hardiyatmo, 2013)
 Pembangunannya tidak menyebabkan getaran dan pengembangan
tanah, seperti pada pemancangan pondasi tiang pancang.
 Penggalian tidak mengganggu tanah disekitarnya.
 Biaya pelaksanaan umumnya relative rendah, berhubungan alat yang
dipakai adalah alat ringan.
 Kondissi – kondisi tanah atau batu pada dasar sumuran sering dapat
diperiksa dan diuji secara fisik.
 Alat gali tidak banyak menimbulkan suara.
4. Pondasi Sumuran
 Tekanan konstruksi ke tanah < daya dukung tanah pada dasar sumuran.
 Aman terhadap penurunan yang berlebihan, gerusan air dan longsoran
tanah.
 Diameter sumuran 1,50 meter.
 Cara galian terbuka tidak disarankan.
 Kedalaman dasar pondasi sumuran harus dibawah gerusan maksimum.
 Biasanya digunakan sebagai pengganti pondasi tiang pancang apabila
laisan pasir tebalnya > 2,00 m dan lapisan pasirnya cukup padat.
4.1. Perhitungan Daya Dukung Pondasi Sumuran
Dengan menggunkaan metode LCPC, 1991 diperoleh :
Qe = Ah x qc x Kc
Keterangan :
Qe = Daya dukung ujung tiang (Kg)
Ah = luas Penampang ujung tiang (cm²)
qc = Nilai konus (Kg /cm²)
Kc = faktor nilai konus
Qs = As x Fs
Keterangan :
Qs = daya dukung lekatan (Kg)

62
As = Luas selimut tiang (cm²)
Fs =Tahanan dinding (Kg/cm²)
Nilai Fs dapat dicari dengan persamaan 2.115.
Fs = 0,0012 x qc
Qult = Qe + Qs
Qall =
Keterangan :
Qult = Daya dukung batas (Kg)
Sf = Angka keamanan (biasanya diambil Sf = 3)

63

Anda mungkin juga menyukai