TINJAUAN PUSTAKA
4. Harga/biaya
Disamping dari kriteria – kriteria tersebut diatas terdapat sebuah kriteria
yang sangat penting untuk diperhatikan. Kriteria tersebut adalah biaya yang
6
dibutuhkan dalam proses pembangunan. Nilai pemakaian biaya yang efisien
tidak terlepas dari efisiensi bahan dan kemudahan pelaksanaan.
5. Estetika
Dalam pembuatan suatu bangunan harus memperhatikan dalam segi
estetika.Yang dimaksud estetika bukan hanya keindahannya saja tapi juga
melihat fungsi dari bangunan maupun ruangan yang ada sehingga dapat
mendesain dengan baik tanpa meninggalkan segi estetikannya.
7
3. Faktor keutamaan (I)
4. Faktor jenis struktur (K)
5. Wilayah / zone gempa
d. Peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung 1987.
Dalam tugas akhir ini meliputi perencanaan :
1. Berat sendiri bahan bangunan
2. Beban hidup lanati gedung
3. Koefisien reduksi beban hidup
4. Beban angin
8
adalah terjadi patahan pada kerak bumi bagian atas sepanjang arah tertentu,
dan terbentuklah sesar. Sebagian energi dalam bentuk gelombang dijalarkan
kesemua arah. Gerak gelombang inilah yang dikenal sebagai gempa. Di sini
jelas bahwa suatu sesar yang menderita gempa di masa lalu mungkin sekali
akan mengalami gangguan yang sama dikemudian hari (Wolfgang,2001).
Untuk itu, dalam mendesain suatu struktur, kestabilan terhadap
beban gempa (lateral) adalah hal terpenting karena gaya lateral
mempengaruhi desain elemen – elemen vertikal dan horisontal struktur.
Mekanisme dasar untuk menjamin kestabilan terhadap beban gempa
(lateral) diperoleh dengan menggunakan hubungan kaku untuk memperoleh
bidang geser kaku yang dapat memikul beban lateral. Beban gempa
mempunyai efek dinamis yang menjadikan analisisnya lebih kompleks.
Tinjauan ini dilakukan untuk mendesain elemen – elemen struktur agar
elemen – elemen tersebut kuat menahan gaya gempa.
2.4.1.1 Analisis Struktur terhadap Gempa
Metode analisis yang dapat digunakan untuk
memperhitungkan pengaruh beban gempa terhadap struktur adalah
sebagai berikut :
9
2. Metode Analisis Dinamis
10
2.4.2 Denah dan Konfigurasi Bangunan
Dalam mendesain struktur perlu direncanakan terlebih dulu denah
struktur setiap lantai bangunan, sehingga penempatan balok dan kolom
sesuai dengan perencanaan ruang.
11
Secara umum beban atau gaya luar yang bekerja pada struktur dapat
dibedakan menjadi beban statik dan beban dinamik yaitu seperti yang
diuraikan dibawah ini :
Beban Mati:
- Beban akibat berat sendiri struktur
- Beban akibat berat elemen bangunan
Beban Hidup:
- Beban hunian atau penggunaan (akibat
Beban orang,peralatan,kendaraan)
Statik - Beban akibat air hujan
- Beban pelaksanaan atau konstruksi
Beban Khusus:
- Pengaruh penurunan pondasi
- Pengaruh tekanan tanah atau tekanan air
- Pengaruh temperature/suhu
12
puncaknya jika beban ini mencapai nilai maksimum. Beban statis pada
umumnya dapat dibagi menjadi beban mati, beban hidup dan beban
khusus yaitu beban yang terjadi akibat penurunan pondasi atau efek
temperature.
a. Beban mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung
yang bersifat tetap.Beban mati pada struktur bangunan ditentukan
oleh berat jenis bahan bangunan.
Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk
Rumah dan Gedung tahun 1987 beban mati pada struktur dibagi
menjadi 2 yaitu beban mati akibat material konstruksi dan beban
mati akibat komponen gedung.
Tabel 2.1 Berat Sendiri Material Konstruksi
Baja 7850 kg/ m 3
2400 kg/ m 3
Beton Bertulang
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987
13
Tabel 2.3 Beban Hidup Pada Lantai Bangunan
Beban Hidup Lantai Bangunan Besar Beban
Lantai kantor, toko 250 kg/m2
Lantai dan tangga rumah tinggal 200 kg/m2
Lantai untuk ruang pertemuan 400 kg/m2
Balkon – balkon yang menjorok bebas keluar 300 kg/m2
Tangga dan bordes untuk kantor, toko 300 kg/m2
Beban hidup pada atap 100 kg/m2
Beban hidup pada bagian atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani
oleh orang, harus diambil yang paling menentukan di antara dua
macam beban berikut :
a. Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari beban hujan
sebesar (40-0,8α) kg/m2 , dengan α = sudut kemiringan atap (º).
Beban tersebut tidak perlu diambil ≥ 20 kg/m2 dan tidak perlu
ditinjau bila α ≥ 50º.
b. Beban terpusat dari seorang pekerja pemadam kebakaran dengan
peralatannya minimum 100 kg.
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987
14
Perdagangan :
- Toko
0,80 0,80
- Toserba
- Pasar
Industry :
- Pabrik 1,00 0,90
- Bengkel
Tempat kendaraan :
- Garasi 0,90 0,50
- Gedung parkir
Gang dan tangga :
- Perumahan/penghunian 0,75 0,30
- Pendidikan,kantor 0,75 0,50
- Pertemuan umum 0,90 0,50
- Perdagangan
- Penyimpanan
- Industry
- Tempat kendaraan
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung 1987
3. Beban Dinamis
Beban dinamis adalah suatu beban yang mempunyai perubahan
intensitas yang bervariasi secara tepat terhadap waktu.Beban dinamis ini
bekerja secara tiba-tiba pada struktur.Pada umumnya, beban ini tidak
bersifat tetap (unsteady-state) serta mempunyai karakteristik besaran
dan arah yang berubah dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat
beban dinamik ini juga akan berubah-ubah secara cepat. Beban dinamis
terdiri dari beban gempa dan beban angin.
3.1. Beban gempa
Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan
terlewati besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah
sebesar 2%. Gempa rencana akan menyebabkan struktur bangunan
15
gedung mencapai kondisi di ambang keruntuhan tetapi masih dapat
berdiri, sehingga dapan mencegah jatuhnya korban jiwa. Berbagai
katagori resiko bangunan gedung dan struktur lainnya untuk beban
gempa menurut SNI 03-1726-2012 pasal 4.1.2.Tergantung pada
probabilitas terjadinya keruntuhan struktur gedung Selama umur
rencana tersebut yang diharapkan.Pengaruh gempa rencana terhadapnya
harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan gempa menurut SNI 03-
1726-2012 Pasal 4.1.2.
16
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko
tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit
bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam
kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk
menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat
sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi
tidak dibatasi untuk :
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk
dalam kategori risiko IV, (termasuk tetapi tidak
dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
III
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau
tempat pembuangan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau
bahan yang mudah meledak) yang mengandung
bahan beracun atau peledak dimana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang
disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan
cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat
17
jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai
fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak
dibatasi untuk :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat
darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan
kantor polisi, serta garansi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi,
angin badai, dan tempat perlindungan darurat
lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat
operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap
darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik
lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan
darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara
telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan
IV
bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran) yang
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan
darurat.
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain
yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
Sumber : SNI 03-1726-2012
18
Tabel 2.6 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Sumber : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2012)
3.1.1. Klasifikasi Situs untuk desain Seismik (SNI 03-1726-2012)
Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di
permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran
percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan
tanah untuk suatu situs tersebut harus iklasifikasikan terlebih
dahulu dengan rumusan sebagai berikut :
∑
N=
∑
∑ =
19
50 100
SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung
lebih dari 3 m tanah dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. Indeks Plastisitas. PI > 20,
2. Kadar air, w ≥40%,
3. Kuat geser niralir ŝn < 25 kPa
20
Gambar 2.1Peta Percepatan Respons Spektral Periode 0,2 detik (Ss)
Dimana :
Ss : Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
periode pendek.
S1 : Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
periode 1 detik.
21
Koefisien situs Fad an Fv ditentukan berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 6.2
(Tabel 4 dan table 5). Setelah nilai Fad an Fv ditentukan, maka dilanjutkan
dengan menghitung parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek
(Sps) dan pada periode 1 detik (Sp1) ditentukan dengan perumusan sebagai
berikut :
Sps= SMs
Sp1= SM1
2. Untuk periode lebih bessar dari atau sama dengan Todan lebih kecil dari atau
sama dengan Ts1spektrum respons percepatan desain SDsdiambil dari
persamaan :
Sa= SDs
3. Untuk lebih besar dari Ts1spektrum respons percepatan desain Sdsdiambil
berdasarkan persamaan :
S a=
Dimana :
SDs : parameter respons spektral percepatan desain pada periode
pendekSDI : Parameter respons spektral percepatan desain pada
periode 1 detik
T : periode getar fundamental struktur.
22
Gambar 2.3.Spektrum Rospons Percepatan Desain
Dimana :
To= 0,2
Ts=
Dimana :
h = Ketinggian struktur, dalanm (m), diatas dasar sampai tingkat tertinggi
struktur.
Cu = koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung, ditentukan
berdasarkan table 14 SNI 1726-2012.
23
Ct = nilai parameter periode ditentukan berdasarkan table 15 pada SNI
1726-2012.
Tabel 2.8.Koefisien untuk Balas Atas pada Periode yang Dihitung
Parameter percepatan respons
spektrum desain pada 1 detik SD1 Koefisien Cu
1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
0,1 1,7
Sumber : SNI 1726 – 2012
24
Dimana :
Ca : Koefisien respons seismic yang ditentukan sesuai pasal 7.8.1.1
W : berat seismic efektif menurut pasal 7.7.2.
1 =
= 0,020 x hn
Dimana :
Cd: faktor amplifikasi defleksi
le: Faktor keutaman
: Simpangan antar lantai yang diijinkan
1: Simpangan antar lantai tingkat desain
hsx : Tinggi tingkat di bawah tingkat x, dinyatakan dalam millimeter
(mm).
δe : Perpindahan elastis yang dihitung akibat gaya gempa desain
tingkat kekuatan.
1. Faktor Reduksi Kekuatan Bahan (Strength Reduction Factors)
Faktor reduksi kekuatan bahan merupakan suatu bilangan yang
bersifat mereduksi kekuatan bahan dengan tujuan untuk mendapatkan
kondisi paling buruk jika pada saat pelaksanaan nanti terdapat
perbedaan mutu bahan yang ditetapkan sesuai standart bahan yang
ditetapkan dalam perencanaan sebelumnya. Besarnya faktor reduksi
kekuatan bahan yang digunakan tergantung dari pengaruh atau gaya
yang bekerja pada suatu elemen struktur sesuai SNI 03-2847-2002.
(a) (b)
26
polos minimal 240 Mpa (BJTP-24) dan Tegangan leleh (fy) untuk tulangan
ulir/deform minimal 300 Mpa (BJTD-30) (Ali Asroni,2010).
Hubungan antara tegangan regangan sebenarnya untuk material baja
yang didapat dari pengujian tarik diperlihatkan pada Gambar 2.3 untuk
keperluan desain biasanya dipergunakan Diagram fc-e yang sudah di
idealiskan dengan bentuk garis bilinear seperti pada gamber b. Nilai
modulus young atau modulus elastisitas baja (Es) besarnya dapat diambil
sekitar 0,2 x 106 MPa untuk semua mutu baja. Berbeda dengan material
beton yang bersifat gets, baja merupakan material yang bersifat daktail.
Selain itu baja mempunyai sifat elastic dan plastis, dari diagram fc-e terlihat
jelas batas antara sifatelastis dan plastis dari baja, yaitu pada titik leleh
bahan.
27
Pelat ini tebalnya sama tanpa drop panel dan tanpa cavital. Pelat bisa
digunakan sebagai plafond langsung untuk keperluan estetika. Tebal
pelat 12-25 cm dengan bentang 4,5 – 7 m.
3. Pelat lantai grid 2 arah
Pelat ini dengan balok grid/bersilang rapat pada dua arah dengan plat
tipis, mengurangi berat sendiri pelat. Bentang 9 – 12 m.
4. Pelat sistem lajur
Pelat ini mengutamakan ketinggian lantai. Dengan sistem balok lajur
(band beam) dengan balok lurus menyambung pada kolom dan balok
dibuat lebih lebar kearah lebarnya. (b > h)
h
b
lx
ly
hf 5 𝑊𝑦. 𝑙𝑦
38 𝐸. 𝐼
5 𝑊𝑥. 𝑙𝑥
38 𝐸. 𝐼
28
Beban luar ditahan momen arah x dan y. Tidak mengitung efek torsi/puntir.
Defleksi pada titik silang lendutan sama.
Arah y lendutan
.
.
Arah x lendutan
sama
5 .
38 .
W = Wx + Wy
Kesimpulan :
l
1. Bentang pendek ( x) menerima beban > bentang panjang ( y). l
2. Sehingga tulangan pelat dipasang lebih dulu pada bentang pendek.
3. Gaya pelat yang bekerja menentukan aksi satu arah (one way slab) dan
dua arah (two way slab).
ly = bentang panjang
lx = bentang pendek
Rasio desain pelat dengan dua arah (two way slab)
desain pelat dengan satu arah (one way slab)
Ln
h min =
29
Ln
Ln
Ln
h min =
Ln
Ln menerus
c. Tumpuan jepit 2 ujung
Ln
Ln
Ln
Ln
h min =
Ln
d. Tumpuan kantilever
Ln
Ln
h min =
4. Momen
Letak dan besaran momen tergantung dari bentuk serta panjang bangunan.
Berikut ini contoh perhitungan momen :
TP ex tengah TP int
Lu
L
M-interior = .
M-eksterior = .
M-tengah = .
5. Pembebanan Pelat
Wu = 1,2 DL + 1,6 LL + B Gempa
LL = beban hidup diambil sesuai fungsi pelat
DL = beban mati lihat contoh/aturan di PBI
30
Ln = bentang bersih (tepi balok – tepi)
L = bentang bersih (as balok – as balok)
ρ = .
31
Mu = Ø Mn atau
Mu = As.fy.(h - 0,5α)
Keterangan :
b = lebar pelat 1m
α = tinggi balok tegangan
h = tebal pelat
9. Hitung Luas Tulangan (As)
As = max
As tengah
I I
POT I-I
32
Catatan : Untuk desain 2 arah (two way slab) yang berbeda hanya
menentukan tebal pelat (h).
33
PRINSIP DESAIN BALOK SEGIEMPAT TULANGAN TUNGGAL
1. Analisis penampang balok dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui
dimensi usur-unsur penampang balok yang terdiri dari : jumlah dan ukuran
tulangan baja (As), lebar balok (b), tinggi efektif (d), tinggi total (h), mutu
beton (fc’), mutu baja (fy), momen (Mu) dari hasil analisis, sedangkan yang
akan dicari adalah kekuatan balok dalam bentuk (Mn).
2. Penampang hasil desain tidak kaku
3. Perbandingan b dan d b : d = 0,4 s/d 0,6
1. Mn = . . .
Mu = MD = Ø Mn
Mn =
. .
2. ( )( )
5. 5
. .
3. . ( )
5
5 .
. 5
. 5
√
34
4. As = ρ . b . d =.........mm2
Dengan tabel diperoleh diameter tulangan
.
.
.
As = dari jumlah tulangan yang dihitung
b = hasil perhitungan
. .( )
35
BAGAN ALIR DESAIN TULANGAN TUNGGAL
𝑚𝑢𝑙𝑎𝑖
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡: 𝐵 𝑑 𝐸𝑠 𝑓𝑦 𝑓𝑐’ 𝑀𝑢
𝐸𝑐 . . ..
85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 3 𝐸𝑠
𝜌𝑏 .
𝑓𝑦 3 𝐸𝑠 𝑓𝑦
𝜌 5 𝜌𝑏
𝑤 𝜌 . 𝑓𝑦/𝑓𝑐′
𝑅 𝑤. 𝑓𝑐 ′ 59 . 𝑤
𝑀𝑢
𝑑 √
𝑃𝑅
𝐴𝑠 𝜌. 𝑏. 𝑑
𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘
𝑑 ≈ 𝑑 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖
𝑀𝑢 ⋯
𝑆𝐸𝐿𝐸𝑆𝐴𝐼
36
PRINSIP DESAIN BALOK SEGIEMPAT TULANGAN RANGKAP
b
c
a
d
Qn
h
d'
T T
. .
.
.
As = luas dari jumlah tulangan
b = hitungan desain
4. Momen
. ( )
′
⋯
8
′
⋯
.
37
.
′
.
′
′
85. ′ 5
. .
85 .
85. 5. . 3 5 3 5.
Misal : d1 = 50mm As’ = 402 mm2
b =300mm As = 1005 mm2
fc =22,5 Mpa
Es = 200000 Mpa = 2,105 Mpa
Asal persamaan kuadrat a
T = As.fy T = es Cc = T
es = As.fy Cc = es
5
5 3 5
5
5 3 5
5 3 5 5 3 5
5
5 5 3 5
5 5 3 5
3 8
3 8
38
Regangan tulangan tarik
3 ⋯
′
85 ′
3 ⋯
′
. ⋯
’
′ ′ ′ ′
85 ( )
Cek kesetimbangan cc + es = T
5
5
5 5
5
5 3 5 5 3 5 .5 3 933
. 39 95
3 933 39 95 /
′ ′ ′
85 ( )
39
BAGAN ALIR DESAIN TULANGAN RANGKAP
MULAI
85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 3 𝐸𝑠
𝜌𝑏
𝑓𝑦 3 𝐸𝑠 𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑖𝑛
𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑥 5 𝜌𝑏
As = B.D
n = As / (π . Ds2 / 4)
As = n (π . Ds2 / 4)
𝐴𝑠 𝑓𝑦
𝑎
85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 . 𝐵
Mmaks = Ø As fy (D-a/2)
Ya Tidak
Mu ≤ Mmaks
Penampang Penampang
tulangan tunggal tulangan rangkap
Ø Mn2< Mneg
𝑀𝑛 Ø Mn2 = Mneg
𝐴𝑠’
𝑓𝑦 𝐷 𝑑𝑐
As = As + As
40
PRINSIP DESAIN BALOK T DAN L
be=6hf+bw be=16hf+bw
hf
bw Ln bw
L
ambil terkecil
Balok L
5 ambil terkecil
41
I.
be
0,003
c
(d-a/2)
hf
d
As
s = y T
bw
85 .
. ( )
Karena
85 3
( )( )
3
42
II.
be
c=0,003 0,85 fc 0,85 fc
c1
cw
(d-a/2)
(d-a/2)
d
As
s > y T1 T2
bw Teg Flens Teg Web
Mn 1 Mn 2
. hf)
85 . .
Keseimbangan Dalam (internal)
85 . .
.( )
. ( ) .( )
43
III. Kondisi Seimbang
be
c=0,003 0,85 fc 0,85 fc
c1 cw
a
eb
(d-hf/2)
(d-a/2)
hf
d
As s = y T1=Asf' fy T2=(As-As')fy
bw
Kesetimbangan horisontal
. 85 85
. 85 .
85 ( )( )
3
85 ( )( )
3
5
5
44
Vn ditentukan persamaan sebagai berikut :
Vn = Vc + Vs
a. Perencanaan tulangan akibat geser
Tentukan besarnya gaya geser terfaktor Vu, pada penampang yang
ditinjau, serta tentukan pula faktor reduksi untuk perencanaan geser
dan puntir. Besarnya faktor reduksi berdasarkan SNI 03-2847-02 pasal
11.3.2.3. yaitu =0,75.
V = Vu = .........(gaya lintang)
Vn = ( = 5)
Vc = √ ′bd
Vs max = 0,6 √ bd
Vs = Vu - Vc
Vs < Vs max ..........OK!
Jika Vu < Vc perlu tulangan geser minimum
.
Av.min = .
S=.............<d/2
Dengan s = jarak antar tulangan geser dalam arah memanjang
(mm)
Jika Vu > Vc perlu tulangan geser
. .
S=
.
45
Tn = (=0,6)
√ ′
Tc = x b x h2 x 106
Ts = Tn - Tc
Tsmax = 4 Tc
Tc < Tu diperlukan tulangan torsi
Ts <Tsmax ukuran balok memenuhi syarat
.
( ). ( )
. .
Tentukan diameter tulangan sengkang dan jarak s berdasarkan SNI 03-
2847-02 pasal 13.6(6(1) dan 13.5(4(1), dimana nilai s tidak boleh
melebihi dari nilai dibawah ini :
Akibat torsi = Smin = Ph/8 atau 300 mm
Akibat geser = Smin = d/2 atau 600 mm
46
BAGAN ALIR DESAIN BALOK T, L,
MULAI
ASUMSI a = hf
𝑀
𝐴𝑠 𝑎
𝑓𝑦 𝑑
ρ = As / (b.d)
𝐴𝑠. 𝑓𝑦
𝑎
85 𝑓𝑐 ′ 𝛽 . 𝐵
Balok-T
𝑎<hf 𝑎>hf
85 𝑓𝑐 ′ 𝑏 𝑏𝑤 𝑓 Sebagai balok
𝐴𝑠𝑓
𝑓𝑦 biasa/persegi
ØMn2 = Mn – ØMn1
Tentukan 𝑎
𝑀𝑛
𝐴𝑠 𝐴𝑠 𝑎
𝑓𝑦 𝑑
𝐴𝑠 𝐴𝑠𝑓 𝑓𝑦
𝑎𝑏
85 𝑓𝑐 ′ . 𝑏𝑤
𝑎𝑏 𝑎 As = Asf + (As-Asf)
SELESAI
47
2.6.5 Perencanaan Kolom
√ ′
.
. .
. .
35 . .
∑( . ⁄ )
∑( . ⁄ )
Satu dari dua nilai disebut A, yang lain disebut B. Faktor panjang
efektif k didapat dengan titik perpotongan antara A dan B dengan nomograf
tengah adalah k.
48
Gambar 2.7. Kurva Alinyemen untuk Portal Tak Bergoyang dan Portal
Bergoyang
Sumber : Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-
2847-2002
Jika ѱm < 2
Jika ѱm ≥ 2
9√
3 ѱm
5 ѱA + ѱB) ≤ 1
49
85 5 ѱmin
r = 0,3 . h
.
3 ( ) (tergolong kolom pendek)
emin = 15 + (0,03 . h)
.
.
. .
√ ′
. .
∑
∑
Dimana:
( )
50
Pu = beban vertikal dalam lantai yang ditinjau
a. Beban sentris
Garis Sumbu
min = 0,01
. [ . . . ]
51
′
. 85 [ 85 . . . ]
. . .
Jumlah tulangan ( ⁄ . )
b. Beban eksentris
P
e
P
e
Garis Sumbu
Gambar 2.9Desain Kolom Eksentris
Menentukan dimensi kolom, mutu bahan, dan gaya yang bekerja
pada kolom tersebut
Eksentrisitas kolom
emin = 15 + (0,03 . h)
.
′
. .
52
⁄ . .
′ ′ ′ ′
3.( ) , maka .
′ ′
, maka
Menentukan nilai Pb
[ ′ ]
85 . . . . .
85 . ′
. . ′
. . .
( ) * . .
+ 8
85. . . 85.
85 . ′
. [√( 38) ( 38)]
5.
Chek penampang
Ф. Pn > Pu
53
Keterangan :
√ ′
( ). . .
.
′.
3.
3√ . . √( )
√ ′. .
3
Dimana:
Ø = faktor reduksi
Jika:
Langkah perhitungan
54
Menentukan dimensi kolom, mutu bahan, dan gaya yang bekerja pada
kolom
( 3. ) √ . .
√ ′ . .
3
5√ ′. .
.
3
Kemiringantangga
2 . o + a = 65
55
c. MenghitungTebalPelatTangga
L =√
Tebalpelattangga h = . L . (0,4 + )
h’ = + . cos α
d. MenentukanPembebanan Plat
= bebanhidupdiambilsesuaifungsi plat
= bebanmati
e. MenentukanBesaranmomenpada plat
.
Mn= .fy .b .d2 . (1 – 0,59 )
Mu = . Mnatau
Mu = . . (d – 0,5a)
g. ArahPerencanaan :
→ → runtuhtekan / geser /
mendadak
Sehinggaperencanaandiarahkanke 1dan 2
h. Menentukanluastulangan (As)
As = .
→ max
. ⁄
56
= (tulangan min)
= . b .h
2. Balokbordesmenggunakanbalokpersegitulanganrangkap
Menentukannilai fc, fydansudahmenghitung Mu dan
Menentukan b dan d di desaindengansyaratb : d = 0,4 s/d 0,6
Menghitungsebagaitulangantunggaldahulu
.
= [ .( )( )] → = 0,85
= 0,75 .
= → memenuhibaloktulangantunggal
.
a= . .
As = luasdarijumlahtulangan
b = hitungdesain
PerhitunganMomen
= As .fy .( )
= =ɸ. → momenpositif
As’ = = .
= ………. mm²
.
As’ = tulangantekan
57
Momen positif padatul. Tunggal
As = .
= ……… mm² (tabletulangan)
( )
.
= .
= ……..
= .
= ………
.
= As’ .600 .
= 0,85 .ab
√ ²
=
√ ² √ ²
= =
= ……….
= . = …………. Mpa
= 0,85 ’ ( )+ ( )
= =ɸ.
58
Atau dicek kesetimbangan
T = As .fy
= 0,85 ( )+
= =ɸ.
PerencanaanTulanganakibatgeser
V = Vu = ………… (gayalintang)
Vn = → ( ɸ = 0,75
ɸ .Vc = ɸ . .√ . b .d
Cek Penampang :
ɸ Vs max = 0,6 . . √ . b .d
ɸ Vs = Vu – Vc
.
. = .
D
S = ………… d/2
59
dengan s = jarak antar tulangan geser dalam arah memanjang (mm)
. .
S=
.
Syarat :
60
1) Ruangan dan tempat mesin lift diletakkan pada lantai teratas
bangunan. Oleh karenanya perlu dibuat dinding penutup mesin
yang memenuhi syarat yang dibutuhkan mesin dan kenyamanan
pemakai gedung.
2) Mesin lift dengan beban – beban (q) sama dengan jumlah dari
berat penumpang, berat sendiri, berat traksi, dan berat
pengimbangannya yang ditumpukkan pada balok portal.
3) Ruang terbawah diberi kelonggaran untuk menghindari tumbukan
antara lift dan lantai dasar. Ruang terbawah ini juga direncanakan
sebbagai tumpuan yang menahan lift pada saat maintenance.
3. Spesifikasi Lift yang dipakai
Lift penumpang yang digunakan adalah merek Hyundai tipe
Gearless Elevator, dengan spesifikasi sebagai berikut ;
1) Dapat memuat penumpang 17 orang.
2) Dapat menahan beban 1150 Kg.
3) Kecepatan = 120 m/detik.
4) Berat lift = 10 kN.
2.7 Struktur Bawah
Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah gaya yang bekerja.
61
Besarnya beban dan berat dari bangunan atas
Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan
Jumlah biaya yang dikeluarkan
3. Pemilihan Bentuk Pondasi
Pmilihan bentuk pondasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Suryono,
2000) :
1). Pondasi Dangkal
2). Pondasi Tiang atau Pondasi Tiang Apung (floating pile foundation)
3). Tiang Pancang (pile drieven foundation)
4). Tiang baja atau tiang beton yang dicor ditempat.
Berdasarkan data tanah diketahui bahwa tanah keras terdapat pada
kedalaman 2 m. dalam perencanaan gedung rusunawa ini digunakan
pondasi sumuran, keuntungan pemakaian pondasi sumuran, antara lain :
(Hardiyatmo, 2013)
Pembangunannya tidak menyebabkan getaran dan pengembangan
tanah, seperti pada pemancangan pondasi tiang pancang.
Penggalian tidak mengganggu tanah disekitarnya.
Biaya pelaksanaan umumnya relative rendah, berhubungan alat yang
dipakai adalah alat ringan.
Kondissi – kondisi tanah atau batu pada dasar sumuran sering dapat
diperiksa dan diuji secara fisik.
Alat gali tidak banyak menimbulkan suara.
4. Pondasi Sumuran
Tekanan konstruksi ke tanah < daya dukung tanah pada dasar sumuran.
Aman terhadap penurunan yang berlebihan, gerusan air dan longsoran
tanah.
Diameter sumuran 1,50 meter.
Cara galian terbuka tidak disarankan.
Kedalaman dasar pondasi sumuran harus dibawah gerusan maksimum.
Biasanya digunakan sebagai pengganti pondasi tiang pancang apabila
laisan pasir tebalnya > 2,00 m dan lapisan pasirnya cukup padat.
4.1. Perhitungan Daya Dukung Pondasi Sumuran
Dengan menggunkaan metode LCPC, 1991 diperoleh :
Qe = Ah x qc x Kc
Keterangan :
Qe = Daya dukung ujung tiang (Kg)
Ah = luas Penampang ujung tiang (cm²)
qc = Nilai konus (Kg /cm²)
Kc = faktor nilai konus
Qs = As x Fs
Keterangan :
Qs = daya dukung lekatan (Kg)
62
As = Luas selimut tiang (cm²)
Fs =Tahanan dinding (Kg/cm²)
Nilai Fs dapat dicari dengan persamaan 2.115.
Fs = 0,0012 x qc
Qult = Qe + Qs
Qall =
Keterangan :
Qult = Daya dukung batas (Kg)
Sf = Angka keamanan (biasanya diambil Sf = 3)
63