Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL

KEGAWATDARURATAN NEONATAL

Disusun Oleh :

Ganti Farlina Batubara


NIM:18060024P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
2020
ANALISIS FAKTOR RISIKO PADA IBU DAN BAYI TERHADAP ASFIKSIA
NEONATORUM DI RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG

ABSTRAK

Asfiksia neonatorum merupakan kasus kegawatdaruratan neonatal, bahkan sangat berisiko


untuk terjadinya kematian neonatal. Faktor-faktor yang menyebabkan asfiksia antara lain
faktor ibu, faktor plasenta, faktor persalinan dan faktor bayi. Tujuan penelitian ini
menganalisis faktor risiko pada ibu dan bayi yang berhubungan dengan asfiksia neonatorum
di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tahun 2018. Metode yang digunakan pada
penelitian adalah observasional analitik dengan desain case control. Sampel pada penelitian
terdiri dari 58 bayi yang yang dipilih dengan metode consecutive sampling untuk kelompok
kasus dan metode systematic random sampling untuk kelompok kontrol. Analisis data yang
dilakukan adalah univariat,bivariat dan multivariat dengan uji Chi Square, Odds Ratio dan uji
regresi logistik. Hasil penelitian ini faktor-faktor yang berhubungan dengan asfiksia
neonatorum antara lain tingkat pendidikan ibu (OR: 3,819; 95%CI: 1,046 - 13,943; p: 0,036),
usia gestasi (OR: 17,111; 95%CI: 2,031 - 144,136; p: 0,001), kelainan letak (OR: 34,462;
95%CI: 4,117 - 288,449; p: 0,000) dan air ketuban bercampur mekonium (OR: 34,667;
95%CI: 1,237 - 91,983; p: 0,025). Kesimpulan dari penelitin ini terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan ibu, usia gestasi, kelainan letak dan air ketuban bercampur mekonium
terhadap asfiksia neonatorum di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Kata Kunci : Asfiksia Neonatorum, Faktor Risiko, Persalinan.

PENDAHULUAN Menurut Riset Kesehatan


Indikator derajat kesehatan Dasar(Riskesdas) pada tahun 2013, 10,3 %
masyarakat ditandai dengan angka balita di Nusa Tenggara Timur mengalami
kematian ibu (AKI), angka kematian bayi asfiksia saat periode neonatal dan
(AKB), dan usia harapan hidup. AKB merupakan provinsi dengan persentase
terutama masa neonatal (bayi baru lahir asfiksia neonatorum tertinggi ke lima di
umur 0 - 28 hari) masih cukup tinggi dan Indonesia(5). Berdasarkan data dari rekam
menjadi masalah di berbagai Negara medis RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
didunia(1). Berdasarkan Survei Demografi Kupang tentang kejadian asfiksia pada
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun tahun 2014 terdapat 386 kasus, pada tahun
2012, di Indonesia didapatkan angka 2015 terdapat 356 kasus, dan tahun 2016
kematian neonatal (AKN) sebesar 19 per terdapat 327 kasus(6). Faktor-faktor yang
1000 kelahiran hidup(2). Penyebab menyebabkan asfiksia antara lain faktor
terbanyak kematian neonatal tersebut ibu, factor plasenta, faktor persalinan, dan
adalah asfiksia bayi baru lahir, faktor bayi. Faktor ibu terdiri dari umur
prematuritas, bayi berat lahir rendah, dan ibu, tingkat pendidikan ibu, pendarahan
infeksi (3). antepartum, status gravida, dan penyakit
Asfiksia neonatorum merupakan ibu saat hamil seperti hipertensi dalam
kasus kagawatdaruratan neonatal, bahkan kehamilan preeklamsia, eklamsia),
sangat berisiko untuk terjadinya kematian diabetes melitus, diabetes gestasional dan
neonatal. Pada tahun 2010, WHO penyakit jantung. Faktor plasenta terdiri
menyatakan asfiksia menyebabkan dari lilitan tali pusat, tali pusat pendek,
kematian 11 % untuk bayi yang berusia simpul tali pusat, dan prolapsus tali pusat.
dibawah 5 tahun setiap tahunnya(4). Faktor persalinan terdiri dari jenis
persalinan, penolong persalinan, tempat
persalinan, partus lama/macet, dan ketuban Hubung, faktor risiko yang diteliti
pecah dini (KPD). adalah usia gestasi, berat badan lahir,
Faktor bayi terdiri usia gestasi, kehamilan ganda, kelainan letak, air
berat badan lahir, kelainan letak (letak ketuban bercampur mekonium,
sungsang dan letak lintang), air ketuban malpresentasi, gawat janin, intra uterine
bercampur mekonium, dan gawat janin. growth restriction (IUGR), kelainan
Adapun penelitian lain yang dilakukan plasenta, dan kelainan jumlah cairan
oleh Rahma dkk (2014) menunjukkan amnion
tidak adanya hubungan umur ibu, usia TUJUAN PENELITIAN
kehamilan, lama persalinan, dan jenis Untuk mengangkat masalah ini
persalinan dengan kasus asfiksia dengan judul penelitian, “Analisis Faktor
neonatorum(11). Begitu juga dengan Risiko pada Ibu dan Bayi terhadap
penelitian yang dilakukan oleh Hubung Asfiksia Neonatorum di RSUD Prof. Dr.
(2018) menyatakan bahwa tidak ada W. Z. Johannes Kupang”.
hubungan antara faktor risiko bayi dengan
kejadian asfiksia neonatorum. METODE PENELITIAN
Penelitian mengenai asfiksia Jenis penelitian yang digunakan
neonatorum sudah pernah dilakukan di adalah penelitian observasional analitik
RSUD Johannes Kupang dengan judul dengan desain case control. Kasus dan
analisis faktor risiko ibu terhadap asfiksia kontrol dalam penelitian ini akan
pada bayi baru lahir oleh Amtaran (2018), dimiripkan (matching) dalam variabel
dan analisis faktor risiko pada bayi pekerjaan ibu. Lokasi penelitian bertempat
terhadap kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
oleh Kupang yang akan dilakukan pada bulan
Hubung (2018). Perbedaan Oktober sampai November 2018. Populasi
penelitian ini dengan penelitian pada penelitian ini adalah semua ibu yang
sebelumnya adalah penelitian ini melahirkan bayi periode Januari sampai
menganalisis faktor risiko pada ibu dan Agustus 2018 yang dirawat di RSUD Prof.
bayi terhadap asfiksia neonatorum Dr. W. Z. Johannes Kupang. Sampel
sedangkan pada penelitian yang dilakukan penelitian ini dibagi 2 kelompok yaitu
oleh Amtaran hanya menganalisis faktor kelompok kasus dan kelompok kontrol.
risiko ibu terhadap asfiksia pada bayi baru Sampel minimal yang dibutuhkan
lahir, dan penelitian yang dilakukan oleh sebanyak 29 kasus dan 29 kontrol. Untuk
Hubung hanya menganalisis faktor risiko kelompok kasus, penarikan sampel
pada bayi terhadap kejadian asfiksia dilakukan dengan cara consecutive
neonatorum. Selain itu pada penelitian ini, sampling dan untuk kelompok kontrol,
faktor risiko pada ibu dan bayi yang diteliti penarikan sampel dilakukan dengan cara
adalah umur ibu, tingkat pendidikan ibu, systematic sampling.
penyakit ibu, pendarahan antepartum,
status gravida, usia gestasi, berat badan PEMBAHASAN
lahir, kelainan letak, air ketuban Hasil penelitian ini sejalan dengan
bercampur mekonium, dan gawat janin penelitian Ekasari (2015) yang
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan tidak ada hubungan umur
Amtaran, faktor risiko yang diteliti adalah ibu dengan dengan asfiksia neonatorum (p
umur ibu, tingkat pendidikan ibu, penyakit = 0,015). Hal ini dapat terjadi dikarenakan
ibu, pendarahan antepartum, gravida, umur ibu bukan merupakan satu-satunya
riwayat ante natal care (ANC), jenis faktor ibu yang mempengaruhi asfiksia
persalinan, KPD, cepalo pelvic atau umur ibu bukan merupakan penyebab
disporpotion (CPD), partus lama/macet, langsung terjadinya asfiksia. Faktor ibu
dan penelitian yang dilakukan oleh yang mempengaruhi asfiksia yang lain
dapat berupa status gizi ibu, riwayat Berdasarkan hasil tersebut faktor usia
preeklamsi sebelumnya, maupun gestasi merupakan faktor risiko yang
komplikasi yang terjadi saat persalinan bermakna / signifikan. Dari hasil
misalnya partus lama atau partus penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H0
macet(13). Begitupun dengan hasil ditolak dan H1 diterima.
penelitian Wahyuni dkk (2017) Secara statistik hasil analisis uji chi
menunjukkan tidak ada hubungan antara square menunjukkan p = 0,052 dan OR =
umur dengan kejadian asfiksia (p = 0,893) 3,900 dengan 95%CI = 0,933 - 16,310.
Pada penelitian didapatkan adanya Berdasarkan hasil tersebut faktor berat
hubungan antara tingkat pendidikan ibu badan lahir merupakan faktor risiko yang
terhadap asfiksia neonatorum disebabkan tidak bermakna / signifikan. Dari hasil
karena dari hasil pengamatan ibu dengan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H0
pendidikan rendah mempunyai risio diterima dan H1 ditolak. Secara statistik
bayinya terkena asfiksia neonatorum 3,8 hasil analisis uji chi square menunjukkan
kali lebih besar dibanding dengan ibu yang tingkat signifikansi p = 0,000 dan OR =
memiliki pendidikan tinggi. Hal ini 34,462 dengan 95%CI = 4,117 - 288,449.
menyebabkan masih rendahnya akses Berdasarkan hasil tersebut faktor
informasi tentang kesehatan ibu dan bayi. kelainan letak merupakan factor risiko
Semakin rendah akses ibu yang bermakna / signifikan. Dari hasil
berpendidikan dasar terhadap informasi penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H0
yang mendukung kesehatan diri dan calon ditolak dan H1 diterima.
bayi, maka pengetahuan ibu juga semakin Secara statistik hasil analisis uji chi
rendah sehingga terjadi peningkatan pada square yang dilakukan terhadap variabel
sikap dan perilaku yang merugikan bagi air ketuban bercampur mekonium terhadap
kehamilan ibu. Secara statistik hasil asfiksia neonatorum tidak memenuhi
analisa uji chi square yang dilakukan syarat karena ada sel dengan frekuensi
terhadap variabel pendarahan antepartum harapan < 5 dan > 20% keseluruhan sel,
terhadap asfiksia neonatorum tidak maka dilanjutkan dengan uji fisher’s exact
memenuhi syarat karena ada sel dengan test diperoleh p = 0,025. Hasil analisa
frekuensi harapan < 5 > 20 % keseluruhan menunjukkan p = 0,025 dan OR = 34,667
sel, maka dilanjutkan dengan uji fisher’s dengan 95%CI = 1,237 - 91,983.
exact test diperoleh p = 1,000. Hasil Berdasarkan hasil tersebut faktor
analisa menunjukkan p = 1,000 dan OR = air ketuban bercampur mekonium
1,000 dengan 95%CI = 0,060 - 16,791. merupakan faktor risiko yang bermakna /
Berdasarkan hasil tersebut faktor signifikan. Dari hasil penelitian ini dapat
pendarahan antepartum bukan merupakan disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
faktor risiko yang tidak bermakna / diterima.
signifikan. Dari hasil penelitian ini dapat Secara statistik hasil analisis uji chi
disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 square yang dilakukan terhadap variabel
ditolak. Secara statistik hasil analisis uji gawat janin terhadap asfiksia neonatorum
chi square menunjukkan p = 0,368 dan OR tidak memenuhi syarat karena ada sel
= 0,580 dengan 95%CI = 0,176 - 1,914. dengan frekuensi harapan < 5 dan > 20%
Berdasarkan hasil tersebut faktor keseluruhan sel, maka dilanjutkan dengan
status gravida merupakan faktor protektif uji fisher’s exact test diperoleh p = 0,102.
yang tidak bermakna / signifikan. Dari Hasil analisa menunjukkan p = 0,102 dan
hasil penelitian ini dapat disimpulkan OR = 7,304 dengan 95%CI = 0,819 -
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. 65,114. Berdasarkan hasil tersebut factor
Secara statistik hasil analisis uji chi gawat janin merupakan faktor risiko yang
square menunjukkan p = 0,001 dan OR = tidak bermakna / signifikan. Dari hasil
17,111 dengan 95%CI = 2,031 - 144,136.
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H0
diterima dan H1 ditolak.
KESIMPULAN
Pada penelitian ini didapatkan
tidak terdapat hubungan antara gawat janin
dengan kejadian asfiksia neonatorum
disebabkan karena dari hasil pengamatan,
jumlah ada gawat janin lebih sedikit
dibandingkan dengan tidak ada gawat
janin. Hal ini bisa disebabkan ibu hamil
tercatat melakukan ANC dengan teratur.
sehingga komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan dapat dideteksi secara dini dan
ditangani segera.

Anda mungkin juga menyukai