Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN GANGGUAN RASA AMAN ANSIETAS

OLEH :

FIA TRESA AYULIA

2014901148

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI

2020

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Teori Kebutuhan

1. Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu
akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman (Nurarif, A. H & Kusuma, H, 2015)

Ansietas adalah perasaan was – was, kuatir, atau tidak nyaman seakan
– akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Ansietas adalah
suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut dan terkadang
panik akan suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakan yang dapat
atau tidak berhubungan dengan rangsang ekternal, ansietas berhubungan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik, kondisi dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan
rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang
berbahaya, ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut
(Stuart & Sundeen, 2005 dalam Dhani S. A. R, 2015)

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas, menyebar, berkaitan


dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Ansietas memiliki dua aspek, yakni aspek
sehat dan membahayakan. Hal ini bergantung pada tingkat, lama ansietas
dialami dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas
(Apriady, T., Yanis, A., & Yulistini, Y, 2016)

2. Rentang Respon Ansietas


Respon Adaptif Respon Maladptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

3. Tingkat Ansietas
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati
dan waspada. Orang yang mengalami ansietas ringan akan terdorong
untuk menghasilkan kreativitas. Respons-respons fisiologis orang yang
mengalami ansietas ringan adalah sesekali mengalami napas pendek,
naiknya tekanan darah dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan
mengalami gejala pada lambung. Respons kognitif orang yang
mengalami ansietas ringan adalah lapang persepsi yang melebar, dapat
menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan
dapat menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respons perilaku dan
emosi dari orang yang mengalami ansietas adalah tidak dapat duduk
tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun
dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan
menyampingkan hal-hal lain. Respons fisiologis dari orang yang
mengalami ansietas sedang adalah sering napas pendek, nadi dan
tekanan darah naik mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi dan
gelisah.
Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah lapang
persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus pada
apa yang menjadi perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi adalah
gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan
perasaan tidak aman
c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal lain.
Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan
untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respons-respons fisiologis
ansietas berat adalah napas pendek, nadi dan tekanan darah darah naik,
banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur, dan
mengalami ketegangan.
Respon kognitif pada orang yang mengalami ansietas berat adalah
lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan
masalah. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan
tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit
dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri
lagi dan sulit melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan
pengarahan. Respons-respons fisiologis panik adalah napas pendek,
rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi dan koordinasi motorik yang
sangat rendah. Sementara respons-respons kognitif penderita panik
adalah lapang persepsi yang sangat pendek sekali dan tidak mampu
berpikir logis. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat agitasi,
mengamuk dan marah-marah, ketakutan dan berteriak-teriak, blocking,
kehilangan kontrol diri dan memiliki persepsi yang kacau

4. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
yang dapat menimbulkan kecemasan, Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan
dan kenyataan yang menimbulkan kecemasan pada individu
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
kecemasan
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik
yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak
dipelajari dalam keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasan
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin
dapat menekan neurotransmiter gama amino butyric acid (GABA)
yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
b. Factor presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya
hamil).
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber daya ekternal dan
inernal
a) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap intergritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya

5. Manifestasi Klinis
a. Palpitasi, jantung berdebar, atau akselerasi frekuensi jantung
b. Berkeringat
c. Gemetar atau menggigil
d. Perasaan sesak napas dan tercekik
e. Perasaan tersedak
f. Nyeri atau ketidak nyamanan dada
g. Mual atau distres abdomen
h. Merasa pusing, limbung, vertigo, atau pingsan
i. Derealisasi (Perasaan tidak realistis) atau depersonalisasi (terpisah
dari diri sendiri)
j. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
k. Takut mati
l. Perestesia (kebas atau kesemutan)
m. Bergantian kedinginan atau kepanasan

Gejala lain gangguan ansietas meliputi :

a. Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih, sulit


berkonsentrasi, iritabilitas, otot tegang, dan gangguan tidur (gangguan
ansietas umum)
b. Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu mengenai
peristiwa traumatis, perasaan menghidupkan kembali trauma ( episode
kilas balik ), kesulitan merasakan emosi ( afek datar ), insomnia dan
iritabilitas atau marah yang meledak–ledak ( gangguan stres pasca
trauma )
c. Repetitif, pikiran obsesif, perilaku kasar yang berkaitan dengan
kekerasan, kontaminasi, dan keraguan, berulang kali melakukan
aktifitas yang tidak bertujuan, seperti mencuci tangan, menghitung,
memeriksa, menyentuh (gangguan obsesif-kompulsif)
d. Rasa takut yang nyata dan menetap akan objek atau situasi tertentu
(fobia spesifik), situasi performa atau sosial (fobia sosial), atau berada
dalam satu situasi yang membuat individu terjebak

6. Komplikasi
a. Depresi
b. Somatoform
c. Skizofrenia

7. Cara Penilaian Kecemasan


Cara penilaian tingkat kecemasan menurut Hawari (2013) sebagai berikut:
a. Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali.
b. Skor 1 : 1 dari gejala yang ada.
c. Skor 2 : separuh dari gejala yang ada.
d. Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada.
e. Skor 4 : semua gejala ada.
Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai
dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.


b. Skor 14 sampai dengan 20 = kecemasan ringan.
c. Skor 21 sampai dengan 27 = kecemasan sedang.
d. Skor 28 sampai dengan 41 = kecemasan berat.
e. Skor 42 sampai dengan 56 = kecemasan berat sekali/panik.

8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan laboraturium didapatkan peningkatan fungsi adrenal,
peningkatan glukosa, menurunya fungsi paratiroid, tingkat oksigen dan
kalsium
b. Uji psikologis

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan non farmakologi


1) Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan
dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga
pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori
yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorphin yang bisa
menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit
stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter dan Perry,
2006)..
2) Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi
rasa nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri (Potter
dan Perry, 2006).
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang
bersifat holistik, yaitu mencakup fisik ( somatik ) , psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada
uraian berikut :
b. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Olahraga yang cukup
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minuman keras
c. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neurotransmiter ( sinyal penghantar syaraf ) di susunan saraf pusat otak
( limbic system ). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxiolitic), yaitu diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspironeHCl, meprobamate dan alprazolam.
d. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik ( somatik ) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik ( fisik ) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
e. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi semangat atau
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidak mampuan mengatasi kecemasan
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksutkan memperbaiki (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrai dan daya
ingat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadap stressor psikososial sehingga
mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung .
7) Terapi psikoreligius
untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

10. Alat ukur kecemasan


Menurut Hawari (2013) untuk mengetahui sejauh mana derajat
kecemasan seseorang dapat menggunakan alat ukur (instrument) yang
dikenal dengan nama Hemilton Rating Scale For Anciety ( HRS-A).
Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok di antaranya meliputi:

Tabel 2.1. Alat Ukur Kecemasan Hamilton Rating Scale For Anciety
(HRS-A)

Nilai Angka
No Gejala Kecemasan (Skor)
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas (ansietas
a. Cemas
b. Firasat Buruk
c. Takut akan fikiran
2 Ketegangan
a. Merasa Gelisah
b. Mudah gemetar
3 Ketakutan
a. Takut terhadap gelap
b. Takut terhadap orang
4 Gangguan Tidur
a. Sukar memulai tidur
b. Terbangun di malam hari
c. Mimpi buruk
5 Gangguan kecerdasan
a. Gangguan daya ingat
b. Mudah lupa
c. Sulit konsentrasi
6 Perasaan Depresi
a. Hilangnya minat
b. Berkurangnya minat pada hobby
c. Sedih
d. Perasaan tidak menyenangkan
sepanjang hari
7 Gejala Somatik
a. Gertakan gigi
b. Suara tidak stabil
c. Kedutan otot
8 Gejala Sensorik
a. Perasaan ditusuk-tusuk
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah
d. Pucat serta merasa lemah
9 Gejala Kardiovaskular
a. Takikardi
b. Nyeri dada
c. Denyut nadi mengeras
d. Detak jantung hilang sekejap
10 Gejala Pernafasan
a. Rasa tertekan di dada
b. Perasaan tercekik
c. Sering menarik nafas panjang
d. Merasa nafas pendek
11 Gejala Gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. Konstipasi
c. Berat badan menurun
d. Mual muntah
e. Nyeri lambung sebelum atau setelah
makan
f. Perasaan panas di perut
12 Gejala Urogenital
a. Sering kencing
b. Tidak dapat menahan kencing
c. Aminorea
d. Ereksi lemah/impotensi
13 Gejala Vegetative
a. Mulut kering
b. Mudah berkeringat
c. Muka merah
d. Bulu roma berdiri
e. Sakit/pusing kepala
14 Perilaku Sewaktu Wawancara
a. Gelisah
b. Jari gemetar
c. Mengerutkan dahi/kening
d. Muka tegang
e. Tonus otot meningkat
f. Nafas pendek dan cepat
Sumber: Hamilton Rating Scale for Anciety (HRS-A) dalam Hawari,
2013
Menurut penilaian kategori kecemasan dalam kuesioner HARS
dinilai dari angka (score) 0-4 dengan 0 menunjukkan tidak ada gejala
(keluhan), 1 menunjukkan gejala ringan, 2 menunjukkan gejala sedang,
3 menunjukkan gejala berat, dan 4 menunjukkan gejala berat sekali.
Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut
di jumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui
derajat kecemasan pasien, yaitu dengan nilai kurang dari 14
menunjukkan tidak ada kecemasan, nilai 14 sampai 20 menunjukkan
kecemasan ringan, nilai 21 sampai 27 menunjukkan kecemasan sedang,
nilai 28 sampai 41 menunjukkan kecemasan berat, dan 42 sampai 56
menunjukkan kecemasan berat sekali/panik (Hawari, 2013).
WOC Ansietas
Hormone estrogen& factor usia sel prostat umur panjang prolikerasi abnormal sel
Testoteron tidak seimbang strem
Sel stroma pertumbuhan sel yang mati kurang
Berpacu produksi stroma dan
Epitel berlebihan

TURP

Iritasi muosan kandung kancing kurang nya informasi


Trauma bekas insisi terhadap pembedahan

Ansietas
B. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data
dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data menurut Cyndi
Smith Greenberg, 1992 adalah:
1) Pengumpulan Data
a) Identitas klien.
Klien Penanggung
(Hubungan dengan penanggung)
(1) Nama : …………… ……………
(2) Umur : …………… ……………
(3) Jenis Kelamin : …………… ……………
(4) Alamat : …………… ……………
(5) Agama : …………… ……………
(6) Pekerjaan : …………… ……………
(7) Pendidikan : …………… ……………
(8) No. RM : …………… ……………
(9) Tanggal masuk RS : …………… ……………
(10) Diagnosa medis : …………… ……………

2) Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
2) Riwayat keperawatan
a) Pola kebiasaan
rasa aman : merasa cemas
b) Tanda – tanda vital
TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N : Menurun
S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami
hipotermI
tergantung respon individu dalam menangania ansietasnya
RR : Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal,
rasa
tercekik terengah- engah

2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas yang berhubungan dengan:
a. Gelisah
b. Mengekspresikan kekhawatiran
c. Tampak waspada

Yang ditandai oleh :

1) Data subjektif
a. Merasa bingung
b. Merasa khawatir
c. Sulit berkonsentrasi
2) Data objektif
a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Sulit tidur

3. Intervensi Keperawatan

Ansietas berhubungan dengan gelisah, mengekspresikan kekhawatiran,


tampal waspada ditandai dengan merasa bingung, merasa khawatir, sulit
berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
a. Tujuan dan kriteria hasil : Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama ....x24 jam, ansietas dapat berkurang atau teratasi dengan
kriteria hasil :
1) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2) Mengidentifikasikan, mengungkapkan, dan menunjukan teknik
untuk mengontrol cemas
3) Vital sign dalam batas normal
4) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukan berkurangnya kecemasan
b. Intervensi
1) Identifikasi tingkat kecemasan
Rasional: Monitor tingkat kecemasan
2) Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional: Membangun rasa percaya pasien
3) Dorong keluarga untuk menemani
Rasional: Orang terdekat dapat memberikan dukungan
4) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Rasional: Membantu menyediakan layanan kesehatan
5) Intruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
Rasional: Teknik menenangkan diri dapat digunakan untuk
meredakan kecemasan
6) Jelaskan semua prosedur tindakan yang membuat klien cemas dan
apa yang dirasakan selama prosedur
Rasional: Mempersiapkan klien menghadapi segala kemungkinan
atau situsional
7) Kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi kecemasan
Rasional: Agen farmakologi dapat digunakan sebagai salah satu
pilihan untuk meredakan kecemasan pada klien
4. Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan. dengan rencana keperawatan yang
dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat
mencapai tujuan dah hasil yang diinginkan untuk medukung dan
meningkatkan status kesehatan klien. Implementasi keperawatan merupakan
bentuk penanganan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pertimbangan
dan pengetahuan klinis yan bertujuan meningkatkan asuhan keperawatan
klien

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinu yang terjadi saat anda
melakukan kontak dengan klien. Setelah melaksanakan implementasi,
mengumpulkan dat subjektif dan objektif dari klien, keluarga, dan anggota
tim kesehatan selain itu, anda meninjau ulang pngetahuan tentang status
terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya pemulihan, dan hasil yang
diharpkan dengan bekal pengalaman sebelumnnya, anda dapat
mengevaluasi klien secara lebih baik. Gunakan pemikiran kritis dan
standar untuk menentukan apakah hasil telah tercapai. Jika hasil telah
dipenuhi, berarti tujuan untuk klien juga telah terpenuhi. Bandingkan
prilaku dan respon klien sebeluh dah setelah dilakukan asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Apriady, T., Yanis, A., & Yulistini, Y. (2016). Prevalensi ansietas menjelang ujian
tulis pada mahasiswa kedokteran fk unand tahap akademik. Jurnal
Kesehatan Andalas, 5(3).
Dhani, S.A.R. (2015). Asuhan Keperawatanansietas Pre Curetage Atas Indikasi
Abortus Incomplit Pada Ny. U Dengan G1 P1 A0 Hamil 12 Minggu 4 Hari
Diruang Bugenville Rsud dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
(Doctoral Dissertation Universitas Muhammadiyah Purwekerto).
Kocak, L. (2014). Bab II Tinjauan Pustaka Kecemasan Pre Operasi. Diperoleh tanggal
09 Oktober 2020 dari
https://www.academia.edu/33100270/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_kecemasan_pr
e_operasi
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:
ECG
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Percetakan Mediaction Jogja

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pegurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta: Dewan Pegurus PPNI

Trisna, K. (2016). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatanpada Pasien Dengan


Gangguan Ansietas. Diperoleh tanggal 09 Oktober 2020 dari
https://www.academia.edu/30931665/Laporan_Pendahuluan_Ansietas

Anda mungkin juga menyukai