Anda di halaman 1dari 12

Penyiapan Reagen

 Nelson A
Sebanyak 1.5 gr KNa-tartrat dilarutkan dalam aquadest, kemudian ditambahkan 3.0 gr
Na2CO3 anhidrat, 2.0 gr NaHCO3 dan 18,0 gr Na2SO4 anhidrat. Kemudian larutan ini diencerkan
hingga volume 100 ml dengan labu takar.
 Nelson B
Sebanyak 2.0 gr CuSO4.5H2O dilarutkan dalam aquadest, kemudian ditambahkan 1.8 gr
Na2SO4 anhidrat dan diaduk sampai larut. Kemudian ditambahkan 1-2 tetes H2SO4 pekat
perlahan-lahan dan diencerkan hingga volume 100 ml dengan labu takar.
 Reagen Warna Arsenomolibdat
Sebanyak 500 gr (NH4)MoO2 dilarutkan dalam 90 ml aquades, lalu ditambahkan 4,2 ml
H2SO4 pekat, di aduk dan didinginkan (Larutan I). kemudian larutkan 0,6 gr Na 2H2SO4.7H2O
dalam 5 ml aquades, Larutan I dan Larutan II dicampurkan dan diaduk hingga homogeny.
Larutan ini kemudian disimpan dalam botol coklat dan di inkubasi selama 24 jam pada suhu
37oC. Kemudian disimpan dalam lemari pendingin.
 Larutan Cu alkalis
Campurkan sebanyak 4 ml larutan Nelson A dengan 1 ml larutan Nelson B, aduk
sebelum dipakai.
 Asam Sulfat 10 %
Sebanyak 102 ml asam sulfat 98 % (pekat) diencerkan kedalam 1 liter aquadest dengan
labu takar.

a. Persiapan bahan baku.


Bahan baku berupa jerami kering kemudian dihaluskan menggunakan blender hingga
diperoleh pertikel yang lebih kecil dan ditimbang sebanyak 10 gr.
b. Hidrolisa sampel.
Sampel jerami kering dihidrolisa dengan 1.000 ml H2SO4 10%. Selama hidrolisis dilakukan
pemanasan diatas hot plate hingga mendidih (direbus) selama 1-2 jam. Untuk menghentikan
proses hidrolisa kedalam sampel ditambahkan larutan NaOH hingga pH menjadi netral (pH 7).
Kemudian disaring dengan kertas saring, hidrolisat hasil penyaringan akan digunakan untuk
proses selanjutnya. Jika tidak langsung digunakan hidrolisat disimpan dalam wadah tertutup
dalam lemari pendingin 4 oC.
c. Uji kualitataif sampel
Sampel hasil hidrolisis jerami diperkirakan mengandung gula yang dapat difermentasi,
karena itu untuk memastikan dilakukan uji kualitatif dengan metode Somogyi-Nelson. Prinsip
dari Somogyi-Nelson ini adalah reduksi Cu 2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid (gula pereduksi)
sementara gugus aldehid teroksidasi menjadi karboksilat, kemudian Cu + membentuk kompleks
dengan amonium molibdat dan membentuk warna biru molibdat.
Uji keberadaan gula dilakukan dengan mencampurkan 0,5 ml sampel dengan 1 ml Cu
alkalis. Campuran tersebut kemudian di inkubasi di dalam air mendidih selama 10 menit dan
kemudian di inkubasi dalam es selama 5 menit, kemudian ditambahkan lagi 1 ml reagen
arsenomolibdar. Dari hasil uji, larutan sampel berubah menjadi warna biru sedangkan blanko
berwarna kuning. Warna biru yang dihasilkan menunjukkan bahwa dalam sampel jerami benar
mengandung gula.
d. Pengukuran Berat Jenis Sampel (Hidrolisat)
Berat jenis sampel diukur dengan menggunakan piknometer, dimana berat piknometer kosong
10,1359 gr, densitas air (28 oC) 0,9962 gr/ml, volume piknometer yang sebenarnya 5,4831 ml,
dan berat sampel 4,7676 gr. Maka berat jenis sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
f. Proses Fermentasi
Sebanyak 250 ml sampel kemudian dimasukkan kedalam botol berwarna coklat (reaktor
fermentasi), lalu ditambahkan enzyme saccharomyces cerevisiae dan diaduk, kemudian ditutup
dengan corong leher angsa dan dibiarkan selama 4 hari. Setelah 4 hari sampel kemudian
ditentukan kadar etanolnya. Proses fermentasi dilakukan terhadap sampel dengan berbagai
variasi konsentrasi enzim yaitu 1, 2, 3, 4 dan 6% dan variasi pH sampel yaitu 4, 5, 6, 7 dan 8.

g. Penentuan Kadar Etanol


 Penentuan kadar etanol dengan pengukuran berat jenis (BJ)
 Penentuan kadar etanol dengan destilasi
Larutan hasil fermantasi sebanyak 150 ml di destilasi dengan menggunakan destilasi
sederhana pada suhu 80 oC dan destilatnya ditampung di dalam wadah yang dikelilingi es.
 Penentuan kadar etanol dengan GC (Gas Kromatografy).

Selasa, 13 April 2010


Hidrolisa / Hidrolisis
HIDROLISA / HIDROLISIS
Hidrolisis adalah terurainya garam dalam air yang menghasilkan asam atau basa. ADA EMPAT
JENIS GARAM, YAITU : 1. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat
(misalnya NaCl, K2SO4 dan lain-lain) tidak mengalami hidrolisis. Untuk jenis garam yang
demikian nilai pH = 7 (bersifat netral). 2. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan
basa lemah (misalnya NH4Cl, AgNO3 dan lain-lain) hanya kationnya yang terhidrolisis
(mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH <> 7 (bersifat basa). 4.
Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa lemah (misalnya CH3COONH4,
Al2S3 dan lain-lain) mengalami hidrolisis total (sempurna). Untuk jenis garam yang demikian
nilai pH-nya tergantung harga Ka den Kb.
Secara teknis, hidrolisis adalah sebuah reaksi dengan air. Reaksi inilah yang sebenarnya terjadi
ketika ester dihirolisis dengan air atau dengan asam encer seperti asam hidroklorat encer.
Hidrolisis ester dengan basa melibatkan reaksi dengan ion-ion hidroksida, tetapi hasil
keseluruhannya sangat mirip sehingga dikategorikan dalam hidrolisis dengan air atau asam
encer.
Hidrolisis menggunakan air atau asam encer
Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak pernah digunakan. Reaksi ini dikatalisis
oleh asam encer, sehingga ester dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah asam encer seperti
asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer.
Berikut dua contoh sederhana dari hidrolisis menggunakan sebuah katalis asam.
Pertama, hidrolisis etil etanoat:

dan yang kedua hidrolisis metil propanoat:

Perhatikan bahwa kedua reaksi di atas dapat balik (reversibel). Untuk melangsugkan hidrolisis
sesempurna mungkin, harus digunakan air yang berlebih. Air diperoleh dari asam encer,
sehingga ester perlu dicampur dengan asam encer yang berlebih.
Hidrolisis menggunakan basa encer
Ini merupakan cara yang lazim digunakan untuk menghidrolisis ester. Ester dipanaskan di bawah
refluks dengan sebuah basa encer seperti larutan natrium hidroksida.
Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding dengan menggunakan asam encer. Reaksinya
berlangsung satu arah dan tidak reversibel, dan produknya lebih mudah dipisahkan.
Mari kita mengambil contoh ester sama seperti kedua contoh di atas, tapi menggunakan larutan
natrium hdroksida bukan sebuah asam encer:
Pertama, hidrolisis etil etanoat menggunakan larutan natrium hidroksida:

dan selanjutnya hidrolisis metil propanoat dengan cara yang sama:

Perhatikan bahwa terbentuk garam natrium bukan asam karboksilat sendiri.


Campuran ini relatif mudah dipisahkan. Jika digunakan larutan natrium hidroksida yang
berlebih, tidak akan ada ester yang tersisa.
Alkohol yang terbentuk bisa dipisahkan dengan distilasi. Pemisahan ini cukup mudah.
Jika anda menginginkan terbentuk asam bukan garamnya, anda harus menambahkan asam kuat
yang berlebih seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer ke dalam larutan yang tersisa
setelah distilasi pertama.
Jika anda melakukan ini, campuran akan dibanjiri dengan ion-ion hidrogen. Ion-ion hidrogen ini
ditangkap oleh ion-ion etanoat (atau ion paropanoat atau ion apapun) yang terdapat dalam garam
membentuk asam etanoat (atau asam propanoat, dan lain-lain). Karena asam-asam ini adalah
asam lemah, maka ketika bergabung dengan ion hidrogen, cenderung tetap bergabung.
Sekarang asam karboksilat bisa dipisahkan dengan distilasi.
Hidrolisis ester-ester kompleks utuk membuat sabun
Pembahasan ini berkaitan dengan hidrolisis basa (dengan menggunakan larutan natrium
hidroksida) ester-ester besar yang ditemukan dalam lemak dan minyak hewani dan nabati.
Jika ester-ester besar yang terdapat dalam lemak dan minyak hewani dan nabati dipanaskan
dengan larutan natrium hdiroksida pekat, reaksi yang terjadi persis sama dengan reaksi pada
ester-ester sederhana.
Terbentuk asam karboksilat – kali ini, garam natrium dari sebuah asam besar seperti asam
oktadekanoat (asam stearat). Garam-garam ini merupakan komponen sabun yang penting – yaitu
komponen yang melakukan pembersihan.
Juga terbentuk alkohol – kali ini, alkohol yang lebih rumit, propan-1,2,3-triol (gliserol).

Karena hubungannya dengan pembuatan sabun, hidrolisis ester dengan basa terkadang disebut
sebagai saponifikasi.
Hidrolisis
Apa yang dimaksud Hidrolisis Garam
* Hidrolisis berasal dari kata hidro yaitu air dan lisis berarti penguraian, berarti hidrolisis garam
adalah penguraian garam oleh air yang menghasilkan asam dan basanya kembali.
* Ada dua macam hidrolisis, yaitu:
Hidrolisis parsial/sebagian (jika garamnya berasal dari asam lemah dan basa kuat atau sebaliknya
& pada hidrolisis sebagian hanya salah satu ion saja yang mengalami reaksi hidrolisis, yang
lainnya tidak)

• Hidrolisis total (jika garamnya berasal dari asam lemah dan basa lemah).

• * Beberapa jenis garam berdasarkan komponen asam basa pembentuknya

asam pembentuk basa pembentuk sifat larutan contoh


kuat kuat netral NaCl; K2SO4
kuat lemah asam NH4Cl; Al2(SO4)3
lemah kuat basa CH3COONa; Na2CO3
lemah lemah bergantung Ka & Kb CH3COONH4

Catatan:
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis dan bersifat netral.
• Di dalam air garam ini mengalami ionisasi sempurna menjadi anion dan kation.
• Contoh : garam NaCl

Di dalam air, NaCl terionisasi sempurna membentuk ion Na+ dan Cl-
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)

Ion Na+ berasal dari asam kuat dan ion Cl- berasal dari basa kuat sehingga keduanya tidak
bereaksi dengan air.
• Reaksi Hidrolisis adalah
Na+(aq) + H2O(l) (tidak ada reaksi)
Cl-(aq) + H2O(l) (tidak ada reaksi)
• Larutan ini bersifat netral (pH=7).

• Jika diuji keasamannya dengan menggunakan kertas lakmus biru dan merah , maka warna
lakmus biru tetap biru, lakmus merah tetap merah.
PROSES HIDROLISIS dan APLIKASINYA di INDUSTRI
Hidrolisis adalah suatu proses kimia yang menggunakan H2O sebagai pemecah suatu
persenyawaan termasuk inversi gula, saponifikasi lemak dan ester, pemecahan protein dan reaksi
Grignard. H2O sebagai zat pereaksi dalam pengertian luas termasuk larutan asam dan basa
(dalam senyawa organik, hidrólisis, netralisasi).
Jenis-jenis hidrólisis ada lima macam, yaitu :
1. Hidrolisis Murni
Direaksikan dengan H2O saja, reaksi lambat sehingga jarang digunakan dalam industri (tidak
komersial). Hanya untuk senyawa-senyawa yang reaktif. Reaksi dapat dipercepat dengan
menggunakan H2O uap.
Contoh :

2. Hidrolisis dalam Larutan Asam


Asam encer atau pekat misal HCl, H2SO4 (asam lain mahal). Biasanya berfungsi sebagai
katalisator. Pada asam encer, pada umumnya kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi H+
menjadi [H+]. Sifat ini tidak berlaku pada asam pekat. Pemakain H2SO4 lebih disukai karena
HCl korosif.
Contoh :

3. Hidrolisis dalam Larutan Basa


Basa encer atau pekat seperti NaOH, KOH. Penggunaan basa terbatas karena hasil akhir adalah
garam bukan asam
Contoh :

SUKROSA DAN SIFATNYA


Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman penghasil gula yang telah lama
dibudidayakan di Indonesia khususnya Pulau Jawa. Tebu merupakan tanaman penghasil gula
yang kita konsumsi sehari-hari. Gula yang kita konsumsi diproses dari sukrosa yang terbentuk di
batang tebu. Kadar sukrosa yang ada dalam batang tebu bervariasi antara 8 – 13 % pada tebu
segar yang mencapai kemasakan optimal.
Sukrosa adalah senyawa disakarida dengan rumus molekul C12H22O11. Sukrosa terbentuk
melalui proses fotosintesis yang ada pada tumbuh-tumbuhan. Pada proses tersebut terjadi
interaksi antara karbon dioksida dengan air didalam sel yang mengandung klorofil. Bentuk
sederhana dari persamaan tersebut adalah :
6 CO2 + 6 H2O —–> C6H12O6 + 6 O2
Gula tebu adalah disakarida, gula tersebut dapat dibuat dari gabungan dua gula yang sederhana
yaitu glukosa dan fruktosa (monosakarida). Penggabungan dari dobel unit karbon monosakarida
menjadi : C12H22O11 yang selanjutnya dinamakan sukrosa atau saccharose.
Selain sukrosa didalam batang tebu terdapat zat-zat lain. Dalam proses produksi gula zat – zat ini
harus dihilangkan sehingga dihasilkan gula yang berkualitas. Berikut adalah komponen yang
terdapat dalam batang tebu.
Hidrolisis Garam dalam Kehidupan Sehari-Hari
Agar tanaman tumbuh dengan baik, maka pH tanaman harus dijagam pH tanah di daerah
pertanian harus disesuaikan dengan pH tanamannya. Oleh karena itu diperlukan pupuk yang
dapat menjaga pH tanah agar tidak terlalu asam atau basa. Biasanya para petani menggunakan
pelet padat (NH 4 ) 2 SO 4 untuk menurunkan pH tanah. Garam (NH 4 ) 2 SO 4 bersifat asam,
ion NH 4 + akan terhidrolisis dalam tanah membentuk NH 3 dan H + yang bersifat asam.
Kita juga sering memakai bayclin atau sunklin untuk memutihkan pakaian kita. Produk ini
mengandung kira-kira 5 % NaOCl yang sangat reaktif sehingga dapat menghancurkan pewarna,
sehingga pakaian menjadi putih kembali. Garam ini terbentuk dari asam lemah HOCl dengan
basa kuat NaOH. Ion OCl - terhidrolisis menjadi HOCl dan OH -, sehingga garam NaOCl
bersifat basa.
Menentukan pH Larutan Garam
Garam yang mengalami hidrolisis membentuk suatu reaksi kesetimbangan. Pada reaksi
kesetimbangan anion basa atau kation asam, akan dibebaskan OH - atau H + . Ion OH - dan ion
H + inilah yang dapat menentukan apakah larutan tersebut bersifat asam, basa atau netral. Karena
hidrolisis garam merupakan reaksi refersibel (bolak-balik), maka reaksi ini mempunyai tetapan
kesetimbangan yang disebut tetapan hidrolisis (Kh). Besarnya Kh bergantung pada harga tetapan
ionisasi asam (Ka) atau tetapan ionisasi basa (Kb). Tetapan hidrolisis dapat digunakan untuk
menentukan pH larutan garam.
1. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Kuat
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat jika dilarutkan dalam air menunjukkan reaksi
netral, karena anion maupun kationnya masing-masing tidak ada yang bergabung dengan ion
hidrogen atau hidroksida. Untuk menentukan produk yang sangat sedikit berdisosiasi. Karena itu
kesetimbangan air tidak terganggu.
H 2 O (l) → H + (aq) + OH - (aq)
Karena konsetrasi H + dan OH - dalam larutan sama, maka larutan bersifat netral (pH=7)
2. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Jika garam yang berasal dari asam kuat dengan basa lemah dilarutkan ke dalam air, maka larutan
tersebut bersifat asam (pH < 7). Kation asam (BH + ) dari garam bereaksi dengan air yang
menghasilkan ion H 3 O + .
BH + (aq) + H 2 O (l) → B (aq) + H 3 O + (aq) .
Reaksi ini mempunyai tetapan hidrolisis (Kh) sebagai berikut.
Konsentrasi BH + semula, sama dengan konsentrasi garamnya. Jika konsentrasi BH + mula-mula
sebesar M dan hidrolisis sebesar α, maka konsentrasi semua komponen dalam persamaan
tersebut adalah:
Karena nilai α sangat kecil, maka besarnya α pada M-α diabaikan, sehingga untuk M-α = M.
Besarnya konsentrasi B dan H 3 O + adalah sama. Karena H 3 O + dapat diganti H +, persamaan
tetapan hidrolisis dapat ditulis.
Suatu basa dapat mengalami kesetimbangan sebagai berikut.
B¬ (aq) + H 2 O (l) → BH + (aq) + OH - (l)
3. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Kuat
Garam yang berasal dari asam lemah dengan basa kuat jika dilarutkan dalam air maka larutan
tersebut bersifat basa (pH > 7). Anion basa (A - ) dari garam bereaksi dalam air yang
menghasilkan ion OH - .
A - (aq) + H 2 O (l) → HA (aq) + OH - (aq)
Konsentrasi A - semula sama dengan konsentrasi garamnya. Jika konsentrasi A - mula-mula
sebesar M dan terhidrolisis sebesar α, maka untuk konsentrasi semua komponen dalam
persamaan tersebut adalah:
Karena nilai α relatif kecil (dapat diabaikan) sehingga nilai (M-α) sama dengan M.
Asam lemah akan terionisasi menjadi:
HA → H + + A -
Konsentrasi HA sama dengan konsentrasi OH -, sehingga diperoleh persamaan tetapan:
Selanjutnya konsentrasi OH - dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
Kh : tetapan hidrolisis
Kw : tetapan kesetimbangan air
Ka : tetapan ionisasi asam
[A-] : konsentrasi anion dari garam
4. Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah jika dilarutkan dalam air dapat bersifat
asam, basa atau netral tergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya. Larutan
garam ini akan terhidrolisis sempurna baik kation [BH + ] maupun anionnya [A - ].
Kh : tetapan hidrolisis
Kw : tetapan kesetimbangan air
Ka : tetapan ionisasi asam
Kb : tetapan ionisasi basa
Konsep Hidrolisis Garam
Pencampuran larutan asam dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Namun
demikian, garam dapat bersifat asam, basa maupun netral. Sifat garam bergantung pada jenis
komponen asam dan basanya. Garam dapat terbentuk dari asam kuat dengan basa kuat, asam
lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, atau asam lemah dengan basa lemah.
Jadi, sifat asam basa suatu garam dapat ditentukan dari kekuatan asam dan basa penyusunnya.
Sifat keasaman atau kebasaan garam ini disebabkan oleh sebagian garam yang larut bereaksi
dengan air. Proses larutnya sebagian garam bereaksi dengan air ini disebut hidrolisis (hidro yang
berarti air dan lisis yang berarti peruraian).
1. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Kuat
Asam kuat dan basa kuat bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion garam berasal
dari elektrolit kuat yang tidak terhidrolisis, sehingga larutan ini bersifat netral, pH larutan ini
sama dengan 7.
Contoh
Larutan KCl berasal dari basa kuat KOH terionisasi sempurna membentuk kation dan anionnya.
KOH terionisasi menjadi H + dan Cl - . Masing-masing ion tidak bereaksi dengan air, reaksinya
dapat ditulis sebagai berikut.
KCl (aq) → K + (aq) + Cl - (aq)
K + (aq) + H 2 O (l) →
Cl - (aq) + H 2 O (l) →
2. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial)
dalam air. Garam ini mengandung kation asam yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini
bersifat asam, pH <7.
Contoh
Amonium klorida (NH 4 Cl) merupakan garam yang terbentuk dari asam kuat, HCl dalam basa
lemah NH 3 . HCl akan terionisasi sempurna menjadi H + dan Cl - sedangkan NH 3 dalam
larutannya akan terionisasi sebagian membentuk NH 4 + dan OH - . Anion Cl - berasal dari asam
kuat tidak dapat terhidrolisis, sedangkan kation NH 4 + berasal dari basa lemah dapat
terhidrolisis.
NH 4 Cl (aq) → NH 4 + (aq) + Cl - (aq)
Cl - (aq) + H 2 O (l) →
NH 4 + (aq) + H 2 O (l) → NH 3 (aq) + H 3 O + (aq)
Reaksi hidrolisis dari amonium (NH 4 + ) merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini
menghasilkan ion oksonium (H 3 O + ) yang bersifat asam (pH<7). Secara umum reaksi ditulis:
BH + + H 2 O → B + H 3 O +
3. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Kuat
Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat mengalami hidrolisis parsial dalam air.
Garam ini mengandung anion basa yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini bersifat basa
(pH > 7).
Contoh
Natrium asetat (CH 3 COONa) terbentuk dari asam lemah CH 3 COOH dan basa kuat NaOH.
CH 3 COOH akan terionisasi sebagian membentuk CH 3 COO - dan Na + . Anion CH 3 COO -
berasal dari asam lemah yang dapat terhidrolisis, sedangkan kation Na + berasal dari basa kuat
yang tidak dapat terhidrolisis.
CH 3 COONa (aq) → CH 3 COO - (aq) + Na + (aq)
Na + (aq) + H 2 O (l) →
CH 3 COO - (aq) + H 2 O (l) → CH 3 COOH (aq) + OH - (aq)
Reaksi hidrolisis asetat (CH 3 COO ) merupakan reaksi kesetimbangannya. Reaksi ini
menghasilkan ion OH yang bersifat basa (pH > 7). Secara umum reaksinya ditulis:
A - + H 2 O → HA + OH -
4. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Lemah
Asam lemah dengan basa lemah dapat membentuk garam yang terhidrolisis total (sempurna)
dalam air. Baik kation maupun anion dapat terhidrolisis dalam air. Larutan garam ini dapat
bersifat asam, basa, maupun netral. Hal ini bergantung dari perbandingan kekuatan kation
terhadap anion dalam reaksi dengan air.
Contoh
Suatu asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah, NH 3 akan terbentuk garam NH 4 CN.
HCN terionisasi sebagian dalam air membentuk H + dan CN - sedangkan NH 3 dalam air
terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH-. Anion basa CN - dan kation asam NH 4 + dapat
terhidrolisis di dalam air.
NH 4 CN (aq) → NH 4 + (aq) + CN - (aq)
NH 4 + (aq) + H 2 O → NH 3(aq) + H 3 O (aq) +
CN - (aq) + H 2 O (e) → HCN (aq) + OH - (aq)
Sifat larutan bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya (Ka dan Kb)
- Jika Ka < Kb (asam lebih lemah dari pada basa) maka anion akan terhidrolisis lebih banyak dan
larutan bersifat basa.
- jika Ka > Kb (asam lebih kuat dari pada basa) maka kation akan terhidrolisis lebih banyak
dalam larutan bersifat asam.
- Jika Ka = Kb (asam sama lemahnya dengan basa) maka larutan bersifat netral.
Diposkan oleh arto maryanto di Selasa, April 13, 2010
Reaksi: 
0 komentar:
Poskan Komentar
silahkan isi disini
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Facebook Saya
Arto Maryanto

Buat Lencana Anda


Anggota Blog

Kumpulan Materi
 ▼  2010 (18)
o ▼  April (8)
 Pencampuran dan Pengadukan
 Saturated dan Superheated
 BELERANG
 BIMBINGAN KONSELING
 Hidrolisa / Hidrolisis
 pH meter dan Potensiometri
 METODE PENENTUAN VOLUME MOLAR PARSIAL
 PIKNOMETER
o ►  Maret (8)
 LAJU REAKSI
 polarimeter
 Kikim Selatan, Lahat
 Kikim Timur, Lahat
 KINENETIKA REAKSI
 KALIUM PERMANGANAT
 konduktometer
 kondensor
o ►  Februari (1)
 Profesi Kependidikan
o ►  Januari (1)
 TENTANG KABUPATEN LAHAT
 ►  2009 (19)
o ►  Desember (2)
 Psikologi
 Komponen dan Prinsip Pengembangan Kurikulum Kurik...
o ►  November (17)
 BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
 TAKSONOMI BLOOM
 MAKALAH KEWARGANEGARAAN
 PP
 PP
 PP
 PP
 PENGANTARPENDIDIKAN
 DONGENG Jack dan Pohon Kacang ...
 PENGANTAR PENDIDIKAN KELOMPOK III : ARTO MARYANT...
 LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM I. PRAKTIKUM : I...
 LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM FISIKA DASAR I I. JU...
 LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR I I. IDENTI...
 1. STOIKIOMETRI Salah satu aspek penting dari r...
 Prinsip Belajar Balikan dan Penguatan
 Tegangan Permukaan dan kapilaritas
 Fluida dan Viskositas

Tentang Saya

arto maryanto
palembang, sumatera selatan, Indonesia
Saya seorang Mahasiswa Universitas Sriwijaya Angkatan tahun 2008
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai