Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MODUL J-01
PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
KELOMPOK 6 :
Windie Antasari Suwandi (1211600026)
M. Reyhan Yafi (1211600009)
Farhan Buntaran (1211600017)
Reynaldi Indra S (1211600039)
Fityah Nabila (1211600043)
Adelina Shafira A (1211600050)
Kelompok 6 1
J-01 PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
(PA-0301-76)
(AASHTO T-49-80)
(ASTM D-5-97)
1. MAKSUD
Pemerikasaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi
bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan menusukkan
jarum penetrasi ukuran tertentu, dengan beban dan waktu tertentu ke
dalam bitumen pada suhu tertentu.
2. TEORI
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila di
panaskan dan akan membeku/mengental apabila didinginkan, namun
demikian prinsip material tersebut terhadap suhu prinsipnya membentuk
suatu sprektum/beragam tergantung komposisi unsur unsur penyusunnya.
Dari sudut pandang rekayasa, ragam dari komposisi unsur aspal
biasanya tidak ditnjau lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik
ragam respon aspal tersebut diperkenalkan beberapa parameter, salah
satunya adalah Pen (penetrasi). Nilai ini menggambarkan kekerasan aspal
pada suhu standar yaitu 25° C , yang diambil dari pengukur
kedalaman penetrasi jarum standar (5 gr/100 gr) dalam rentang waktu
standar (5 detik).
BRITISH standar membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10
macam , dengan rentang nilai penetrasi 15 s/d 40 , Sedangkan
ASTHO mendefinisikan nilai pen 40 – 50 sebagai nilai pen untuk
material sebagai bahan bitumen terlembek/terlunak.
Penetrasi sangat sensitif terhadap suhu, pengukuran di atas suhu
kamar menghasilkan nilai yang berbeda variasi suhu terhadap nilai
penetrasi dapat disusun sedemikian rupa hingga dihasilakan nilai grafik
Kelompok 6 2
antara suhu dan penetrasi. Penetrasi indeks dapat ditentukan dari grafik
tersebut.
Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata rata sekurang kurangnya
dari 3 pembacaan. Berdasarkan SNI 06 – 2456 – 1991 nilai penetrasi
dinyatakan sebagai rata-rata sekurang-kurangnya dari tiga pembacaan
dengan ketentuan bahwa hasil pembacaan tidak melampaui ketentuan
dibawah ini :
Kelompok 6 3
Hubungan penetrasi dengan pelaksanaan dilapangan adalah untuk
mengetahui:
1. Lokasi kontruksi jalan
2. Jenis kontruksi yang dilaksanakan
3. Suhu perkerasan , iklim kepadatan lalau lintas.
(sumber:http://emridho.blogspot.com/2012/01/laporanpraktikumpengujia
n-penetrasi.html)
3. PERALATAN
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum turun naik
tanpa gesekkan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 milimeter.
Gambar 1.1
b. Pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,05 gram) yang dapat dilepas
dengan mudah dari alat penetrasi untuk peneraan.
c. Pemberat dari (50 ± 0,05) gram dan (100 ± 0,05) gram masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan
200 gram.
d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440 C, atau HRC 54
sampai 60 dengan bentuk dan ukuran menurut Gambar 1.2, ujung
jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
e. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan
dasar yang rata. Ukuran cawan untuk pengukuran penetrasi sebagai
berikut :
Di bawah 200 90 ml 55 mm 35 mm
Kelompok 6 4
dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air dalam bejana.
Gambar 1.3
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi.
Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tinggi
yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
h. Pengukur waktu
Untuk pengukur penetrasi dengan tangan diperlukan stopwatch dengan
skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang, dan kesalahan tertinggi
0,1 detik 60 per detik. Untuk pengukuran dengan alat otomatis
kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
i. Termometer, sesuai Gambar 1.4
4. PERSIAPAN PERCOBAAN
Bitumen dipanaskan perlahan-lahan dan diaduk sehingga cukup
cair untuk dapat dituangkan. Pemanasan bitumen tidak boleh melebihi dari
60˚C, diatas perkiraan titik lembek, dan untuk bitumen tidak boleh lebih
dari 90 ˚C diatas perkiraan titik lembek.
Waktu pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit. Diaduklah
secara perlahan-lahan agar udara tidak masuk ke dalam bitumen. Setelah
bitumen cair merata dituangkan ke dalam tempat atau wadah dan
didiamkan hingga dingin. Tinggi bitumen dalam tempat tersebut tidak
kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Dua benda uji dibuat
(duplo). Benda uji ditutup agar bebas dari debu dan didiamkan pada suhu
ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil, dan 1,5 sampai 2
jam untuk benda uji besar.
5. PROSEDUR
a. Untuk benda uji sebelum kehilangan berat.
1. Benda uji diletakkan ke dalam tempat air yang kecil dan
dimasukkan tempat air tersebut ke dalam bak perendam yang telah
berada pada suhu yang telah ditetapkan. Didiamkan dalam bak
Kelompok 6 5
tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5
sampai 2 jam untuk benda uji besar.
2. Pemegang jarum diperiksa agar jarum dapat dipasang dengan baik
dan dibersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain
kemudian dikeringkan jarum tersebut dengan lap bersih, dan
dipasangkan jarum pada pemegang jarum.
3. Pemberat 50 gram diletakkan diatas jarum untuk memperoleh
beban sebesar (100 ± 0,1) gram.
4. Tempat air dipindahkan dari bak perendam ke bawah alat
penetrasi.
5. Jarum diturunkan perlahan-lahan sehingga jarum tersebut
menyentuh permukaan benda uji. Kemudian diatur angka 0 di
arloji penetrometer, sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.
6. Pemegang jarum dilepaskan dan serentak dengan dijalankannya
stopwatch selama jangka waktu ( 5 ± 0,1 ) detik.
7. Arloji penetrometer diputar dan dibaca angka penetrasi yang
berimpit dengan jarum penunjuk. Dibulatkan hingga angka 0,1 mm
terdekat.
8. Jarum dilepaskan dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi
untuk pekerjaan berikutnya.
9. Pekerjaan (1) sampai (7) dilakukan tidak kurang dari 3 kali untuk
benda uji yang sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan
berjarak satu sama lainnya dari tepi dinding lebih dari 1 cm.
b. Untuk benda uji setelah kehilangan berat.
1. Pemeriksaan dilakukan penurunan berat minyak dan aspal sesuai
dengan tata cara PA-0304-76 Standar Bina Marga.
2. Langkah-langkah dilakukan seperti pada pemeriksaan sebelum
kehilangan berat (Langkah A ).
Kelompok 6 6
6. ANALISA
a) Analisa Percobaan
Benda uji (bitumen) diletakkan di alat penetrasi lalu jarum diturunkan
perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan benda
uji. Kemudian diatur angka 0 di arloji penetrometer, sehingga jarum
penunjuk berimpit dengan benda uji (bitumen). Lalu, pemegang jarum
dilepaskan dan serentak dengan dijalankannya stopwatch selama
jangka waktu 5 detik. Dibaca angka penetrasi yang berimpit dengan
jarum penunjuk. Selanjutnya, jarum dilepaskan dari pemegang jarum,
lakukan sampai 5 kali percobaan.
b) Analisa Perhitungan
Berdasarkan pengujian penetrasi bahan bitumen yang dilakukan maka
diperoleh data sebagai berikut :
Benda Uji 1
Penetrasi pada 25℃, 5 detik, 100 gram
c) Analisa Kesalahan
Analisa kesalahan praktikan : Kurang tepatnya melihat jarum
yang menyentuh permukaan benda uji dengan jalannya
stopwatch yang berfungsi untuk melihat berapa waktu yang
diperlukan jarum untuk menyentuh benda uji.
Analisa kesalahan alat : Pemasangan jarum kurang tepat.
7. KESIMPULAN
Kelompok 6 7
Didapatkan hasil dari benda uji 1 dan benda uji 2 memenuhi pada tabel
syarat pemeriksaan aspal keras yaitu di penetrasi 60/70, yang pada benda
uji 1 memenuhi di syarat minimum 60, dan pada benda uji 2 memenuhi di
syarat maximum 79.
8. LAMPIRAN
a) Gambar Alat
Kelompok 6 8
Gambar 1.3 Bak perendam ( water bath )
b) Prosedur Pengujian
Kelompok 6 9
Gambar 1.7 Kemudian diatur angka 0 di arloji penetrometer, sehingga jarum
penunjuk berimpit dengan benda uji (bitumen)
Kelompok 6 10
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN JALAN
MODUL J-02
TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER
KELOMPOK 6 :
Windie Antasari S (1211600026)
Fityah Nabila (1211600043)
Adelina Shafira A (1211600050)
M.Reyhan Yafi (1211600009)
Farhan Buntaran (1211600017)
Renaldi Indra S (1211600039)
Tanggal Praktikum : -
Asisten Praktikum : Verdy Ananda Upa,ST.MT.
Tanggal Disetujui : 19 November 2018
Nilai :
Paraf Asisten :
Kelompok 6 11
J-02 TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER
(PA-0302-76)
(AASHTO T-53-81)
(ASTM D-36-95)
1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal
dan ter yang berkisar antara 30 ˚C sampai 200 ˚C.
2. TEORI
Aspal adalah material termoplastis yang secara bertahap mencair
sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada
pengurangan suhu. Namun perilaku material aspal tersebut terhadap suhu
atau prinsipnya membentuk suatu spektrum / beragam. Tergantung dari
komposisi unsur-unsur penyusunannya.
Dalam percobaan ini titik lembek ditujukan dengan suhu pada bola
baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter
yang tertahan dalam cincin dengan ukuran tertentu sehingga plat tersebut
menyentuh plat dasar yang terletak pada tinggi tertentu sebagai kecepatan
pemanasan.
Kelompok 6 12
titik lembek yang hamper sama dengan suhu permukaan jalan. Pada
umumnya cara ini diatasi dengan menguakkan filler terhadap campuran
aspal.
Metoda ring and ball pada umumnya di terapkan pada aspal dan ter
ini. Dapat mengukur titik lembek bahan semi solit sampain solit. Titik
lembek adalah besar besar suhu dimana aspal mencapai derajat
kelembekan (mulai leleh) dibawah kondisi spsic tes, berdasarkan tesau
sparatus yang ada bahwa pengujian titik lembek di pengaruhi banyak
factor.
Spesifikasi bina marga tentang titik lembek untuk aspal keras pen
40 (Ringg and ball) adalah 51°C (minimum) dan 63 °C (maksimum),
sedangkan pen 60 adalah min 48°C dan max 58°C
Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat
tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam
cincin berukuran tertentu, sehingga apsal atau ter menyentuh pelat dasar
yang terletak di bawah cincin pada tinggi tertentu, sebagai akibat
kecepatan pemanasan tertentu. Menurut SK SNI 06 – 2434 – 1991, titik
lembek aspal dan ter berkisar antara 46º - 54ºC.
Kelompok 6 13
Tabel 2.1 ASTM softening Point
(sumber: http://em-ridho.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-
pengujian-titik.html)
3. PERALATAN
a. Termometer sesuai Gambar 2.1.
b. Cincin kuningan, Gambar 2.4a.
c. Bola baja, diameter 9,53 mm-berat 3,45 sampai 3,55 gram. Gambar
2.5.
d. Alat pengarah bola, Gambar 2.4b.
e. Bejana gelas, tahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam 18,5
cm dengan tinggi sekurang-kurangnya 12 cm. Gambar 2.2
f. Dudukan benda uji, Gambar 2.4c.
g. Penjepit. Gambar 2.3.
Kelompok 6 14
4. BENDA UJI
a. Contoh dipanaskan perlahan-lahan sambil diaduk terus-menerus
hingga cair merata dan dapat dituang. Pemanasan dan pengadukan
dilakukan perlahan-lahan agar gelembung-gelembung udara tidak
masuk.Suhu pemanasan ter tidak melebihi 56 ˚C diatas perkiraan titik
lembeknya, dan untuk aspal tidak melebihi 100 ˚C.
Waktu untuk pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit diatas
kompor/hotplate atau tidak boleh lebih dari 2 jam didalam oven.
b. Dua buah cincin dipanaskan sampai mencapai suhu tuang dan kedua
cincin diletakkan diatas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari
campuran talc atau sabun.
c. Contoh dituangkan ke dalam 2 (dua) buah cincin. Kemudian
didiamkan pada suhu sekurang-kurangnya 8˚C di bawah titik
lembeknya selama minimal 30 (tiga puluh) menit.
d. Setelah dingin, permukaan contoh diratakan dalam cicin dengan pisau
yang telah dipanaskan.
5. PROSEDUR
a. Kedua benda uji diatas dipanaskan dan diatur dudukannya dan
pengarah bola diletakkan diatasnya. Kemudian seluruh peralatan
tersebut dimasukkan ke dalam bejana gelas.
Bejana dengan air suling baru diisi, dengan suhu ( 5 ± 1 ) ˚C. sehingga
tinggi permukaan air berkisaran antara 101,6 mm sampai 108 mm.
termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diletakkan diantara kedua
benda uji ( kurang lebih 12,7 mm dari tiap cincin ).
Jarak antara permukaan plat dasar benda uji diperiksa dan diatur
sehingga menjadi 25,4 mm.
b. Bola-bola baja bersuhu 5 ˚C diletakkan diatas dan ditengah permukaan
masing-masing benda uji yang bersuhu 5 ˚C menggunakan penjepit
dengan bantuan pengarah bola.
c. Bejana dipanaskan dengan kecepatan pemanasaan 5 ˚C per menit.
Kecepatan pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan
Kelompok 6 15
pemanasan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk 3 (tiga)
menit berikutnya perbedaan kecepatan pemanasan per menit tidak
boleh melebihi 0,5 ˚C.
6. ANALISA
Analisa Percobaan
Dari percobaan dapat dianalisa bahwa, kedua benda uji diatur
kedudukannya dan pengaruh bola diletakkan diatasnya, kemudian
peralatan dimasukkan kedalam bejana gelas. Isi bejana tersebut
dengan air suling dengan suhu ( 5 ± 1 ) ˚C. Kemudian letakkan
bola-bola baja yang bersuhu 5 ˚C diatas dan ditengah permukan
masing-masing benda uji yang bersuhu 5 ˚C menggunakan penjepit
dengan bantuan pengarah bola. Setelah itu, panaskan bejana
dengan kecepatan pemanasaan 5 ˚C per menit.
Analisa Perhitungan
Percobaan I Percobaan II
No Waktu Suhu No Waktu Suhu
1 0 5 1 0 5
2 1 9.5 2 1 10.5
3 2 15 3 2 16
4 3 20.5 4 3 21
5 4 24.5 5 4 25.5
6 5 30 6 5 30.5
7 6 35 7 6 35
8 7 40 8 7 39.5
9 8 44.5 9 8 44.5
10 9 49 10 9 49
11 10 53
12 11 58
Kelompok 6 16
Temperatur titik lembek (Ringball) rata-rata : 53,5℃. Kecepatan
pemanasan 5 ˚C per menit. Kecepatan pemanasan ini tidak boleh diambil
dari kecepatan pemanasan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini.
Analisa Kesalahan
o Analisa kesalahan praktikan :
- Kurang telitinya mengukur tinggi bola baja.
- Kurang teliti dalam membaca termometer
o Analisa kesalahan alat :
- Bola baja sudah tidak berfungsi dengan baik dikarenakan
umur alat tersebut.
7. KESIMPULAN
a. Dari hasil praktikum ini didapatkan titik lembek aspal dan ter adalah
53,5℃ yang di mana suhu tersebut berkisar antara 30 ˚C sampai 200 ˚C
b. Dari tabel syarat pemeriksaan aspal keras, hasil dari praktikum ini
masuk dalam kategori penetrasi 60/70 yaitu 48 ˚C adalah suhu
minimum lalu 58 ˚C adalah suhu maksimum.
8. LAMPIRAN
a. Gambar Alat
Kelompok 6 17
Gambar 2.2 Bejana gelas
Kelompok 6 18
Gambar 2.4c. Dudukan benda uji
Gambar 2.6. Alat dan bahan disiapkan Gambar 2.7. Benda uji dipanaskan
Kelompok 6 19
Gambar 2. 8. Bejana gelas disiapkan lalu diisi dengan air suling
Gambar 2.9. Benda uji dimasukkan ke dalam bejana gelas yang telah diisi air
suling
Kelompok 6 20
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN JALAN
MODUL J-03
TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVELAND
OPEN
KELOMPOK 6 :
Windie Antasari S (1211600026)
Fityah Nabila (1211600043)
Adelina Shafira A (1211600050)
M.Reyhan Yafi (1211600009)
Farhan Buntaran (1211600017)
Renaldi Indra S (1211600039)
Tanggal Praktikum : -
Asisten Praktikum : Verdy Ananda Upa,ST.MT.
Tanggal Disetujui : 19 November 2018
Nilai :
Paraf Asisten :
Kelompok 6 21
J-03 TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVELAND
OPENCUP
(PA-0301-76)
(AASHTO T-48-81)
(ASTM D-92-02)
1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan
titik bakar dari semua jenis hasil minyak bumi, kecuali minyak bakar
dan bahan lainnya yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari
79˚C.
2. TEORI
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu
titik di atas permukaan aspal. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat
nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik di atas permukaan
aspal.
Terdapat dua metode pratikum yang umum dipakai untuk
menentukan titik nyala dari bahan aspal. Pratikum untuk Aspal Cair
biasanya dilakukan dengan menggunakan alat Tagliabue Open Cup,
sementara untuk bahan aspal dalam bentuk padat biasanya digunakan
alat Cleveland Open Cup. Kedua metode tersebut pada prinsipnya
adalah sama, walau pada metode Cleveland Open Cup, bahan aspal
dipanaskan di dalam tempat besi yang direndam di dalam bejana air,
sedangkan pada metode Tagliabue Open Cup, pemanasan dilakukan
pada tabung kaca yang juga diletakkan di dalam air. Dalam praktikum
ini membahas dengan metode Cleveland open.
Pada kedua metode tersebut, suhu dari material aspal ditingkatkan
secara bertahap pada jenjang yang tetap. Seiring kenaikan suhu, titik
api kecil dilewatkan di atas permukaan benda uji yang dipanaskan
Kelompok 6 22
tersebut. Titik nyala ditentukan sebagai suhu terendah dimana percikan
api pertama kali terjadi sedangkan titik bakar ditentukan sebagai suhu
dimana benda uji terbakar.
Syarat minimum temperature titik nyala oleh Bina Marga untuk
aspal PEN 60/70 (100 ºC). Titik nyala dan titik bakar aspal perlu
diketahui karena :
Sebagai indikasi temperatur, pemanasan maximum dimana masih
dalam batas-batas aman pengerjaan. Agar karakteristik aspal tidak
berubah (rusak) akibat dipanaskan melebihi temperature titik bakar.
Untuk mendapatkan temperature titik nyala dan titik bakar yang
akurat, perlu diperhatikan dalam pengujiannya sebagai berikut :
a. Tersedianya pelindung angin yang menjaga nyala api dari
hembusan angin.
b. Kecepatan pemanasan dengan menggunakan Bunsen (pengatur
besar kecilnya api).
c. Pemberian api pemancing (pilot) dilakukan menjelang
temperature mendekati titik nyala perkiraan dengan
memperhatikan :
- Jarak as api pilot terhadap benda uji ± 10 mm.
- Kecepatan lewat api pilot di atas muka benda uji ± 1 detik
perjurusan.
- Diameter api pilot berkisar 3.2 mm sampai 4.8 mm
d. Cahaya ruangan diatur sedemikian rupa sehingga nyala api
pilot dan nyala api pertama (pijaran api pertama terputus-putus
dalam kurun waktu 5 detik) dapat dilihat jelas (dapat juga
dilakukan di ruangan gelap).
e. Thermometer harus bersih dan skalanya terbaca jelas,
diupayakan memakai bantuan kaca pembesar dalam
pembacaannya.
Kelompok 6 23
Pada pemeriksaan ganda (duplo) sebagai titik nyala benda uji yang
dapat memenuhi syarat toleransi sebagai berikut :
Titik Nyala
5 ºF (2 0C) 10 ºF (5.5 ºC)
175 ºF – 550 ºF
Kelompok 6 24
3. PERALATAN
a. Termometer, sesuai Gambar 3.1
b. Cleveland open cup, yaitu cawan kuningan dengan bentuk dan
ukuran, seperti Gambar 3.3
c. Pelat pemanas, terdiri dari logam, untuk melakukan cawan
Cleveland, Gambar 8b dan bagian atas dilapisi seluruhnya oleh
asbes setebal 0,6 cm (¼ˮ). Gambar 3.2
d. Sumber pemanas, Pembakaran Gas atau Tungku Listrik, atau
Pembakar alkohol yang tidak menimbulkan asap atau nyala di
sekitar bagian atas cawan.
e. Penahan angin, alat yang menahan angin apabila digunakan nyala
sebagai pemanas.
f. Nyala penguji, yang dapat di atur dan memberikan nyala dengan
diameter 3,2 – 4,8 mm, dengan panjang tabung 7,5 cm seperti
Gambar 3.4.
4. BENDA UJI
a. Contoh aspal dipanaskan antara 148,9 ˚C dan 176 ˚C sampai cukup
air.
b. Kemudian cawan clevelan diisi sampai garis dan dihilangkan
(gelembung udara dipecahkan yang ada pada permukaan cairan)
5. PROSEDUR
a. Cawan diletakkan di atas pelat pemanas dan sumber pemanas
diatur sehingga terletak dibawah titik tengah cawan.
b. Nyala penguji diletakkan dengan poros jarak 7,5 cm dari titik
tengah cawan.
c. Termometer ditempatkan tegak lurus di dalam benda uji dengan
jarak 6,4 mm di atas dasar cawan, dan terletak pada satu garis yang
menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji.
Kemudian poros termometer diatur sehingga terletak pada jarak ¼
diameter cawan api.
Kelompok 6 25
d. Penahan angin ditempelkan di depan penguji.
e. Sumber pemanas dinyalakan dan pemanasan diatur sehingga
kenaikan suhu menjadi (15 ± 1)˚C per menit sampai benda uji
mencapai suhu 56 ˚C di bawah titik nyala perkiraan.
f. Kemudian kecepatan pemanasan diatur 5 ˚C per menit sampai 28
˚C dibawah titik nyala perkiraan.
g. Nyala penguji dinyalakan dan diameter nyala penguji tersebut
diatur menjadi 3,2 sampai 4,8 mm.
h. Nyala penguji diputar sehingga melalui permukaan cawan (dari
tepi ke tepi cawan) dalam waktu satu detik. Pekerjaan tersebut
diulang setiap kenaikan 2 ˚C.
i. Pekerjaan (f) dan (h) dilanjutkan sampai terlihat nyala singkat pada
suatu titik diatas permukaan benda uji. Suhu pada termometer
dibaca dan dicatat.
j. Pekerjaan (i) dilanjutkan sampai terlihat nyala yang agak lama
sekurang-kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji (aspal).
Suhu pada termometer dibaca dan dicatat.
6. ANALISA
Analisa Percobaan
Dari percobaan dapat dianalisa bahwa, nyala penguji
diletakkan ketika cawan telah diletakkan diatas pelat pemanas.
Setelah itu, termometer ditempatkan tegak lurus di dalam benda uji
tersebut. Kemudian pelat pemanas dinyalakan dan diatur suhunya
sehingga kenaikan suhu menjadi (15 ± 1)˚C per menit. Setelah itu,
nyala penguji dinyalakan dan diameter nyala penguji tersebut
diatur. Serta nyala penguji diputar sehingga melalui permukaan
cawan (dari tepi ke tepi cawan) dalam waktu satu detik, hal ini
diulang kembali setiap kenaikan suhu 2 ˚C. Kemudian suhu pada
thermometer dibaca dan dicatat. Pekerjaan dilanjutkan sampai
terlihat nyala yang agak lama sekurang-kurangnya 5 detik di atas
permukaan benda uji (aspal) yang disebut titik bakar.
Kelompok 6 26
Analisa Perhitungan
Kelompok 6 27
Analisa Kesalahan
o Analisa kesalahan praktikan :
- Kurang tepatnya penglihatan mata ke thermometer yang
untuk mengukur suhu.
- Tidak tepatnya waktu yang di tentukan dengan
thermometer tersebut.
o Analisa kesalahan alat :
- Pelat pemanas yang tidak berfungsi dengan baik sehingga
suhu nyala penguji tidak merata
7. KESIMPULAN
a. Titik nyala dan titik bakar pada praktikum ini mempunyai titik
nyala open cup lebih dari 79 ˚C maka jenis minyak bumi pada
praktikum ini adalah minyak bakar.
b. Dari praktikum penetrasi bahan bahan bitumen didapatkan hasil
penetrasi 60/70. Dapat dilihat dari tabel syarat pemeriksaan aspal
keras bahwa nilai titik nyala 265℃ lebih besar dari minimum pen
60/70 yaitu 232℃.
8. LAMPIRAN
a. Gambar Alat
Kelompok 6 28
Gambar 3.2 Pelat pemanas
Kelompok 6 29
Gambar 3.4 Nyala penguji
b. Prosedur Praktikum
Kelompok 6 30
Gambar 3.6 Pengujian titik nyala dipicu dengan api
Kelompok 6 31
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN JALAN
MODUL J-04
PENURUNAN BERAT MINYAK DAN ASPAL
KELOMPOK 6 :
Tanggal Praktikum : -
Asisten Praktikum : Verdy Ananda Upa,ST,MT
Tanggal Disetujui : Kamis, 22 November 2018
Nilai :
Paraf Asisten :
Kelompok 6 32
J-04 PENURUNAN BERAT MINYAK DAN ASPAL
(THICK FILM TEST)
( PA-0304-76)
(AASHTO T-47-82)
(ASTM D-6-95)
1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetapkan kehilangan berat
minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan tebal tertentu yang
dinyatakan dalam persen berat semula.
2. TEORI
Cahaya diketahui memiliki efek yang merusak pada aspal.
Kerusakan yang timbul sering berasal dari sinar matahari, yang akan
merusak aspal dengan dibantu oleh factor air dan cairan pelarut lainnya.
Kerusakan molekul dengan cara ini disebut factor oksidasi,
untungnya sinar yang merusak ini hanya dapat mempengaruhi beberapa
lapisan molekul lapisan atas aspal. Namun proses di atas tidak dapat di
abaikan dalam kontribusinya terhadap proses pengerusakan akibat cuaca
pada lapisan permukaan tipis aspal. Karakteristik campuran aspal
khususnya mengenai durabilitas sangat tergantung.
Pada karakteristik yang tersedia pada lapisan tipis aspal. Untuk
mengevaluasi durabilitas material aspal tersedia prosedur yang disebut
Thin film oven test (TFOT) dengan melakukan pembatasan evaluasinya
hanya pada karakteristik aspal seperti kehilangan berat.
Pada pengujian ini kita menggunakan metoda TFOT, dimana suatu
sampel tipis di panaskan dalam oven selama periodetertentu, dan
karakteristik sampel sesudah dipanaskan kemudian diperiksa untuk
meneliti indikasi adanya proses pengerasan dari material aspal.
Kelompok 6 33
Tabel 4.1 Syarat Pemeriksaan Aspal Keras
3. PERALATAN
a. Termometer Gambar 4.1
b. Oven, yang dilengkapi dengan: Gambar 4.2
1) Pengatur suhu untuk memanasi sampai (180 ± 1) oC.
2) Pinggiran logam berdiameter 25 cm, menggantung dalam oven
pada poros vertikal dan berputar dengan kecepatan 5 sampai 6
putaran per menit.
c. Cawan Gambar 4.3
d. Logam atau gelas berbentuk silinder, dengan dasar rata-rata ukuran
dalam : diameter 55 mm dan tinggi 35 mm. Gambar 4.4
e. Neraca analitik, dengan kapasitas (200 ± 0,001 ) gram. Gambar 4. 5
4. PERSIAPAN PERCOBAAN
Contoh minyak atau aspal diaduk serta dipanaskan, bila perlu
untuk mendapatkan campuran yang merata. Contoh kira-kira (50 ± 0.5)
gram dituangkan ke dalam cawan dan ditimbanglah setelah dingin dengan
ketelitian 0,01 gram (A). Benda uji diperiksa yang harus bebas dari air.
Disiapkan benda uji ganda (duplo).
5. PROSEDUR
a. Benda uji diletakkan diatas pinggan setelah oven mencapai suhu (163
+ 1) °C.
b. Termometer dipasang pada dudukan nya sehingga terletak pada jarak
1,9 cm dari pinggir pinggan dengan ujung 6 mm diatas pinggan.
Kelompok 6 34
c. Benda uji diambil dari oven setelah 5 jam sampai 5 jam 15 menit.
d. Benda uji didingkinkan pada suhu ruang, kemudian ditimbang dengan
ketelitian 0,01 gram (B).
6. ANALISA
a) Analisa Percobaan
Praktikan meletakkan benda uji diatas pinggan setelah oven
mencapai suhu (163 + 1) °C. Kemudian termometer dipasang pada
dudukannya sehingga terletak pada jarak 1,9 cm dari pinggir
pinggan dengan ujung 6 mm diatas pinggan. Setelah itu benda uji
diambil dari oven setelah 5 jam sampai 5 jam 15 menit. Lalu benda
uji didinginkan pada suhu ruang, dan ditimbang dengan ketelitian
0,01 gram (B).
b) Analisa Perhitungan
Tabel 4.2 Data Praktikum
BERAT SEBELUM BERAT SETELAH
CAWAN 1 PEMANASAN (A) PEMANASAN (B)
GRAM GRAM
Cawan + Aspal 95.78 95.5
Cawan 21.35 21.35
Aspal 74.43 74.15
Penurunan Berat % 0.37619
(74,43−74,15 )
¿ x 100 %
74,43
Presentase=0,37619 %
c) Analisa Kesalahan
Pada percobaan praktikum, kemungkinan kesalahan sering terjadi
pada praktikan dan alat, kesalahan dapat terjadi akibat:
Kelompok 6 35
Analisa Kesalahan Praktikan:
- Ketidak telitian praktikan dalam menimbang benda uji
awal dan akhir.
- Praktikan kurang memperhatikan lama waktu oven
yaitu 5 jam sampai 5 jam 15menit.
Analisa Kesalahan Alat:
- Oven tidak menghasilkan suhu yang tepat sehingga
pemanasan yang diihasilkan kurang maksimum.
7. KESIMPULAN
Persentase kehilangan berat minyak dan aspal yang diperoleh dari
praktikum ini yaitu 0,37619%, jadi memenuhi spesifikasi pada tabel
syarat pemeriksaan aspal keras dengan spesifikasi kehilangan berat
maksimal 0,4%.
8. LAMPIRAN
a) Gambar Alat
Kelompok 6 36
Gambar 4.2 Oven
Kelompok 6 37
Gambar 4.5 Neraca Analitik
b) Prosedur Pengujian
Gambar 4.7. Ambilah aspal keras pada drum aspal yang tersedia
Kelompok 6 38
Gambar 4.8. Panaskan aspal keras sambil diaduk hingga cair merata
Kelompok 6 39
Gambar 4.9. Sementara aspal dipanaskan, timbang terlebih dahulu berat
kosong cawan yang akan digunakan
Gambar 4.10. Setelah cair merata tuangkan kedalam cawan dan diamkan
hingga dingin
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN JALAN
Kelompok 6 40
MODUL J-05
KELARUTAN BITUMEN DALAM KARBON TERTRA KLORIDA
KELOMPOK 6 :
Tanggal Praktikum : -
Asisten Praktikum : Verdy Ananda Upa,ST,MT
Tanggal Disetujui : Kamis, 22 November 2018
Nilai :
Paraf Asisten :
Kelompok 6 41
J-05 KELARUTAN BITUMEN
DALAM KARBON TETRA KLORIDA
(PA-0305-76)
(AASHTO T - 44- 81)
(ASTM D – 2042 -97)
1. MAKSUD
2. TEORI
Berat benda uji tanpa air dikurangi berat zat yang tidak larut dalam
karbon tetra klorida , adalah sebagai berikut :
( b−a )−( d−c )
Kadar kelarutan : x 100 % .................... ( rumus 5.1)
( b−a )
Dimana : a = berat gelas ukur
b = berat benda uji dan gelas ukur
c = berat kertas penyaring
Kelompok 6 42
3. PERALATAN
Peralatan yang di gunakan dalam percobaan ini :
a. Labu erlenmeyer (Gambar 5.1)
b. Corong (Gambar 5.2)
c. Kertas penyaring (Gambar 5.3)
d. Neraca analitik dengan kapasitas (200 ± 0.001 ) gram (Gambar 5.4)
e. Cairan karbon tetra klorida (Gambar 5.5)
f. Batang pengaduk (Gambar 5.6)
g. Gelas ukur (Gambar 5.7)
4. PERSIAPAN PERCOBAAN
5. PROSEDUR
a. Gelas ukur ditimbang
b. Benda uji dimasukan kedalam gelas ukur, kemudian ditimbang
c. Kertas penyaring ditimbang
d. Cairan karbon tetra klorida dimasukan kedalam gelas ukur hingga 1/3
tinggi gelas ukur . diaduk secara perlahan hingga benda uji larut .
e. Larutan bitumen di saring dengan menuangkan kedalam labu
erlenmeyer menggunakan corong yang diatasnya diletakan kertas
penyaring .
6. ANALISA
A. Analisa percobaan
Gelas ukur ditimbang . Kemudian benda uji dimasukkan ke dalam
gelas ukur kemudian di timbang. Setelah itu karbon tetra klorida
dimasukkan ke dalam gelas ukur hingga 1/3 ukuran gelas . kemudian
diaduk secara perlahan jingga benda uji ikut larut . larutan bitumen di
Kelompok 6 43
saring dengan kertas penyaring ,biarkan kertas penyaring hingga
kering . kemudian timbang kertas penyaring .
B. Analisa perhitungan
C. Analisa kesalahan
a. Kesalahan Praktikum
Kesalahan praktikan adalah kurang telitinya saat proses
penimbangan .
b. Kesalahan alat
7. KESIMPULAN
Kadar kelarutan yang didapat adalah 99.5 %. bila dilihat dari tabel
syarat pemeriksaan aspal keras dengan penetrasi 60/70 memiliki nilai
standar 99 %, dengan nilai 99.5 % yang didapat maka dapat di simpulkan
titik kelarutan sesuai standar.
8. LAMPIRAN
a. Alat
Kelompok 6 44
Gambar 5.1 Labu Erlenmeyer
Kelompok 6 45
Gambar 5.6 Batang pengaduk
b. Langkah percobaan
Gambar 5.9 mencampurkan cairan karbon tetra klorida pada benda uji
Kelompok 6 46
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN JALAN
MODUL J-06
DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
KELOMPOK 6 :
Tanggal Praktikum : -
Asisten Praktikum : Verdy Ananda Upa,ST,MT
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :
Kelompok 6 47
J-06 DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
( PA-0306-76)
(AASHTO T-51-81)
(ASTM D-113-79)
1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengukur jarak terpanjang
yang dapat ditarik antara cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus,
pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
2. TEORI
Pengujian daktilitas aspal yaitu untuk menentukan keplastisan
suatu aspal, apabila digunakan nantinya aspal tidak retak. Percobaan ini
dilakukan dengan cara menarik benda uji berupa aspal dengan kecepatan
50 mm/menit pada suhu 25 ˚C dengan toleransi ± 5%.
Sifat reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan
aspal terhadap retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal
dengan daktilitas yang rendah akan mengalami retak-retak dalam
penggunaannya karena lapisan perkerasan mangalami perubahan suhu
yang agak tinggi. Oleh karena itu aspal perlu memiliki daktilitas yang
cukup tinggi.
Sifat daktilitas dipengaruhi oleh sifat kimia aspal, yaitu susunan
ssenyawa hidrokarbon yang dikandung oleh aspal tersebut. Standar
regangan yang dipakai adalah 100 – 200 cm.
Pada pengujian daktilitas diisyaratkan jarak terpanjang yang dapat
ditarik antara cetakan yang berisi bitumen minimum 100 cm.
Kelompok 6 48
Tabel 6.1 Syarat Pemeriksaan Aspal Keras
3. PERALATAN
a. Cetakan daktilitas kuningan Gambar 6.1
b. Termometer sesuai Gambar 6.2
c. Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama
pengujian dengan ketelitian 0,1 ˚C dan benda uji dapat direndam
sekurang-kurangnya 10 cm, di bawah permukaan air. Bak tersebut
dilengkapi dengan plat dasar yang berlubang di letakkan 5 cm dari
dasar bak peendam untuk meletakkan benda uji. Gambar 6.3
d. Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut : Gambar 6.4
Dapat menarik benda uji
Dapat menjaga banda uji tetap terendam dan tidak
menimbulkan getaran selama pemeriksaan.
e. Methly alcohol teknik dan sodium klorida teknik (jika diperlukan).
4. PERSIAPAN PERCOBAAN
Semua bagian dilapisi dalam cetakkan daktilitas dan bagian atas
pelat dasar dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan talk
atau glycerin dan kaolin amalgam. Contoh aspal dipanaskan kira-kira 100
gram sehingga cair dan dapat dituang. Dengan hati-hati dilakukan untuk
menghindarkan pemanasan setempat. Pemanasan dilakukan sesuai suhu
antara 80˚C sampai 100˚C (diatas titik lembek). Contoh dengan saringan
No.50 disaring dan setelah diaduk, dituangkan dalam cetakkan. Pada
waktu mengisi, contoh dituangkan dengan cara hati-hati dari ujung ke
ujung hingga penuh berlebihan. Kemudian cetakan pada suhu ruang
Kelompok 6 49
didinginkan selama 30 sampai 40 menit, lalu pindahkan seluruhnya
kedalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan
(sesuai dengan spesifikasi) selama 30 menit, kemudian contoh yang
berkelebihan diratakan dengan pisau atau spatula yang panas sehingga
cetakan terisi penuh dan rata.
5. PROSEDUR
a. Benda uji didiamkan pada suhu 25 ˚C dalam bak perendam selama 85
sampai 90 menit, kemudian benda uji di lepaskan dari plat dasar dan
sisi-sisi cetakannya.
b. Benda uji dipasangkan pada alat mesin uji, dan benda uji ditarik secara
teratur dengan kecepatan 5cm/menit, sampai benda uji putus.
Perbedaan kecepatan lebih kurang 5% masih diijinkan. Jarak dibaca
antara pemegang cetakan, pada saat benda uji putus (dalam cm).
Selama percobaan berlangsung benda selalu terendam sekurang-
kurangnya 2,5 cm dari air dan suhu dipertahankan tetap (25 ± 0,5 ˚C ).
6. ANALISA
a) Analisa Percobaan
Praktikan menyiapkan benda uji dengan cara mendiamkan
pada suhu 25 ˚C dalam bak perendam selama 85 sampai 90 menit,
kemudian benda uji di lepaskan dari plat dasar dan sisi-sisi
cetakannya. Kemudian benda uji dipasangkan pada alat mesin uji,
dan benda uji ditarik secara teratur dengan kecepatan 5cm/menit,
sampai benda uji putus. Perbedaan kecepatan lebih kurang 5%
masih diijinkan. Jarak dibaca antara pemegang cetakan, pada saat
benda uji putus (dalam cm). Selama percobaan berlangsung benda
selalu terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm dari air dan suhu
dipertahankan tetap (25 ± 0,5 ˚C ).
Kelompok 6 50
b) Analisa Perhitungan
Tabel 6.2 Data Percobaan
Percobaan I Percobaan II
1 0 0 1 0 0
2 1 5 2 1 5
3 2 10 3 2 10
4 3 15 4 3 15
5 4 20 5 4 20
6 5 25 6 5 25
7 6 30 7 6 30
8 7 35 8 7 35
9 8 40 9 8 40
10 9 45 10 9 45
11 10 50 11 10 50
12 11 55 12 11 55
13 12 60 13 12 60
14 13 65 14 13 65
15 14 70 15 14 70
16 15 75 16 15 75
17 16 80 17 16 80
18 17 85 18 17 85
19 18 90 19 18 90
20 19 95 20 19 95
21 20 100 21 20 100
23 22 110
24 23 115
25 23.5 119.5
Kelompok 6 51
Tabel 6.3 Hasil Perhitungan
Percobaan I Percobaan II
Jarak Jarak
119.5 103.5
119.5 +103.5
Daktilitas Rata−rata=
2
¿ 111.5 cm
c) Analisa Kesalahan
Pada percobaan praktikum, kemungkinan kesalahan sering terjadi
pada praktikan dan alat, kesalahan dapat terjadi akibat:
Analisa Kesalahan Praktikan:
- Ketidaktelitian praktikan dalam membaca skala yang
terdapat pada alat praktikum.
- Praktikan kurang memperhatikan pada saat uji tarik
sehingga perbedaan kecepatan lebih dari 5%.
Analisa Kesalahan Alat:
- Suhu alat tidak mencapai 25 ± 0,5 ˚C seperti yang
diharapkan.
7. KESIMPULAN
Daktilitas bahan-bahan bitumen yang diperoleh pada praktikum ini adalah
111.5 cm dan memenuhi spesifikasi pada tabel syarat pemeriksaan aspal keras
dengan spesifikasi daktilitas minimum 100 cm.
Kelompok 6 52
8. LAMPIRAN
a) Gambar Alat
Kelompok 6 53
Gambar 6.4 Alat Uji Daktilitas
b) Prosedur Pengujian
Gambar 6.5 Benda uji didiamkan pada suhu 25 ˚C dalam bak perendam
Kelompok 6 54
Gambar 6.6 Benda uji di lepaskan dari plat dasar dan sisi-sisi cetakannya
Kelompok 6 55
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN JALAN
MODUL J-07
BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER
KELOMPOK 6 :
Tanggal Praktikum : -
Asisten Praktikum : Verdy Ananda Upa,ST,MT
Tanggal Disetujui : Jum’at , 9 November 2018
Kelompok 6 56
Nilai :
Paraf Asisten :
1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis
bitumen keras dan ter dengan piknometer.
2. TEORI
Berat jenis bitumen atau ter adalah perbandingan antara berat
bitumen atau ter terhadap berat air suling dengan isi yang sama pada suhu
tertentu, yaitu dilakukan dengan cara menggantikan berat isi air dengan
berat bitumen atau ter dalam wadah yang sama (yang sudah diketahui
volumenya berdasarkan konversi berat jenis air sama dengan satu).
Berat jenis dari bitumen sangat tergantung pada nilai penetrasi dan
suhu dari bitumen itu sendiri.
Macam-macam berat jenis bitumen dan kisaran nilainya adalah sebagai
berikut :
Penetration grade bitumen dengan berat jenis antara 1,010 (untuk
bitumen dengan penetrasi 300) sampai dengan 1,040 (untuk
bitumen dengan penetrasi 25)
Bitumen yang telah teroksidasi (oxidized bitumen) dengan berat
Kelompok 6 57
jenis berkisar antara 1,015 sampai dengan 1,035
Hard grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 1,045
sampai dengan 1,065
Cutback grades bitumen dengan berat jenis berkisar 0,992 sampai
dengan 1,007.
Tabel 7.1 Syarat Penggunaan Aspal Keras
(sumber : http://em-ridho.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-
pengujian-berat-jenis_4254.html)
3. PERALATAN
a. Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian 0,1˚C.
Gambar 7.1
b. Piknometer, sesuai Gambar 7.2
c. Termometer, sesuai Gambar 7.3
d. Air suling sebanyak 1000cm3.
e. Bejana gelas. Gambar 7.4
4. PERSIAPAN PERCOBAAN
Contoh bitumen keras dan ter sejumlah 50 gram dipanaskan
sampai menjadi cair, dan diaduk untuk mencegah pemanasan setempat.
5. PROSEDUR
a. Bejana diisi dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas
piknometer yang tidak terendam setinggi 40 mm, kemudian bejana
direndam dan dijepit dalam bak perendam sekurang-kurangnya 400
mm, suhu bak perendam diatur pada suhu 25˚C.
Kelompok 6 58
b. Piknometer dibersihkan, dikeringkan dan ditimbang dengan ketelitian
1 mg (A).
c. Bejana diangkat dari bak perendam dan piknometer diisi dengan air
suling, kemudian pimnometer ditutup tanpa ditekan.
d. Piknometer diletakkan kedalam bejana dan ditekan penutup sehingga
rapat, bejana berisi piknometer dikembalikan kedalam bak perendam.
Bejana tersebut didiamkan didalam bak perendam selama sekurang-
kurangnya 30 menit, kemudian piknometer diangkat dan dikeringkan
dengan lap (kain pel). Piknometer ditimbang dengan ketelitian 1 mg.
(B).
e. Benda uji tersebut dituang kedalam piknometer yang telah kering
hingga terisi ¾ bagian.
f. Piknometer dibiarkan sampai dingin, waktu tidak kurang dari 40 menit
dan ditimbang dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg (C).
g. Piknometer yang berisi benda uji diisi dengan air dan ditutup tanpa
ditekan. Didiamkan agar gelembung-gelembung udara keluar.
h. Bejana diangkat dari bak perendam dan piknometer diletakkan
didalamnya dan kemudian ditekan penutup hingga rapat.
i. Bejana dimasukkan dan didiamkan kedalam bak perendam selama
sekurang-kurangnya 30 menit. Piknometer diangkat, dikeringkan dan
ditimbang (D).
6. ANALISA
a. Analisa Percobaan
Piknometer diisi dengan air suling, kemudian piknometer
ditutup tanpa ditekan. Keringkan piknometer dengan lap (kain pel).
Piknometer ditimbang dan didapatkan berat piknometer+air. Lalu
air suling di piknometer tersebut dibuang lalu piknometer di
keringkan dengan lap (kain pel). Kemudian piknometer diisi
dengan benda uji sebanyak ¾ bagian. Piknometer dibiarkan sampai
dingin, waktu tidak kurang dari 40 menit dan ditimbang dengan
penutupnya. Piknometer yang berisi benda uji diisi dengan air
Kelompok 6 59
suling dan ditutup tanpa ditekan. Didiamkan agar gelembung-
gelembung udara keluar.
b. Analisa Perhitungan
7. KESIMPULAN
Berat jenis bitumen yang diperoleh pada praktikum ini adalah 1 gram.
Dan memenuhi spesifikasi pada tabel persyarat pemeriksaan aspal
Kelompok 6 60
keras dengan penetrasi 60/70.
8. LAMPIRAN
a) Gambar Alat
Kelompok 6 61
Gambar 7.4. Bejana gelas
b) Prosedur Pengujian
Gambar 7.6. Bitumen keras dan ter sejumlah 50 gram sampai menjadi
cair
Kelompok 6 62
Gambar 7.8. Berat piknometer yang berisi benda uji
Gambar 7.9. Piknometer yang berisi bitumen keras dan ter dan ditambah air
suling
Gambar 7.10. Berat piknometer yang berisi benda uji diisi dengan air suling.
Kelompok 6 63
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN JALAN
MODUL J-08
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
KELOMPOK 6 :
Kelompok 6 64
J-08 ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
(PB-0210-76)
(AASHTO T-27-82)
(ASTM C-136-04)
1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi ukuran
butiran (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan
saringan .
2. TEORI
Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil
sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari industri pemecah batu, dengan butirannya berukuran antara
4,76 mm — 150 mm.
Ketentuan agregat kasar antara lain:
Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah
butir-butir pipihnya tidak melampaui 20% berat agregat seluruhnya.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam
berat keringnya. Bila melampaui harus dicuci.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton,
seperti zat yang relatif alkali.
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu pecah.
Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji
Rudeloff dengan beban uji 20 ton.
Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5%.
Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Aggregate antara
6–7,5.
Kelompok 6 65
Jenis agregat kasar yang umum adalah:
1. Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang
2. digali.
3. Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi
maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.
4. Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa
digunakan untuk beton berbobot ringan.
5. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat kasar yang
diklasifikasi disini misalnya baja pecah, barit, magnatit dan limonit
Agregat halus berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah
batu. Agregat ini berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang meliputi pasir
kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine Sand). Untuk beton penahan
radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat
halus.agregat halus memenuhi syarat:
Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat
kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur, seperti
terik matahari hujan, dan lain-lain.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering,
apabila kadar lumpur lebih besar dari 5%, maka agregat halus harus dicuci
bila ingin dipakai untuk campuran beton atau bisa juga digunakan
langsung tetapi kekuatan beton berkurang 5 %.
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik (zat hidup) terlalu
banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS-
HARDER dengan larutan NaOH 3%.
Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Fine Sand antara 2,2–3,2.
Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Sand antara 3,2–4,5.
Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam besarnya.
Kelompok 6 66
Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam dan apabila diayak
dengan ayakan susunan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
berat tertahan
x 100 % ............... (Rumus 8.1)
berat sample
3. PERALATAN
a. Timbanlgan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji
(Gambar 8.1)
b. Satu set saringan : (Gambar 8.2)
7,6 mm (3’’) 50,8 mm (2”)
2,5 mm (1”) 12,7mm (0,5”)
6,4 mm (0,25”) No.16 ; No.30
6,3 mm (2,5”) 33,1mm (1,5”)
19,2 mm (0,75”) 9,5 mm (3/8”)
No.4 ; No.8 No. 50;No.100
c. Oven yang dilengkapi dengan pengantar suhu untuk memanasi sampai
(110±5)˚C (Gambar 8.3)
d. Alat pemisah contoh (sample splitter) (Gambar 8.4)
e. Mesin penggetar saringan (Gambar 8.5)
f. Talam-talam (Gambar 8.6)
g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya. (Gambar 8.7)
Kelompok 6 67
4. PERSIAPAN PERCOBAAN
Persiapkan benda uji sebanyak 7500 gram dengan kondisi benda uji
sudah dalam keadaan berat tetap . kemudian benda uji dimasukan kedalam
saringan yang telah di susun sesuai urutannya .
5. PROSEDUR
6. ANALISA
A. Analisa Percobaan
Benda uji harus dalam keadaan berat tetap sebelum dilakukan
percobaan dimana yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat
benda yang diuji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan
dalam oven selang waktu 2 jam berturut-turut tidak mengalami
perubahan kadar air lebih besar daripada 0.1 % dinginkan pada suhu
ruang.
B. Analisa Perhitungan
Kelompok 6 68
4 4.75 810 1240.5 35
16 1.91 - - 55
30 0.59 - - 104
50 0.279 - - 69.8
pan 13 25 8.5
4 16.2 62.025 7
8 10.7 13.26 13
16 - - 11
30 - - 20.8
50 - - 13.96
100 - - 22.5
200 - - 10.04
Kelompok 6 69
Tabel 8.3 data hasil perhitungan
Jumlah Persen lolos / passing (%)
Agregat kasar Agregat medium Agregat Halus
60.36 100 100
27.16 94.735 100
10.96 76.535 100
0.26 14.51 93
- 1.25 80
- - 69
- - 48.2
- - 34.24
- - 11.74
- - 1.7
0 0 0
60
50 % passing
40
30
20
10
0
100 10 1
ukuran butir
Kelompok 6 70
8 - - 80 7.2 35-50 7.2
30 - - 48.2 4.338 18-29 4.338
50 - - 34.24 3.0816 13-23 3.0816
100 - - 11.74 1.0566 8-16 1.0566
200 - - 1.7 0.153 4-10 0.153
Saringan Agregat
100
80
60
% passing
agregat kasar
40 agregat medium
agregat halus
20
0
21 17.5 14 10.5 7 3.5 0
Ukuran butir (mm)
100
persentase berat lolos (%)
0
0.01 0.1 1 10 100
ukuran butir (mm)
C. Analisa Kesalahan
Kelompok 6 71
a. Kesalahan praktikum
kesalahan yang terjadi adalah benda uji masih banyak yang
tertinggal pada saringan . dan kurang telitinya praktikan saat
menimbang benda uji,yang menjadikan data tidak akurat .
b. Kesalahan Alat
Timbangan / neraca tidak dapat sampai ke angka nol .
7. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang didapat , maka dapat disimpulkan bahwa
dari 7500 gram terdapat 3 jenis agregat . yaitu agregat kasar, agregat
medium dan agregat halus . dengan komposisi agregat kasar 66.7%
agregat medium 26.6 % dan agregat halus 6.7%.
8. LAMPIRAN
a. Alat
Kelompok 6 72
Gambar 8.2 Saringan
Kelompok 6 73
Gambar 8.6 wadah
b. Langkah percobaan
Kelompok 6 74
Gambar 8.9 penimbangan benda uji
Kelompok 6 75
Gambar 8.6 proses pembersihan sisa benda uji pd saringan
MODUL J-09
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN DARI AGREGAT KASAR
KELOMPOK 6 :
Windie Antasari Suwandi (1211600026)
Kelompok 6 76
M. Reyhan Yafi (1211600009)
Farhan Buntaran (1211600017)
Renaldi Indra S (1211600039)
Fityah Nabila (1211600043)
Adelina Shafira A (1211600050)
Tanggal Praktikum :
Asisten Praktikum : Verdy Ananda Upa,ST,MT
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :
1. MAKSUD
2. TEORI
Kelompok 6 77
a. Berat jenis (bulk specific grafity), ialah perbandingan antara berat
agregat kering dan air suling yang isinya sama dengan agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), yaitu perbandingan antara
berat agregat kering permukaan jenuh dan bert air suling yang isinya
sama dengan agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
c. Berat jenis semu (apparent specific grafity), ialah perbandingan antara
berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu.
d. Penyerapan, ialah presentasi berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agregat kering.
e. Dari praktikum ini didapat data berupa nilai berat jenis agregat kasar
dan medium yang diuji coba. Menurut SNI 03-1969-1990 agregat yang
baik memiliki Bj > 2,5 dan penyerapan < 3 %. Jika agregat yang di uji
tidak memenuhi standard maka agregat tidak baik digunakan untuk
konstruksi, namun jika Bj agregat melebihi standard boleh dipakai.
3. PERALATAN
Kelompok 6 78
d. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)˚C.
e. Alat pemisah contoh.
f. Saringan No.4. ( Gambar 9.1 )
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No.4 diperoleh dari
alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 10000 gram
(2 x 5000 gram).
5. PROSEDUR
6. ANALISA
Analisa Praktikum
Kelompok 6 79
Benda uji disiapkan sebanyak 10000 gram, kemudian benda uji di
cuci untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang merekat
pada permukaan. Selanjutnya benda uji di keringkan dalam oven pada
suhu 105˚C sampai berat tetap dan di dinginkan pada suhu kamar
selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan ketelitian 0,5 gram (BK).
Setelah itu benda uji di rendam dalam air pada suhu kamar 24±4 jam.
Selanjutnya benda uji di keluarkan dari air, lap dengan kain penyerap
sampai selaput air pada permukaan hilang (kondisi SSD), untuk
butiran yang besar pengeringan harus satu persatu. Terakhir, benda uji
di timbang dalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan
udara yang tersekap dan tentukan beratnya dalam air (Ba). Ukur suhu
air untuk menyesuaikan perhitungan kepada suhu standar (25˚C).
Analisa Perhitungan
1. Agregat Kasar
5000
Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) =
5000−3200
= 2,78 gr/cm3
5000
Berat jenis curah (Bulk Specifi Gravity) =
5080−3200
= 2,66 gr/cm3
Kelompok 6 80
5080
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) =
5080−3200
= 2,70 gr/cm3
5080−5000
Persentasi penyerapan (Absorbsi) = x 100
5000
= 1,60 %
2. Agregat Medium
5000
Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) =
5000−3142
= 2,69 gr/cm3
5000
Berat jenis curah (Bulk Specifi Gravity) =
5072−3142
= 2,59 gr/cm3
5072
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) =
5072−3142
= 2,63 gr/cm3
5072−5000
Persentasi penyerapan (Absorbsi) = x 100
5000
= 1,44 %
Analisa Kesalahan
Pada percobaan praktikum, kemungkinan kesalahan sering terjadi.
Pada praktikum kali ini, kesalahan bisa terjadi akibat :
1. Kesalahan Praktikan
Ketika praktikan mengeringkan benda uji belum sepenuhnya
dalam kondisi SSD.
2. Kesalahan Alat
Kelompok 6 81
Oven yang di gunakan temperaturnya tidak stabil. Karna di
gunakan juga untuk praktikum yang lainnya.
Timbangan yang digunakan kondisinya kurang memadai.
7. KESIMPULAN
Nilai berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) agregat kasar 2,78
gr/cm3. Berat jenis curah (Bulk Specifi Gravity) agregat kasar 2,66 gr/cm3.
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) agregat kasar 2,70 gr/cm3.
Persentasi penyerapan (Absorbsi) agregat kasar 1,6 %.
Sedangkan nilai berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) agregat
medium 2,69 gr/cm3. Berat jenis curah (Bulk Specifi Gravity) agregat
medium 2,59 gr/cm3. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) agregat
medium 2,63 gr/cm3. Persentasi penyerapan (Absorbsi) agregat medium
1,44 %.
Nilai agregat kasar dan agregat medium yang didapat baik digunakan
untuk kontruksi karena didapatkan nilai Bj > 2,5 dan penyerapan < 3 %
yang dimana memenuhi standar menurut SNI 03-1969-1990.
8. LAMPIRAN
a. Gambar Alat
Kelompok 6 82
b. Langkah Percobaan
Gambar 9.3. Sampel benda uji di ambil Gambar 9.4. Benda uji di cuci
Sebanyak 5000 gram
Gambar 9.5. Benda uji di lap Gambar 9.6. Benda uji di timbang
Kelompok 6 83
Gambar 9.7. Benda uji di pindahkan Gambar 9.8. Keranjang berongga
Kelompok 6 84
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN JALAN
MODUL J-10
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN DARI AGREGAT HALUS
KELOMPOK 6 :
Windie Antasari Suwandi (1211600026)
M. Reyhan Yafi (1211600009)
Farhan Buntaran (1211600017)
Renaldi Indra S (1211600039)
Fityah Nabila (1211600043)
Adelina Shafira A (1211600050)
Tanggal Praktikum : -
Asisten Praktikum : Verdy Ananda Upa,ST,MT
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :
Kelompok 6 85
J-10 BERAT JENIS DAN PENYERAPAN DARI AGREGAT HALUS
(PB-0203-76)
(AASHTO-84-81)
(ASTM D-128-04)
1. MAKSUD
2. TEORI
Kelompok 6 86
3. PERALATAN
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No.4 diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 500 gram
5. PROSEDUR
a. Benda uji di keringkan dalam oven pada suhu (110±5)˚C sampai berat
tetap. Yang di maksud dengan berat tetap, adalah keadaan berat yang
diuji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasaan dalam oven
dengan selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami
Kelompok 6 87
perubahan kadar air lebih besar dari pada 0,1%. Dinginkan pada suhu
ruang, kemudian rendam dalam air semalam (24±4) jam.
b. Air perendam di buang hati-hati, jangan ada butiran yang hilang,
tebarkan agregat di atas talam, keringkan di udara panas dengan cara
membalik-balikan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai
keadaan kering permukaan jenuh.
c. Benda uji di periksa dengan mengisinya ke dalam kerucut terpancung
pada keadaan kering permukaan jenuh, padatkan dengan batang
penumbuk selama 25 kali, angkat kerucut terpancung. Keadaan kering
permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh, akan tetapi masih
dalam keadaan tercetak. ( Gambar 10.5, 10.6 dan 10.7 )
d. Sebanyak 500 gram benda uji di masukkan ke dalam piknometer
setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh. Air suling di
masukkan sampai mencapai 90% isi pikometer, putar sambil
diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya. Untuk
mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa hampa udara tetapi
harus di perhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap, dapat
juga dilakukan dengan merebus piknometer. ( Gambar 10.9 dan
10.10 )
e. Piknometer di rendam dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan kepada suhu standar 25˚C. ( Gambar 10.11 )
f. Air di masukkan sampai mencapai tanda batas.
g. Piknometer berisi air dan benda uji di timbang sampai ketelitian 0,1
gram (Bt).
h. Benda uji di keluarkan , keluarkan dalam oven dengan suhu (110±5)˚C
samapi berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator.
i. Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk)
j. Berat piknometer berisi air penuh di tentukan dan suhu air di ukur
guna penyesuaian dengan suhu standar 25˚C (B)
6. ANALISA
Analisa Praktikum
Kelompok 6 88
Siapkan benda uji agregat halus kering permukaan jenuh, setelah
itu ambil sampel benda uji sebanyak 500 gram. Sebagian benda uji
yang kering permukaan jenuh, dimasukkan kedalam cetakan kerucut
pasir / kerucut terpancung ( metal sand cone mold ). Benda uji
dipadatkan dengan tongkat pemadat sampai 25 kali tumbukan.
Kondisi SSD ( saturated surface dry ) diperoleh jika cetakan diangkat,
butiran agregat halus runtuh, longsor sebagian akan tetapi masih
dalam keadaan tercetak.
Agregat halus 500 gram SSD dimasukkan kedalam piknometer
dan diisi air sampai kapasitasnya 90%. Gelembung – gelembung udara
dibebaskan dengan cara menggoyang – goyangkan piknometer.
Rendamlah piknometer dengan temperatur air ( 23 ± 2 )º C. Kemudian
timbang berat piknometer yang berisi benda uji dan air. Pisahkan
contoh benda uji dari piknometer dan keringkan pada temperatur ( 110
± 5 )º C, setelah dikeringkan pada temperatur ( 110 ± 5 )º C dinginkan
benda uji untuk mendapatkan berat tetap, kemudian timbang. Lalu
timbang juga berat piknometer berisi air sesuai dengan kapasitas
kalibrasi pada temperatur ( 23 ± 2 )º C, dengan ketelitian 0,1 gram.
465
(682+ 465−992)
= 3 gr/cm3
Berat jenis curah (Bulk Specifi Gravity) =
465
(682+508−992)
Kelompok 6 89
= 2,35 gr/cm3
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) =
508
(682+508−992)
= 2,56 gr/cm3
508−465
x 100
465
= 9,25 %
Analisa Kesalahan
Pada percobaan praktikum, kemungkinan kesalahan sering terjadi.
Pada praktikum kali ini, kesalahan bisa terjadi akibat :
3. Kesalahan Praktikan
Ketika praktikan mengeringkan benda uji belum sepenuhnya
dalam kondisi SSD.
Ketidak telitian praktikan saat memasukkan benda uji agregat
halus kedalam piknometer.
4. Kesalahan Alat
Suhu saat merendam piknometer tidak mencapai 25˚C seperti
standard yang diharapkan.
7. KESIMPULAN
Kelompok 6 90
Setelah kita melakukan praktikum ini kita dapat mengambil beberapa
kesimpulan yaitu:
a. Dengan nilai Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) agregat
halus 3 gr/cm3. Berat jenis curah (Bulk Specifi Gravity) agregat halus
2,35 gr/cm3. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) agregat halus
2,56 gr/cm3. Persentasi penyerapan (Absorbsi) agregat halus 9,25 %.
b. Nilai berat jenis semu dan berat jenis kering permukaan jenuh agregat
halus yang didapat baik digunakan untuk kontruksi karena didapatkan
nilai Bj > 2,5. Akan tetapi nilai berat jenis curah yang di dapat tidak
memenuhi standar karena nilai Bj < 2,5 dan nilai penyerapan > 3 %
yang dimana tidak memenuhi standar menurut SNI 03-1970-1990 dan
SNI 03-1969-1990.
8. LAMPIRAN
a. Gambar Alat
b. Prosedur Pengujian
Kelompok 6 91
Gambar 10.3. Sampel benda uji Gambar 10.4. Sampel di
ambil sebanyak di ambil 500
gram
Gambar 10.5. Benda uji di masukkan Gambar 10.6. Benda uji dimasukkan
ke dalam cone ke dalam cone
hingga penuh
Kelompok 6 92
Gambar 10.7. Cone di angkat Gambar 10.8. Air di ambil
sebanyak perlahan dan lihat
hasilnya batas yang
ditentukan
Kelompok 6 93
Gambar 10.11. Benda uji di rendam.
MODUL J-11
CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL
Kelompok 6 94
KELOMPOK 6 :
Windie Antasari Suwandi (1211600026)
M. Reyhan Yafi (1211600009)
Farhan Buntaran (1211600017)
Reynaldi Indra S (1211600039)
Fityah Nabila (1211600043)
Adelina Shafira A (1211600050)
1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan
(Stabilitas), kelelehan plastis (Flow), dan kadar aspal optimum dari
campuran aspal.
2. TEORI
Alat Marshall merupakan alat tekan yang di lengkapi dengan
proving ring yang berkapasitas 22,5 KN atau 5000 lbs. Proving ring
Kelompok 6 95
dilengkapi dengan arloji pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas
campuran. Disamping itu terdapat arloji kelelehan (flow meter) untuk
mengukur kelelehan plastis, karena prinsip dasar metode Marshall adalah
pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan dan
pori dari campuran padat yang terbentuk.
Ketahanan (stabilitas), ialah kemampuan suatu campuran aspal
untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan
dalam kilogram atau pound.
Kelelehan plastis, ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran
aspal yang teradi akibat suatu beban sampai batas runtuhan yang
dinyatakan sebagai millimeter atau 0,01 inchi.
Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan
oleh Bruce Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun
AASHTO melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau
AASHTO T-245-90.
Kelompok 6 96
Sumber : Spesfikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)
(rumus 11.3)
Keterangan :
Kelompok 6 97
VIM : Rongga udara pada campuran setelah pemadatan (%)
Bj Teoritis : Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah
pemadatan (gr/cc)
4. Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan lapis keras dalam menahan beban
lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk yang permanen, dinyatakan
dalam kg. Pengukuran stabilitas dengan uji Marshall diperlukan untuk
mengetahui kekuatan tekan geser dari sampel yang ditahan dua sisi kepala
penekan, dengan nilai stabilitas yang cukup tinggi diharapkan perkerasan
dapat menahan beban lalu lintas tanpa terjadi kehancuran geser.
Kelompok 6 98
Nilai stabilitas diperoleh berdasarkan nilai masing masing yang
ditunjukkan oleh jarum arloji. Untuk nilai stabilitas, nilai yang ditunjukkan
pada arloji perlu dikonversi terhadap alat Marshall. Hasil pembacaan di
arloji stabiilitas harus dikalikan dengan nilai kalibrasi proving ring yang
digunakan pada alat Marshall. Pada penelitian ini, alat Marshall yang
digunakan mempunyai nilai kalibrasi proving ring sebesar 15,9.
Selanjutnya, nilai tersebut juga harus disesuaikan dengan angka koreksi
terhadap ketebalan benda uji.
5. Kelelehan (Flow)
Nilai flow ditunjukkan oleh jarum arloji pembacaan flow pada alat
Marshall. Untuk arloji pembacaan flow, nilai yang didapat sudah dalam
satuan mm, sehingga tidak perlu dikonversi lebih lanjut.
6. Marshall Quotient
Marshall Quotient dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
MS
MQ = ........................................................................ (rumus
MF
11.6)
dengan,
Kelompok 6 99
MQ = Marshall Quotient (kg/mm)
MS = Marshall Stability (kg)
MF = Flow Marshall (mm)
Sumber :
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/11123/BAB
%20III.pdf?sequence=7&isAllowed=y
3. PERALATAN
a. Cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm ( 4” ) dan tinggi 7,5 (3”)
lengkap dengan plat alas dan leher sambung. (Gambar 11.11)
b. Alat pengeluar benda uji. Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah
di dapatkan dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah alat ejector.
(Gambar 11.12)
c. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk
silinder, dengan berat 4,536 kg ( 10 pound ), dan tinggi jauh lebih
bebas 45,7 cm (18”). (Gambar 11.10)
d. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
berukuran kira-kira
(20 x 20 x 15) cm atau (8” x 8” x 8”) yang dilapisi pelat baja
berukuran (30 x 30 x 2,5) cm atau (12”x12”x1”) dan kaitkan pada
lantai beton silinder dengan 4 bagian siku.
e. Silinder cetakan benda uji. (Gambar 11.11)
f. Mesin tekan lengkap dengan (Gambar 11.8) :
1. Kepala penekan berbentuk lengkung (breaking head)
2. Cincin penguji yang berkapasitas 2500 kg (5000 pound) dengan
ketelitian 12,5 kg (25 pound) dilengkapi arloji tekan dengan
ketelitian 0,0025 cm (0,0001”)
3. Arloji kelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,01”) dengan
perlengkapannya.
g. Oven, yang dilengkapi dengan pengantar suhu untuk memanasi
sampai (200 ± 3)˚C. (Gambar 11.18)
Kelompok 6 100
h. Bak Perendam (waterbath) dilengkapi dengan pengatur suhu
minimum 20 ˚C. (Gambar 11.9)
i. Perlengkapan lain :
1. Wajan untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
(Gambar 11.13)
2. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas
250˚C dan 100˚C dengan ketelitian 0,5 atau 1 % dari kapasitas
(Gambar 11.14)
3. Timbangan yang dilengkapi pengantung benda uji berkapasitas 2
kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg
ketelitian 1 gram (Gambar 11.15)
4. Kompor (Gambar 11.13)
5. Sarung asbes dan karet (Gambar 11.16)
6. Sendok pengaduk dan perlengkapan lain. (Gambar 11.17)
4. PERSIAPAN PERCOBAAN
Kelompok 6 101
Kinemati Saybolt Engle Saybolt
pengikat k furol r Kinematik furol Engler
C St Det S.F. C St Det.S.F.
Aspal Panas 170 ± 20 85 ± 10 280 ± 30 140 ± 15
Aspal Dingin 170 ± 20 85 ± 10 280 ± 30 140 ± 15
Tar 25 ± 3 40 ± 5
c. Persiapan Campuran
Untuk tiap benda uji diperlukan campuran agregat dan
aspal sebanyak ± 1200 gram, sehingga menghasilkan tinggi benda
uji kira-kira 6,25 cm ± 0,125 ( 2,5” ± 0,05” ). Panci pencampuran
beserta agregat dipanaskan dengan kira-kira ± 28˚C di atas suhu
pencampur untuk aspal panas dan tar, dan diaduk sampai merata,
untuk aspal dingin pemanasan sampai 14˚C suhu pencampuran.
Sementara itu aspal dipanaskan sampai suhu pencampuran. Aspal
dituangkan sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang
sudah dipanaskan tersebut. Kemudian diaduk dengan cepat pada
suhu sesuai tabel 11.3 sampai agregat terlapis merata.
d. Pemadatan Benda uji
Perlengkapan cetakan benda uji serta bagian-bagiannya
dibersihkan, maka penumbuk dengan seksama dan dipanaskan
sampai suhu antara 93,3˚C dan 148,9˚C. Selembar kertas saring
diletakkan atau kertas penghisap yang sudah digunting menurut
cetakan ke dalam dasar cetakan, kemudian seluruh campuran
dimasukkan ke dalam cetakan dan campuran keras ditusuk dengan
spatula yang dipanaskan atau diaduk dengan sendok semen 15 kali
keliling pinggirannya dan 10 kali di bagian dalam.
Leher dilepaskan dan permukaan campuran diratakan
dengan digunakannya sendok semen menjadi bentuk yang sedikit
cembung. Waktu akan dipadatkan suhu campuran harus dalam
batas-batas suuhu pemadatan seperti yang di sebut pada tabel 11.3.
Cetakan diletakkan di atas landasan pemadat, dalam
pemegang cetakan. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk
sebanyak 75, 50, atau 35 kali sesuai kebutuhan dengan tinggi jatuh
Kelompok 6 102
45 cm (18”), selama pemadatan tahanlah agar sumbu palu
pemadatan selalu tegak harus pada cetakan. Capping alas
dilepaskan dan lehernya alat cetak berisi benda uji dibalikkan dan
dipasangkan kembali lehernya dibalik ini, kemudian ditumbuk
dengan jumlah tumbukkan yang sama. Sesudah pemadatan, benda
uji didiamkan sampai suhu ruang, kemudian capping alas
dilepaskan dan alat pengeluar benda uji dipasang pada permukaan
ujung ini. Dengan hati-hati, benda uji dikeluarkan dan diletakkan
di atas permukaan rata yang halus, dan dibiarkan selama kira-kira
24 jam pada suhu ruang.
5. PROSEDUR
a. Kotoran-kotoran yang menempel pada benda uji dibersihkan
b. Pada masing-masing benda uji diberikan tanda pengenal
c. Tebal benda uji diukur dengan ketelitian 0,1 mm
d. Benda uji ditimbang
e. Benda uji direndam kira-kira 24 jam pada suhu ruang
f. Di dalam air benda uji ditimbang untuk mendapatkan isi
g. Benda uji ditimbang dalam kondisi permukaan jenuh
h. Benda uji direndam dalam kondisi aspal panas dan terdalam bak
perendam selama 30-40 menit atau dipanaskan di dalam oven
selama 2 jam dengan suhu tetap ( 60 ± 1 )˚C untuk benda uji aspal
panas dan (38 ± 1 )˚C untuk benda uji tar.
Untuk benda uji aspal dingin benda uji dimasukkan ke dalam oven
selama minimum 2 jam dengan suhu tetap ( 25 ± 1 )˚C.
Sebelum melakukan pengujian batang penuntun (guide rod ) dan
permukaan dalam dari kepala penekan (test heads) dibersihkan.
Lumasi batang penuntun sehingga kepala penekan yang atas dapat
meluncur bebas, bila dikehendaki kepala penekan direndam
bersama-sama benda uji pada suhu antara 21 sampai 38˚C. Benda
uji dikeluarkan dari bak perendam atau dari oven pemanas udara
dan diletakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan. Segmen
Kelompok 6 103
atas dipasang di atas benda uji, dan keseluruhannya diletakkan
dalam mesin penguji. Arloji kelelehan (flowmeter) dipasangkan
pada kedudukannya di atas salah satu batang penuntun, dan
kedudukan jarum penunjuk diatur pada angka nol, sementara
selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap segmen
atas kepala penekan (breaking head). Selubung tangkai arloji
kelelehan ditekan pada segmen atas dari kepala penekan selama
pembebanan berlangsung.
i. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda
ujinya dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji.
Kedudukan jarum arloji diatur dan ditekan pada angka nol. benda
uji diberikan pembebanan dengan kecepatan tetap besar 50 mm per
menit sampai pembebanan maksimum tercapai atau pembebanan
menurut seperti yang ditunjukan oleh jarum arloji tekan dan catat
pembebanan yang dicapai. Selubung tangkai arloji kelelehan
(sleeve) dilepaskan pada saat pembebanan mencapai maksimum
dan nilai kelelehan yang ditunjukan oleh jarum arloji dicatatkan.
Waktu yang diperlukan dan saat diangkatnya benda uji dari
rendaman air sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh
melebihi 30 detik.
6. ANALISA
a) Analisa Percobaan
Percobaan Marshall Test ini dimulai dengan perhitungan mix design,
dimana terdapat cetakan untuk benda uji yang dapat menampung
1200 gram untuk campuran aspal dan agregat kasar, agregat medium,
Kelompok 6 104
agregat halus. Perhitungan mix design yaitu 5,5 % untuk aspal, 20 %
untuk agregat kasar, 20 % untuk agregat medium, dan 60 % untuk
agregat halus dari total volume yaitu 1200 gram.
Setelah perhitungan di atas didapatkan maka tahapan selanjutnya
mencampurkan agregat menjadi satu dalam sebuah wajan yang
diletakkan di atas kompor dan juga aspal padat dicairkan dengan
kompor, setelah itu aspal yang sudah mencair dijadikan satu
bersamaan dengan agregat, kemudian diaduk hingga mencapai suhu
200 ºC. Jika campuran aspal dan agregat sudah mencapai suhu 200
ºC, maka dimasukkan ke dalam cetakan yang memiliki volume 1200
gram. Namun, sebelumnya cetakan diberi minyak pada permukaan
dan dalamnya jika sudah maka campuran aspal dimasukkan ke dalam
cetakan dan ditumbuk sebanyak 70 kali kemudian dibalik dan
ditumbuk kembali 70 kali.
Setelah itu campuran aspal yang sudah dicetak dimasukkan ke dalam
waterbath dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, dikeluarkan
untuk melakukan dengan alat Marshall Test, dimana untuk
pembacaan arloji untuk mengetahui kekuatan campuran aspal yang
sudah dicetak tersebut layak atau tidak layak digunakan.
b) Analisa Perhitungan
Penentuan Kadar Aspal Rencana
Tabel 11.4 Analisa Saringan
Diamete
Saringan Berat Agregat Halus % Lolos % Tertahan PB K
r
3/4'' 19.1 0 100 0 20 CA 0.75
Kelompok 6 105
1/2'' 12.7 0 100 0
3/8'' 9.52 0 100 0
4 4.75 35 93 7
8 2.38 65 80 13
16 1.91 55 69 11
30 0.59 104 48.2 20.8
50 0.279 69.8 34.24 13.96 80 FA
100 0.149 112.5 11.74 22.5
200 0.075 50.2 1.7 11.74
Pan - 8.5 0 0 0 0
Kelompok 6 106
94.73
½ 60.36 19.9188 18.947 100 47 80-100 85.8658
5
76.53
3/8 27.16 8.9628 15.307 100 47 70-90 71.2698
5
4 10.96 3.6168 14.51 2.902 93 43.71 50-70 50.2288
8 0.26 0.0858 1.25 0.25 80 37.6 35-50 37.9358
30 - - - - 48.2 22.654 18-29 22.654
50 - - - - 34.24 16.0928 13-23 16.0928
100 - - - - 11.74 5.5178 8-16 5.5178
200 - - - - 1.7 0.799 4-10 0.799
Kelompok 6 107
Halus : 47 % x 1124.4 = 528.47 gram
Data Praktikum
Tabel 11.7 Data Praktikum
Kelompok 6 108
Perhitungan Berat Jenis Effektif Agregat
Tabel 11.8 Data Berat Jenis
%
Kadar Bj Aspal % Bj Terpakai Bj Eff Agg
Agrega
Aspal (%) (gr/cm3) Tertahan (gr/cm3) (gr/cm3)
t
Kelompok 6 109
4.3 1.0317 95.7 Kasar Kasar
4.8 1.0317 95.2 20 2.78
5.3 1.0317 94.7 Halus Halus 2.674
5.8 1.0317 94.2 80 2.675
6.3 1.0317 93.7
100 %
% CA % FA
+
Berat JenisTerpakai Kasar Berat JenisTerpakai Halus
100
= 20 80
+
2.78 2.675
= 2.674 gr/cm3
Berat Jenis Effektif Agregat digunakan untuk perhitungan Tabel Marshall
Test
Kelompok 6 110
Tabel 11.10 Keterangan Perhitungan Tabel Marshall Test
Keterangan Tabel Perhitungan Marshall Test
Kelompok 6 111
a % Aspal terhadap campuran
b Tinggi benda uji
c Berat (gr)
d Berat dalam keadaan jenuh (gr)
e Berat dalam air (gr)
f Isi (ml) = d-e
g Berat isi benda uji = c/f
h Berat jenis teoritis = 100/ (% agregat/Bj agregat) + (% aspal/Bj aspal)
i a x g / Bj aspal
j (100-a)x a / Bj agregat
k Jumlah kandungan rongga (%) = 100-i-j
l Persen rongga thd agregat = 100-j
m Persen rongga terisi aspal = 100 x i/l
n Persen rongga thd campuran = 100-(100 g/h)
o Pembacaan arloji stabilitas
p Stabilitas = o x kalibrasi alat (22.6)
q Stabilitas = p x korelasi tinggi (0.96)
r Kelelehan (mm)
s Stabilitas/kelelehan = q/r (kg/mm)
Tabel Standar Spesifikasi untuk Tabel dan Grafik Kadar Aspal terhadap
beberapa Parameter
Tabel 11.11 Standar Spesifikasi Bina Marga 2010
Standar Spesifikasi Bina Marga 2010
1 Stabilitas ( > 800 kg )
2 VFWA ( Min. 65 % )
3 VMA ( Min. 15 % )
4 Flow ( Min. 3 mm )
5 VIM ( 3.5 % < VIM < 5 % )
6 MQ ( Min. 250 kg/mm )
7 Density ( Min. 2 gr/cm3 )
Kelompok 6 112
Tabel 11.12 Kadar Aspal dengan Density
Kadar Aspal (%) Density (gr/cm3)
4.3 2.35
4.8 2.36
5.3 2.36
5.8 2.39
6.3 2.40
2.70
2.30
2.10
1.90
1.70
1.50
4 4.3 4.6 4.9 5.2 5.5 5.8 6.1 6.4
Kelompok 6 113
4.3 15.75
4.8 15.89
5.3 16.35
5.8 15.81
6.3 16.02
16.50 16.35
16.02
15.89 15.81
16.00 15.75
15.50
VMA (%)
15.00
14.50
14.00
13.50
13.00
4 4.3 4.6 4.9 5.2 5.5 5.8 6.1 6.4 6.7
Kelompok 6 114
4.8 69.19
5.3 74.20
5.8 84.95
6.3 91.33
80.00
74.20
VFWA (%)
75.00
69.19
70.00
65.00 62.29
60.00
55.00
50.00
4 4.3 4.6 4.9 5.2 5.5 5.8 6.1 6.4 6.7
Kelompok 6 115
4.8 4.90
5.3 4.22
5.8 2.38
6.3 1.39
3.50
3.00
2.38
2.50
2.00
1.39
1.50
1.00
0.50
0.00
4 4.3 4.6 4.9 5.2 5.5 5.8 6.1 6.4 6.7
Kelompok 6 116
4.8 1193.28
5.3 1287.22
5.8 1395.7
6.3 1511.56
1000
800
600
400
4 4.3 4.6 4.9 5.2 5.5 5.8 6.1 6.4 6.7
Kelompok 6 117
4.8 3.27
5.3 3.4
5.8 3.83
6.3 3.9
2.93
3
2.8
2.6
2.4
2.2
2
4 4.3 4.6 4.9 5.2 5.5 5.8 6.1 6.4 6.7
Kelompok 6 118
5.3 378.595
5.8 364.41
6.3 387.58
340.00
310.00
280.00
250.00
220.00
4 4.3 4.6 4.9 5.2 5.5 5.8 6.1 6.4 6.7
Kelompok 6 119
Kadar Aspal Optimum ditentukan dari berbagai Parameter dengan
samasama memenuhi Kadar Aspal Rencana dimana didapat 4.8 – 5.3 maka
diambil rata-rata, maka :
4.8+5.3
= 5.05 %
2
Kelompok 6 120
Tabel 11.18 Penentuan Kadar Aspal Optimum dengan Metode kedua
Kadar Aspal Optimum
% Aspal Rata-rata (% Aspal dari tiap Parameter)
Density 4.3 - 6.3 5.3 %
Kelompok 6 121
4.3+6.3
- MQ =
2
= 5.3 %
Perhitungan kadar aspal optimum ditentukan dari rata-rata % aspal
dari tiap parameter dimana dirata-ratakan kembali sehingga :
5.3+5.3+5.55+5.05+5.3+5.55+5.3
= 5.34 %
7
3. Nilai Error
Nilai error digunakan untuk mengetahui seberapa besar perbedaan
diantara 2 metode untuk penentuan kadar aspal optimum, dapat dicari
dengan rumus berikut :
= 5.34 % < 10 %
Nilai error di bawah 10 % maka perhitungan masih dapat digunakan.
c) Analisa Kesalahan
1. Kesalahan Pratikan
Ketidaktelitian dalam pembacaan alat
Ketidakhati-hatian selama percobann
2. Kesalahan Alat
Alat penumbuk tidak dapat bekerja secara maksimal
Kelompok 6 122
8. KESIMPULAN
Didapatkan dari hasil percobaan Marshall Test
- Ketahanan (Stabilitas)
Kadar Aspal (%) Stabilitas (kg)
4.3 1110.18
4.8 1193.28
5.3 1287.22
5.8 1395.7
6.3 1511.56
- Kelelehan (Flow)
Kadar Aspal (%) Flow (mm)
4.3 2.93
4.8 3.27
5.3 3.4
5.8 3.83
6.3 3.9
Kelompok 6 123
9. LAMPIRAN
a) Gambar Alat
Kelompok 6 124
Gambar 11.11 Cetakan Benda Uji
Kelompok 6 125
Gambar 11.14 Metal Thermometer
Kelompok 6 126
Gambar 11.18 Oven Laboratorium
b) Prosedur pengujian
Kelompok 6 127
Gambar 11.20 Berat agregat kasar dalam timbangan sesuai perhitungan
persentase
Kelompok 6 128
Gambar 11.22 Praktikan membersihkan wajan yang akan digunakan untuk
memanaskan campuran agregat
Kelompok 6 129
Gambar 11.24 Pratikan menumbuk benda uji pada silinder cetakan
Kelompok 6 130