Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A
BLOK 27

Disusun oleh:
KELOMPOK G7
Tutor: Dr. Iche Andriani Liberty, S.K.M., M.Kes.
Meilinda Tri Anugrah (04011181823003)
Aqiella Fadya Haya (04011181823006)
Anisa Hawari (04011181823009)
M Soleh Rodian (04011181823012)
Ni Made Dyah Gayatri (04011281823099)
Muhammad Despriansyah Romadhan (04011281823102)
Sri Mulia Sholiati Harseno (04011281823141)
Nurul Zataishmah (04011281823144)
Fianka Janevianty (04011281823147)
Novetania Vira Ardiyani (04011281823150)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya laporan
tutorial skenario A Blok 27 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa tim mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan tutorial A ini.
Tim menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, tim
mohon maaf apabila terdapat maksud atau penulisan kata yang salah ataupun yang kurang
berkenan dalam laporan ini. Maka dari itu, pendapat, kritik, dan saran akan sangat membantu
dalam penyempurnaan laporan ini.

Palembang, 20 September 2021

Tim penyusun,

Kelompok G7

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
KEGIATAN TUTORIAL...................................................................................................................3
I. Skenario...................................................................................................................................4
II. Klarifikasi Istilah....................................................................................................................5
III. Identifikasi Masalah...............................................................................................................6
IV. Analisis Masalah.....................................................................................................................8
V. Learning Issue.......................................................................................................................24
VI. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan.........................................................................................24
VII. Sintesis...................................................................................................................................25
VIII. Kerangka Konsep.................................................................................................................65
IX. Kesimpulan...........................................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................67

2
KEGIATAN TUTORIAL

Moderator : M Soleh Rodian

Sekretaris 1 : Muhammad Despriansyah Romadhan

Sekretaris 2 : Sri Mulia Sholiati Harseno

Tata Tertib :

1. Diperbolehkan menggunakan ponsel hanya untuk kepentingan tutorial.


2. Dilarang memotong pembicaraan.
3. Angkat tangan terlebih dahulu ketika ingin berpendapat.
4. Keputusan akhir merupakan keputusan bersama.
5. Tidak diperkenankan membicarakan hal-hal di luar topik apabila belum mencapai tujuan
pembelajaran.
6. Tidak membawa makanan (hanya diperbolehkan minum).

3
I. Skenario

Skenario A Blok 27 Tahun 2019

Dr. Ali, menyelenggarakan praktek dokter Mandiri dengan prinsip pelayanan dokter keluarga
yaitu Pelayanan yang holistic dan komprehensif, pelayanan yang kontinu, pelayanan yang
mengutamakan pencegahan, pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif, penanganan personal
bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya, pelayanan yang
mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan lingkungan tempat tinggalnya, pelayanan
yang menjunjung tinggi etika dan hukum, Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat
dipertanggung jawabkan, pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.

Kunjungan Pasien dokter Ali ramai, pasiennya kebanyakan adalah peserta BPJS- Kesehatan .
Pada papan nama Dokter Ali tertulis praktek setiap hari, kecuali hari minggu dan Libur
nasional, pagi hari pukul 8.00 – 12.00 dan sore hari pukul 17.00 – 22.00.

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kedokteran keluarga , dokter Ali menggunakan


jasa seorang perawat – bidan, seorang administrator klinik, seorang Asisten rumah tangga dan
seorang penjaga keamanan.

Dokter Ali kedatangan seorang pria berusia 25 tahun yang diantar oleh seseorang yang tidak
diketahui identitasnya ditempat prakteknya, Pria tersebut mengalami trauma pada kepalanya
karena kecelakaan lalulintas dan tidak sadarkan diri serta keluar darah dari hidung dan kedua
lobang telinganya, pada pemeriksaaan fisik TD 120/80 mmHg. dan badan pasien teraba
dingin. Sebagai dokter dia berpendapat bahwa kasus ini ada didalam SKDI -2012 mempunyai
kompetensi 3b. Bersama perawatnya dr Ali melakukan tindakan BTLS/ATLS dan merujuk
pasien ke dokter spesialis Neurology. Dokter spesialis Neurology mendiagnosa , setelah
melakukan CT scanning pada kepala yang mana didapat gambaran semi-Opaq dan epidural
hematom.

4
II. Klarifikasi Istilah
1. SKDI: Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)merupakan standar minimal
kompetensi lulusan dan bukan merupakan standar kewenangan dokter layanan
primer. (www.kki.go.id)
2. Dokter mandiri: rangkaian Kegiatan yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien
dalam melaksanakan upaya kesehatan secara pribadi yang telah memenuhi syarat
legalitas-administratif dan sesuai dengan kode etik kedokteran (KKI)
3. Dokter Keluarga: dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan
mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan, tanpa memandang batasan
usia, gender, atau jenis penyakit, dan mengasuh individu sebagai bagian dari
keluarga serta dalam lingkup komunitas. (WONCA 1991)
4. Pelayanan komprehensif: upaya melakukan perawatan medis secara
menyeluruh, menyesuaikan dengan kebutuhan spesifik pasien dengan
memperhatikan kompetensi dan keterampilan yang dimiliki dokter serta
menyesuaikan dengan fasilitas kesehatan yang tersedia. (Jurnal Unair)
5. Pelayanan holistik: mengidentifikasi permasalahan kesehatan, tidak hanya dari
dimensi fisik tetapi juga kontribusi dari dimensi psikologis dan sosial pasien
(disebut model bio-psiko-sosial), keluarga, dan komunitas lingkungannya (Jurnal
Unair).
6. BPJS: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Jaminan sosial adalah
salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. (UU No. 24 Tahun 2011)
7. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif: adalah dokter keluarga itu seperti
orkestrator pelayanan kesehatan bagi pasiennya yang mengkoordinasikan semua
pelayanan kesehatan yg dibutuhkan pasien seperti para dokter spesialis dan
pelayanan kesehatan lain diluar praktek dokter keluarga. (WONCA, 1991)
8. Merujuk: upaya rujukan kesehatan yang dapat bersifat vertikal, horizontal atau
timbal balik yang terutama berkaitan dengan upaya penyembuhan dan rehabilitasi
serta upaya yang bertujuan mendukungnya. (Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta, 2014)
9. Pelayanan dokter keluarga: pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang
memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung
jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur
atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu
saja (The American Academy of Family Physician, 1969).
10. Etika: Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak). (KBBI).
11. ATLS: sebuah program pelatihan manjemen kasus trauma akut yang bertujuan
untuk menyederhanakan dan memberikan standar pendekatan klinis pada
penganan trauma (jurnal ugm)
12. Pelayanan yg kontinu: Pelayanan kesehatan merupakan upaya terus menerus
untuk meningkatkan fungsi keluarga sesuai dengan sumber-sumber yang dimiliki
(WONCA, 1991)
13. Dokter spesialis: dokter yang berada pada pelayanan kesehatan tingkat kedua
yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik (Sistem
Rujukan Berjenjang BPJS Kesehatan)
5
III. Identifikasi Masalah
No Prioritas
Pernyataan Masalah
.
Dokter Ali kedatangan seorang pria berusia 25 Masalah √√√
tahun yang diantar oleh seseorang yang tidak
diketahui identitasnya ditempat prakteknya.
Pria tersebut mengalami trauma pada
1. kepalanya karena kecelakaan lalulintas dan
tidak sadarkan diri serta keluar darah dari
hidung dan kedua lobang telinganya, pada
pemeriksaaan fisik TD 120/80 mmHg. dan
badan pasien teraba dingin.
Sebagai dokter dia berpendapat bahwa kasus Masalah √√
ini ada didalam SKDI -2012 mempunyai
kompetensi 3b. Bersama perawatnya dr Ali
melakukan tindakan BTLS/ATLS dan merujuk
2. pasien ke dokter spesialis Neurology. Dokter
spesialis Neurology mendiagnosa, setelah
melakukan CT scanning pada kepala yang
mana didapat gambaran semi-Opaq dan
epidural hematom.
Dr. Ali, menyelenggarakan praktek dokter Bukan Masalah √
Mandiri dengan prinsip pelayanan dokter
keluarga yaitu Pelayanan yang holistic dan
komprehensif, pelayanan yang kontinu,
pelayanan yang mengutamakan pencegahan,
pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif,
penanganan personal bagi setiap pasien sebagai
3.
bagian integral dari keluarganya, pelayanan
yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan
kerja dan lingkungan tempat tinggalnya,
pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan
hukum, Pelayanan yang dapat diaudit dan
dapat dipertanggung jawabkan, pelayanan yang
sadar biaya dan sadar mutu.
4. Kunjungan Pasien dokter Ali ramai, pasiennya Bukan Masalah √
6
kebanyakan adalah peserta BPJS- Kesehatan.
Pada papan nama Dokter Ali tertulis praktek
setiap hari, kecuali hari minggu dan Libur
nasional, pagi hari pukul 8.00 – 12.00 dan sore
hari pukul 17.00 – 22.00. Dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan kedokteran keluarga,
dokter Ali menggunakan jasa seorang perawat
– bidan, seorang administrator klinik, seorang
Asisten rumah tangga dan seorang penjaga
keamanan.

7
IV. Analisis Masalah
1. Dokter Ali kedatangan seorang pria berusia 25 tahun yang diantar oleh seseorang yang
tidak diketahui identitasnya ditempat prakteknya. Pria tersebut mengalami trauma
pada kepalanya karena kecelakaan lalulintas dan tidak sadarkan diri serta keluar darah
dari hidung dan kedua lobang telinganya, pada pemeriksaaan fisik TD 120/80 mmHg.
dan badan pasien teraba dingin.
a. Sebagai seorang dokter keluarga, bagaimana manajemen yang seharusnya
dilakukan dr. Ali terhdap kasus ini?
Jawab:
i. Anamnesis holistik
1. Aspek personal
a. Alasan kedatangan  trauma kepala akibat kecelakaan lalu
lintas  karena pasien tidak sadarkan diri, dapat ditanyakan
pada orang yang membawa pasien ke tempat praktik.
b. Kekhawatiraan  belum dapat ditanyakan karena pasien
tidak sadarkan diri
c. Harapan  belum dapat ditanyakan karena pasien tidak
sadarkan diri
d. Persepsi  belum dapat ditanyakan karena pasien tidak
sadarkan diri
2. Aspek klinis  karena pasien tidak sadarkan diri, dapat
ditanyakan pada orang yang membawa pasien ke tempat
praktik.
a. Trauma kepala karena kecelakaan lalu lintas
b. Tidak sadarkan diri
c. Keluar darah dari hidung dan kedua lubang telinganya
3. Risiko internal  belum dapat ditanyakan karena pasien tidak
sadarkan diri
4. Risiko eksternal  belum dapat ditanyakan karena pasien tidak
sadarkan diri, atau dapat ditanyakan apabila ada keluarga
terdekat  hubungan dengan keluarga, masalah dalam
keluarga, masalah dengan tetangga atau lingkungan sekitar
5. Derajat fungsional  belum dapat ditanyakan karena pasien
tidak sadarkan diri
ii. Pemeriksaan fisik
8
1. TD 120/80
2. Badan pasien teraba dingin
iii. Pemerikaan penunjang  dapat dilakukan pemeriksaan radiologi
kepala  rujuk jika tidak tersedia layanan CT scan atau MRI
iv. Diagnosis holistik  diagnosis klinis dan psikososial
v. Penatalaksanakan komprehensif

b. Bagaimana prosedur informed consent terhadap pasien yang tidak dikenal dan
tidak sadarkan diri?
Jawab:
Prosedur bisa diberikan kepada penolong ataupun keluarga apabila keluarga yang
bersangkutan dapat hadir atau dihubungi

c. Pada pasien yang tidak sadarkan diri pada kasus, bagaimana cara melakukan
anamnesis holistiknya?
Jawab:
Belum dapat ditanyakan karena pasien tidak sadarkan diri, atau dapat ditanyakan
apabila ada keluarga terdekat → hubungan dengan keluarga, masalah dalam
keluarga, masalah dengan tetangga atau lingkungan sekitar

2. Sebagai dokter dia berpendapat bahwa kasus ini ada didalam SKDI -2012 mempunyai
kompetensi 3b. Bersama perawatnya dr Ali melakukan tindakan BTLS/ATLS dan
merujuk pasien ke dokter spesialis Neurology. Dokter spesialis Neurology
mendiagnosa, setelah melakukan CT scanning pada kepala yang mana didapat
gambaran semi-Opaq dan epidural hematom.
a. Bagaimana prosedur dalam merujuk pasien?
Jawab:

9
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai
kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan
tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat
dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan
atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes
tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya,
merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:
a. terjadi keadaan gawat darurat;
Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan yang berlaku
b. bencana;
Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah
Daerah
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien;
untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut
hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan pertimbangan
geografis; dan
d. pertimbangan ketersediaan fasilitas
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat

10
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau
dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam
kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien,
yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama
5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau
pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di
Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau
tindakan
2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan
pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.

b. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki seorang dokter keluarga seperti dr. Ali
dan berapa persentase ilmu dan keterampilan klinis cabang ilmu neurologi yang
seharusnya dimiliki oleh seorang dokter keluarga?
Jawab:
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi
Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia
tahun 2006 adalah:
1. Kompetensi Dasar
a. Keterampilan komunikasi efektif
b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu
perilaku, dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinir, dan bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan primer
11
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik
2. Ilmu dan Keterampulan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah
b. Penyakit dalam
c. Kebidanan dan penyakit kandungan
d. Kesehatan anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran komunitas
3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Keterampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Keterampilan Pendukung
a. Riset
b. Mengajar kedokteran keluarga
5. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinik
a. Manajemen klinik dokter keluarga

c. Apakah tindakan yang dilakukan oleh dr. Ali sudah sesuai dengan kompetensi
3B? Jawab:
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau
mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu
12
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

3. Dr. Ali, menyelenggarakan praktek dokter Mandiri dengan prinsip pelayanan dokter
keluarga yaitu Pelayanan yang holistic dan komprehensif, pelayanan yang kontinu,
pelayanan yang mengutamakan pencegahan, pelayanan yang koordinatif dan
kolaboratif, penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya, pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan
lingkungan tempat tinggalnya, pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum,
Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggung jawabkan, pelayanan yang
sadar biaya dan sadar mutu.
a. Apa saja prinsip pelayanan dokter keluarga dan bagaimana penjelasannya?
Jawab:

Prinsip – prinsip pelayanan / pendekatan kedokteran keluarga adalah


memberikan/mewujudkan:

1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif


Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai
manusia seutuhnya.Perlu dilakukan tindakan promotif, kuratif, dan
rehabilitatif. Pelayanan dokter keluarga memiliki sIstem untuk memandang
pasien sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memerhatikan bahwa keluarga
pasien dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien. Pelayanan dokter
keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan pasien untuk
meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya.
2. Pelayanan yang kontinu
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien,
proaktif, dan terus-menerus demi kesehatan pasien.Pelayanan proaktif
dimaksudkan pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan
secara proaktif. Rekam medis bersinambung, informasi dalam riwayat
kesehatan pasien sebelumnya dan pada saat datang digunakan untuk
memastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan sesuai dengan pasien
yang bersangkutan.Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan
rawat jalan efektif dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan
sadar biaya.Dokter keluarga juga mendampingi pasien pada saat dilakukan
13
konsultasi dan atau rujukan, demi kepentingan pasien.
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
Pencegahan penyakit memiliki banyak aspek, termasuk pengenalan faktor
resiko dari penyakit, dan promosi kesehatan gaya hidup sehat. Pencegahan juga
termasuk mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin memiliki efek
terhadap kesehatan emosional pasien dan keluarganya.Pencegahan adalah
mengenali faktor-faktor resiko tejadinya suatu penyakit, seperti riwayat
penyakit dalam keluarga dan melakukan skrining untuk kasus dini dan
pencegahan sedini mungkin. Seperti Melayani KIA, KB, vaksinasi,
mendiagnosis dan mengobati penyakit sedini mungkin, mengkonsultasikan
atau merujuk pasien pada waktunya, dan mencegah kecacatan.
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
Dokter keluarga yang mengkoordinasikan semua pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan pasien. Dokter keluarga menjadi guide dan bertanggungjawab
dalam system pelayanan, yang berperan memberikan advokasi.Kerjasama
profesional dengan semua pengandil agar dicapai pelayanan kesehatan yang
bermutu dan mencapai kesembuhan optimal, memanfaatkan potensi pasien dan
keluarganya seoptimal mungkin untuk penyembuhan.Sebagai contoh: melatih
anggota keluarga untuk mengukur dan memantau suhu tubuh pasien atau
bahkan tekanan darah dan kadar gula darahnya. Hasil itu selanjutnya
dilaporkan secara berkala kepada dokter yang bersangkutan.
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu

b. Apa saja fasilitas pelayanan dokter keluarga?


Jawab:
 Standar fasilitas praktik (Standard of practice facilities)
Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata
pertama yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya.
14
 Standar peralatan klinik (Standard of practice equipments)
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan
fasilitas pelayanannya yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama (tingkat
primer).
 Standar proses-proses penunjang praktik (Standard of clinical supports
process)
Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses-proses yang menunjang
kegiatan pelayanan dokter keluarga.

c. Apa saja manfaat pelayanan dokter keluarga?


Jawab:
1. Penanganan kasus sbg manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang
disampaikan 2. Pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan
pelayanan kesehatan 3. Pengaturan pelayanan spesialis akan lebih baik dan terarah
4. Pelayanan kesehatan terpadu (penanganan masalah kesehatan tidak
menimbulkan berbagai masalah lainnya) 5. Keterangan kesehatan dan ataupun
keterangan keadaan sosial keluarga dapat dimanfaatkan dalam menangani
masalah kesehatan yang sedang dihadapi. 6. Dapat diperhitungkan faktor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis. 7.
Penanganan kasus dengan tata cara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal
8. Mencegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang
memberatkan biaya kesehatan.

d. Bagaimana standar pelayanan kedokteran keluarga?


Jawab:
Standar Pelayanan Kedokteran Keluarga:
A. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik (Standards of Clinical Care)
i. Standar Pelayanan Paripurna (Standard of comprehensive of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis
strata pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna
(comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative),
pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah

15
sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta
sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.
ii. Standar Pelayanan Medis (Standard of medical care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
medis yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis.
iii. Standar Pelayanan Menyeluruh (Standard of holistic of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu
peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri
dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah
lingkungan fisik dan sosialnya.
iv. Standar Pelayanan Terpadu (Standard of integration of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain
merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses
penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program
dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik
dari formal maupun informal.
v. Standar Pelayanan Bersinambung (Standard of continuum care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif
efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien.

B. Standar Perilaku dalam Praktik (Standards of behaviour in practice)


i. Standar perilaku terhadap pasien (Patient-physician relationship
standard)
Pelayanan dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien untuk
menyampaikan kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta
memberikan kesempatan kepada pasien untuk memperoleh penjelasan
yang dibutuhkan guna dapat memutuskan pemilihan penatalaksanaan
yang akan dilaksanakannya.
ii. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (Standard of partners
relationship in practice)
Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter keluarga sebagai
pimpinan manajemen untuk mengelola klinik secara profesional.
iii. Standar perilaku dengan sejawat (Standard of working with colleagues)

16
Pelayanan dokter keluarga menghormati dan menghargai pengetahuan,
ketrampilan dan kontribusi kolega lain dalam pelayanan kesehatan dan
menjaga hubungan baik secara profesional.
iv. Standar pengembangan ilmu dan ketrampilan praktik (Standard of
knowledge and skill development)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha mengikuti kegiatan-kegiatan
ilmiah guna memelihara dan menambah ketrampilan praktik serta
meluaskan wawasan pengetahuan kedokteran sepanjang hayatnya.
v. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang kesehatan
(Standard as community leader)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha berpartisipasi aktif dalam
segala kegiatan peningkatan kesehatan disekitarnya dan siap
memberikan pendapatnya pada setiap kondisi kesehatan di daerahnya.
C. Standar Pengelolaan Praktik (Standards of practice management)
i. Standar sumber daya manusia (Standard of human resources)
Dalam pelayanan dokter keluarga, selain dokter keluarga, juga terdapat
petugas kesehatan dan pegawai lainnya yang sesuai dengan latar
belakang pendidikan atau pelatihannya.
ii. Standar manajemen keuangan (Standard of finance management)
Pelayanan dokter keluarga mengelola keuangannya dengan manajemen
keuangan profesional.
iii. Standar manajemen klinik (Standard management of clinic for
practice)
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan pada suatu tempat pelayanan
yang disebut klinik dengan manajemen yang profesional.
D. Standar Sarana dan Prasarana (Standards of facilities)
i. Standar fasilitas praktik (Standard of practice facilities)
Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata
pertama yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya.

ii. Standar peralatan klinik (Standard of practice equipments)

17
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai
dengan fasilitas pelayanannya yaitu pelayanan kedokteran di strata
pertama (tingkat primer).
iii. Standar proses-proses penunjang praktik (Standard of clinical supports
process)
Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses-proses yang
menunjang kegiatan pelayanan dokter keluarga.

e. Bagaimana karakteristrik pelayanan kedokteran keluarga?


Jawab:

Pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik yang menurut para


ahli dibedakan dan diuraikan sebagai berikut:

1. Lan R. McWhinney (1981)


a) Lebih mengikatkan diri pada kebutuhan pasien secara keseluruhan, bukan
pada disiplin ilmu kedokteran, kelompok penyakit atau teknik - teknik
kedokteran tertentu.
b) Berupaya mengungkapkan kaitan munculnya suatu penyakit dengan
berbagai faktor yang mempengaruhinya.
c) Menganggap setiap kontak dengan pasiennya sebagai suatu kesempatan
untuk menyelenggarakan pelayanan pencegahan penyakit atau pendidikan
kesehatan.
d) Memandang dirinya sebagai masyarakat yang berisiko tinggi.
e) Memandang dirinya sebagai bagian dari jaringan pelayanan kesehatan
yang tersedia di masyarakat.
f) Diselenggarakan dalam suatu daerah domisili yang sama dengan
pasiennya.
g) Melayani pasien di tempat praktek, di rumah dan di rumah sakit.
h) Memperhatikan aspek subjektif dari ilmu kedokteran.
i) Diselenggarakan oleh seorang dokter yang bertindak sebagai manager dari
sumber - sumber yang tersedia.

2. Lynn P. Carmichael (1973)


a) Berorientasi pada pencegahan penyakit serta pemeliharaan kesehatan.

18
b) Berhubungan dengan pasien sebagai anggota dari unit keluarga,
memandang keluarga sebagai dasar dari suatu organisasi sosial dan atau
suatu kelompok fungsional yang saling terkait, pada mana setiap individu
membentuk hubungan tingkat pertama.
c) Memanfaatkan pendekatan menyeluruh, berorientasi pada pasien dan
keluarganya dalam menyelenggarakan setiap pelayanan kesehatan.
d) Mempunyai ketrampilan diagnosis yang andal serta pengetahuan tentang
epidemiologi untuk menentukan pola penyakit yang terdapat di masyarakat
dimana pelayanan tersebut diselenggarakan, dan selanjutnya para dokter
yang menyelenggarakan pelayanan harus memiliki keahlian mengelola
berbagai penyakit yang ditemukan di masyarakat tersebut.
e) Para dokternya memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal-balik
antara faktor biologis, sosial dan emosional dengan penyakit yang
dihadapi, serta menguasai teknik pemecahan masalah untuk mengatasi
berbagai penyakit yang agak mirip atau tidak khas serta berbagai penyakit
yang tergolong psikosomatik.

3. Debra P. Hymovick and Martha Underwood Barnards (1973)


a) Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang lebih responsif serta bertanggung jawab.
b) Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan akan pelayanan kesehatan
tingkat pertama (termasuk pelayanan darurat) serta pelayanan lanjutan
(termasuk pengaturan rujukan).
c) Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan akan pelayanan pencegahan
penyakit dalam stadium dini serta peningkatan derajat kesehatan pasien
setinggi mungkin.
d) Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan untuk diperhatikannya pasien
tidak hanya sebagai orang perorang, tetapi juga sebagai anggota keluarga
dan anggota masyarakat.
e) Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan untuk dilayaninya pasien secara
menyeluruh dan dapat diberikan perhatian kepada pasien secara lengkap
dan sempurna, jauh melebihi jurnlah keseluruhan keluhan yang
disampaikan.

4. Menurut Ikatan Dokter Indonesia (1982)


19
Ikatan Dokter Indonesia melalui Muktamar ke - 18 di Surakarta
tahun 1982 merumuskan karakteristik pelayanan dokter keluarga sebagai
berikut :
a) Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang, melainkan
sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat
sekitarnya.
b) Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna,
jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan.
c) Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan
mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.
d) Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik - baiknya.
e) Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.

f. Bagaimana faktor yang mempengaruhi pelayanan kedokteran keluarga?


Jawab:
Ada beberapa faktor yang dinilai mempunyai peranan penting dalam menghambat
terwujudnya pelayanan kedokteran menyeluruh tersebut. Faktor-faktor yang
dimaksud adalah:
1. Terkotak-kotaknya pelayanan kedokteran
2. Mahalnya biaya pelayanan kedokteran
3. Peraturan perundang-undangan
4. Sikap dan kemampuan Dokter sebagai penyelenggara pelayanan
5. Sikap dan perilaku pasien sebagai pemakai jasa pelayanan.

4. Kunjungan Pasien dokter Ali ramai, pasiennya kebanyakan adalah peserta BPJS-
Kesehatan. Pada papan nama Dokter Ali tertulis praktek setiap hari, kecuali hari
minggu dan Libur nasional, pagi hari pukul 8.00 – 12.00 dan sore hari pukul 17.00 –
22.00. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kedokteran keluarga, dokter Ali
menggunakan jasa seorang perawat – bidan, seorang administrator klinik, seorang
Asisten rumah tangga dan seorang penjaga keamanan.
a. Siapa saja yang termasuk peserta BPJS kesehatan?
20
Jawab:
Peserta BPJS adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat enam bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta, pemberi
kerja, dan/atau pemerintah.

b. Apa saja syarat menjadi peserta BPJS-Kesehatan?


Jawab:
Peserta BPJS adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat enam bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
Adapun pentahapan kepesertaan BPJS Kesehatan:

Tahap pertama mulai tanggal 01 Januari 2014, paling sedikit meliputi:


a. PBI Jaminan Kesehatan
b. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Pertahanan dan
anggota keluarganya.
c. Anggota POLRI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Pertahanan
dan anggota keluarganya.
d. Peserta asuransi kesehatan perusahaan PT Askes Persero (Askes) dan anggota
keluarganya.
e. Peserta jaminan pemeliharaan kesehatan perusahaan PT Jamsostek (Persero)
dan anggota keluarganya.

Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai peserta BPJS
Kesehatan paling lambat pada tanggal 01 Januari 2019.

c. Apakah waktu kerja dr. Ali sudah sesuai dengan standar produktivitas dokter
keluarga yang efektif?
Jawab:
Sudah, karena sudah memenuhi 9 jam/hari

d. Bagaimana perbedaan antara dokter keluarga dan dokter umum atau dokter
spesialis?
Jawab:

21
Sedangkan perbedaan DLP dan dokter spesialis itu tidak ada dikarenakan DLP
merupakan salah satu dokter spesialis juga.

e. Bagaimana persyaratan sarana praktek dokter keluarga mandiri?


Jawab:
Sarana fisik:
- Bangunan rumah, dengan papan nama yang jelas dan mudah dibaca
- Luas sekitar 55 m2 terdiri dari beberapa ruang/tergabung
- Memenuhi syarat keamanan, kenyamanan dan kesehatan
- Memiliki papan nama yang mudah dibaca
- Memiliki furniture disetiap ruangan sesuai dengan kebutuhan
Peralatan medik:
- Peralatan untuk pemeriksaan fisik
- Peralatan untuk tindakan medik
- Peralatan medik tambahan
- Tas dokter keluarga untuk panggilan/perawatan dirumah
- Peralatan Resusitasi
- Peralatan laboratorium
Persediaan obat yang minimum sesuai formulorium obat pelayanan strata pertama
Komputer dan telekomunikasi

f. Siapakah yang menanggung pembiayaan/gaji untuk perawat, bidan, administrator


klinik, asisten rumah tangga, dan penjaga keamanan dalam suatu praktik dokter
keluarga?
Jawab:
Dana Kapitasi BPJS

22
g. Bagaimana klasifikasi dalam kepesertaan BPJS?
Jawab:
Peserta BPJS Kesehatan ada dua kelompok, yaitu:
a. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
b. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh pemerintah bagi fakir miskin dan
orang tidak mampu sebagai peserta program Jaminan Sosial.

h. Bagaimana manfaat BPJS Kesehatan?


Jawab:
Setiap peserta berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang bersifat
pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuatif
dan rehibilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis pakai sesuai dengan
kebutuhan medis yang diperlukan. Manfaat jaminan kesehatan sebagaimana
dimaksud terdiri atas manfaat medis dan non medis. Manfaat medis tidak terikat
dengan besaran iuran yang dibayarkan. Manfaat non medis meliputi manfaat
akomodasi dan ambulans.

i. Bagaimana sistem pembiayaan oleh BPJS baik di faskes primer maupun sekunder
atau tersier?
Jawab:
Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan berdasarkan kesepakatan BPJS
Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut dengan
mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri.

23
V. Learning Issue
1. PDKM
2. Pelayanan kesehatan keluarga
3. Dokter layanan primer
4. Manajemen keuangan dokter keluarga (+BPJS)

VI. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan


Topik What I What I Have to How Will
No. What I Know
Pembahasan Don’t Know Prove I Learn
Definisi dokter
keluarga, peran,
kompetensi, pelayanan
kedokteran keluarga, Jurnal
1. PDKM
prinsip pelayanan, Buku
peralatan dan tenaga
pelaksana, manajemen
masalah kesehatan
2. Pelayanan Pengertian dokter Faktor lain Standar Jurnal
Kesehatan keluarga, Prinsip yang dapat Pelayanan Buku
Keluarga kedokteran keluarga, menghambat Kedokteran

24
karakteristik, manfaat kedokteran
Keluarga
kedokteran keluarga. keluarga
Perbedaan
Peranan dan
Dokter Kompetensi
Pengertian, Lingkup Kedudukan Jurnal
3. Layanan Dokter
Pelayanan DLP DLP, Fungsi Buku
Primer Umum dan
DLP
DLP
Manajemen keuangan
Manajemen dokter keluarga,
keuangan definisi BPJS, sejarah
Jurnal
4. dokter BPJS, hak dan
Buku
keluarga kewajiban peserta
(+BPJS) BPJS, manfaat BPJS,
klasifikasi peserta BPJS

VII. Sintesis
1. PDKM
A. Definisi Dokter Keluarga
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendefinisikan dokter keluarga adalah dokter yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai
bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tapi bila perlu aktif
mengunjungi penderita atau keluarganya. Definisi Dokter Keluarga menurut Olesen F,
Dickinson J dan Hjortdahl P. dalam jurnal General Practice – “Time for A New Definition”,
BMJ; 320:354– 7. 2000, Dokter Keluarga adalah:
- Dokter yang dididik secara khusus untuk bertugas di lini terdepan sistem pelayanan
kesehatan; bertugas mengambil langkah awal penyelesaian semua masalah yang
mungkin dimiliki pasien.
- Melayani individu dalam masyarakat, tanpa memandang jenis penyakitnya ataupun
karakter personal dan sosialnya, dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia
dalam system pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien.
- Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari pencegahan, diagnosis,
pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif, menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu
biomedis, psikologi medis dan sosiologi medis. Secara singkat dapat didefinisikan
sebagai Dokter yang berprofesi khusus sebagai Dokter Praktik Umum yang

25
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer dengan menerapkan prinsip-
prinsip Kedokteran keluarga.
- Berprofesi khusus, karena dididik secara khusus untuk mencapai standar kompetensi
tertentu
- Dokter Praktik Umum, yaitu Dokter yang dalam praktiknya menampung semua masalah
yang dimiliki pasien tanpa memandang jenis kelamin, status sosial, jenis penyakit,
golongan usia, ataupun sistem organ.
- Pelayanan kesehatan tingkat primer, Ujung tombak pelayanan kesehatan tempat kontak
pertama dengan pasien untuk selanjutnya menyelesaikan semua masalah sedini dan
sedapat mungkin atau mengkoordinasikan tindak lanjut yang diperlukan pasien.
- Prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga, adalah pelayanan yang komprehensif, kontinyu,
koordinatif(kolaboratif), mengutamakan pencegahan, menimbang keluarga dan
komunitasnya

B. Peran Dokter Keluarga


1. Pengaplikasi ilmu kedokteran klinik dan ilmu perilaku, dilengkapi ilmu kedokteran
mutakhir
2. Memantapkan pelayanan kesehatan primer dan sistem rujukan
3. Pengendali biaya:
a. Efektifitas pelayanan kesehatan
b. Efektifitas sumber daya kesehatan
c. Edukasi kesehatan
d. Pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Mengembalikan pelayanan kesehatan yang rasional dan manusiawi Peran dokter
keluarga menurut The Philippine Academy of Family Physicians adalah:
1) Health Care Provider (penyelenggara pelayanan kesehatan)
2) Educator (teacher)
3) Counselor
4) Reseacher (life long learner)
5) Community Leader (Social Mobilizer)

C. Kompetensi Dokter Keluarga

26
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter
Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006
adalah:
1. Kompetensi Dasar
a. Keterampilan komunikasi efektif
b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu
perilaku, dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinir, dan bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan primer
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik
2. Ilmu dan Keterampulan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah
b. Penyakit dalam
c. Kebidanan dan penyakit kandungan
d. Kesehatan anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran komunitas
3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Keterampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Keterampilan Pendukung
a. Riset
b. Mengajar kedokteran keluarga
5. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap
27
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinik
a. Manajemen klinik dokter keluarga

D. Pelayanan Kedokteran Keluarga


Pelayanan kesehatan/asuhan medis yang didukung oleh pengetahuan kedokteran terkini
secara menyeluruh (holistik), paripurna (komprehensif), terpadu, berkesinambungan untuk
menyelesaikan semua keluhan dari pengguna jasa/pasien sebagai komponen keluarganya
dengan tidak memandang umur, jenis kelamin dan sesuai dengan kemampuan sosialnya.

E. Prinsip-Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga


Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO dan
WONCA. Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas
layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip-prinsip
pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga adalah memberikan/mewujudkan:
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
Holistik:
Dilaksanakan pelayanan kesehatan yang meliputi semua aspek kehidupan Pasien
sebagai manusia seutuhnya yang meliputi aspek-aspek: Biologis, Psikologis, Sosial,
dan Spiritual
Komprehensif:
Tersedianya semua langkah-langkah pelayanan kesehatan: Promotif (peningkatan
dan pembinaan), Preventif (pencegahan dan perlindungan khusus), Kuratif (deteksi
dini dan tindakan segera), Pencegahan cacat lebih lanjut (terapi, konsultasi, dan
rujukan), Rehabilitatif (pemulihan, pengendalian, evaluasi)
2. Pelayanan yang kontinu
Pelayanan yang berkesinambungan, merupakan pelayanan kesehatan dimana satu
dokter bertemu pasiennya dalam keadaan sakit maupun sehat, dan mengikuti
perjalanan penyakit pasiennya hingga ia sembuh.
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
Dokter keluarga mengkoordinasikan semua pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
pasien seperti para dokter spesialis, dan pelayanan kesehatan lain diluar praktik
dokter keluarga atau layanan primer.
28
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integrasi dari keluarganya.
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
tempat tinggalnya.
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.
- Memiliki rekam medik yang terencana, lengkap dan rapi
- Memiliki catatan keuangan yang baik
- Memiliki catatan fasilitas, sarana dan prasarana yang lengkap
9. Pelayanan yang sadar biaya dan mutu.

F. Peralatan dan Tenaga Pelaksana


Untuk dapat menyelenggarakan praktek dokter keluarga sebagaimana dikemukakan
diatas, tentu perlu disediakan berbagai peralatan dan tenaga pelaksana yang memadai.
Peralatan dan tenaga pelaksana yang dimaksud adalah:
1. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada dasarnya tidak berbeda
dengan peralatan pelbagai pelayanan kedokteran lainnya. Jika pelayanan dokter
keluarga tersebut dilaksanakan dalam bentuk klinik dokter keluarga, maka peralatan
yang dibutuhkan secara umum dapat dibedakan atas dua macam:
a. Peralatan medis
Karena praktek dokter keluarga melayani beberapa tindakan spesialistis sederhana,
maka pada praktek dokter keluarga perlu disediakan berbagai peralatan medis
spesialistis yang dimaksud. Disamping, dibutuhkan pula pelbagai peralatan
pemeriksaan penunjang serta pertolongan gawat darurat. Di Amerika Serikat
sebagaimana yang dikemukakan oleh Djati Pratignyo (1983), peralatan medis yang
tersedia disuatu klinik dokter keluarrga cukup lengkap. Peralatan yang dimaksud
telah mencakup pula laboratorium klinis, rontgen foto, EKG, minor surgery set,
sigmoiskop, audiometer, otoskop, visual chart, tonometer dan ophtalmoskop.
b. Peralatan non-medis
The American Academy of General Practice (1960) menyebutkan peralatan non
medis pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang memiliki
sekurangkurangnya sebuah ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang periksa, ruang
tindakan, ruang laboratorium, ruang rontgen (fakultatif), ruang administrasi,
gudang serta kamar mandi, yang luas lantai seluruhnya minimal antara 150 s.d 200
meter persegi. Karena praktek dokter keluarga, seperti yang dikemukakan oleh
29
Clark, (1971) sangat menganjurkan pelayanan dengan perjanjian (appointment
system), maka perlu pula disediakan alat komunikasi seperti telepon.
2. Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada dasarnya tidaklah
berbeda dengan tenaga pelaksana berbagai pelayanan kedokteran lainnya. Tenaga
pelaksana yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:
a. Tenaga medis
Tenaga medis yang dimaksudkan disini ialah para dokter keluarga (family
doctor/physician). Tergantung dari sarana pelayanan yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga serta beban kerja yang dihadapi, jumlah dokter keluarga
yang dibutuhkan dapat berbeda. Secara umum dapat disebutkan, apabila sarana
pelayanan tersebut adalah rumah sakit serta beban kerjanya lebih berat, maka
jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan akan lebih banyak. Sedangkan jika
pelayanan dokter keluarga tersebut diselenggarakan oleh suatu klinik dokter
keluarga, jumlah dokter yang dibutuhkan umumnya lebih sedikit. Klinik dokter
keluarga memang dapat diselenggarakan hanya oleh satu orang dokter keluarga
(solo practice) ataupun oleh sekelompok dokter keluarga (group practice). Telah
disebutkan, dari kedua bentuk ini, yang dianjurkan adalah bentuk kedua, yakni
yang diselenggarakan oleh satu kelompok dokter keluarga.
b. Tenaga paramedis
Untuk kelancaran pelayanan dokter keluarga, perlu mengikut sertakan tenaga
paramedis. Disarankan tenaga paramedis tersebut seyogyanya yang telah
mendapatkan pendidikan dan latihan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga,
baik aspek medis dan ataupun aspek non medis. Jumlah tenaga paramedis yang
diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga secara umum disebutkan untuk setiap satu orang dokter
keluarga, diperlukan 2 sampai 3 tenaga paramedik terlatih.
c. Tenaga non-medis
Sama halnya dengan tenaga paramedis, untuk lancarnya pelayanan dokter keluarga,
perlu pula mengikutsertakan tenaga non-medis. Pada umumnya ada dua katagori
tenaga non-medis tersebut. Pertama, tenaga administrasi yang diperlukan untuk
menangani masalah–masalah administrasi. Kedua, pekerja sosial (social worker)
yang diperlukan untuk menangai program penyuluhan/nasehat kesehatan dan atau
kunjungan rumah misalnya. Jumlah tenaga non medis yang diperlukan tergantung

30
dari jumlah dokter keluarga, dibutuhkan sekurang-kurangnya satu orang tenaga
administrasi serta satu orang pekerja sosial.

G. Pelayanan pada Praktek Dokter Keluarga


Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya.
Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya
pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga
tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau
pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan
diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut
memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak
mempunyai akses dengan rumah sakit.
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah,
serta pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah
mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta
perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan
oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit
terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk
merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.

H. Manajemen Masalah Kesehatan

31
2. Pelayanan kesehatan keluarga
A. Standar pelayanan dokter keluarga
1) Standar pemeliharaan kesehatan di klinik
a. Standar pelayanan paripurna
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama
untuk semua orang yang bersifat paripuma (comprehensive), yaitu termasuk
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan
proteksi khusus (preventive and spesific protection), pemulihan kesehatan
(curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah
32
sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai
dengan mediko legal etika kedokteran.
1) Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan
kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan
diselenggarakan oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter
keluarga serta memiliki surat ijin pelayanan dokter keluarga dan surat
persetujuan tempat praktik.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan
pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.
3) Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala
kesempatan dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien
dan keluarganya.
4) Deteksi dini
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala
kesempatan dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan
penatalaksanaan yang tepat untuk itu.
5) Kuratif medik
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan pemulihan
kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama,
termasuk kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan /
atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.
6) Rehabilitasi medik dan sosial
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala
kesempatan rehabilitasi pada pasien dan / atau keluarganya setelah
mengalami masalah kesebatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa
maupun sosial.
7) Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi
sosial pasien dan keluarganya.
8) Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal
dan etik kedokteran.
33
b. Standar pelayanan medis
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis.
1) Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien
(patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien,
kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta
memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis
2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang diagnosis
atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan
pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan
penunjang secara rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.
3) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan
beberapa diagnosis banding yang munglin dengan pendekatan diagnosis
holistik.
4) Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis
pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini
(evidence based).
5) Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik
penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling
dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada
keadaan di saat itu.
6) Konsultasi
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter
lain yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat
dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter
spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
7) Rujukan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain
yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan
34
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah
sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8) Tindak lanjut
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat
dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di
tempat pasien.
9) Tindakan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindalan medis yang
rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata
pertama, dan demi kepentingan pasien.
10) Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan
rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terlini, demi
kepentingan pasien.
11) Pembinaan keluarga
Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik,
bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan
pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga.

c. Standar pelayanan menyeluruh


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli
bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental,
sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
1) Pasien adalah manusia seutuhnya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai
manusia yang seutuhnya.
2) Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai
bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat
mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan
pasien.
3) Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya
Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar
kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan
keluarganya. pasien.
35
d. Standar pelayanan terpadu
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan
kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis,
juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang
menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal.
1) Koordinator penatalaksanaan pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam penatalaksanaan
pasien yang diselenggarakan bersama, baik bersama antar dokter - pasien -
keluarga, maupun bersama antar dokter - pasien - dokter spesialis / rumah
sakit.
2) Mitra dokter-pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan antara dokter
dan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis.
3) Mitra lintas sektoral medik
Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan
kesehatan dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.
4) Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik
Pelayanan dokter keluarga mempedulikan dan memperhatikan kebutuhan dan
perilaku pasien dan keluarganya sebagai masyarakat yang menggunakan
berbagai pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya.

e. Standar pelayanan bersinambung


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung,
yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus
menerus demi kesehatan pasien.
1) Pelayanan proaktif
Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan secara proaktif.
2) Rekam medik bersinambung
Informasi dalam riwayat kesehatan pasien sebelumnya dan pada saat datang,
digunakan untuk memastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah
sesuai untuk pasien yang bersangkutan.
3) Pelayanan efektif efisien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif
dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan sadar biaya.
36
4) Pendampingan
Pada saat - saat dilaksanakan konsultasi dan / atau rujukan, pelayanan dokter
keluarga menawarkan kemudian melaksanakan pendampingan pasien, demi
kepentingan pasien.

2) Standar perilaku dalam praktik


a. Standar perilaku terhadap pasien
Pelayanan dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien untuk
menyampaikan kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan
kesempatan kepada pasien untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna
dapat memutuskan pemilihan penatalaksanaan yang akan dilaksanakannya.
1) Informasi memperoleh pelayanan
Pelayanan dokter keluarga memberikan keterangan yang adekuat mengenai
cara untuk memperoleh pelayanan yang diinginkan.
2) Masa konsultasi
Waktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter keluarga kepada
pasiennya adalah cukup bagi pasien untuk menyampaikan keluhan dan
keinginannya, cukup untuk dokter menjelaskan apa yang diperolehnya pada
anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta cukup untuk menumbuhkan partisipasi
pasien dalam melaksanakan penatalaksanaan yang dipilihnya, sebisanya 10
menit untuk setiap pasien.
3) Informasi medik menyeluruh
Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai
seluruh tujuan, kepentingan, keuntungan, resiko yang berhubungan dalam hal
pemeriksaan, konsultasi, rujukan, pengobatan, tindakan dan sebagainya
sehingga memungkinkan pasien untuk dapat memutuskan segala yang akan
dilakukan terhadapnya secara puas dan terinformasi.
4) Komunikasi efektif
Dokter keluarga melaksanakan komunikasi efektif berlandaskan rasa saling
percaya.
5) Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter
Dokter keluarga memperhatikan hak dan kewajiban pasien, hak dan kewajiban
dokter termasuk menjunjung tinggi kerahasiaan pasien.

b. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik


37
Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter keluarga sebagai pimpinan
manajemen untuk mengelola klinik secara profesional.
1) Hubungan profesional dalam klinik
Dokter keluarga melaksanakan praktik dengan bantuan satu atau beberapa
tenaga kesebatan dan tenaga lainnya berdasarkan atas hubungan kerja yang
profesional dalam suasana kekeluargaan.
2) Bekerja dalam tim
Pada saat menyelenggarakan penatalaksanaan dalam peningkatan derajat
kesehatan pasien dan keluarga, pela yanan dokter keluarga merupakan sebuah
tim.
3) Pemimpin klinik
Pelayanan dokter keluarga dipimpin oleh seorang dokter keluarga atau bila
terdiri dari beberapa dokter keluarga dapat dibagi untuk memimpin bidang
manajemen yang berbeda di bawah tanggung jawab pimpinan.

c. Standar perilaku dengan sejawat


Pelayanan dokter keluarga menghormati dan menghargai pengetahuan,
ketrampilan dan kontribusi kolega lain dalam pelayanan kesehatan dan menjaga
hubungan baik secara profesional.
1) Hubungan profesional antar profesi
Pelayananan dokter keluarga melaksanakan praktik dengan mempunyai
hubungan profesional dengan profesi medik lainnya untuk kepentingan pasien.
2) Hubungan baik sesama dokter
Pelayanan dokter keluarga menghormati keputusan medik yang diambil oleh
dokter lain dan memperbaiki penatalaksana aan pasien atas kepentingan
pasien tanpa merugikan nama dokter lain.
3) Perkumpulan profesi
Dokter keluarga dalam pelayanan dokter keluarga adalah anggota
perkumpulan profesi yang sekaligus menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia
dan berpartisipasi pada kegiatan - kegiatan yang ada.

d. Standar pengembangan ilmu dan keterampilan praktik


Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha mengikuti kegiatan - kegiatan ilmiah
guna memelibara dan menambah ketrampilan praktik serta meluaskan wawasan
pengetahuan kedokteran sepanjang hayatnya.
38
1) Mengikuti kegiatan ilmiah
Pelayanan dokter keluarga memungkinkan dokter yang berpraktik untuk
secara teratur dalam lima tahun praktiknya mengikuti kegiatan - kegiatan
ilmiah seperti pelatihan, seminar, lokakarya dan pendidikan kedokteran
berkelanjutan lainnya.
2) Program jaga mutu
Pelayanan dokter keluarga melakukan program jaga mutu secara mandini
dan / atau bersama - sama dengan dokter keluarga lainnya, secara teratur
ditempat praktiknya.
3) Partisipasi dalam kegiatan pendidikan
Pelavanan dokter keluarga memp mempunvai itikad baik dalam pendidikan
dokter keluarga, dan berusaha untuk berpartisipasi pada pelatihan mahasiswa
kedokteran atau pelatihan dokter.
4) Penelitian dalam praktik
Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam penelitian dan
berusaha untuk menyelenggarakan penelitian yang sesuai dengan etika
penelitian kedokteran, demi kepentin gan kemajuan pengetahuan kedokteran.
5) Penulisan ilmiah
Dokter keluarga pada pelayanan dokter keluarga berpartisipasi secara aktif
dan / atau pasif pada jurnal ilmiah kedokteran.

e. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang kesehatan


Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha berpartisipasi aktif dalam segala
kegiatan peningkatan kesehatan di sekitarnya dan siap memberikan pendapatnya
pada setiap kondisi kesehatan di daerahnya.
1) Menjadi anggota perkumpulan sosial
Dokter keluarga dan petugas kesehatan lainnya yang bekerja dalam pelayanan
dokter keluarga, menjadi anggota perkumpulan sosial untuk mempeluas wawa
san pergaulan.
2) Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat
Bila ada kegiatan - kegiatan kesehatan masyarakat di sekitar tempat
praktiknya, pelayanan dokter keluarga bersedia berpartisipasi aktif dalam
kegiatan - kegiatan tersebut.
3) Partisipasi dalam penanggulangan bencana di sekitarnya

39
Bila ada wabah dan bencana yang mempengaruhi kesehatan di sekitarnya,
pelayanan dokter keluanga berpartisipasi aktif dalam penanggulangan
khususnya dalam bidang kesehatan.

3) Standar pengelolaan praktik


a. Standar sumber daya manusia
Dalam pelayanan dokter keluarga, selain dokter keluarga, juga terdapat petugas
kesehatan dan pegawai lainnya yang sesuai dengan latar belakang pendidikan atau
pelatihannya.
1) Dokter keluarga
Dokter keluarga yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga adalah dokter
yang bersertifikat dokter keluarga dan patut menjadi panutan masyarakat
dalam hal perilaku kesehatan.
2) Perawat
Perawat yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti
pelatihan pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga.
3) Bidan
Bidan yang bekarja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti pelatihan
pelayanan dengan pendelatan kedokteran keluarga.
4) Administrator klinik
Pegawai administrasi yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga, telah
mengikuti pelatihan untuk men unjang pelayanan pendekatan kedokteran
keluarga.

b. Standar manajemen keuangan


Pelayanan dokter keluarga mengelola keuangannya dengan manajemen keuangan
profesional.
1) Pencatatan keuangan
Keuangan dalam praktek dokter keluarga tercatat secara seksama dengan cara
yang umum dan bersifat transparansi.
2) Jenis sistem pembiayaan praktik
Manajemen keuangan pelayanan dokter keluarga dikelola sedemikian rupa
sehingga dapat mengikuti , baik sistem pembiayaan praupaya maupun sistim
pembiayaan fee-for service

40
c. Standar manajemen klinik
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan pada suatu tempat pelaya nan yang
disebut klinik dengan manajemen yang profesional.
1) Pembagian keria
Semua personil mengerti dengan jelas pembagian kerjanya masing - masing.
2) Program pelatihan
Untuk personil yang baru mulai bekenja di klinik diadalkan pelatihan kerja
terlebih dahulu.
3) Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Seluruh personil yang bekerja di klinik mengikuti prosedur K3 (kesehatan dan
keselamatan kerja) untuk pusat pelayanan kesehatan.
4) Pembahasan administrasi klinik
Pimpinan dan staf klinik secara teratur membahas pelaksanaan administrasi
klinik

4) Standar sarana dan prasarana


a. Standar fasilitas praktik
Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama
yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat sekitarnya.
1) Fasilitas untuk praktik
Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai untuk kesehatan dan keamanan
pasien, pegawai dan dokter yang berprakik.
2) Kerahasiaan dan privasi
Konsultasi dilaksanakan dengan memperbitungkan kera ha siaan dan privasi
pasien.
3) Bangunan dan interior
Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan bangunan permanen
atau semi permanen serta dirancang sesuai dengan kebutuban pelayanan medis
strata pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi pasien.
4) Alat komunikasi
Klinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitarnya.
5) Papan nama
Tempat pelayanan dokter keluarga memasang papan nama yang telah diatur
oleh organisasi profesi.
41
b. Standar peralatan klinik
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas
pelayanannya, yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama (ting kat primer).
1) Peralatan medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang minimal
harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia
layanan strata pertama.
2) Peralatan penunjang medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan penunjang medis yang
minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai
penyedia pelayanan strata pertama.
3) Peralatan non medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non medis yang minimal harus
dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan
strata pertama.

c. Standar proses-proses penunjang klinik


Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses- proses yang menunjang
kegiatan pela yanan dokter keluarga.
1) Pengelolaan rekam medik
Pelayanan dokter keluarga menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi
rekam medik dengan dasar rekam medik berorientasikan pada masalah
(problem oriented medical record).
2) Pengelolaan rantai dingin
Pelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan rantai beku (cold
chain management) yang berpengaruh kepada kualitas vaksin atau obat
lainnya.
3) Pengelolaan pencegahan infeksi
Pelayanan dokter keluarga memperhatikan universal precaution management
yang mengutamakan pencegahan infeksi pada pelayana
4) Pengelolaan limbah
Pelayanan dokter keluarga memperhatikan sistim pembuangan air kotor dan
limbah, baik limbah medis maupun limbah nonn medis agar ramah lingkungan
dan aman bagi masyarakat sekitar klinik.
42
5) Pengelolaan air bersih
Pelayanan dokter keluarga mengkonsumsi air bersih atau air yang telah diolah
sehingga aman digunakan.
6) Pengelolaan obat
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan sistim pengelolaan obat sesuai
prosedur yang berlaku termasuk mencegah penggunaan obat yang
kadaluwarsa.

B. Tujuan pelayanan dokter keluarga


a. Tujuan umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan
kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya
keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
b. Tujuan khusus
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga
memang lebih efektif. Ini disebabkan karena dalam menangani suatu masalah
kesehatan, perhatian tidak hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja,
tetapi pada pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari
anggota keluarga dengan lingkungannya masing - masing. Dengan
diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan suatu
masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan karena itu
penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih
memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga
juga lebih efisien. Ini disebabkan karena pelayanan dokter keluarga lebih
mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinarnbungan. Dengan diutamakannya pelayanan
pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan menurun, yang apabila
dapat dipertahankan, pada gilirannya akan berperan besar dalam menurunkan
biaya kesehatan. Hal yang sama juga ditemukan pada pelayanan yang
menyeluruh, terpadu dan berkesinarnbungan. Karena salah satu keuntungan dari
pelayanan yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya tindakan dan atau
pemeriksaan kedokteran yang berulang - ulang, yang besar peranannya dalam
43
mencegah penghamburan dana kesehatan yang jumlahnya telah diketahui selalu
bersifat terbatas.

C. Manfaat pelayanan dokter keluarga


Sesungguhnya apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik,
akan banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah
(Cambridge Research Institute, 1976):
a. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya,
bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
b. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin
kesinambungan pelayanan kesehatan.
c. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah,
terutama di tengah - tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.
d. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan
suatu masalah kesehatank menimbulkan berbagai masalah lainnya.
e. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan
tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun keterangan keadaan
sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang
dihadapi.
f. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit,
termasuk faktor sosial dan psikologis.
g. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara yang lebih
sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.
h. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang
memberatkan biaya kesehatan.

D. Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga


1) Kegiatan yang dilaksanakan
Ruang lingkup pertama dari pelayanan dokter keluarga adalah yang
menyangkut kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan yang dimaksudkan di sini adalah
pelayanan yang diselenggarakan. Berbeda dengan pelayanan yang diselenggarakan
oleh berbagai spesialisasi kedokteran lainnya, pelayanan yang diselenggarakan oleh
dokter keluarga harus memenuhi satu syarat pokok.
Syarat pokok di sini adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
(comprehensive medical services). Dokter keluarga yang menyelenggarakan
44
pelayanan kedokteran yang tidak menyeluruh bukanlah dokter keluarga yang baik.
Dengan ruang lingkup yang seperti ini jelaslah untuk dapat menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga yang baik, perlulah dipahami dahulu apa yang dimaksud
dengan pelayanan kedokteran yang menyeluruh tersebut.
2) Sasaran pelayanan
Ruang lingkup kedua dari pelayanan dokter keluarga adalah yang menyangkut
sasaran, yakni kepada siapa pelayanan dokter keluarga tersebut ditujukan. Sesuai
dengan batasan yang dimiliki, sasaran yang dimaksudkan di sini adalah keluarga
sebagai satu unit.
Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera, pengertian keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami, isteri atau suami, isteri, dan anak, atau ayah dan
anak atau ibu dan anak.
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strategis
dalam pembangunan kesehatan, karena setiap masalah individu merupakan masalah
keluarga dan sebaliknya. Kesehatan keluarga meliputi kesehatan suami, isteri, anak,
dan anggota keluarga lainnya (UU No.23 tahun 1992).
Kasus kesehatan dari setiap individu perlu pendekatan secara holistik
(menyeluruh). Selain individu sebagai obyek kasus, juga individu sebagai seorang
manusia yang terkait dengan aspek fisik (biologis), psikologis, sosial, dan kultural
serta lingkungan. Masalah kesehatan individu merupakan suatu komponen dari
sistem pemeliharaan kesehatan dari individu yang bersangkutan, individu sebagai
bagian dari keluarga, dan sebagai bagian dari masyarakat yang meliputi aspek
biomedis, psikologis, aspek pengetahuan, sikap dan perilaku, aspek sosial dan
lingkungan (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2004).
Saparinah Sadli (1982) menggambarkan hubungan individu dengan
lingkungan sosial yang saling mempengaruhi sebagai berikut :

45
Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok, terutama kelompok
keluarga. Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi atau
mempengaruhi anggota anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap kelompok
senantiasa berlaku aturan - aturan dan norma - norma sosial tertentu, maka perilaku
setiap individu anggota kelompok berlangsung di dalam suatu jaringan normatif.
Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah - masalah kesehatan.
(Notoatmodjo, 2003).

Adapun kita ketahui ada sembilan fungsi keluarga, yaitu :

a. Fungsi holistik
Fungsi holistik adalah fungsi keluarga yang meliputi fungsi biologis, fungsi
psikologi, dan fungsi sosial - ekonomi. Fungsi biologis menunjukkan apakah di
dalam keluarga tersebut terdapat gejala - gejala penyakit yang menurun
(herediter), penyakit menular, maupun penyakit kronis. Fungsi psikologis
menunjukkan bagaimana hubungan antara anggota keluarga, apakah keluarga
tersebut dapat memecahkan masalah bersama. Fungsi sosio-ekonomi
menunjukkan bagaimana kondisi ekonomi keluarga, dan peran aktif keluarga
dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
b. Fungsi fisiologis
Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR score adalah
skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang
setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang
lain. APGAR score meliputi :
1) Adaptation: kemampuan anggota keluarga tersebut beradapatasi dengan
anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari
anggota keluarga yang lain.

46
2) Partnership: menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialani oleh keluarga
tersebut.
3) Growth: menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal - hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut.
4) Affection: menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota keluarga.
5) Resolve: menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan
dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Skor untuk masing - masing kategori adalah :

o= jarang / tidak sama sekali

1= kadang - kadang

2= sering / selalu

Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu nilai rata - rata ≤ 5 kurang, 6 - 7 cukup,
dan 8 - 10 adalah baik.

c. Fungsi patologis
Fungsi patologis keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM score dengan
rincian sebagai berikut :
1) Social (melihat bagaimana interaksi dengan tetangga sekitar)
2) Culture (melihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap budaya, tata krama,
dan perhatian terhadap sopan santun)
3) Religious (melihat ketaatan anggota keluarga dalam menjalankan ibadah
sesuai den gan ajaran agamanya)
4) Economic (melihat status ekonomi anggota keluarga)
5) Educational (melihat tingkat pendidikan anggota keluarga)
6) Medical (melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai).
d. Fungsi hubungan antarmanusia
Menunjukkan baik atau tidaknya hubungan atau interaksi antar anggota keluarga
(Interaksi dua arah baik digambarkan dengan garis penuh, tidak baik
digambarkan dengan garis putus - putus).
e. Fungsi keturunan (genogram)

47
Fungsi keturunan (genetik) dinilai dari genogram keluarga. Menunjukkan adanya
penyakit keturunan ataukah penyakit menular dalam keluarga. Apabila keduanya
tidak ditemukan, berarti dalam keadaan baik.
f. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan)
Fungsi perilaku meliputi pengetahuan tentang kesehatan, sikap sadar akan
pentingnya kesehatan, dan tindalan yang mencerminkan pola hidup sehat.
g. Fungsi nonperilaku (lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)
Fungsi nonperilaku meliputi lingkungan dan pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan meliputi :
1) Kepedulian memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan
2) Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
3) Jarak dengan Puskesmas / Rumah Sakit
h. Fungsi indoor
Fungsi indoor ini menunjukkan gambaran lingkungan dalam rumah apakah telah
memenuhi syarat - syarat kesehatan. Penilaian meliputi lantai, dinding , ventilasi,
pencahayaan, sirkulasi udara, sumber air bersih, jarak jamban dengan rumah,
serta pengelolaan sampah dan limbah.
i. Fungsi outdoor
Menunjukkan gambaran lingkungan luar rumah apakah telah memenuhi syarat -
syarat kesehatan, misalnya jarak rumah dengan jalan raya, tingkat kebisingan,
serta jarak rumah dengan sungai dan tempat pembuangan sampah umum.

3. Dokter layanan primer


A. Dokter Layanan Primer
a. Pengertian Umum
Dokter Layanan Primer adalah dokter spesialis di bidang generalis yang secara
konsisten menerapkan   prinsip-prinsip   Ilmu   Kedokteran   Keluarga,   ditunjang
dengan   Ilmu   Kedokteran Komunitas  dan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
mampu memimpin maupun menyelenggarakan pelayanan kesehatan primer.
Menurut UU dikdok nomor 20 tahun 2013 menyatakan bahwa dokter layanan
primer setara dengan spesialis.
Pelayanan kesehatan primer adalah layanan dimana pasien pertama kali
kontak dengan tenaga kesehatan ketika memiliki suatu keluhan, yang dalam
sistem JKN ditangani oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama (faskes tk. I) seperti
puskesmas, dokter keluarga, klinik pratama, dsb. Jika keluhan tersebut tidak dapat

48
diselesaikan di faskes tk. I, dokter baru merujuk ke dokter spesialis lain yang lebih
ahli di bidang yang dibutuhkan, dengan tetap terpantau dan terkoordinasi oleh
dokter layanan primer yang melayani.

b. Perbedaan Kompetensi Dokter Umum dan Dokter Layanan Primer


Perbedaan kompetensi dokter umum dan dokter layanan primer adalah
terdapat pada adanya kompetensi lanjutan seperti manajemen fasilitas   pelayanan
primer, pengelolaan kesehatan yang berorientasi pada komunitas dan masyarakat,
dan kepemimpinan. Dokter layanan primer merupakan dokter   yang   bekerja di
FKTP dengan   kemampuan, keterampilan dan kepemimpinan klinis   dalam  
organisasi   kesehatan,   mampu   bekerjasama dan berkomunikasi dengan tim,
masyarakat dan pengandil, serta mampu mengembangkan pelayanan di FKTP.

Dokter umum dan dokter layanan primer memiliki ruang lingkup yang sama,
di mana pasiennya tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, ataupun jenis penyakit.
Sedangkan, dokter layanan primer memiliki kompetensi tambahan yaitu
pengelolaan kesehatan yang berpusat pada individu dan keluarga, kepemimpinan,
manajemen fasilitas pelayanan kesehatan primer, serta pengelolaan kesehatan
yang berorietnasi kepada komunitas dan masyarakat. Kualifikasi-kualifikasi di
atas dibutuhkan untuk menyesuaikan dengan sistem JKN, di mana setiap warga
akan memiliki dokter layanan primer yang bersifat tetap, dan dokter layanan
primer bertindak sebagai gatekeeper di sistem rujukan.
Rencananya, pada tahun 2030, tidak akan ada lagi dokter umum. Seluruh
pelayanan kesehatan primer akan ditangani oleh dokter layanan primer.

c. Peranan Dan Kedudukan DLP Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan


49
 Dokter Layanan Primer (DLP) adalah dokter yang memiliki kompetensi luas
tentang beragam disiplin ilmu kedokteran, tetapi tidak sedalam spesialis bidang
tersebut, yang diperoleh melalui pendidikan setara spesialis dan ranah kerjanya di
strata primer.
  DLP berperan sebagai ujung tombak atau pintu masuk masyarakat ke sistem
pelayanan kesehatan dan berfungsi menyelesaikan sebagian besar masalah
kesehatan individu dan keluarga. Ia berperan sebagai mitra, pembina, pemberi
layanan, dan koordinator segala kebutuhan pelayanan kesehatan dari komunitas
yang dibinanya. Peran ini mengharuskan DLP berdomisili dan berpraktik di
tengah masyarakat atau sedekat mungkin dengan masyarakat yang dilayaninya.
Dengan kata lain, peranan dan kedudukan DLP adalah dokter yang ditempatkan di
tengah masyarakat untuk melaksanakan trias peranan dokter, yaitu agent of
change, agent of development, dan agent of treatment.
Saat ini yang disebut DLP adalah semua dokter non-spesialis yang berpraktik
di strata pertama. Para dokter ini, yang jumlahnya + 80.000an bekerja di
puskesmas, klinik, dan klinik 24, dan praktik sendiri. Kompetensi para dokter ini
sangat heterogen dan belum sepenuhnya dapat menjalankan peranan sebagai
gatekeeperprogram JKN.
d. Lingkup Pelayanan DLP

Pelayanan DLP merupakan pelayanan kontak pertama dalam arti pelayanan


yang pertama kali dikunjungi masyarakat bila ia membutuhkan layanan kesehatan,
baik untuk keperluan pemeliharaan dan pencegahan penyakit di kala sehat
maupun keperluan pengobatan di kala sakit. Idealnya DLP dapat menyediakan 20
jenis pelayanan di bawah ini dengan mutu dan standar yang sama baiknya untuk
melayani peserta JKN (Lihat lampiran 1).

1). Penilaian Status Kesehatan Pribadi (Wellnes Check-up)

Penilaian faktor risiko, pemeriksaan fisik dan wellness setiap peserta JKN untuk
memperoleh profil kesehatan pribadi guna merancang program proaktif yang
spesifik bagi setiap peserta JKN.

2). Program Proaktif Pengendalian Penyakit/Kondisi Khusus

Program promotif-preventif yang dilaksanakan secara proaktif untuk


mengendalikan penyakit atau kondisi khusus, seperti hipertensi, diabetes mellitus,
hiperlipidemia, kegemukan, merokok, dan lain-lainnya.
50
3). Pendidikan Kesehatan

Program pendidikan kesehatan untuk modifikasi gaya hidup, mengendalikan


faktor risiko, seperti konseling individu, pembinaan keluarga, edukasi kelompok,
mini seminar, brosur/e-brosur.

4). Pencegahan

Kegiatan preventif untuk melindungi peserta dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, skrening dan detekni dini sebelum penyakit bergejala.

5). Pemeliharaan Kesehatan Bayi Dan Anak Balita

Pemeriksaan rutin pada bayi dan anak balita, seperti memantau pertumbuhan,
status imunisasi dan gizi, perkembangan motorik, dan memberikan nasehat
tentang perawatan, nutrisi, dan psikologi agar tercapai pertumbuhan yang optimal.

6). Pemeliharaan Kesehatan Anak Usia Sekolah

Bekerja sama dengan puskesmas dan sekolah yang berada di wilayah praktiknya
untuk melaksanakan pemeriksaan rutin dan deteksi dini masalah kesehatan anak
usia sekolah.

7) Pemeliharaan Kesehatan Wanita Dan Kesehatan Reproduksi

Melaksanakan pemeriksaan rutin, deteksi dini, dan pengelolaan masalah


kesehatan yang khusus ada pada wanita, seperti deteksi dini kanker mulut rahim,
kanker payudara, dan sindroma menopause, serta menyediakan pelayanan KB.

8). Pemeliharaan Kesehatan Lansia

Melaksanakan pemeriksaan rutin bagi mereka yang termasuk kelompok lansia


untuk deteksi dini dan mengelola masalah kesehatan yang sering ditemui di usia
lanjut, seperti pembesaran prostat, penyakit degeneratif, dan lain-lainnya.

9). Pemeriksan Antenatal/ Postnatal dan Persalinan

Melakukan pemeriksaan rutin pada peserta yang hamil agar diperoleh kehamilan
yang baik dan persalinan yang aman.

10). Konsultasi, Diagnosis, dan Pengobatan

51
Memberikan layanan konsultasi dan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, menegakkan diagnosis, pengobatan, dan tindakan medis yang sesuai
dengan kompetensi dan kewenangan DLP.

11). Peresepan Obat

Meresepkan obat-obatan secara rasional sesuai dengan kebutuhan medis peserta


dan mengutamakan penggunaan obat esensial dan obat generik yang terdapat di
dalam Formularium Obat Pelayanan Primer.

12). Tindakan Medis

Melakukan tindak medis yang menjadi kompetensi dan kewenangannya, antara


lain tindakan bedah kecil (ekstirpasi, insisi, sirkumsisi), injeksi, resusitasi.

13). Penunjang Diagnostik

Melakukan pemeriksaan penunjang diagnostik seperti laboratorium untuk layanan


strata pertama, elektrokardiografi, ultrasonografi, dan fasilitas penunjang lainnya.

14). Rehabilitasi Medik

Menyediakan perawatan rehabilitasi medik bagi penderita pasca-stroke,


pascabedah, dan kondisi lainnya. Perawatan rehabilitasi medik ini sebatas
kompetensi DLP dan timnya dan dapat dilakukan di tempat praktik atau di rumah
peserta.

15). Kunjungan Rumah

Melakukan kunjungan rumah untuk memberikan layanan bila kondisi mitra,


karena alasan medis, tidak memungkinkannya datang ke praktik DLP.

16). Perawatan di Rumah

Peserta dapat minta dirawat di rumah karena pertimbangan ekonomi,


kenyamanan, termasuk untuk akhir kehidupan, dan DLP akan menyetujui
permintaan tersebut bila secara medis memungkinkan.

17). Kunjungan Ke Rumah Sakit

DLP akan mengunjungi peserta yang dirawat di rumah sakit untuk menjelaskan
riwayat penyakit mitra kepada dokter yang merawat dan memantau perawatan
mitra.

52
18). Layanan Mendesak/Gawat Darurat

DLP siap untuk memberikan layanan mendesak atau gawat darurat yang sewaktu-
waktu terjadi di tempat praktik, seperti mengatasi syok atau asma akut.

19) Koordinasi dan fasilitasi rujukan

DLP menyiapkan data, surat dan kondisi peserta, dan menghubungi dokter di
fasilitas kesehatan rujukan untuk mengkoordinasikan kebutuhan pasiennya.

20) Ambulans

Sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat, praktik DLP dapat dilengkapi
dengan layanan ambulans untuk kemudahan dan kenyamanan transportasi peserta
yang memiliki kondisi khusus.

e. Peran Dokter Layanan Primer Dalam Program Indonesia Sehat

1) Paradigma Sehat
a. Pelayanan komprehensif promotif-preventif berbasis individu dan keluarga. 
b. Pengelolaan kesehatan berorientasi pada komunitas dan masyarakat.
2) Penguatan Yankes
a. Peningkatan kualitas pelayanan FKTP. 
b. Optimalisasi Sistem Rujukan.
c. Manajemen fasilitas pelayanan kesehatan primer.
3) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
a. Penapis rujukan dengan prinsip kendali mutu dan kendali biaya dalam
pelaksanaan jaminan kesehatan. 
b. Pengelolaan dana kapitasi.

f. Fungsi Dokter Layanan Kesehatan (Sesuai Kompetensi):

1) Fungsi gate keeper, yaitu menjadi tempat pertama pasien untuk mencari
pertolongan dan penapis pasien yang akan dirujuk.
2) Fungsi koordinasi, yang mengatur kemana pasien akan dirujuk dan
menerima rujuk balik.
3) Layanan komprehensif, yaitu mulai pencegahan, deteksi dini, pengobatan
sampai rehabilitasi
4) Layanan jangka panjang, yaitu mengikuti kesehatan dalam jangka Panjang.

53
5) Berorientasi keluarga dan masyarakat, selalu melihat konteks yang luas,
bukan hanya mengobati pasien sebagai individu

Perubahan gaya hidup membutuhkan adanya pelayanan promotif dan preventif


yang bukan hanya penyuluhan kepada masyarakat, namun juga edukasi kesehatan
sesuai sosial-budaya, identifikasi risiko kesehatan pasien, keluarga, dan
masyarakat serta pengembangan layanan kesehatan yang penuh inovasi dan lintas
sektor kesehatan. Dengan kempuan yang baik maka akan terwujud manfaat lintas
sektoral yang akan berdampak pada kemajuan bangsa.

Kelanjutan dari upaya peningkatan pelayanan Kesehatan di Indonesia yaitu


pemerintah melalui undang-undang No 20 Tahun 2013 telah mencanangkan
program dokter layanan primer (DLP) yang merupakan kelanjutan dari program
profesi dokter dan program internship yang setara dengan program dokter
spesialis.
Institusi pelaksana pendidikan DLP adalah institusi pendidikan dokter
berakreditasi A dimana dengan memiliki akreditasi A artinya institusi tersebut
telah siap dalam sumber daya dan organisasi untuk menyelenggarakan program
pendidikan DLP.

g. Pendidikan Kedokteran

54
h. Standar Kompetensi DLP (Berdasarkan Daftar Penyakit)

55
4. Manajemen Keuangan Dokter Keluarga dan BPJS
A. Standar Manajemen Keuangan
1) Pencatatan keuangan
Keuangan dalam praktek dokter keluarga tercatat secara seksama dengan cara yang
umum dan bersifat transparansi.
Indikator :
a. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim manajemen keuangan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
b. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim keuangan yang
memungkinkan untuk berkembang terus sesuai dengan kemajuan klinik yang
bersangkutan.
Panduan untuk interpretasi :
a. Pelayanan dokter keluarga yang telah berkembang dan terdiri dari beberapa
orang sebagai pemilik, dianjurkan memiliki pencatatan dan pelaporan
keuangan yang dapat diaudit oleh pihak ketiga.
b. Pada pencapaian tertentu, pelayanan dokter keluarga memiliki pegawai yang
khusus mengelola keuangan secara profesional.
B. Jenis sistim pembiayaan praktik

Manajemen keuangan pelayanan dokter keluarga dikelola sedemikian rupa


sehingga dapat mengikuti, baik sistim pembiayanan praupaya maupun sistim
pembiayaan fee-for service
Indikator :

56
a. Pelayanan dokter keluarga terbukti mengikuti sistim pembiayaan kesehatan
nasional dan dapat dikembangkan sesuai kemajuan klinik yang bersangkutan.
b. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim yang memungkinkan untuk
menjadi provider (penyedia pelayanan kesehatan) dari berbagai jaminan
pelayanan kesehatan masyarakat / asuransi kesehatan.
c. Dokter keluarga terbukti memiliki bukti bahwa telah mengikuti pelatihan /
pendidikan kedokteran bersinambung / program pengembangan
profesionalisme kedokteran yang di dalamnya berisi mengenai pembiayaan
pelayanan kesehatan.

Panduan untuk interpretasi :

a. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan dokter yang sadar biaya dan sadar
mutu sehingga pelayanan yang efisien dan efektifnya sesuai dengan kebutuhan
sebagai penyedia pelayanan kesehatan (PPK) dalam sistim pembiayaan pra
upaya.
b. Pada pencapaian tertentu, pelayanan dokter keluarga memiliki pegawai yang
khusus mengelola keuangan secara profesional.
c. Dokter keluarga mengikuti pelatihan mengenai pembiayaan pelayanan
kesehatan agar dapat menghitung dan mengajukan penawaran sesuai dengan
yang seharusnya pada saat ditawarkan kerjasama oleh perusahaan asuransu
atau pengelola jaminan pelayanan kesehatan masyarakat.

C. Pengertian BPJS Kesehatan

Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program
jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS


Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan kesehatan.

Organ BPJS Kesehatan adalah Dewan Pengawas dan Direksi

Dewan Pengawas adalah organ BPJS Kesehatan yang bertugas melakukan


pengawasan atas pelaksanaan pengurusan BPJS oleh Direksi dan memberikan nasihat
kepada Direksi dalam penyelenggaraan program Jaminan Sosial

57
Direksi adalah organ BPJS yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan BPJS Kesehatan untuk kepentingan BPJS Kesehatan, sesuai dengan asas,
tujuan, dan prinsip BPJS Kesehatan, serta mewakili BPJS Kesehatan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

D. Sejarah

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem


Jaminan Sosial Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki sistem Jaminan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu
dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum publik berdasarkan prinsip
kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehatihatian, akuntabilitas, portabilitas,
kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan sebesar-besarnya untuk
kepentingan Peserta.

Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan


Sosial Nasional maka dibentuk Badan penyelenggara Jaminan Sosial melalui Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dengan
Undang-Undang ini dibentuk 2 (dua) BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan.

BPJS Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan pada


tanggal 1 Januari 2014 dan merupakan transformasi kelembagaan PT Askes (Persero).

E. Visi, Misi, Sasaran dan Tata Nilai Organisasi

1) Visi BPJS Kesehatan

“Cakupan Semesta 2019”

Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan


kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan
oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.

2) Misi BPJS Kesehatan


a. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong
partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN).

58
b. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif,
efisien, dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan
fasilitas kesehatan
c. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS
Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung
kesinambungan program.
d. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola
organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai
kinerja unggul.
e. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi,
kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi BPJS
Kesehatan.
f. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mendukung keseluruhan operasionalisasi BPJS Kesehatan
3) Sasaran BPJS Kesehatan
a. Tercapainya kepesertaan semesta sesuai peta jalan menuju Jaminan Kesehatan
Nasional tahun 2019.
b. Tercapainya jaminan pemeliharaan kesehatan yang optimal dan
berkesinambungan.
c. Terciptanya kelembagaan BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.
4) Tata Nilai Organisasi
BPJS Kesehatan menetapkan dan mengembangkan tata nilai organisasi yang terdiri
atas 4 (empat) elemen, yaitu :

a. Integritas merupakan prinsip dalam menjalankan setiap tugas dan tanggung jawab
melalui keselarasan berpikir, berkata dan berperilaku sesuai keadaan sebenarnya
b. Profesional merupakan karakter dalam menjalankan tugas dengan kesungguhan,
sesuai kompetensi dan tanggung jawab yang diberikan
c. Pelayanan Prima merupakan tekad dalam memperikan pelayanan terbaik dengan
ikhlas kepada seluruh peserta
d. Efisiensi Operasional merupakan upaya untuk mencapai kinerja optimal melalui
perencanaan yang tepat dan penggunaan anggaran yang rasional sesuai kebutuhan

E. Tujuan dan Prinsip Tata Kelola yang Baik


1. Tujuan Penerapan Tata Kelola yang Baik

59
a. Mengoptimalkan nilai organisasi agar memiliki daya saing yang kuat, baik
secara nasional maupun internasional, sehingga organisasi mampu
mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai
maksud dan tujuan organisasi.
b. Mendorong pengelolaan organisasi secara profesional, efisien, dan efektif
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.
c. Mendorong agar organisasi dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial
organisasi terhadap Pemangku Kepentingan.
d. Meningkatkan kontribusi organisasi dalam program Jaminan Kesehatan
Nasional dengan melibatkan stakeholder sebagai mitra.
e. Organisasi menjalankan amanah sebagai penyelenggara jaminan sosial
kesehatan dengan penuh keterbukaan/transparansi sesuai dengan aturan
perundang-undangan.

2. Prinsip-Prinsip Tata Kelola yang Baik


1) Keterbukaan (Transparency)

Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan


keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai
organisasi;

a. Prinsip Dasar : Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis,


organisasi harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan
cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
Organisasi harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya
masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal
yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemangku kepentingan
lainnya
b. Pedoman Pokok Pelaksanaan :
a) Organisasi harus menyediakan dan mengungkapkan informasi secara tepat
waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah
diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
b) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi,
misi, sasaran dan strategi organisasi, kondisi keuangan, susunan dan
60
komposisi Dewan Pengawas dan Direksi, tidak ada yang memiliki benturan
kepentingan, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian
internal, sistem dan pelaksanaan Tata Kelola yang Baik serta tingkat
kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi
organisasi.
c) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh organisasi tidak mengurangi kewajiban
untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan organisasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
d) Kebijakan organisasi harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan
kepada pemangku kepentingan.
e) Dewan Pengawas dan Direksi bertanggung jawab kepada organisasi untuk
menjaga kerahasiaan informasi.

2) Akuntabilitas (accountability)

Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi


sehingga pengelolaan organisasi terlaksana secara efektif;

a. Prinsip Dasar : Organisasi harus dapat mempertanggungjawabkan


kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu organisasi harus dikelola
secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan organisasi dengan tetap
memperhitungkan kepentingan stakeholder. Akuntabilitas merupakan
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
b. Pedoman Pokok Pelaksanaan :
a) Organisasi harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab
masing-masing organ dan semua pegawai secara jelas dan selaras
dengan visi, misi, sasaran dan strategi organisasi.
b) Organisasi harus meyakini bahwa semua organ dan semua pegawai
mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan
perannya dalam pelaksanaan Tata Kelola yang Baik.
c) Organisasi harus memastikan adanya sistem pengendalian intern yang
efektif dalam pengelolaan organisasi.
d) Organisasi harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran
organisasi yang konsisten dengan nilai-nilai organisasi, sasaran utama
dan strategi organisasi, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi
(reward and punishment system).

61
e) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap Duta BPJS
Kesehatan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku
(code of conduct) yang telah disepakati.
f) Dewan Pengawas dan Direksi beserta seluruh jajarannya harus
membuat pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya secara
periodik dan berkesinambungan.

3) Responsibilitas (responsibility) Yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan


organisasi terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip organisasi
yang sehat;

a. Prinsip Dasar Organisasi harus mematuhi peraturan perundang-undangan


serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan organisasi dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai good organization citizen.
b. Pedoman Pokok Pelaksanaan
a) Organisasi melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dan
lingkungan, sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam
jangka panjang dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang
memadai.
b) Organisasi harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan peraturan
organisasi (by laws).
c) Organisasi bertanggung jawab atas segala risiko usaha yang terjadi
dengan melakukan pengelolaan risiko secara baik

4. Independensi (independency)

Yaitu keadaan di mana organisasi dikelola secara profesional tanpa benturan


kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip organisasi yang sehat

a. Prinsip Dasar Untuk melancarkan pelaksanaan asas Tata Kelola yang Baik,
organisasi harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
organisasi tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak
lain.
b. Pedoman Pokok Pelaksanaan

62
a) Masing-masing organ harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak
manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan
kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara obyektif.
b) Masing-masing organ harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau
melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud
sistem pengendalian intern yang efektif.

5. Prediktabilitas (predictability)

Yaitu implementasi yang konsisten dari kebijakan pendukung, peraturan dan


regulasi.

a. Prinsip Dasar Prediktabilitas mengacu pada penerapan yang konsisten dan


sesuai dengan hukum, termasuk aturan dan peraturan untuk menerapkannya.
b. Pedoman Pokok Pelaksanaan
a) Organisasi harus menegaskan hak dan kewajiban penerima manfaat
jaminan sosial
b) Organisasi melakukan komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder
sebelum pelaksanaan perubahan dalam sebuah program.
c) Organisasi membangun strategi komunikasi yang efektif dan program
public relations dengan tujuan stakeholder selalu mendapatkan
informasi tentang perkembangan dalam skema jaminan sosial yang
berdampak terhadap hak dan kewajiban mereka.

6. Partisipasi (participation)

Yaitu adanya masukan dari stakeholder dalam pengambilan keputusan organisasi


untuk melindungi kepentingannya dalam mendukung programprogram jaminan
sosial

a. Prinsip Dasar Organisasi membangun kemitraan, rasa saling percaya dan


memberikan kesempatan seluasnya kepada stakeholder untuk memberikan
partisipasi efektif demi kemajuan organisasi dalam menjalankan program
jaminan sosial.
b. Pedoman Pokok Pelaksanaan

63
a) Organisasi membangun komunikasi yang terbuka dengan stakeholder
untuk mendorong pertukaran saran agar organisasi dapat lebih responsif
terhadap kebutuhan dan keinginan stakeholder.
b) Organisasi harus memastikan bahwa stakeholder memahami program
dan memungkinkan partisipasi efektif mereka

7. Kewajaran dan Kesetaraan (fairness)

Yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan


(stakeholder) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan.

a. Prinsip Dasar Dalam melaksanakan kegiatannya, organisasi senantiasa


memperhatikan kepentingan pemangku kepentingan berdasarkan asas
kesetaraan dan kewajaran.
b. Pedoman Pokok Pelaksanaan
a) Organisasi harus memberikan kesempatan kepada pemangku
kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat
bagi kepentingan organisasi serta membuka akses terhadap informasi
sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-
masing.
b) Organisasi harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada
pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang
diberikan kepada organisasi.
c) Organisasi harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan
pegawai, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa
membedakan suku, agama, ras, jender, dan kondisi fisik.
d) Organisasi harus menerapkan secara konsisten sistem penghargaan dan
sanksi (reward and punishment system) terhadap pegawai.

8. Dinamis (dynamism)

Yaitu inovasi atau perubahan positif dalam tata kelola yang efeknya meningkatkan
efisiensi kinerja organisasi

a. Prinsip Dasar Harus ada fleksibilitas yang cukup, yang diatur dalam regulasi
hukum, yang memungkinkan organisasi untuk memperkenalkan inovasi dan

64
perbaikan dalam pelaksanaan program jaminan sosial, tanpa harus mengubah
undang-undang, kebijakan atau keputusan.
b. Pedoman Pokok Pelaksanaan
a) Organisasi harus memberikan kesempatan, memberi motivasi dan
menginspirasi sehingga seluruh Duta BPJS Kesehatan dapat mengusulkan
ide-ide inovatif selama tidak bertentangan dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
b) Organisasi harus memastikan bahwa para inovator tidak memiliki konflik
kepentingan dalam usulan ide-ide yang diberikan.
c) Organisasi harus menetapkan proses dan mengevaluasi atas manfaat dan
risiko yang akan muncul sebelum inovasi tersebut di adopsi dan
diimplementasikan.

65
VIII. Kerangka Konsep

66
IX. Kesimpulan
dr. Ali, seorang dokter keluarga menyelenggarakan praktek dokter mandiri
bekerjasama dengan BPJS kesehatan secara efektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip
dokter keluarga dan standar kompetensinya.

67
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Merry Tiyas, dkk. 2015. Buku Ajar Kedokteran Keluarga. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
Azwar, A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan Penerbit Ikatan
Dokter Indonesia.

BPJS kesehatan, 2014. Paham BPJS, Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor perwakilan Indonesia.


BPJS Kesehatan, 2015. Seputar BPJS kesehatan. Bulletin of Science, Technology & Society
13, 245–246.
BPJS, P., 2014. pedoman Umum Tata Kelola Yang Baik ( Good Governance ) Bpjs
Kesehatan. pedoman umum tata kelola yang baik (good governance) BPJS Kesehatan
10–34.
Trisna, D.V., 2006. Standar Pelayanan Dokter Keluarga. Standar Pelayanan Dokter Keluarga
2.

Europe W. (2002). The European definition of general practice/family medicine. Barcelona:


WONCA Europe.
Prasetyawati, Arista Eka. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan. (2015). Pembangunan
Kesehatan Melalui Penguatan Layanan Primer.
Kurniawan, H. (2015). Dokter Di Layanan Primer Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga
Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
Prasetyawati, AE, dr, M.Kes, Kedokteran Keluarga, Jakarta : Rineka Cipta.

Vidiawati D. (2015). Dokter Layanan Primer: Upaya Mengejar Keterlambatan Pergerakan


Peningkatan Kualitas Layanan Primer di Indonesia. eJurnal Kedokteran Indonesia.

68

Anda mungkin juga menyukai