Laporan Tutorial Blok 27 Skenario A
Laporan Tutorial Blok 27 Skenario A
SKENARIO A
BLOK 27
Disusun oleh:
KELOMPOK G7
Tutor: Dr. Iche Andriani Liberty, S.K.M., M.Kes.
Meilinda Tri Anugrah (04011181823003)
Aqiella Fadya Haya (04011181823006)
Anisa Hawari (04011181823009)
M Soleh Rodian (04011181823012)
Ni Made Dyah Gayatri (04011281823099)
Muhammad Despriansyah Romadhan (04011281823102)
Sri Mulia Sholiati Harseno (04011281823141)
Nurul Zataishmah (04011281823144)
Fianka Janevianty (04011281823147)
Novetania Vira Ardiyani (04011281823150)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya laporan
tutorial skenario A Blok 27 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa tim mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan tutorial A ini.
Tim menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, tim
mohon maaf apabila terdapat maksud atau penulisan kata yang salah ataupun yang kurang
berkenan dalam laporan ini. Maka dari itu, pendapat, kritik, dan saran akan sangat membantu
dalam penyempurnaan laporan ini.
Tim penyusun,
Kelompok G7
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
KEGIATAN TUTORIAL...................................................................................................................3
I. Skenario...................................................................................................................................4
II. Klarifikasi Istilah....................................................................................................................5
III. Identifikasi Masalah...............................................................................................................6
IV. Analisis Masalah.....................................................................................................................8
V. Learning Issue.......................................................................................................................24
VI. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan.........................................................................................24
VII. Sintesis...................................................................................................................................25
VIII. Kerangka Konsep.................................................................................................................65
IX. Kesimpulan...........................................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................67
2
KEGIATAN TUTORIAL
Tata Tertib :
3
I. Skenario
Dr. Ali, menyelenggarakan praktek dokter Mandiri dengan prinsip pelayanan dokter keluarga
yaitu Pelayanan yang holistic dan komprehensif, pelayanan yang kontinu, pelayanan yang
mengutamakan pencegahan, pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif, penanganan personal
bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya, pelayanan yang
mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan lingkungan tempat tinggalnya, pelayanan
yang menjunjung tinggi etika dan hukum, Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat
dipertanggung jawabkan, pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.
Kunjungan Pasien dokter Ali ramai, pasiennya kebanyakan adalah peserta BPJS- Kesehatan .
Pada papan nama Dokter Ali tertulis praktek setiap hari, kecuali hari minggu dan Libur
nasional, pagi hari pukul 8.00 – 12.00 dan sore hari pukul 17.00 – 22.00.
Dokter Ali kedatangan seorang pria berusia 25 tahun yang diantar oleh seseorang yang tidak
diketahui identitasnya ditempat prakteknya, Pria tersebut mengalami trauma pada kepalanya
karena kecelakaan lalulintas dan tidak sadarkan diri serta keluar darah dari hidung dan kedua
lobang telinganya, pada pemeriksaaan fisik TD 120/80 mmHg. dan badan pasien teraba
dingin. Sebagai dokter dia berpendapat bahwa kasus ini ada didalam SKDI -2012 mempunyai
kompetensi 3b. Bersama perawatnya dr Ali melakukan tindakan BTLS/ATLS dan merujuk
pasien ke dokter spesialis Neurology. Dokter spesialis Neurology mendiagnosa , setelah
melakukan CT scanning pada kepala yang mana didapat gambaran semi-Opaq dan epidural
hematom.
4
II. Klarifikasi Istilah
1. SKDI: Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)merupakan standar minimal
kompetensi lulusan dan bukan merupakan standar kewenangan dokter layanan
primer. (www.kki.go.id)
2. Dokter mandiri: rangkaian Kegiatan yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien
dalam melaksanakan upaya kesehatan secara pribadi yang telah memenuhi syarat
legalitas-administratif dan sesuai dengan kode etik kedokteran (KKI)
3. Dokter Keluarga: dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan
mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan, tanpa memandang batasan
usia, gender, atau jenis penyakit, dan mengasuh individu sebagai bagian dari
keluarga serta dalam lingkup komunitas. (WONCA 1991)
4. Pelayanan komprehensif: upaya melakukan perawatan medis secara
menyeluruh, menyesuaikan dengan kebutuhan spesifik pasien dengan
memperhatikan kompetensi dan keterampilan yang dimiliki dokter serta
menyesuaikan dengan fasilitas kesehatan yang tersedia. (Jurnal Unair)
5. Pelayanan holistik: mengidentifikasi permasalahan kesehatan, tidak hanya dari
dimensi fisik tetapi juga kontribusi dari dimensi psikologis dan sosial pasien
(disebut model bio-psiko-sosial), keluarga, dan komunitas lingkungannya (Jurnal
Unair).
6. BPJS: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Jaminan sosial adalah
salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. (UU No. 24 Tahun 2011)
7. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif: adalah dokter keluarga itu seperti
orkestrator pelayanan kesehatan bagi pasiennya yang mengkoordinasikan semua
pelayanan kesehatan yg dibutuhkan pasien seperti para dokter spesialis dan
pelayanan kesehatan lain diluar praktek dokter keluarga. (WONCA, 1991)
8. Merujuk: upaya rujukan kesehatan yang dapat bersifat vertikal, horizontal atau
timbal balik yang terutama berkaitan dengan upaya penyembuhan dan rehabilitasi
serta upaya yang bertujuan mendukungnya. (Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta, 2014)
9. Pelayanan dokter keluarga: pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang
memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung
jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur
atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu
saja (The American Academy of Family Physician, 1969).
10. Etika: Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak). (KBBI).
11. ATLS: sebuah program pelatihan manjemen kasus trauma akut yang bertujuan
untuk menyederhanakan dan memberikan standar pendekatan klinis pada
penganan trauma (jurnal ugm)
12. Pelayanan yg kontinu: Pelayanan kesehatan merupakan upaya terus menerus
untuk meningkatkan fungsi keluarga sesuai dengan sumber-sumber yang dimiliki
(WONCA, 1991)
13. Dokter spesialis: dokter yang berada pada pelayanan kesehatan tingkat kedua
yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik (Sistem
Rujukan Berjenjang BPJS Kesehatan)
5
III. Identifikasi Masalah
No Prioritas
Pernyataan Masalah
.
Dokter Ali kedatangan seorang pria berusia 25 Masalah √√√
tahun yang diantar oleh seseorang yang tidak
diketahui identitasnya ditempat prakteknya.
Pria tersebut mengalami trauma pada
1. kepalanya karena kecelakaan lalulintas dan
tidak sadarkan diri serta keluar darah dari
hidung dan kedua lobang telinganya, pada
pemeriksaaan fisik TD 120/80 mmHg. dan
badan pasien teraba dingin.
Sebagai dokter dia berpendapat bahwa kasus Masalah √√
ini ada didalam SKDI -2012 mempunyai
kompetensi 3b. Bersama perawatnya dr Ali
melakukan tindakan BTLS/ATLS dan merujuk
2. pasien ke dokter spesialis Neurology. Dokter
spesialis Neurology mendiagnosa, setelah
melakukan CT scanning pada kepala yang
mana didapat gambaran semi-Opaq dan
epidural hematom.
Dr. Ali, menyelenggarakan praktek dokter Bukan Masalah √
Mandiri dengan prinsip pelayanan dokter
keluarga yaitu Pelayanan yang holistic dan
komprehensif, pelayanan yang kontinu,
pelayanan yang mengutamakan pencegahan,
pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif,
penanganan personal bagi setiap pasien sebagai
3.
bagian integral dari keluarganya, pelayanan
yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan
kerja dan lingkungan tempat tinggalnya,
pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan
hukum, Pelayanan yang dapat diaudit dan
dapat dipertanggung jawabkan, pelayanan yang
sadar biaya dan sadar mutu.
4. Kunjungan Pasien dokter Ali ramai, pasiennya Bukan Masalah √
6
kebanyakan adalah peserta BPJS- Kesehatan.
Pada papan nama Dokter Ali tertulis praktek
setiap hari, kecuali hari minggu dan Libur
nasional, pagi hari pukul 8.00 – 12.00 dan sore
hari pukul 17.00 – 22.00. Dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan kedokteran keluarga,
dokter Ali menggunakan jasa seorang perawat
– bidan, seorang administrator klinik, seorang
Asisten rumah tangga dan seorang penjaga
keamanan.
7
IV. Analisis Masalah
1. Dokter Ali kedatangan seorang pria berusia 25 tahun yang diantar oleh seseorang yang
tidak diketahui identitasnya ditempat prakteknya. Pria tersebut mengalami trauma
pada kepalanya karena kecelakaan lalulintas dan tidak sadarkan diri serta keluar darah
dari hidung dan kedua lobang telinganya, pada pemeriksaaan fisik TD 120/80 mmHg.
dan badan pasien teraba dingin.
a. Sebagai seorang dokter keluarga, bagaimana manajemen yang seharusnya
dilakukan dr. Ali terhdap kasus ini?
Jawab:
i. Anamnesis holistik
1. Aspek personal
a. Alasan kedatangan trauma kepala akibat kecelakaan lalu
lintas karena pasien tidak sadarkan diri, dapat ditanyakan
pada orang yang membawa pasien ke tempat praktik.
b. Kekhawatiraan belum dapat ditanyakan karena pasien
tidak sadarkan diri
c. Harapan belum dapat ditanyakan karena pasien tidak
sadarkan diri
d. Persepsi belum dapat ditanyakan karena pasien tidak
sadarkan diri
2. Aspek klinis karena pasien tidak sadarkan diri, dapat
ditanyakan pada orang yang membawa pasien ke tempat
praktik.
a. Trauma kepala karena kecelakaan lalu lintas
b. Tidak sadarkan diri
c. Keluar darah dari hidung dan kedua lubang telinganya
3. Risiko internal belum dapat ditanyakan karena pasien tidak
sadarkan diri
4. Risiko eksternal belum dapat ditanyakan karena pasien tidak
sadarkan diri, atau dapat ditanyakan apabila ada keluarga
terdekat hubungan dengan keluarga, masalah dalam
keluarga, masalah dengan tetangga atau lingkungan sekitar
5. Derajat fungsional belum dapat ditanyakan karena pasien
tidak sadarkan diri
ii. Pemeriksaan fisik
8
1. TD 120/80
2. Badan pasien teraba dingin
iii. Pemerikaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan radiologi
kepala rujuk jika tidak tersedia layanan CT scan atau MRI
iv. Diagnosis holistik diagnosis klinis dan psikososial
v. Penatalaksanakan komprehensif
b. Bagaimana prosedur informed consent terhadap pasien yang tidak dikenal dan
tidak sadarkan diri?
Jawab:
Prosedur bisa diberikan kepada penolong ataupun keluarga apabila keluarga yang
bersangkutan dapat hadir atau dihubungi
c. Pada pasien yang tidak sadarkan diri pada kasus, bagaimana cara melakukan
anamnesis holistiknya?
Jawab:
Belum dapat ditanyakan karena pasien tidak sadarkan diri, atau dapat ditanyakan
apabila ada keluarga terdekat → hubungan dengan keluarga, masalah dalam
keluarga, masalah dengan tetangga atau lingkungan sekitar
2. Sebagai dokter dia berpendapat bahwa kasus ini ada didalam SKDI -2012 mempunyai
kompetensi 3b. Bersama perawatnya dr Ali melakukan tindakan BTLS/ATLS dan
merujuk pasien ke dokter spesialis Neurology. Dokter spesialis Neurology
mendiagnosa, setelah melakukan CT scanning pada kepala yang mana didapat
gambaran semi-Opaq dan epidural hematom.
a. Bagaimana prosedur dalam merujuk pasien?
Jawab:
9
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai
kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan
tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat
dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan
atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes
tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya,
merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:
a. terjadi keadaan gawat darurat;
Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan yang berlaku
b. bencana;
Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah
Daerah
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien;
untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut
hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan pertimbangan
geografis; dan
d. pertimbangan ketersediaan fasilitas
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat
10
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau
dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam
kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien,
yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama
5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau
pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di
Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau
tindakan
2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan
pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.
b. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki seorang dokter keluarga seperti dr. Ali
dan berapa persentase ilmu dan keterampilan klinis cabang ilmu neurologi yang
seharusnya dimiliki oleh seorang dokter keluarga?
Jawab:
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi
Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia
tahun 2006 adalah:
1. Kompetensi Dasar
a. Keterampilan komunikasi efektif
b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu
perilaku, dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinir, dan bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan primer
11
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik
2. Ilmu dan Keterampulan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah
b. Penyakit dalam
c. Kebidanan dan penyakit kandungan
d. Kesehatan anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran komunitas
3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Keterampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Keterampilan Pendukung
a. Riset
b. Mengajar kedokteran keluarga
5. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinik
a. Manajemen klinik dokter keluarga
c. Apakah tindakan yang dilakukan oleh dr. Ali sudah sesuai dengan kompetensi
3B? Jawab:
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau
mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu
12
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
3. Dr. Ali, menyelenggarakan praktek dokter Mandiri dengan prinsip pelayanan dokter
keluarga yaitu Pelayanan yang holistic dan komprehensif, pelayanan yang kontinu,
pelayanan yang mengutamakan pencegahan, pelayanan yang koordinatif dan
kolaboratif, penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya, pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan
lingkungan tempat tinggalnya, pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum,
Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggung jawabkan, pelayanan yang
sadar biaya dan sadar mutu.
a. Apa saja prinsip pelayanan dokter keluarga dan bagaimana penjelasannya?
Jawab:
15
sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta
sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.
ii. Standar Pelayanan Medis (Standard of medical care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
medis yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis.
iii. Standar Pelayanan Menyeluruh (Standard of holistic of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu
peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri
dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah
lingkungan fisik dan sosialnya.
iv. Standar Pelayanan Terpadu (Standard of integration of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain
merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses
penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program
dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik
dari formal maupun informal.
v. Standar Pelayanan Bersinambung (Standard of continuum care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif
efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien.
16
Pelayanan dokter keluarga menghormati dan menghargai pengetahuan,
ketrampilan dan kontribusi kolega lain dalam pelayanan kesehatan dan
menjaga hubungan baik secara profesional.
iv. Standar pengembangan ilmu dan ketrampilan praktik (Standard of
knowledge and skill development)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha mengikuti kegiatan-kegiatan
ilmiah guna memelihara dan menambah ketrampilan praktik serta
meluaskan wawasan pengetahuan kedokteran sepanjang hayatnya.
v. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang kesehatan
(Standard as community leader)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha berpartisipasi aktif dalam
segala kegiatan peningkatan kesehatan disekitarnya dan siap
memberikan pendapatnya pada setiap kondisi kesehatan di daerahnya.
C. Standar Pengelolaan Praktik (Standards of practice management)
i. Standar sumber daya manusia (Standard of human resources)
Dalam pelayanan dokter keluarga, selain dokter keluarga, juga terdapat
petugas kesehatan dan pegawai lainnya yang sesuai dengan latar
belakang pendidikan atau pelatihannya.
ii. Standar manajemen keuangan (Standard of finance management)
Pelayanan dokter keluarga mengelola keuangannya dengan manajemen
keuangan profesional.
iii. Standar manajemen klinik (Standard management of clinic for
practice)
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan pada suatu tempat pelayanan
yang disebut klinik dengan manajemen yang profesional.
D. Standar Sarana dan Prasarana (Standards of facilities)
i. Standar fasilitas praktik (Standard of practice facilities)
Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata
pertama yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya.
17
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai
dengan fasilitas pelayanannya yaitu pelayanan kedokteran di strata
pertama (tingkat primer).
iii. Standar proses-proses penunjang praktik (Standard of clinical supports
process)
Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses-proses yang
menunjang kegiatan pelayanan dokter keluarga.
18
b) Berhubungan dengan pasien sebagai anggota dari unit keluarga,
memandang keluarga sebagai dasar dari suatu organisasi sosial dan atau
suatu kelompok fungsional yang saling terkait, pada mana setiap individu
membentuk hubungan tingkat pertama.
c) Memanfaatkan pendekatan menyeluruh, berorientasi pada pasien dan
keluarganya dalam menyelenggarakan setiap pelayanan kesehatan.
d) Mempunyai ketrampilan diagnosis yang andal serta pengetahuan tentang
epidemiologi untuk menentukan pola penyakit yang terdapat di masyarakat
dimana pelayanan tersebut diselenggarakan, dan selanjutnya para dokter
yang menyelenggarakan pelayanan harus memiliki keahlian mengelola
berbagai penyakit yang ditemukan di masyarakat tersebut.
e) Para dokternya memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal-balik
antara faktor biologis, sosial dan emosional dengan penyakit yang
dihadapi, serta menguasai teknik pemecahan masalah untuk mengatasi
berbagai penyakit yang agak mirip atau tidak khas serta berbagai penyakit
yang tergolong psikosomatik.
4. Kunjungan Pasien dokter Ali ramai, pasiennya kebanyakan adalah peserta BPJS-
Kesehatan. Pada papan nama Dokter Ali tertulis praktek setiap hari, kecuali hari
minggu dan Libur nasional, pagi hari pukul 8.00 – 12.00 dan sore hari pukul 17.00 –
22.00. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kedokteran keluarga, dokter Ali
menggunakan jasa seorang perawat – bidan, seorang administrator klinik, seorang
Asisten rumah tangga dan seorang penjaga keamanan.
a. Siapa saja yang termasuk peserta BPJS kesehatan?
20
Jawab:
Peserta BPJS adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat enam bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta, pemberi
kerja, dan/atau pemerintah.
Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai peserta BPJS
Kesehatan paling lambat pada tanggal 01 Januari 2019.
c. Apakah waktu kerja dr. Ali sudah sesuai dengan standar produktivitas dokter
keluarga yang efektif?
Jawab:
Sudah, karena sudah memenuhi 9 jam/hari
d. Bagaimana perbedaan antara dokter keluarga dan dokter umum atau dokter
spesialis?
Jawab:
21
Sedangkan perbedaan DLP dan dokter spesialis itu tidak ada dikarenakan DLP
merupakan salah satu dokter spesialis juga.
22
g. Bagaimana klasifikasi dalam kepesertaan BPJS?
Jawab:
Peserta BPJS Kesehatan ada dua kelompok, yaitu:
a. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
b. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh pemerintah bagi fakir miskin dan
orang tidak mampu sebagai peserta program Jaminan Sosial.
i. Bagaimana sistem pembiayaan oleh BPJS baik di faskes primer maupun sekunder
atau tersier?
Jawab:
Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan berdasarkan kesepakatan BPJS
Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut dengan
mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri.
23
V. Learning Issue
1. PDKM
2. Pelayanan kesehatan keluarga
3. Dokter layanan primer
4. Manajemen keuangan dokter keluarga (+BPJS)
24
karakteristik, manfaat kedokteran
Keluarga
kedokteran keluarga. keluarga
Perbedaan
Peranan dan
Dokter Kompetensi
Pengertian, Lingkup Kedudukan Jurnal
3. Layanan Dokter
Pelayanan DLP DLP, Fungsi Buku
Primer Umum dan
DLP
DLP
Manajemen keuangan
Manajemen dokter keluarga,
keuangan definisi BPJS, sejarah
Jurnal
4. dokter BPJS, hak dan
Buku
keluarga kewajiban peserta
(+BPJS) BPJS, manfaat BPJS,
klasifikasi peserta BPJS
VII. Sintesis
1. PDKM
A. Definisi Dokter Keluarga
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendefinisikan dokter keluarga adalah dokter yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai
bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tapi bila perlu aktif
mengunjungi penderita atau keluarganya. Definisi Dokter Keluarga menurut Olesen F,
Dickinson J dan Hjortdahl P. dalam jurnal General Practice – “Time for A New Definition”,
BMJ; 320:354– 7. 2000, Dokter Keluarga adalah:
- Dokter yang dididik secara khusus untuk bertugas di lini terdepan sistem pelayanan
kesehatan; bertugas mengambil langkah awal penyelesaian semua masalah yang
mungkin dimiliki pasien.
- Melayani individu dalam masyarakat, tanpa memandang jenis penyakitnya ataupun
karakter personal dan sosialnya, dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia
dalam system pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien.
- Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari pencegahan, diagnosis,
pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif, menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu
biomedis, psikologi medis dan sosiologi medis. Secara singkat dapat didefinisikan
sebagai Dokter yang berprofesi khusus sebagai Dokter Praktik Umum yang
25
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer dengan menerapkan prinsip-
prinsip Kedokteran keluarga.
- Berprofesi khusus, karena dididik secara khusus untuk mencapai standar kompetensi
tertentu
- Dokter Praktik Umum, yaitu Dokter yang dalam praktiknya menampung semua masalah
yang dimiliki pasien tanpa memandang jenis kelamin, status sosial, jenis penyakit,
golongan usia, ataupun sistem organ.
- Pelayanan kesehatan tingkat primer, Ujung tombak pelayanan kesehatan tempat kontak
pertama dengan pasien untuk selanjutnya menyelesaikan semua masalah sedini dan
sedapat mungkin atau mengkoordinasikan tindak lanjut yang diperlukan pasien.
- Prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga, adalah pelayanan yang komprehensif, kontinyu,
koordinatif(kolaboratif), mengutamakan pencegahan, menimbang keluarga dan
komunitasnya
26
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter
Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006
adalah:
1. Kompetensi Dasar
a. Keterampilan komunikasi efektif
b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu
perilaku, dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinir, dan bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan primer
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik
2. Ilmu dan Keterampulan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah
b. Penyakit dalam
c. Kebidanan dan penyakit kandungan
d. Kesehatan anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran komunitas
3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Keterampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Keterampilan Pendukung
a. Riset
b. Mengajar kedokteran keluarga
5. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap
27
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinik
a. Manajemen klinik dokter keluarga
30
dari jumlah dokter keluarga, dibutuhkan sekurang-kurangnya satu orang tenaga
administrasi serta satu orang pekerja sosial.
31
2. Pelayanan kesehatan keluarga
A. Standar pelayanan dokter keluarga
1) Standar pemeliharaan kesehatan di klinik
a. Standar pelayanan paripurna
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama
untuk semua orang yang bersifat paripuma (comprehensive), yaitu termasuk
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan
proteksi khusus (preventive and spesific protection), pemulihan kesehatan
(curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah
32
sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai
dengan mediko legal etika kedokteran.
1) Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan
kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan
diselenggarakan oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter
keluarga serta memiliki surat ijin pelayanan dokter keluarga dan surat
persetujuan tempat praktik.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan
pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.
3) Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala
kesempatan dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien
dan keluarganya.
4) Deteksi dini
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala
kesempatan dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan
penatalaksanaan yang tepat untuk itu.
5) Kuratif medik
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan pemulihan
kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama,
termasuk kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan /
atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.
6) Rehabilitasi medik dan sosial
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala
kesempatan rehabilitasi pada pasien dan / atau keluarganya setelah
mengalami masalah kesebatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa
maupun sosial.
7) Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi
sosial pasien dan keluarganya.
8) Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal
dan etik kedokteran.
33
b. Standar pelayanan medis
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis.
1) Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien
(patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien,
kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta
memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis
2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang diagnosis
atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan
pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan
penunjang secara rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.
3) Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan
beberapa diagnosis banding yang munglin dengan pendekatan diagnosis
holistik.
4) Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis
pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini
(evidence based).
5) Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik
penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling
dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada
keadaan di saat itu.
6) Konsultasi
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter
lain yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat
dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter
spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
7) Rujukan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain
yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan
34
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah
sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8) Tindak lanjut
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat
dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di
tempat pasien.
9) Tindakan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindalan medis yang
rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata
pertama, dan demi kepentingan pasien.
10) Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan
rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terlini, demi
kepentingan pasien.
11) Pembinaan keluarga
Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik,
bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan
pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga.
39
Bila ada wabah dan bencana yang mempengaruhi kesehatan di sekitarnya,
pelayanan dokter keluanga berpartisipasi aktif dalam penanggulangan
khususnya dalam bidang kesehatan.
40
c. Standar manajemen klinik
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan pada suatu tempat pelaya nan yang
disebut klinik dengan manajemen yang profesional.
1) Pembagian keria
Semua personil mengerti dengan jelas pembagian kerjanya masing - masing.
2) Program pelatihan
Untuk personil yang baru mulai bekenja di klinik diadalkan pelatihan kerja
terlebih dahulu.
3) Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Seluruh personil yang bekerja di klinik mengikuti prosedur K3 (kesehatan dan
keselamatan kerja) untuk pusat pelayanan kesehatan.
4) Pembahasan administrasi klinik
Pimpinan dan staf klinik secara teratur membahas pelaksanaan administrasi
klinik
45
Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok, terutama kelompok
keluarga. Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi atau
mempengaruhi anggota anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap kelompok
senantiasa berlaku aturan - aturan dan norma - norma sosial tertentu, maka perilaku
setiap individu anggota kelompok berlangsung di dalam suatu jaringan normatif.
Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah - masalah kesehatan.
(Notoatmodjo, 2003).
a. Fungsi holistik
Fungsi holistik adalah fungsi keluarga yang meliputi fungsi biologis, fungsi
psikologi, dan fungsi sosial - ekonomi. Fungsi biologis menunjukkan apakah di
dalam keluarga tersebut terdapat gejala - gejala penyakit yang menurun
(herediter), penyakit menular, maupun penyakit kronis. Fungsi psikologis
menunjukkan bagaimana hubungan antara anggota keluarga, apakah keluarga
tersebut dapat memecahkan masalah bersama. Fungsi sosio-ekonomi
menunjukkan bagaimana kondisi ekonomi keluarga, dan peran aktif keluarga
dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
b. Fungsi fisiologis
Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR score adalah
skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang
setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang
lain. APGAR score meliputi :
1) Adaptation: kemampuan anggota keluarga tersebut beradapatasi dengan
anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari
anggota keluarga yang lain.
46
2) Partnership: menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialani oleh keluarga
tersebut.
3) Growth: menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal - hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut.
4) Affection: menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota keluarga.
5) Resolve: menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan
dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
1= kadang - kadang
2= sering / selalu
Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu nilai rata - rata ≤ 5 kurang, 6 - 7 cukup,
dan 8 - 10 adalah baik.
c. Fungsi patologis
Fungsi patologis keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM score dengan
rincian sebagai berikut :
1) Social (melihat bagaimana interaksi dengan tetangga sekitar)
2) Culture (melihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap budaya, tata krama,
dan perhatian terhadap sopan santun)
3) Religious (melihat ketaatan anggota keluarga dalam menjalankan ibadah
sesuai den gan ajaran agamanya)
4) Economic (melihat status ekonomi anggota keluarga)
5) Educational (melihat tingkat pendidikan anggota keluarga)
6) Medical (melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai).
d. Fungsi hubungan antarmanusia
Menunjukkan baik atau tidaknya hubungan atau interaksi antar anggota keluarga
(Interaksi dua arah baik digambarkan dengan garis penuh, tidak baik
digambarkan dengan garis putus - putus).
e. Fungsi keturunan (genogram)
47
Fungsi keturunan (genetik) dinilai dari genogram keluarga. Menunjukkan adanya
penyakit keturunan ataukah penyakit menular dalam keluarga. Apabila keduanya
tidak ditemukan, berarti dalam keadaan baik.
f. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan)
Fungsi perilaku meliputi pengetahuan tentang kesehatan, sikap sadar akan
pentingnya kesehatan, dan tindalan yang mencerminkan pola hidup sehat.
g. Fungsi nonperilaku (lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)
Fungsi nonperilaku meliputi lingkungan dan pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan meliputi :
1) Kepedulian memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan
2) Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
3) Jarak dengan Puskesmas / Rumah Sakit
h. Fungsi indoor
Fungsi indoor ini menunjukkan gambaran lingkungan dalam rumah apakah telah
memenuhi syarat - syarat kesehatan. Penilaian meliputi lantai, dinding , ventilasi,
pencahayaan, sirkulasi udara, sumber air bersih, jarak jamban dengan rumah,
serta pengelolaan sampah dan limbah.
i. Fungsi outdoor
Menunjukkan gambaran lingkungan luar rumah apakah telah memenuhi syarat -
syarat kesehatan, misalnya jarak rumah dengan jalan raya, tingkat kebisingan,
serta jarak rumah dengan sungai dan tempat pembuangan sampah umum.
48
diselesaikan di faskes tk. I, dokter baru merujuk ke dokter spesialis lain yang lebih
ahli di bidang yang dibutuhkan, dengan tetap terpantau dan terkoordinasi oleh
dokter layanan primer yang melayani.
Dokter umum dan dokter layanan primer memiliki ruang lingkup yang sama,
di mana pasiennya tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, ataupun jenis penyakit.
Sedangkan, dokter layanan primer memiliki kompetensi tambahan yaitu
pengelolaan kesehatan yang berpusat pada individu dan keluarga, kepemimpinan,
manajemen fasilitas pelayanan kesehatan primer, serta pengelolaan kesehatan
yang berorietnasi kepada komunitas dan masyarakat. Kualifikasi-kualifikasi di
atas dibutuhkan untuk menyesuaikan dengan sistem JKN, di mana setiap warga
akan memiliki dokter layanan primer yang bersifat tetap, dan dokter layanan
primer bertindak sebagai gatekeeper di sistem rujukan.
Rencananya, pada tahun 2030, tidak akan ada lagi dokter umum. Seluruh
pelayanan kesehatan primer akan ditangani oleh dokter layanan primer.
Penilaian faktor risiko, pemeriksaan fisik dan wellness setiap peserta JKN untuk
memperoleh profil kesehatan pribadi guna merancang program proaktif yang
spesifik bagi setiap peserta JKN.
4). Pencegahan
Kegiatan preventif untuk melindungi peserta dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, skrening dan detekni dini sebelum penyakit bergejala.
Pemeriksaan rutin pada bayi dan anak balita, seperti memantau pertumbuhan,
status imunisasi dan gizi, perkembangan motorik, dan memberikan nasehat
tentang perawatan, nutrisi, dan psikologi agar tercapai pertumbuhan yang optimal.
Bekerja sama dengan puskesmas dan sekolah yang berada di wilayah praktiknya
untuk melaksanakan pemeriksaan rutin dan deteksi dini masalah kesehatan anak
usia sekolah.
Melakukan pemeriksaan rutin pada peserta yang hamil agar diperoleh kehamilan
yang baik dan persalinan yang aman.
51
Memberikan layanan konsultasi dan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, menegakkan diagnosis, pengobatan, dan tindakan medis yang sesuai
dengan kompetensi dan kewenangan DLP.
DLP akan mengunjungi peserta yang dirawat di rumah sakit untuk menjelaskan
riwayat penyakit mitra kepada dokter yang merawat dan memantau perawatan
mitra.
52
18). Layanan Mendesak/Gawat Darurat
DLP siap untuk memberikan layanan mendesak atau gawat darurat yang sewaktu-
waktu terjadi di tempat praktik, seperti mengatasi syok atau asma akut.
DLP menyiapkan data, surat dan kondisi peserta, dan menghubungi dokter di
fasilitas kesehatan rujukan untuk mengkoordinasikan kebutuhan pasiennya.
20) Ambulans
Sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat, praktik DLP dapat dilengkapi
dengan layanan ambulans untuk kemudahan dan kenyamanan transportasi peserta
yang memiliki kondisi khusus.
1) Paradigma Sehat
a. Pelayanan komprehensif promotif-preventif berbasis individu dan keluarga.
b. Pengelolaan kesehatan berorientasi pada komunitas dan masyarakat.
2) Penguatan Yankes
a. Peningkatan kualitas pelayanan FKTP.
b. Optimalisasi Sistem Rujukan.
c. Manajemen fasilitas pelayanan kesehatan primer.
3) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
a. Penapis rujukan dengan prinsip kendali mutu dan kendali biaya dalam
pelaksanaan jaminan kesehatan.
b. Pengelolaan dana kapitasi.
1) Fungsi gate keeper, yaitu menjadi tempat pertama pasien untuk mencari
pertolongan dan penapis pasien yang akan dirujuk.
2) Fungsi koordinasi, yang mengatur kemana pasien akan dirujuk dan
menerima rujuk balik.
3) Layanan komprehensif, yaitu mulai pencegahan, deteksi dini, pengobatan
sampai rehabilitasi
4) Layanan jangka panjang, yaitu mengikuti kesehatan dalam jangka Panjang.
53
5) Berorientasi keluarga dan masyarakat, selalu melihat konteks yang luas,
bukan hanya mengobati pasien sebagai individu
g. Pendidikan Kedokteran
54
h. Standar Kompetensi DLP (Berdasarkan Daftar Penyakit)
55
4. Manajemen Keuangan Dokter Keluarga dan BPJS
A. Standar Manajemen Keuangan
1) Pencatatan keuangan
Keuangan dalam praktek dokter keluarga tercatat secara seksama dengan cara yang
umum dan bersifat transparansi.
Indikator :
a. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim manajemen keuangan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
b. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim keuangan yang
memungkinkan untuk berkembang terus sesuai dengan kemajuan klinik yang
bersangkutan.
Panduan untuk interpretasi :
a. Pelayanan dokter keluarga yang telah berkembang dan terdiri dari beberapa
orang sebagai pemilik, dianjurkan memiliki pencatatan dan pelaporan
keuangan yang dapat diaudit oleh pihak ketiga.
b. Pada pencapaian tertentu, pelayanan dokter keluarga memiliki pegawai yang
khusus mengelola keuangan secara profesional.
B. Jenis sistim pembiayaan praktik
56
a. Pelayanan dokter keluarga terbukti mengikuti sistim pembiayaan kesehatan
nasional dan dapat dikembangkan sesuai kemajuan klinik yang bersangkutan.
b. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim yang memungkinkan untuk
menjadi provider (penyedia pelayanan kesehatan) dari berbagai jaminan
pelayanan kesehatan masyarakat / asuransi kesehatan.
c. Dokter keluarga terbukti memiliki bukti bahwa telah mengikuti pelatihan /
pendidikan kedokteran bersinambung / program pengembangan
profesionalisme kedokteran yang di dalamnya berisi mengenai pembiayaan
pelayanan kesehatan.
a. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan dokter yang sadar biaya dan sadar
mutu sehingga pelayanan yang efisien dan efektifnya sesuai dengan kebutuhan
sebagai penyedia pelayanan kesehatan (PPK) dalam sistim pembiayaan pra
upaya.
b. Pada pencapaian tertentu, pelayanan dokter keluarga memiliki pegawai yang
khusus mengelola keuangan secara profesional.
c. Dokter keluarga mengikuti pelatihan mengenai pembiayaan pelayanan
kesehatan agar dapat menghitung dan mengajukan penawaran sesuai dengan
yang seharusnya pada saat ditawarkan kerjasama oleh perusahaan asuransu
atau pengelola jaminan pelayanan kesehatan masyarakat.
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program
jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial.
57
Direksi adalah organ BPJS yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan BPJS Kesehatan untuk kepentingan BPJS Kesehatan, sesuai dengan asas,
tujuan, dan prinsip BPJS Kesehatan, serta mewakili BPJS Kesehatan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
D. Sejarah
58
b. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif,
efisien, dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan
fasilitas kesehatan
c. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS
Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung
kesinambungan program.
d. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola
organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai
kinerja unggul.
e. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi,
kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi BPJS
Kesehatan.
f. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mendukung keseluruhan operasionalisasi BPJS Kesehatan
3) Sasaran BPJS Kesehatan
a. Tercapainya kepesertaan semesta sesuai peta jalan menuju Jaminan Kesehatan
Nasional tahun 2019.
b. Tercapainya jaminan pemeliharaan kesehatan yang optimal dan
berkesinambungan.
c. Terciptanya kelembagaan BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.
4) Tata Nilai Organisasi
BPJS Kesehatan menetapkan dan mengembangkan tata nilai organisasi yang terdiri
atas 4 (empat) elemen, yaitu :
a. Integritas merupakan prinsip dalam menjalankan setiap tugas dan tanggung jawab
melalui keselarasan berpikir, berkata dan berperilaku sesuai keadaan sebenarnya
b. Profesional merupakan karakter dalam menjalankan tugas dengan kesungguhan,
sesuai kompetensi dan tanggung jawab yang diberikan
c. Pelayanan Prima merupakan tekad dalam memperikan pelayanan terbaik dengan
ikhlas kepada seluruh peserta
d. Efisiensi Operasional merupakan upaya untuk mencapai kinerja optimal melalui
perencanaan yang tepat dan penggunaan anggaran yang rasional sesuai kebutuhan
59
a. Mengoptimalkan nilai organisasi agar memiliki daya saing yang kuat, baik
secara nasional maupun internasional, sehingga organisasi mampu
mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai
maksud dan tujuan organisasi.
b. Mendorong pengelolaan organisasi secara profesional, efisien, dan efektif
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.
c. Mendorong agar organisasi dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial
organisasi terhadap Pemangku Kepentingan.
d. Meningkatkan kontribusi organisasi dalam program Jaminan Kesehatan
Nasional dengan melibatkan stakeholder sebagai mitra.
e. Organisasi menjalankan amanah sebagai penyelenggara jaminan sosial
kesehatan dengan penuh keterbukaan/transparansi sesuai dengan aturan
perundang-undangan.
2) Akuntabilitas (accountability)
61
e) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap Duta BPJS
Kesehatan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku
(code of conduct) yang telah disepakati.
f) Dewan Pengawas dan Direksi beserta seluruh jajarannya harus
membuat pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya secara
periodik dan berkesinambungan.
4. Independensi (independency)
a. Prinsip Dasar Untuk melancarkan pelaksanaan asas Tata Kelola yang Baik,
organisasi harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
organisasi tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak
lain.
b. Pedoman Pokok Pelaksanaan
62
a) Masing-masing organ harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak
manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan
kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara obyektif.
b) Masing-masing organ harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau
melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud
sistem pengendalian intern yang efektif.
5. Prediktabilitas (predictability)
6. Partisipasi (participation)
63
a) Organisasi membangun komunikasi yang terbuka dengan stakeholder
untuk mendorong pertukaran saran agar organisasi dapat lebih responsif
terhadap kebutuhan dan keinginan stakeholder.
b) Organisasi harus memastikan bahwa stakeholder memahami program
dan memungkinkan partisipasi efektif mereka
8. Dinamis (dynamism)
Yaitu inovasi atau perubahan positif dalam tata kelola yang efeknya meningkatkan
efisiensi kinerja organisasi
a. Prinsip Dasar Harus ada fleksibilitas yang cukup, yang diatur dalam regulasi
hukum, yang memungkinkan organisasi untuk memperkenalkan inovasi dan
64
perbaikan dalam pelaksanaan program jaminan sosial, tanpa harus mengubah
undang-undang, kebijakan atau keputusan.
b. Pedoman Pokok Pelaksanaan
a) Organisasi harus memberikan kesempatan, memberi motivasi dan
menginspirasi sehingga seluruh Duta BPJS Kesehatan dapat mengusulkan
ide-ide inovatif selama tidak bertentangan dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
b) Organisasi harus memastikan bahwa para inovator tidak memiliki konflik
kepentingan dalam usulan ide-ide yang diberikan.
c) Organisasi harus menetapkan proses dan mengevaluasi atas manfaat dan
risiko yang akan muncul sebelum inovasi tersebut di adopsi dan
diimplementasikan.
65
VIII. Kerangka Konsep
66
IX. Kesimpulan
dr. Ali, seorang dokter keluarga menyelenggarakan praktek dokter mandiri
bekerjasama dengan BPJS kesehatan secara efektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip
dokter keluarga dan standar kompetensinya.
67
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Merry Tiyas, dkk. 2015. Buku Ajar Kedokteran Keluarga. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
Azwar, A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan Penerbit Ikatan
Dokter Indonesia.
68