Anda di halaman 1dari 13

Nama : Elvira Ratna Aisa

NIM : 19030234006

Kelas : KA 2019

Tugas I
1. Jelaskan pembuatan koloid, berdasarkan:
a. Cara dispersi
b. Cara kondensasi

Jawab:

a. Cara dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi yaitu dilakukan dengan memperkecil ukuran
dari zat terdispersi sebelum didispersikan ke dalam medium pendispersi. Pemecahan
partikel-partikel besar menjadi partikel berukuran koloid disebut dengan cara dispersi.
Beberapa metode pembuatan koloid secara dispersi adalah cara mekanik, cara busur
listrik bredig, cara peptisasi, dan cara homogenitas.
1) Cara mekanik
Menurut cara ini, zat yang akan didispersikan dalam medium pendispersi digiling
hingga ukurannya pada rentang partikel koloid.
2) Cara busur listrik bredig
Pada cara ini, arus listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui dua buah elektroda
logam sebagai bahan terdispersi
3) Cara peptisasi
Dengan cara memecah partikel – partikel besar, misalnya suspensi, gumpalan,
atau endapan dengan menambahkan zat pemecah tertentu.
4) Cara Homogenitas
Pembuatan koloid jenis emulsi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin
penghomogen.
b. Cara kondensasi
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi yaitu dilakukan dengan mengubah suatu
larutan untuk menjadi koloid atau cara pembentukan agregat dari molekul-molekul
kecil pembentuk larutan menjadi berukuran koloid. Menurut cara ini, ion-ion atau
molekul yang berukuran sangat kecil (biasanya membentuk suatu larutan sejati jika
dilarutkan ke dalam air) diperbesar menjadi partikel-partikel sebesar ukuran kolid..
cara kondensasi umumnya dilakukan melalui reaksi kimia. Tiga macam reaksi yang
dapat menghasilkan kondensasi adalah reaksi metatesis, reaksi redoks, dan reaksi
hidrolisis. Selain cara tersebut dapat dilakukan dengan cara pengubahan medium
pendispersi jelitifikasi (gelatinasi).
1) Reaksi metatesis
Larutan natrium tiosulfat ditambahkan larutan asam klorida akan terbentuk
partikel berukuran koloid.
Persamaan kimia:
Na2 S2 O 3+ 2 HCl →2 NaCl+ H 2 S O 3 + S
Terbentuknya partikel berukuran koloid karena belerang yang terbentuk akan
beragregat yang makin lama semakin besar sampai berukuran koloid.
2) Reaksi redoks
Pembuatan koloid dengan reaksi redoks selalu disertai dengan perubahan bilangan
oksidasi, misal pada pembuatan sol emas dan sol belerang.
3) Reaksi hidrolisis
Koloid dibuat dengan cara reaksi hidrolisis, yaitu dengan mereaksikan garam
tertentu dengan air misalnya Sol Fe(OH)3 yang dibuat dengan cara menambahkan
larutan FeCl3 ke dalam air mendidih.
4) Pengubahan medium pendispersi
Kondensasi dapat terjadi jika kelarutan zat dikurangi dengan cara mengganti
pelarutnya.
5) Jelifikasi (gelatinasi)
Pada kondisi tertentu, sol dari berbagai koloid liofil dapat mengalami koagulasi
dan berubah menjadi material dengan massa lebih rapat, yang disebut jeli.
2. Bagaimana cara membuat koloid:
a) Fe(OH)3
b) As2S3
c) emas

Jawab:

a) Fe(OH)3
Pembuatan koloid Fe(OH)3 merupakan pembuatan koloid dengan cara kondensasi.
Pada percobaan ini pembuatan koloid secara kondensasi dengan reaksi hidrolisis.
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu garam yang berinteraksi dengan air. Besi (III)
klorida yang berwarna kuning direaksikan ke dalam air akan menguraikan air
membentuk ion OH- dan H+. Ion-ion OH- bereaksi dengan besi (III) klorida
membentuk Fe(OH)3 (besi (III) hidroksida). Reaksi ini digunakan untuk membuat
koloid basa dari suatu garam FeCl3 yang terhidrolisis.
FeCI3(aq) + 3H20(ℓ) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
Ukuran partikel-partikel Fe(OH)3 yang terbentuk lebih besar daripada ukuran larutan
sejati, tetapi tidak cukup besar untuk mengendap.
b) As2S3
Pembuatan soal As2S3 merupakan pembuatan koloid dengan cara kondensasi, yaitu
dengan dekomposisi rangkap atau metatesis, dengan penukaran ion sehingga
terbentuk koloid.
pembuatan sol As2S3 dengan cara mereaksikan larutan H3AsO3 dengan larutan H2S,
sesuai dengan reaksi berikut:
2 H 3 As O 3 ( aq ) +2 H 2 S ( aq ) → A s2 S 3 +6 H 2 O(l )

c) Emas
Pembuatan sol emas diperoleh dengan cara kondensasi reaksi redoks. Sol emas dapat
diperoleh melalui reduksi emas (III) klorida dengan formalin. Persamaan kimianya
ialah:
2AuCl3 + CH4O + 3H2O → 2Au + 6HCl + CH4O2
Emas pertama-tama akan terbentuk dalam keadaan atom-atom bebasnya, kemudian
terbentuk agregat yang lebih besar menjadi partikel yang berukuran koloid dan
distabilkan oleh adanya ion-ion OH- yang teradsorpsi pada permukan partikel koloid.
Ion-ion OH- ini berasal dari air yang terurai.

3. Jelaskan dengan menggunakan contoh pembuatan koloid dengan cara peptisasi!


Jawab:
Dispersi koloid dapat juga diperoleh dari suspensi dengan cara memecahkan partikel-
partikel dari suspensi kasar. Kemudian menambahkan ion-ion yang dapat diadsorpsi oleh
partikel-partikel koloid hingga koloid tersebut menjadi stabil. Dalam praktiknya, ke
dalam suspensi kasar ditambahkan larutan ion sejenis, kemudian dilakukan pengadukan.
Adanya pengadukn ini menyebabkan agregat endapan terpecah menjadi agregat-agregat
yang lebih kecil menuju ukuran koloid. Koagulasi agregat-agregat yang telah membentuk
ukuran koloid dapat dihambat karena adanya ion-ion teradsorpsi. Contohnya ialah pada
pembuatan sol perak iodida (Agl). Sol perak iodida dibuat dengan cara mencampur
larutan AgNO3 dengan larutan Kl berlebih. Campuran kedua larutan ini menghasilkan
endapan Agl. Endapan Agl kemudian dicuci agar mengalami peptisasi, yaitu
terbentuknya partikel koloid Agl. Pencucian mengakibatkan hilangnya kelebihan
elektrolit sehingga Agl dapat terdispersi kembali. Contoh lain ialah agar-agar dipeptisasi
oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet olehbensin, endapan NiS dipeptisasi oleh H2S,
endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
4. Dimana letak perbedaan antara membrane semi-permeabel dengan kertas saring biasa?
Jawab:
Koloid dapat dipisahkan dari ion-ion terlarut dengan cara dialisis. Caranya dengan
melewatkan pelarut pada sistem koloid melalui membrane semipermiabel. Membran
semipermeabel yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semipermeabel ini dapat
dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan
berpisah. Membran semipermeabel dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion
atau molekul sederhana, tetapi tidak untuk partikel koloid. Sedangkan pada kertas saring
partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori
kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel koloid tersebut.
Sehingga letak perbedaannya ialah terletak pada ukuran pori-porinya.

5. Bagaimana pengaruh elektrolit terhadap partikel koloid!


Jawab:
Elektrolit berpengaruh pada pengendapan partikel koloid. Peristiwa pengendapan atau
penggumpalan partikel koloid disebut dengan koagulasi. Jika muatan pada koloid
dihilangkan atau dilucuti maka kestabilannya akan berkurang sehinngga akan terbentuk
koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi apabila elektrolit
ditambahkan ke dalam sistem koloid. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit
terjadi karena koloid bermuatan positif menarik ion negative dan koloid bermuatan
negative menarik ion positif. Kecepatan koagulasi bergantung pada jumlah muatan
elektrolit. Makin besar muatan elektrolit yang ditambahkan ke dalam dispersi koloid,
makin cepat proses koagulasi terjadi. Akan tetapi jika penambahan elektrolit terlalu
banyak ke dalam sistem koloid, maka kelebihan tersebut dapat mengendapkan fase
terdispersi dari koloid tersebut.

6. Jelaskan apa sebabnya minyak dalam mayonnaise tidak memisah jika disimpan!
Jawab:
Mayonaise merupakan salah satu koloid, dan termasuk ke dalam koloid emulsi karena
karena zat pendispersi dan terdispersinya adalah cair dengan cair. Mayonaise dijadikan
koloid dengan cara kondensasi atau dengan penggumpalan partikel yang sangat kecil.
Mayonaise merupakan emulsi minyak dalam air, mayonaise tersusun atas minyak nabati
dan asam cuka. Minyak nabati sebagai zat terdispersi sedangkan asam cuka sebagai zat
pendispersi. Untuk dapat membentuk koloid emulsi maka digunakan zat pengemulsi atau
emulgator. Emulgator yaitu zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut. pada
koloid emulsi Mayonaise bagian emulsifiernya atau emulgatornya adalah kuning telur.
Kuning telur merupakan emulsifier yang sangat kuat. Kuning telur dapat meyatukan air
dengan minyak karena di dalamnya terdapat kandungan lesitin.
Mekanisme lesitin untuk dapat menyatukan minyak (lemak) dan air (asam cuka atau
jeruk nipis pada mayonaise) adalah fosfolipid. Fosfolifid ialah pembentuk lesitin yang
terdiri dari bagian yang polar (air) dan bagian yang non polar (minyak atau lemak).
Bagian kepala fosfolipid adalah bagian yang hidrofilik (tertarik pada air) dan bagian ekor
yaitu pada hidrofobik (tidak suka dengan air atau cenderung menjauhi air dan lebih
terikat pada minyak atau lemak). Kepala hidrofilik terdiri atas gugus fosfat bermuatan
negatif, yang kemungkinan juga terdiri dari kelompok atau jenis polar yang lainnya.
Ekornya yang bersifat hidrofobik terdiri dari asam lemak rantai hidrokarbon. Ketika
berada pada kondisi di dalam air fosfolipid tersebut membentuk berbagai struktur
tergantung pada sifat spesifiknya dan dalam hal pembuatan mayonaise fosfolipid tersebut
membentuk/berperan sebagai emulsifier dimana yang berperan dalam menyatukan antara
minyak nabati dan asam cuka atau jeruk nipis yang merupakan bahan utama pembuatan
mayonaise menjadi suatu emulsi setengah padat yang kompak atau mantap dan sering
disebut juga emulsi permanen. Oleh karena itu minyak pada mayonaise tidak dapat
memisah ketika disimpan, karena terdapat emulgator yaitu lesitin.

7. Jelaskan dengan menggunakan contoh tentang koloid pelindung!


Jawab:
Pengertian dari koloid pelindung ialah suatu zat koloid yang menyelubungi partikel-
partikel koloid. Pada koloid liofil yang bersifat lebih stabil dan juga lebih susah untuk
diendapkan dengan penambahan elektrolit. Dan ketika koloid liofil dicampur dengan
koloid liofob maka koloid liofil akan melindungi koloid liofob dari proses koagulasi.
Karena koloid liofil melindungi koloid liofob maka kemudian disebut dengan koloid
pelindung. Contohnya yaitu gelatin, pada gelatin terdapat butiran lemak yang dapat
mencegah bersatunya suatu partikel-partikel. Gelatin digunakan pada pembuatan es krim,
hal tersebut dimaksudkan agar partikel-partikel pada es krim tidak dapat memisah atau
mencegah pembuatan kristal besar sehingga es krim akan tetap kenyal. Contoh lainnya
ialah Kasein pada susu. Kasein merupakan sejenis protein yang terkandung di dalam susu
dan fungsinya untuk emulsi. Kasein merupakan koloid pelindung dari emulsi air dan
susu. Koloid pelindung yang berfungsi untuk menstabilkan suatu emulsi disebut dengan
emulgator (zat pengelmusi).

8. Sebutkan berapa sistem koloid yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Tunjukkan fasa terdispersi dan medium pendispersinya!
Jawab:
Ada 8 sistem koloid yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yakni
1) Sistem Koloid Fase Padat Cair (Sol)
Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan fase pendispersi berupa cairan.
Sol yang memadat disebut dengan gel. Contohnya berupa agar-agar, gelatin, cairan kanji,
air sungai, cat tembok, dan tinta
2) System Koloid Fase Padat-Padat ( sol padat )
System koloid fase padat-padat terbentuk dari fase terdispersi dan fase pendispersi yang
sama-sama berwujud padat sehingga disebut sol padat. Contohnya, logam campuran
( aloi), misalnya stainless steel.

3) System Koloid Fase Padat-Gas ( aerosol padat)


Terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan fase pendispersi berupa gas. Partikel
padat diudara disebut partikulat padat. System disperse zat padat dalam medium
pendispersi gas disebut aerosol padat. Contohnya asap, asap merupakan partikel padat
yang terdispersi di dalam medium pendispersi berupa gas (udara).
4) System Koloid Fase Cair-Gas ( aerosol )
System koloid fase cair-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase
pendispersi berupa gas, yang disebut aerosol. Partikel-partikel zat cair yang terdispersi
diudara (gas) disebut partikulat cair. Contohnya ialah kabut, awan, aerosol (hairspray,
obat nyamuk).
5) System Koloid Fase Cair-Cair ( Emulsi )
System koloid fase cair-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium
pendispersi juga berupa cairan. Misalnya, campuran antara air dan minyak. Air yang
bersifat polar tidak dapat bercampur dengan minyak yang bersifat non polar. Contohnya,
susu, air santan, krim, dan lotion.
6) System Koloid Fase Cair-Padat ( Emulsi Padat )
System koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi
berupa zat padat sehingga dikenal dengan emulsi padat. Contoh emulsi padat yaitu keju,
mentega, dan mutiara.
7) System Koloid Fase Gas-Cair ( Busa )
System koloid ini terbentuk dari fase terdispersi gas dan medium pendispersi berupa zat
cair. Contohnya ialah busa, di dalam busa terdapat rongga yang terlihat kosong. Busa
merupakan fase gas dalam medium cair.
8) System Koloid Fase Gas-Padat ( Busa Padat )
System koloid fase gas-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium
pendispersi berupa zat padat, yang dikenal busa padat. Dalam kehidupan sehari-hari busa
padat dikenal dengan istilah karet busa dan batu apung.
Tugas II

Resume macam-macam koloid : cat, keju, sampo dan sabun yang berisi tentang
karakteristik masing-masing koloid, bahan-bahan yang digunakan, proses pembuatan dan
jika mungkin cara kerja dari koloid tersebut apabila dipergunakan.

A. Cat
Cat merupakan salah satu jenis koloid, yaitu koloid yang berwujud sol cair ialah
sol dengan medium pendispersi zat cair. Warna pada cat berasal dari warna pigmen yang
sebenarnya tidak larut dalam air ataupun medium pelarut lainnya. Namun demikian, cat
terlihat seperti campuran yang homogen layaknya larutan garam dan bukan seperti
campuran heterogen layaknya campuran pasir dengan air. Hal ini terjadi sebagaimana cat
merupakan sistem koloid dengan pigmen terdispersi dalam air atau medium pelarut cat
lainnya.
Karakteristik dari koloid cat:
1. Terlihat seperti campuran homogen
2. Sistem koloid dengan pigmen terdispersi dalam air atau medium pelarut cat.
3. Tahan terhadap cuaca
4. Daya kering tinggi
5. Tahan lama
6. Mampu menahan korosi
7. Daya tutup tinggi

Bahan-bahan yang digunakan :

Bahan penyusun dari cat ialah zat pengikat, zat pewarna, zat pengisi, pelarut dan zat
aditif. Zat pengikat dan zat pewarna merupakan bahan yang memberikan pengaruh paling
besar dalam proses produksi cat. Zat aditif adalah zat yang ditambahkan kedalam cat
dengan kadar yang relatif rendah tetapi dapat mempengaruhi sifat - sifat dari cat, sebagai
contoh yaitu drying agent, anti foam, slip agent, biocides, pigment, dispersing agent dan
lain-lain. Bahan-bahan tersebut ialah :

a) Resin atau binder


Resin atau binder merupakan komponen utama dalam cat. Resin berfungsi
merekatkan komponen-komponen yang ada dan melekatkan keseluruhan bahan pada
permukaan suatu bahan (membentuk film), contoh dari resin ialah Natural Oil, Alkyd,
Nitro Cellulose, Polyester.
b) Pigment dan extender (filler)
Pigment dan dyestuff adalah bagian dari colorant. Dyestuff bersifat larut dalam
solvent, sedang pigment tidak. Extender atau filler ditambahkan ke dalam cat dengan
tujuan untuk menurunkan harga, namun dalam hal tertentu extender ditambahkan
untuk memberbaiki sifat cat.
c) Solvent
Dengan penambahan solvent yang tepat dan cukup akan menurunkan kekentalan dari
resin atau campuran pada suatu titik dimana kekentalannya memenuhi syarat untuk
masing-masing proses.

Proses pembuatan:
1. Pada tahap awal proses pembuatan cat, untuk bahan-bahan seperti Resin, Pigment
dan Solvent akan dilakukan proses Raw Material Inspection ( RMI ).
2. Proses Pre Mixing yang merupakan tahan selanjutnya dari proses pembuatan cat.
Dimana dalam proses ini terjadi proses pencampuran antara bahan pewarna atau
Pigment dan Thinner
3. Proses penghalusan, sering disebut dengan proses Grinding. Yang merupakan
proses penumbukan atau penghalusan pigment.
4. Proses selanjutnya yaitu Grind Inspection yang dilakukan terhadap hasil dari
proses Grinding
5. Hasil dari proses Grinding ini kemudian akan ditambahkan bahan Resin dan
Solvent dengan kompisisi yang sudah diperhitungkan dalam proses After Mixing
Let Down.
6. Kemudian akan dilakukan proses inspeksi pada hasil Grinding, Viscosity,
Specific Grafity, dan Non Volatile Matter ( NV ).
7. Pada proses Colour Matching dilakukan uji atau inspeksi warna sesuai dengan
warna yang diinginkan.
8. Untuk hasil akhir, cat yang siap untuk dilakukan packing akan dilakukan proses
uji Grind, Viscosity, Specific Grafity, NV, Colour dan Physical Properties.

Cara kerja:

Fungsi dari cat ketika digunakan ialah sebagai bahan pelapis permukaan yang
berfungsi untuk melindungi benda seperti : besi , seng, kayu dan tembok dengan
membentuk lapisan tipis. Selain itu cat juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai
dekoratif yang memberikan keindahan pada permukaan yang dilapisi.
B. Keju
Keju merupakan suatu sistem koloid jenis emulsi padat dengan fasa terdispersi cair dan
medium pendispersi padat.
Karakteristik:
a) Koloid yang berjenis emulsi padat yaitu terdiri dari rennet dan kasein susu
b) Memiliki tingkat kekencangan sesuai dengan jenis kejunya, misalnya ialah soft
cheese kadar airnya tinggi yaitu 50%
c) Total solid tinggi (menandakan keju baik)

Bahan-bahan:

a) Bahan penggumpal kasein (protein dalam susu sebagai bahan keju).


b) Susu
c) Rennet
d) NaCl
e) Starter, digunakan streptococcus lactis atau S
f) CaCl2
g) Cremonis

Proses Pembuatan:

Tahapan-tahapan dalam pembuatan keju, secara ringkas keju dikatakan sebagai koloid
emulsi padat, yaitu emulsi dalam medium pendispersi padat( rennet) dan zat terdispersi
kasein susu . Keju juga dikatakan sebagai koloid karena prosesnya merupakan sifat dari
suatu koloid yaitu dengan proses penggumpalan atau yang disebut dengan koagulasi yang
nantinya sebelum membentuk keju disebut dadih. Koagulasi adalah penggumpalan
partikel koloid dan membentuk endapan.

1) Pasteurisasi
Susu yang diperuntukkan untuk keju mentah (keju segar) harus dipasteurisasi. Hal ini
untuk mencegah “blowing” dan perkembangan rasa tidak enak yang disebabkan oleh
bakteri tahan panas dan pembentuk spora (terutama Clostridium tyrobutyricum).
2) Biakan Biang
Tugas utama biakan adalah mengembangkan asam dalam dadih. Ketika susu mengental,
sel-sel bakteri terkonsentrasi dalam koagulum dan kemudian dalam keju.
Penambahan lain sebelum pembuatan dadih:
         Kalsium Klorida (CaCl2 ), dengan penambahan CaCl2 akan menghasilkan
koagulum yang keras
3) Rennet
Penggumpalan kasein merupakan proses dasar dalam pembuatan keju. Hal ini umumnya
dilakukan dengan rennet.
Cara kerja Keju:

Keju bermanfaat untuk kesehatan tubuh, rambut, dan kulit:

a) Kandungan kalsium, protein, magnesium, seng, dan vitamin A, D, dan K membuat keju
baik untuk perkembangan tulang yang sehat
b) Keju rendah lemak dan rendah natrium direkomendasikan untuk menjaga tekanan darah
c) Kandungan kalsium dalam keju juga baik untuk pertumbuhan rambut. Rambut dapat
menjadi lebih lebat dan kuat sehingga terhindar dari kerontokan.
d) Keju dapat membantu membuat kulit lebih cerah bercahaya, karena kandungan vitamin
B

C. Shampo

Shampo yang dikocok dengan air maka akan terjadi buih, pada buih ada udara yang
tersekat oleh air, berarti fasa terdispersinya udara (gas) dan fasa pendispersinya cair (air).
Oleh karena itu termasuk koloid jenis busa

Karakteristik:
a) Sampo harus membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut dan
mudah dihilangkan dengan membilas dengan air
b) Sampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika
tidak kulit kepala menjadi kering
c) Sampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti
lemak natural yang ikut tercuci.
d) Tidak mengiritasi kulit kepala dan mata
e) Sampo harus tetap stabil

Bahan-Bahan Pembuatan Shampo Secara Umum:

a) Surfaktan ialah bahan aktif sampo yang berupa deterjen pembersih sintesis yang cocok
untuk kondisi rambut pemakai. Contohnya Lauril sulfat (natrium, amonium,
trietanolamin), Lauret sulfat (natrium, amonium, trietanolamin), Sarkosinat (natrium
lauril, lauril).
b) Pelembut (conditioner), contohnya ialah lemak, protein, polimer atau silikon, adeps,
lanolin, oleialkohol, dan asetogliserida.
c) Pembentuk busa
d) Pengental (thickener) dan pengeruh (opacifier), Zat pengental biasanya gom sintetik/alam
: tragakan, gom akasia, hidroksietilselulosa.
e) Pemisah logam, etilen diamin tetra asetat (EDTA).
f) pH balance Diperlukan agar menetralisasi reaksi basa yang terjadi dalam penyampoan
rambut, misalnya asam sitrat.
g) Pemberi warna dan bau
h) Bahan tambahan
a. Vitamin (vitamin E, antenol/B5).
b. Minyak mink, rempah-rempah, minyak kelapa, llilin.
c. Protein (RNA, kolagen, plasenta, susu).
d. Tabir surya kimia.
e. Antiketombe, misalnya : tar, sulfur, seng pirition, dan selenium sulfida (mencegah
segum yang menyebabkan rambut pecah dan berketombe).
f. Balsam, wortel, madu, jojoba, aloe (lidah buaya).

Bahan :
a)      Shampoo rambut jernih b) Shampoo rambut keruh
1.    Emal 30 gr 1. Texapone 30 gr
2.    SLS 5 gr 2. SLS
3.    NaHCO3 3 gr 3. NaHCO3
4.    Nipagin 5 gr 4. Nipagin
5.    Aquades 100 ml 5. Aquades
6.    Pewarna dan parfum secukupnya 6. Pewarna dan parfum secukupnya

Proses Pembuatan
a) Shampoo rambut jernih
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Timbang bahan – bahan yang dibutuhkan
3. Masukan SLS, NaHCO3, dan nipagin kemudian larutkan dalam aquades
4. Masukan larutan tersebut dalam cawan berisi Emal sedikit demi sedikit sambil
Diaduk hingga homogen
5. Tambahkan parfum dan pewarna secukupnya
6. Ukur viskositas

b) Shampoo rambut keruh


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Timbang bahan – bahan yang dibutuhkan
3. Masukan SLS, NaHCO3, dan nipagin kemudian dalam aquades
4. Pada campuran tersebut tambahkan sedikit demi sedikit texapone sambil diaduk
5. Tambahkan pewarna dan parfum
6. Ukur viskositas
Cara Kerja Shampo ketika digunakan:
Berfungsi untuk meningkatkan tegangan permukaan kulit (umumnya kulit kepala)
sehingga dapat meluruhkan kotoran (membersihkan), untuk menghilangkan kotoran dan
lemak yang melekat pada rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut,
kulit kepala, dan kesehatan si pemakai. Selain hal tersebut shampo akan menghasilkan
rambut yang lembut, berkilau, dan mudah diatur.

D. Sabun
Sabun merupakan koloid dengan jenis busa, pada buih ada udara yang tersekat oleh air,
berarti fasa terdispersinya udara (gas) dan fasa pendispersinya cair (air).
Karakteristik:
Sabung Batang:
a) Penyimpanan mudah
b) Tidak mudah habis / tahan lama
c) Kandungan bahan pelembap tidak banyak
d) berisiko membuat kulit wajah dan tangan menjadi kering
e) Sukar larut dalam air
f) Dapat terurai dengan mudah
Sabun Cair:
a) Lebih praktis
b) Nilai higienitasnya lebih terjamin
c) Teksturnya tetap kental dan wangi hingga menjelang habis
d) Berbentuk cair yang tidak mengental pada suhu kamar.

Bahan-bahan:
a) Asam lemak
b) NaOH atau KOH
c) Air
d) Zat aditif
e) Gliserin Monostearat (GMS)
f) Surfaktan, Bahan surfaktan yang umum dipakai adalah Emal 20 C, Emal TD,
Texhapon
Proses Pembuatan
a) Saponifikasi lemak netral
b) Pengeringan sabun, Mengurangi kandungan air pada sabun dari 30% hingga 35%
pada sabun murni menjadi 8% hingga 18% pada sabun butiran (seperti pasir) atau
lempengan dengan menggunakan vakum spray dryer.
a) Netralisasi asam lemak, Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui
pemanasan terlebih dihulu menuju turbodisperser dimana interaksi reaktan reaktan
tersebut mengawali pembentukan sabun murni.
b) Penyempurnaan sabun dengan pemberian zat perwarna, parfum, zat aditif lainnya,
Campuran sabun ini kemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran
tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan
ke tahap pemotongan.

Fungsi kerja sabun ketika digunakan:


Fungsi dari sabun ialah untuk perlindungan kulit tubuh kita. Kuman, bakteri dan virus
yang ada di sekitar kita mengancam kesehatan tubuh setiap waktu. Selain itu fungsi dari
sabun juga akan mengangkat kotoran dan sel kulit mati pada kulit, sehingga bisa
membuat kulit menjadi bersih.

Anda mungkin juga menyukai