Anda di halaman 1dari 7

Akselerasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem komunikasi seperti akses

internet yang mudah menjadi salah satu ciri abad 21, dunia tampak kecil dan di tangan, apa yang
terjadi di ujung dunia akan mudah diketahui oleh orang-orang hingga akhir zaman. Dunia. lain,
pada saat yang sama, berbagai teknologi canggih yang pada dasarnya diharapkan untuk
memfasilitasi segala macam urusan manusia ditemukan, dikembangkan, dibuat dan digunakan
oleh banyak orang dengan biaya yang sangat terjangkau.
Perubahan zaman pada abad ke-21 juga berdampak signifikan terhadap fisik serta cara
hidup, gaya hidup dan psikologi masyarakat modern. Dampak fisik dapat berupa pencemaran
dari munculnya banyak pabrik yang memproduksi barang-barang industri modern tersebut,
pencemaran berkelanjutan justru akan mengakibatkan munculnya varian penyakit baru yang
belum pernah ditemukan sebelumnya, seperti kanker dengan segala macam turunannya. , tumor,
dll, efek psikologis dapat diekspresikan melalui munculnya kebiasaan konsumsi dan
ketergantungan yang tinggi pada teknologi, seperti kebutuhan akan listrik, komputer, dan alat
teknologi canggih lainnya.
Perkembangan teknologi digital telah mengganggu berbagai aktivitas manusia, tidak
hanya sebagai penggerak perekonomian, tetapi juga di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) dan pendidikan tinggi. Kebijakan strategis harus dirumuskan dalam berbagai aspek mulai
dari institusi, bidang studi, kurikulum, sumber daya dan pengembangan inovatif
Perguruan tinggi di Indonesia harus mampu mengantisipasi akselerasi perkembangan
teknologi yang terjadi di era revolusi industri 4.0. Desain kurikulum dan metode pengajaran juga
harus mampu beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang berkembang, perusahaan jasa
pendidikan dan industri juga berkembang sangat cepat dan semakin kompetitif, yang harus
mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Perubahan yang terjadi di era revolusi
industri juga berdampak besar pada karakter manusia, dunia kerja, sehingga keterampilan yang
dibutuhkan juga berubah dengan cepat. sesuai dengan bidangnya, mengingat Revolusi Industri
4.0. Dunia kerja di era revolusi industri 4.0, merupakan integrasi penggunaan internet dengan
manufaktur di dunia industri yang memanfaatkan kecanggihan teknologi dan informasi.
Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam
kegiatan belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara
siswa dengan guru sebagai sumber belajar. Sumber belajar tidak hanya dibatasi oleh guru, tetapi
dapat ditemukan di mana-mana. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut mahasiswa
abad 21 menjadi manusia yang memiliki kompetensi dan kualifikasi yang memadai.
Keterampilan yang dibutuhkan siswa meliputi fleksibilitas, interdisipliner, sadar budaya, dan
kolaboratif.
Pendidikan nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu bangsa
Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan sejajar dengan
bangsa lain di dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari masyarakat yang
berkualitas. sumber daya manusia yaitu individu yang mandiri, mau dan mampu mewujudkan
cita-cita bangsa (BSNP, 2010). Awal abad 21 ditandai dengan pergantian tahun dari tahun 2000
ke 2001, yang menurut penanggalan Gregorian disebut milenium ke-3, meskipun dalam banyak
pendapat terdapat pertanyaan dan perselisihan tentang sistem penghitungan abad ke-21, karena
menurut beberapa orang terlalu dini untuk mengalikan tahun 2000-an - yang disebut abad ke-21,
dan menurut pendapat lain, ini karena orang dahulu tidak mengenal sistem penghitungan dengan
angka 0, jadi tahun abad pertama dimulai dari tahun 1.
Informasi dan teknologi memengaruhi aktivitas sekolah dengan sangat masif. Informasi
dan pengetahuan baru menyebar dengan mudah dan aksesibel bagi siapa saja yang
membutuhkannya. Pendidikan mengalami disrupsi yang sangat hebat sekali. Peran guru yang
selama ini sebagai satu-satunya penyedia ilmu pengetahuan sedikit banyak bergeser menjauh
darinya. Di masa mendatang, peran dan kehadiran guru di ruang kelas akan semakin menantang
dan membutuhkan kreativitas yang sangat tinggi.
Era revolusi industri 4.0 merupakan tantangan berat bagi guru Indonesia. Mengutip dari

Jack Ma dalam pertemuan tahunan World Economic Forum 2018, pendidikan adalah tantangan

besar abad ini. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar-mengajar, 30 tahun mendatang

kita akan mengalami kesulitan besar. Pendidikan dan pembelajaran yang sarat dengan muatan

pengetahuan mengesampingkan muatan sikap dan keterampilan sebagaimana saat ini

terimplementasi, akan menghasilkan peserta didik yang tidak mampu berkompetisi dengan

mesin. Dominasi pengetahuan dalam pendidikan dan pembelajaran harus diubah agar kelak anak-

anak muda Indonesia mampu mengungguli kecerdasan mesin sekaligus mampu bersikap bijak

dalam menggunakan mesin untuk kemaslahatan.


Siapkah guru di Indonesia menghadapi era revolusi industri 4.0 ketika masih disibukkan

oleh beban penyampaian muatan pengetahuan dan ditambah berbagai tugas administratif? Saat

ini guru merasa terbebani dengan kurikulum dan beban administratif yang terlalu padat sehingga

tidak lagi memiliki waktu tersisa memberi peluang anak didik menjelajahi daya-daya kreatif

mereka menghasilkan karya-karya orisinal. Akibatnya, interaksi sosial anak didik terbatasi, daya

kreasinya terbelenggu, dan daya tumbuh budi pekerti luhurnya bantet.

Era revolusi industri 4.0 akan berdampak pada peran pendidikan khususnya peran

pendidiknya. Jika peran pendidik masih mempertahankan sebagai penyampai pengetahuan, maka

mereka akan kehilangan peran seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan metode

pembelajarannya. Kondisi tersebut harus diatasi dengan menambah kompetensi pendidik yang

mendukung pengetahuan untuk eksplorasi dan penciptaan melalui pembelajaran mandiri.

Abad ke-21 ditandai dengan era revolusi industry 4.0 sebagai abad keterbukaan atau abad

globalisasi, artinya kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan yang

fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya. Dikatakan abad ke-21

adalah abad yang meminta kualitas dalam segala usaha dan hasil kerja manusia. Dengan

sendirinya abad ke-21 meminta sumberdaya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan oleh

lembaga-lembaga yang dikelola secara profesional sehingga membuahkan hasil unggulan.

Tuntutan-tuntutan yang serba baru tersebut meminta berbagai terobosan dalam berfikir,

penyusunan konsep, dan tindakan-tindakan. Dengan kata lain diperlukan suatu paradigma baru

dalam menghadapi tantangan-tantangan yang baru, demikian kata filsuf Khun. Menurut filsuf

Khun apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan menggunakan paradigm lama,

maka segala usaha akan menemui kegagalan. Tantangan yang baru menuntut proses terobosan
pemikiran (breakthrough thinking process) apabila yang diinginkan adalah output yang bermutu

yang dapat bersaing dengan hasil karya dalam dunia yang serba terbuka (Tilaar, 1998:245).

Dalam kontek pembelajaran abad 21, pembelajaran yang menerapkan kreativitas, berpikir

kritis, kerjasama, keterampilan komunikasi, kemasyarakatan dan keterampilan karakter, tetap

harus dipertahankan bahwa sebagai lembaga pendidikan peserta didik tetap memerlukan

kemampuan teknik. Pemanfaatan berbagai aktifitas pembelajaran yang mendukung i4.0

merupakan keharusan dengan model resource sharing dengan siapapun dan dimanapun,

pembelajaran kelas dan lab dengan augmented dengan bahan virtual, bersifat interaktif,

menantang, serta pembelajaran yang kaya isi bukan sekedar lengkap.

Kondisi tersebut bertolak belakang dengan implementasi pendidikan dan pembelajaran

saat ini yang dibatasi oleh dinding-dinding ruang kelas yang tidak memungkinkan anak didik

mengeksplorasi lingkungan pendidikan yang sesungguhnya, ialah keluarga, masyarakat, dan

sekolah. Guru menyelenggarakan pembelajaran selalu kaya adate (sebagaimana biasanya) dan

bukan kaya kudune (sebagaimana seharusnya), miskin inovasi dan kreasi. Proses pembelajaran di

sekolah tidak lebih merupakan rutinitas pengulangan dan penyampaian (informatif) muatan

pengetahuan yang tidak mengasah siswa untuk mengembangkan daya cipta, rasa, karsa, dan

karya serta kepedulian sosial. Guru menyelenggarakan pembelajaran tahun ini masih seperti

tahun-tahun sebelumnya.

Dunia pendidikan pada era revolusi industry berada di masa pengetahuan (knowledge

age) dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Percepatan peningkatan

pengetahuan ini didukung oleh penerapan media dan teknologi digital yang disebut dengan

information super highway (Gates, 1996). Gaya kegiatan pembelajaran pada masa pengetahuan

(knowledge age) harus disesuaikan dengan kebutuhan pada masa pengetahuan (knowledge age).
Bahan pembelajaran harus memberikan desain yang lebih otentik untuk melalui tantangan di

mana peserta didik dapat berkolaborasi menciptakan solusi memecahkan masalah pelajaran.

Pemecahan masalah mengarah ke pertanyaan dan mencari jawaban oleh peserta didik yang

kemudian dapat dicari pemecahan permasalahan dalam konteks pembelajaran menggunakan

sumber daya informasi yang tersedia

Tuntutan perubahan mindset manusia abad 21 yang telah disebutkan di atas menuntut

pula suatu perubahan yang sangat besar dalam pendidikan nasional, yang kita ketahui pendidikan

kita adalah warisan dari sistem pendidikan lama yang isinya menghafal fakta tanpa makna.

Merubah sistem pendidikan indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah. Sistem pendidikan

Indonesia merupakan salah satu sistem pendidikan terbesar di dunia yang meliputi sekitar 30 juta

peserta didik, 200 ribu lembaga pendidikan, dan 4 juta tenaga pendidik, tersebar dalam area yang

hampir seluas benua Eropa. Namun perubahan ini merupakan sebuah keharusan jika kita tidak

ingin terlindas oleh perubahan zaman global.

Banyak yang berubah di abad 21, percepatan ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem

komunikasi seperti akses internet yang mudah adalah salah satu ciri abad 21, dunia terlihat kecil

dan terkendali, apa yang terjadi di akhir dunia akan dengan mudah diakui oleh orang-orang di

belahan dunia lain, pada saat yang sama. berbagai teknologi canggih sedang ditemukan,

dikembangkan, ditemukan dan digunakan oleh banyak orang dengan biaya yang sangat

terjangkau. Namun di sisi lain, perubahan zaman di abad 21 juga membawa dampak yang besar,

baik secara fisik maupun psikis, terhadap masyarakat modern. Dampak fisik dapat berupa

pencemaran dari munculnya banyak pabrik-pabrik yang memproduksi barang-barang industri

modern tersebut, pencemaran lanjutan justru akan mengakibatkan munculnya varian penyakit

baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya, seperti kanker dengan segala macam
turunannya. Tercermin dari munculnya kebiasaan konsumsi dan ketergantungan yang tinggi

terhadap teknologi, seperti kebutuhan akan listrik, komputer dan alat-alat teknologi canggih

lainnya.

Pendidikan sebagai bagian dari kehidupan harus ikut berubah apabila diinginkan pendidikan

tetap memegang peran penting dalam perubahan itu. Perubahan yang terjadi amat penting bagi

pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu proses mempersiapkan pesertadidik untuk bisa hidup

terhormat dan bermartabat di masa depan. Perubahan yang cepat menyebabkan masa depan tidak lagi

dapat dideskripsikan dengan jelas. Gambar masa depan buram lagi kabur. Tanpa dengan gambaran masa

depan yang jelas, amat sangat sulit bagi pendidikan dapat memainkan peran dan tugasnya dengan baik

dan benar. Oleh karena itu, dengan segala keterbatasan yang ada, merupakan suatu keharusan bagi dunia

pendidikan untuk mempersiapkan suatu kebijakan pendidikan yang dapat meningkatkan relevansi antara

bagaimana pesertadidik hidup di masa depan dan bagaimana pesertadidik harus belajar saat sekarang ini.

Untuk itu menggagas masa depan masyarakat dan masa depan pendidikan merupakan suatu keperluan

pokok.

Strategi pencapaian Pendidikan Nasional abad 21 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berkeanekaragaman geo-demografis, budaya, dan memperhatikan tantangan global dan

lokal tentang budaya – karakter bangsa, serta adanya potensi, harus mencakup tanggung jawab pemangku

kepentingan terkait dalam menentukan kebijakan dan kemauan politik untuk menghadapi tantangan

perubahan paradigma. Strategi pendidikan meliputi pelaksanaan operasional untuk mencapai sasaran

paradigma sebagai berikut:

1. Menumbuhkan komitmen, meningkatkan pemberdayaan pemangku kepentingan antara-lain

badan eksekutif pusat sampai daerah dan jajarannya maupun badan legislatif pusat dan daerah

melalui tugas dan fungsi terkait.

2. Meningkatkan keterlibatan sektor informal dan lembaga swadaya masyarakat terutama dalam

pendidikan nonformal maupun informal sesuai dengan paradigm baru


3. Menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas inovatif masyarakat dalam pengembangan dan

pelaksanaan paradigma yang sesuai dengan budaya setempat.

4. Menumbuhkan dan meningkatkan sumber daya manusia bidang pendidikan yang mengacu pada

implementasi paradigma.

5. Meningkatkan dan memeratakan keberadaan pendidikan formal, serta nonformal sesuai dengan

kebutuhan masyarakat dan potensi pengembangan daerah masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai