SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Novalian Kesumasari
109011000063
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima
segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
NOVALIAN KESUMASARI
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
(QS. Ar-Rahman)
(Pepatah)
dimohonkan kepada-Nya.
iii
Abstrak
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam
yang menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku
bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas. Shalawat dan Salam
senantiasa menyelimuti baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga,
sahabat, dan pengikut sampai akhir zaman.
v
bimbingan, petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian
skrpsi ini dengan sebaik-baiknya.
7. Cipriana Murbihastuti, Bc.IP, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Wanita Tangerang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di lembaga yang beiau pimpin.
8. Yusmarni, SE., MH dan Nuraini P.Amd., IP., MH selaku subseksi Binapi dan
Subseksi Bimpas sekaligus observer yang telah membantu penulis
melaksanakan penelitian ini.
9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan yang telah memberikan fasilitas berupa kemudahan dalam
peminjaman buku.
10. Para Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wanita Tangerang
yang telah bersedia sebagai subyek dalam Penelitian.
11. Abang dan Adikku dialah Alfredo dan Irdini, terima kasih atas doa dan
dukungannya selama ini, serta telah memberi keceriaan yang mampu
menghilangkan penatku.
12. Sahabat-sahabatku, Merina Ayi, Alena, Aviana, Aufa, Eva Faizah, Mufliha,
Nur Sa’adah, Nurul, Septiara, Nisa, dan Reni. Terimakasih atas doa,
dukungan, bantuan dan kebersamaan selama ini yang kalian berikan.
13. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan
2009, kelas PAI-B dan Fiqih-B. Terimakasih atas kebersamaannya,
dukungan, bantuan dan motivasi. Tiada hal yang terindah kecuali mengenang
masa kita berjuang bersama di kampus tercinta.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi
ini.
Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “Jazakumullah
Ahsanal Jazaa” semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT.
Penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang konstruktif
dari pembaca demi memperbaiki karya tulis ini, semoga dapat membawa manfaat
bagi para pengkaji/pembaca dan bagi penulis sendiri. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
vi
DAFTAR ISI
vii
e. Indikator Sikap Keagamaan ..................................................... 22
3. Narapidana .......................................................................... 24
a. Pengertian Narapidana ............................................................. 24
b. Tujuan Pembinaan Hukum Pidana ........................................... 24
c. Penggolongan Narapidana ....................................................... 25
d. Hak dan Kewajiban Narapidana............................................... 25
viii
2. Keterkaitan Temuan dengan Variabel yang Membatasi ............ 65
3. Komparasi dengan Penelitian Terdahulu .................................. 66
BAB V – KESIMPULAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 67
B. Implikasi ............................................................................................ 67
C. Saran ................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
Lampiran-lampiran ..............................................................................
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Mempelajari Pendidikan Agama Islam ketika berada di Lapas .......... 54
Tabel 4.9 Mengikuti ulil amri saat perayaan Idul Fitri ....................................... 58
Tabel 4.10 Mampu mempraktikan tata cara wudhu dan sholat ............................ 58
x
xi
Tabel 4.20 Meminta maaf jika melakukan kesalahan kepada sesama .................. 64
Tabel 4.22 Hati menjadi tenang dan tentram ketika mendengar lantunan ayat suci
Al-Qur’an ......................................................................................... 65
Tabel 4.23 Membaca buku Pendidikan Agama Islam sebagai media penambah
Tabel 4.26 Mengakui kesalahan sehingga mendapatkan hukuman dari negara .... 67
Tabel 4.27 Takut akan dosa jika melakukan kedalahan yang dilarang oleh
agama .............................................................................................. 68
Tabel 4.29 Merasa bersalah kepada Allah SWT, diri sendiri, dan keluarga karena
PENDAHULUAN
1
Fadilah Suralaga dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005), cet ke-1, h.39.
2
Zakiyah Darajat, dkk, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1984), h.58.
1
2
3
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2009), h. 124.
4
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: mizan, 2003), cet. XXVI, h. 170.
3
5
Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rosda Karya,
2004), Cet. 1, h. 130.
4
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mempunyai fungsi
serta tujuan tertentu. Seperti dijelaskan dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 bahwa:
Manusia hidup di dunia ini pastilah mempunyai tujuan hidup yang sama
yaitu bahagia dunia dan akhirat. Salah satu cara yang akan membawa manusia
kepada kebahagiaan adalah melalui ilmu pendidikan. Ilmu dapat diperoleh dengan
adanya pendidikan, baik pendidikan yang dimulai dari dalam rumah atau
keluarga, di sekolah, maupun di dalam masyarakat. Oleh karena itu pendidikan
sangat berperan penting dalam mencapai tujuan hidup yang dicita-citakan.
6
Undang-undang SISDIKNAS, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), Cet. 1, h. 7.
5
Kebutuhan pokok lainnya adalah kebutuhan rasa kasih sayang dan rasa
aman. Untuk melindungi serta menunjang hidupnya hingga ia mampu berdiri dan
mandiri menjalani kehidupannya di dalam bermasyarakat. Dalam hal ini orang
pertama yang mempengaruhi sikap dan tingkahlaku seseorang ialah kedua orang
tuanya, keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Keluarga merupakan sumber utama pembentuk kepribadian seseorang yang sesuai
dengan fitrahnya sejak lahir, maka apabila didalam suatu keluarga tidak adanya
keseimbangan dan kesadaran serta tanggungjawab dalam mendidik anak-anak
didiknya akan menimbulkan sebab dari penyimpangan sosial yang dilakukan
seseorang. Dengan kata lain, hendaklah minimal dalam lingkungan keluarga telah
tertanam kesadaran beragama dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
6
Ada pula seorang anak didik yang hampir tidak pernah dikenalkan tentang
ilmu agama oleh orang tuanya, namun ia tinggal di dalam lingkungan masyarakat
yang mempunyai nilai kesadaran beragama yang tinggi sehingga anak tersebut
mempelajari ilmu agama bersama teman sepermainannya serta warga sekitarnya,
namun ada pula seorang anak didik yang jarang sekali diberikan pengetahuan
keagamaan oleh orang tuanya, kemudian di dalam masyarakat pula ia sering
merasa asing karena sangat jarang bertemu dan bersosialisasi di lingkungan
sekitarnya sehingga ia lebih memilih menyendiri dan asik dengan dunianya
sendiri.
Pada kondisi yang memprihatinkan inilah seorang anak didik yang kurang
kontrol terhadap agama, orang tua, dan masyarakat sekitarnya yang akan berefek
negatif pada diri anak didik itu sendiri. Sebagai contoh, seorang anak didik yang
akhirnya mengkonsumsi narkoba dan sejenisnya dengan dalih kurangnya
perhatian dari kedua orang tuanya serta mengikuti trend teman-teman sekitarnya
yang akhirnya anak didik tersebut terbuai oleh perilaku menyimpang yang
menyebabkan ia menjadi pelaku tindak pidana sehingga terhampaslah
kemerdekaannya di dalam bermasyarakat dan menjadi narapidana guna menebus
kesalahannya.
Dari kronologis diatas terlihat bahwa selain perhatian orang tua, keluarga,
dan masyarakat dalam mendidik anak didik, peran agama yang telah tertanam
pada dirinya pula akan menjadi kontrol dalam setiap tindakannya. Jika seseorang
mempunyai kesadaran bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan
penyimpangan tindak pidana serta diharamkan pula oleh agama karena hal
tersebut di qiyaskan dengan khamr yang dapat merusak akal, maka hal tersebut
mungkin tak akan pernah terjadi. Dengan melihat kejadian tersebut yang
menyebabkan perilaku menyimpang sebagai bagian dari kepribadian beragama
tatkala seseorang menunjukkan hal-hal yang tidak dapat dimaklumi sebagai
perilaku yang mencerminkan kesadaran beragama, sehingga timbulah upaya-
upaya untuk memperbaikinya.
Selama ini upaya yang telah dilakukan untuk menangani pelaku tindak
pidana yaitu dengan pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan (LAPAS)
dengan tujuan untuk membina warga binaan kembali menjadi pribadi yang lebih
baik dari sebelumnya dan dapat diterima kembali di dalam masyarakat.Pembinaan
di dalam lembaga pemasyarakatan bukan hanya pemberian hukuman, penanaman
bakat dan keterampilan, namun juga terdapat pembinaan moral dan kerohanian
berupa pembinaan kesadaran beragama guna menunjang jiwa keagamaan anak
binaan. Banyak hal yang dilaksanakan dalam kegiatan pembinaan kerohanian
Islam pada narapidana misalnya, pada setiap harinya narapidana selalu
melaksanakan pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang dibimbing langsung oleh
beberapa ustadzah, kemudian setelah masing-masing narapidana mengaji,
kegiatan selanjutnya yaitu berupa tausiah-tausiah keagamaan yang berguna untuk
mengembangkan pengetahuan para anak binaan memahami ilmu agama yang
benar.
Atas dasar pemikiran itulah, untuk lebih jauh mengetahui adanya pengaruh
antara Pendidikan Agama Islam yang dimiliki seseorang dengan Kesadaran
Beragamanya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
“PENGARUH PEMBINAAN KEROHANIAN ISLAM TERHADAP
KESADARAN BERAGAMA NARAPIDANA (STUDI KASUS di
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A WANITA,
TANGERANG)”
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wanita, Tangerang.
2. Untuk mengetahui adakah pengaruh pendidikan agama Islam terhadap
kesadaran beragama para Narapidana.
11
F. Kegunaan Penelitian
1. Berguna bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiyahnya sebagai
tugas akhir perkuliahan.
2. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan,
guna lebih meningkatkan pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam
kesadaran beragama.
3. Dengan mengetahui informasi tentang tingkat kesadaran beragama,
lembaga dapat berusaha melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan
kesadaran beragama para narapidana
4. Dengan data ini, diharapkan menjadi bahan informasi bagi lembaga
pemasyarakatan tentang tingkat kesadaran beragama para narapidana.
5. Serta sebagai bahan rujukan pembaca lainnya dalam pembahasan
Pendidikan Agama Islam dan Kesadaran Beragama.
BAB II
A. Deskripsi Teoritik
1. Pembinaan Kerohanian Islam
a. Pengertian Pembinaan
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan pemberian awalah “pe”
dan akhiran “kan” mengandung arti “perbuatan” hal, cara, dan sebagainya. Istilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani, yaitu paedagogie, yang berarti
bimbingan yang di berikan kepada anak. Istilah ini dalam bahasa Inggris dikenal
dengan education yang berasal dari kata Latin educare, educatie. Kata educare
dalam bahasa Inggris berarti proses menghasilkan dan mengembangkan, yang
mengacu kepada yang bersifat fisik dan materil.1
1
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Kalam Mulia, 1990), h.3 (al-
Tarbiyah=pendidik, al-Ta’dib=mendidik, al-Ta’lim=mengetahui)
2
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam PendekatanHistoris, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), h.25.
12
13
1) Menurut Langeveld
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan
bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan
anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
2) John Dewey
Pendidikan adalah proses pebentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan
sesama mmanusia.
3) J.J Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada
masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya ketika
dewasa.
4) Driyarkarya
Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan
manusia muda ke taraf insani.
5) Ki. Hajar Dewantara
Mendidik ialah mengerahkan segala potensi di dalam diri seorang
anak agar dia mencapai kebahagiaannya dan keselamatan di
dalam dirinya dan di dalam masyarakatnya.4
6) Menurut UU No.2 Tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang.5
7) Menurut UU No. 20 Tahun 2003
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
3
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
1999), h. 2-3.
4
M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), cet. Ke-1, h. 6
5
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,.... h.4
14
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan dilautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan”. (Al-Isra: 70).
6
Undang-undang SISDIKNAS…, h. 7.
15
Menurut Zakiyah Darajat seperti yang dikutip oleh Abdul Majid dkk,
pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.
7
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:
PT RemajaRosdakarya, 2006), Cet. III, h. 130.
8
Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Biro Ilmiah Fak.Tarbiyah
IAIN Sunan Ampel, 1983), h.27.
16
9
Abdul Majid dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,..h.130
17
10
. Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), cet 1, hlm 95-97
18
11
Fadilah Suralaga dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam...h.39-40.
19
12
Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional)…, h 7
13
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet ke 5, h. 29
20
Materi agama Islam yang diberikan tidak disusun dalam bentuk silabus
atau rencana pembelajaran terlebih dahulu, akan tetapi ustadzah yang mempunyai
peran penuh dalam menentukan materi dengan topik yang akan disampaikan pada
setiap pertemuan dalam pelaksanaan pembinaan kerohanian Islam di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Tangerang.
14
Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008),
h.59
21
2. Kesadaran Beragama
a. Pengertian Kesadaran Beragama
Kesadaran berasal dari kata “sadar” yang berarti insaf, ingat kembali, dan
bangun. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kesadaran adalah
keadaan atau hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. 15
15
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002) Cet. Ke-2, h.975.
23
Dalam agama, Tuhan adalah sebagai pihak utama yang lebih tinggi daripada
manusia.16
16
Achmad Gholib, Studi Islam (Pengantar Memahami Agama, Al-Quran, Al-Hadis, Dan
Sejarah Peradaban Islam), (Jakarta: Faza Media, 2006), cet ke 2, hlm 4
17
Ramayulis,Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), cet ke 9, hlm 8.
24
Menurut Abudin Nata seperti yang dikutip oleh Achmad Gholib dalam
bukunya study Islam, sekurang-kurangnya ada tiga alasan perlunya manusia
terhadap agama, yakni: Pertama, latar belakang fitrah manusia. Kenyataan bahwa
manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut untuk pertama kali ditegaskan dalam
ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan manusia. Kedua, alasan
tentang kelemahan dan kekurangan manusia. Alasan inipun kelihatannya bisa
diterima, disamping karena keterbatasan akal manusia untuk menentukan hal-hal
yang diluar kekuatan pikiran manusia itu sendiri, juga karena manusia sendiri
merupakan makhluk dhaif (lemah) yang sangat memerlukan agama. Ketiga,
adanya tantangan manusia. Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi
berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam
berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan syetan, sedangkan tantangan dari luar
dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara
sengaja berupaya memalingkan manusia dari Tuhan. 19
18
Abdul Aziz Ahyadi, .Psikologi Agama.(Bandung:Sinar Baru Al gensindo.1995). hlm 37
19
Achmad Gholib, Studi Islam (Pengantar Memahami Agama, Al-Quran, Al-Hadis, Dan
Sejarah Peradaban Islam)…, hlm 10-11
25
sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri. Meskipun perhatian tertuju kepada
adanya suatu dunia yang tak dapat dillihat (akhirat), namun agama melibatkan
dirinya dalam masalah-masalah kehidupan sehari-hari di dunia, baik kehidupan
individu maupun kehidupan sosial.20
Dalam buku karya Prof. Dr. Abudin Nata, mengatakan bahwasannya ada
tiga alasan yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama, yaitu sebagai
berikut:22
20
Bambang Syamsul arifin, Psikologi Agama, (Bandung, pustaka setia, 2008), h.142-143.
21
Achmad Gholib, Studi Islam (Pengantar Memahami Agama, Al-Quran, Al-Hadis, dan
Sejarah Peradaban Islam)…, hlm 11-12
22
Abudin Nata, Metodology Study Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.16.
26
Dari penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa, dalam diri manusia
sudah terdapat potensi beragama yang di berikan Tuhannya kepada kita,
namun potensi ini harus di kembangkan akan dibawa kemana jiwa yang
mempunya potensi agama tersebut.
23
. Jalaludin-Ed.Rev, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo, 2010), h. 304-311.
28
24
Jalaludin, Psikologi Agama... h.311-313
25
Abdurrahman, An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,
(jakarta: gema insani, 1995), cet.1. hlm.139
30
26
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1999), cet. IV, h. 134.
31
27
Abudin Nata, Pendidikan dalam Persepektif Al-Quran, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005),
Cet. 1, h. 270.
32
28
Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Quran..., h.276
29
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 2, h.175
33
30
Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam; Solusi Islam akan Problem
Psikologi, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005), Cet. 1, h. 77
34
31
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam..., h.42-43
35
keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah
laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut
terjadi oleh adanya konsistensi antara pemahaman terhadap keagamaan dan
prilaku terhadap keagamaannya.
Dengan demikian sikap keagamaan dari seorang yang berkepribadian muslim
adalah suatu perwujudan dari keseluruhan totalitas manusia, baik sikap dan
karakternya, tabiatnya, dan tindakannya sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam,
karena Islam bukan hanya diwujudkan dalam ibadah ritual saja, tetapi juga dalam
bentuk aktivitas lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
3. NARAPIDANA
a. Pengertian Narapidana
Narapidana adalah orang yang sedang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di dalam lembaga pemasyarakatan.32 Sesuai dengan UU No. 12
Tahun 1995, pasal 1 angka ke 7 bahwa narapidana adalah terpidana yang
menjalani pidana hilang kemerdekaannya, tapi ada hak-hak narapidana yang tetap
dilindungi dalam sistem pemasyarakatan Indonesia.
Narapidana bukan hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subyek yang
tidak berbeda dengan manusia lainnyayang sewaktu-waktu dapat melakukan
kesalahan atau kekhilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus
diberantas. Yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang dapat dikenakan
pidana.33
c. Penggolongan Narapidana
Dalam UU RI Nomor 12 Tahun 1995 pada BAB III tentang Narapidana,
pada pasal 12 disebutkan:
1. Dalam rangka pembinaan narapidana di LAPAS dilakukan penggolongan
atas dasar:
a) Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin dibedakan berdasarkan perbedaan
antara pria dan wanita.
b) Usia
Berdasarkan usia, narapidana digolongkan menjadi dua, yang
pertama usia dewasa yaitu mereka yang sudah berumur 18 tahun
keatas, dan yang kedua usia anak-anak yaitu mereka yang berusia
kurang dari 18 tahun.
c) Jenis kasus
Berdasarkan jenis kasus di lembaga pemasyarakatan, narapidana
di pisahkan dalam beberapa jenis kasuskejahatan, yaitu kejahatan
politik dan kejahatan kriminal dengan kekerasan seperti perampokan,
37
34
Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Indonesia...h.167
38
35
Setiawan, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Sikap Beragama Remaja Arrojan
Pasir Putih Depok, Faktultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, h.63
39
C. Kerangka Berfikir
36
Siti Shofiah, Pembinaan Kesadaran Beragama Pada Kehidupan Anak Jalanan (Studi Kasus
di Rumah Singgah Anak Kurnia), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, hlm: 90.
37
Hari kohari Permasandi, Peranan Pembimbing Agama Dalam meningkatkan Ibadah Sholat
Pada Lansia di Balai Perlindunngan Sosial Propinsi Banten, FDK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, hlm: 57-58.
40
Agama yang didirikan oleh Allah SWT melalui Nabi dan Rasul adalah
untuk memberi solusi kepada manusia atas masalahnya, namun terkadang apa
yang kita lihat bahwa agama itu sendiri identik dengan api manusia, dengan
agamanya ada sebab, konflik, kebencian, kehancuran, dan lainnya yang
menggambarkan bahwa agama pada manusia sangatlah lemah. Salah satu cara
perenungan bukan kembali ke Allah SWT, melainkan kepada diri sendiri, karena
intisari semua agama itu pasti sama, bahwa agama mempercayai Tuhan, agama
mengajarkan nilai-nilai luhur, dan agama tidak mentolerir perbuatan mencuri,
berbohong, dan perbuatan negatif lainnya. Kalau karena agama menjadikan orang
berkelahi maka bisa jadi dikarenakan ajaran yang dia terima sebelumnya yang
mempunyai kesalahan.
Dalam hal ini, pendidikan agama Islam yang diterima seseorang baik
dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun di dalam masyarakat sangatlah
berpengaruh terhadap kesadaran agama manusia itu sendiri. Jika sejak dini
seorang anak sudah diberikan pengetahuan yang memadai tentang agamanya,
maka kelak anak tersebut akan senantiasa melaksanakan kewajibannya sebagai
ummat beragama. Begitupun bagi seorang narapidana, jika seorang narapidana
yang sebelumnya mereka telah mendapatkan ilmu pendidikan agama Islam,
namun dengan sadar atau tidak sadarnya narapidana ini melakukan tindak pidana
yang kemudian mereka dituntut untuk menebus kesalahannya di Lembaga
Pemasyarakatan, dan di dalam Lembaga Pemasyarakatan tersebut mereka
mendapatkan kembali pembinaan keagamaan yang bertujuan untuk menyadarkan
kesalahan yang lama agar tak terulang serta kembali ke jalan yang benar. Maka
terdapat pengaruh positif bahwa, “jika seorang narapidana menjalani pembinaan
41
keagamaan secara tertib dan sebaik mungkin, maka kesadaran beragamanya pun
akan semakin baik.”
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, “hypo” yang artinya “di bawah” dan
“thesa” yang artinya “kebenaran”.38 Hipotesis adalah dugaan yang kemungkinan
benar atau juga kemungkinan salah setelah dilakukan penelitian oleh penguji.
Hipotesis akan diterima jika bukti-bukti membenarkan dan akan dikelola jika
tidak benar. Penolakan dan penerimaan hipotesis tergantung pada penyelidikan
bukti-bukti yang di kumpulkan.
1. Hipotesis Nol (Ho), yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara
Pendidikan Agama Islam terhadap kesadaran beragama narapidana.
2. Hipotesis alternatif (Ha), yaitu adanya pengaruh yang signifikan
antara pendidikan agama Islam terhadap kesadaran beragama
narapidana.
38
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI),
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet-13, h.71
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu mix method atau
metode campuran antara metode kuantitatif dan metode kualitatif. Pendekatan
utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang
merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang menekankan pada data
yang bersifat kumulatif untuk menghasilkan penafsiran yang kokoh. Untuk
mendukung pemahaman lebih kuat, maka dilengkapi pula dengan metode
42
43
kualitatif guna melengkapi data-data yang belum dapat terjelaskan melalui metode
kuantitatif.
1
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistic 1 (statistic deskriptif), (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), cet ke 3, hlm 12
2
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistic 1 (statistic deskriptif)…,hlm 12
44
narapidana dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu narapidana
muslimah yang mengikuti kegiatan pembinaan kesadaran beragama yang
diadakan di dalam lapas tersebut, yaitu diambil sebanyak 10% dari 308 populasi.
Tabel 3.1
Pedoman Observasi
No Obyek Observasi
1 Keadaan lingkungan Lembaga
2 Fasilitas Lembaga Pemasyarakatan
3 Struktur organisasi
4 Keadaan petugas lapangan
5 Keadaan para narapidana Lembaga Pemasyarakatan
6 Jenis-jenis kegiatan narapidana
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen
Dimensi Keimanan, 5, 6, 8, 11
Pemahaman ibadah, fiqh, 10, 11,
ushul fiqh, Al- 12, 13,
Qur’an-Hadis, 16, 17,
dan tafsir. 19, 20.
Dimensi Kesadaran 4, 5, 14 3
peribadatan melatih diri
dalam
melaksanakan
kewajiban
sebagai hamba
Dimensi Kesadaran 3, 8, 9, 7
pengetahua menuntut ilmu 10, 12,
n pengetahuan 13, 20
Kesadaran
bersosialisasi
46
untuk saling
berbagi ilmu
agama
Table 3.3
Kisi-kisi Wawancara
4. Controling kegiatan
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI)...h.235-
237.
48
F
P x100%
N
Keterangan:
P= Presentase
F= Frekuensi
N= Jumlah responden4
Dalam analisis penelitian ini dengan menggunakan korelasi product
moment, adapun rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment,
secara operasional, analisa data tersebut dilakukan melalui tahap:
r
N XY - X Y
xy
N X 2 - X N Y 2 Y
2 2
4
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), Cet.
X, h.43
49
r
xy = Angka indeks korelasi “r” Product Moment
N = Jumlah responden
Tabel 3.4
Interpretasi nilai r
5
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan...., h. 205-206
50
df= N-nr
Keterangan:
df = Degress of freedom
N = Number of Cases
KD = r2 X 100%
Keterangan:
F. Hipotesis Statistik
H0 : = 0
H1 : ≠0
6
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan..., h.192-194
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi data
1. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA
Tangerang
51
52
mematuhi segala macam peraturan dan kegiatan yang telah diatur dan
dijadwalkan sebagaimana mestinya. Salah satu kegiatan yang mendukung
Narapidana agar dapat memperbaiki keimanan dan ketaqwaannya yaitu
dengan mengikuti kegiatan pembinaan kerohanian Islam yang telah
dijadwalkan setiap senin hingga sabtu, mulai pukul 08-12 siang, mulai dari
membaca Al-Quran hingga mengikuti tausiyah dari para ustadzah terpilih.
Kedisiplinan dalam keikutsertaan dalam setiap kegiatan juga berfungsi
untuk mendapatkan remisi hukuman.”
F
P x100%
N
Keterangan:
P= Presentase
F= Frekuensi
N= Jumlah responden1
Berikut penulis sajikan hasil angket dari 30 pertanyaan yang diberikan
kepada 30 responden (10% dari 308 Narapidana Kelas IIAwanita yang Muslim).
1
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), Cet.
X, h.43
55
Tabel 4.1
Pertanyaan Kategori F %
1 Selalu 28 93,33
Sering 2 6,67
Jarang 0 -
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.2
Pertanyaan Kategori F %
2 Selalu 23 76,7
Sering 7 23,3
Jarang 0 -
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
56
Table 4.3
Pertanyaan Kategori F %
3 Selalu 24 80
Sering 5 16,7
Jarang 1 3,3
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 100
Tabel 4.4
Pertanyaan Kategori F %
4 Selalu 26 86,7
Sering 3 10
Jarang 1 3,3
Tidak Pernah 0 -
57
Jumlah 30 100
Tabel 4.5
Pertanyaan Kategori F %
5 Selalu 28 93,33
Sering 2 6,67
Jarang 0 -
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (93,33%)
menyatakan selalu bersedekah, karena mengajarkan untuk rendah hati. Sisanya
yaitu (6,67%) menyatakan sering, dan sama sekali tidak ada (0%) yang
menyatakan bahwa jarang serta tidak ada pula (0%) menyatakan tidak pernah.
Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh narapidana selalu bersedekah karena
mengajarkan agar selalu rendah hati.
Tabel 4.6
Pertanyaan Kategori F %
6 Selalu 22 73,3
Sering 8 26,7
58
Jarang 0 -
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.7
Pertanyaan Kategori F %
7 Selalu 18 60
Sering 11 36,7
Jarang 1 3,3
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
menunjukan bahwa dengan sholat mereka mendapatkan ibrah agar selalu disiplin
terhadap waktu.
Tabel 4.8
Pertanyaan Kategori F %
8 Selalu 15 50
Sering 15 50
Jarang 0 -
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.9
Pertanyaan Kategori F %
9 Selalu 13 43,4
Sering 16 53,3
Jarang 1 3,3
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
(0%) menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa para narapidana juga
mengikuti jadwal yang ditetapkan pemerintah sebagai salah satu cara untuk
mengikuti ulil amri dan ijtihad dari para ulama.
Tabel 4.10
Pertanyaan Kategori F %
10 Selalu 10 33,3
Sering 17 56,7
Jarang 3 10
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.11
Pertanyaan Kategori F %
11 Selalu 11 36,7
Sering 19 63,3
Jarang 0 -
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
sama sekali tidak ada (0%) yang menyatakan bahwa jarang serta tidak ada pula
(0%) menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa narapidana sudah
sangat baik dalam menyempatkan waktunya untuk mengkaji dan mempelajari Al-
Qur’an.
Tabel 4.12
Pertanyaan Kategori F %
12 Selalu 9 30
Sering 13 43,3
Jarang 8 26,7
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.13
Pertanyaan Kategori F %
13 Selalu 9 30
Sering 11 70
Jarang 0 -
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
62
Tabel 4.14
Pertanyaan Kategori F %
14 Selalu 8 26,7
Sering 16 53,3
Jarang 6 20
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.15
Meneladani Rasulullah
Pertanyaan Kategori F %
15 Selalu 6 20
Sering 21 70
Jarang 3 10
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
63
Tabel 4.16
Pertanyaan Kategori F %
1 Selalu 18 60
Sering 10 33,3
Jarang 2 6,7
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.17
Pertanyaan Kategori F %
2 Selalu 22 73,3
Sering 8 26,7
Jarang 0 -
64
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.18
Pertanyaan Kategori F %
3 Selalu 16 53,3
Sering 12 40
Jarang 2 6,7
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.19
Pertanyaan Kategori F %
4 Selalu 16 53,3
Sering 13 43,4
Jarang 1 3,3
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.20
Pertanyaan Kategori F %
5 Selalu 21 70
Sering 9 30
Jarang 0 -
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
pernah. Hal ini menunjukan bahwa narapidana sudah mempunyai akhlak yang
baik karena jika melakukan kesalahan mereka meminta maaf.
Tabel 4.21
Pertanyaan Kategori F %
6 Selalu 16 53,3
Sering 13 43,4
Jarang 1 3,3
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.22
Hati menjadi tenang dan tentram ketika mendengar lantunan ayat Al-
Qur’an
Pertanyaan Kategori F %
7 Selalu 21 70
Sering 9 30
Jarang 0 -
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
responden (30%) menyatakan sering, dan tidak ada responden (0%) yang
menyatakan bahwa jarang serta tidak ada pula responden (0%) menyatakan tidak
pernah. Hal ini menunjukan bahwa narapidana merasa tenang hatinya ketika
mendengar lantunan ayat suci Al-Quran.
Tabel 4.23
Pertanyaan Kategori F %
8 Selalu 10 33,3
Sering 20 66,7
Jarang 0 -
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.24
Pertanyaan Kategori F %
9 Selalu 8 26,7
Sering 19 63,3
Jarang 3 10
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
68
Tabel 4.25
Pertanyaan Kategori F %
10 Selalu 15 50
Sering 15 50
Jarang 0 -
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.26
Pertanyaan Kategori F %
11 Selalu 13 43,4
Sering 9 30
Jarang 4 13,3
Tidak Pernah 4 13,3
Jumlah 30 100
69
Tabel 4.27
Pertanyaan Kategori F %
12 Selalu 19 63,3
Sering 11 26,7
Jarang 0 -
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.28
Pertanyaan Kategori F %
13 Selalu 10 33,3
Sering 18 60
70
Jarang 2 6,7
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.29
Merasa bersalah pada Tuhan, diri sendiri, dan keluarga karena melakukan
tindak pidana
Pertanyaan Kategori F %
14 Selalu 16 53,3
Sering 13 43,4
Jarang 1 3,3
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 30 100
Tabel 4.30
Pertanyaan Kategori F %
15 Selalu 2 6,7
Sering 3 10
Jarang 15 50
Tidak Pernah 10 33,3
Jumlah 30 100
B. Pengujian Hipotesis
Tabel 4.31
No X Y Xy X2 Y2
1 55 57 3135 3025 3249
2 53 59 3127 2809 3481
3 56 50 2800 3136 2500
4 53 46 2438 2809 2116
5 54 53 2862 2916 2809
6 59 60 3540 3481 3600
7 52 57 2964 2704 3249
8 45 47 2115 2025 2209
9 48 44 2112 2304 1936
10 50 53 2650 2500 2809
11 53 55 2915 2809 3025
12 55 53 2915 3025 2809
13 38 46 1748 1444 2116
14 45 44 1980 2025 1936
15 53 55 2915 2809 3025
16 56 50 2800 3136 2500
17 53 52 2756 2809 2704
18 57 48 2736 3249 2304
19 50 42 2100 2500 1764
20 49 50 2450 2401 2500
73
Diketahui:
N= 30 X=1586 Y=1555
N∑xy − (∑x)(∑y)
=
{N∑x − (∑x) }{{N∑y − (∑y) }
. ( )( )
=
. ( ) }{ . ( ) }
=
{ }{ }
=
{ )( )
74
=
√
= = 0,58
,
Df= N-nr
Df= 30-2
= 28
Dari hasil konsultasi antara rxy dan r tabel maka penulis berkesimpulan
bawha ada korelasi atau pengaruh antara Pendidikan Agama Islam terhadap
Kesadaran Beragama Narapidana.
76
KD= x 100%
= (0,58) x 100%
= 0.3364x100%
= 33,64%
Berdasarkan konsep dan teori yang telah dikemukakan pada landasan teori
di bab II bahwasannya kesadaran beragama seseorang dipengaruhi oleh berbagai
factor, baik itu factor intern yaitu pada hereditas, tingkat usia, kepribadian, dan
kondisi jiwa seseorang, maupun factor ekstern baik itu lingkungan keluarga,
institusi pendidikan, serta masyarakat yang ikut mempengaruhi kesdaran
beragama seseorang, dan penellitian ini terfokus pada keterkaitan pendidikan
agama Islam yang mempengaruhi kesadaran beragama narapidana dan
mendapatkan hasil yaitu adanya pengaruh yang signifikan antara variable bebas
(PAI) dan variable terikat (kesadaran beragama).
pertama dan utama pembentuk kepribadian anak didiknya, oleh karena itu peneliti
sangat tertarik untuk mengambil objek penelitian yaitu narapidana wanita.
D. Keterbatasan Penelitian
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan pembinaan kerohanian Islam di Lembaga Pemasyarakatan
Wanita Kelas IIA Tangerang berbentuk program pengajaran, pelatihan,
dan pembinaan, yang selalu dilaksanakan setiap senin hingga sabtu mulai
pukul 08.00 pagi s/d 12.00 siang dengan agenda kegiatan pembacaan iqro
dan Al-Qur’an serta dilanjutkan dengan pengajian bersama dan tausiah
yang dipimpin langsung oleh ustadzah yang terpercaya.
2. Terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara peminaan Kerohanian
Islam terhadap kesadaran beragama narapidana Wanita Kelas IIA
Tangerang, hal ini terlihat dari hasil perolehan angka korelasi yang
menunjukkan r hitung (rh) lebih besar dari r tabel (rt). Sedangkan
persentase kontribusi kesadaran beragama Narapidana kelas II wanita
yang dipengaruhi oleh pembinaan kerohanian Islam sebesar 33,64%, dan
sisanya 66,36% dipengaruhi oleh faktor lain, baik intern maupun ekstren
narapidana tersebut.
B. Implikasi
Dikarenakan adanya pengaruh positif pembinaan kerohanian Islam
terhadap kesadaran beragama Narapidana, maka pemberian materi pendidikan
agama Islam di Lapas sudah baik dan struktur acara sudah jelas, namun yang
perlu ditingkatkan lagi adalah, penyadaran keagamaan bukan hanya sekedar
pemberian materi keagamaan saja dengan metode diskusi, tanya jawab, ataupun
ceramah saja, tetapi juga demi meningkatkan kesadaran beragama Narapidana
77
78
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran-saran
antara lain:
1. Kepada pengurus yang telah menyusun kegiatan pembinaan kerohanian
Islam di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Tangerang sudah
sangat baik, seperti membuat kurikulum pembinaan kesadaran beragama
dan kebutuhan-kebutuhan rohani yang diberikan kepada warga binaan
serta subyek yang akan memberikan materi keagamaan.
2. Kepada pelaksana kegiatan pembinaan kerohanian Islam di dalam
Lembaga Pemasyarakatan sudah baik dalam pelaksanaannya, namun
yang perlu ditingkatkan lagi adalah penggunaan metode-metode
pendidikan dalam pemberian materi. Misalnya, menggunakan diskusi
kelompok yang memberikan kesempatan kepada Narapidana untuk
berbagi dan bertukar pikiran antar warga binaan.
3. Kepada warga binaan yang menjadi narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Tangerang agar senantiasa
meningkatkan keaktifannya dalam mengikuti pembinaan keagamaan
yang telah dijadwalkan. Karena dengan kegiatan pembinaan kerohanian
Islam dapat membantu kita memperbaiki sikap kesadaran beragama kita
dan dengan kesadaran beragama yang kita butuhkan maka akan sangat
dirasakan manfaatnya dalam bersikap dan berprilaku sepanjang hayat.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Dian., dan Majid, Abdul. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI).
Jakarta:Rineka Cipta. 2006.
Darajat, Zakiyah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
2002.
Gholib, Achmad. Studi Islam (Pengantar Memahami Agama, Al-Quran, Al-Hadis, Dan
Sejarah Peradaban Islam). Jakarta: Faza Media. 2006.
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
1999.
Majid, Abdul, dkk. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda Karya.
2004.
Nata, Abudin. Metodology Study Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006.
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta:
Ciputat Press. 2002.
Priyatno, Dwidja. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
2006.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: mizan. 2003.
Suralaga, Fadilah dkk. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam. Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005.
Sudjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2008.
Suroso, Fuad Nashori., dan Ancok, Djamaludin. Psikologi Islam; Solusi Islam akan Problem
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.
Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1999.
A. Keadaan Narapidana
B. Sarana Prasarana
Gedung Utama I
No Ruang Lantai
1 Kalapas Lantai
2 Kasubag Tata Usaha 2
3 Kaur Kepegawaian/Keuangan
4 Kasi Binapi
5 Kasimin Kamtib dan Kasubsiennya
6 KPLP dan Ruang Besukan Lantai
Gedung Utama IV
No Ruang
1 Kasubsi Bimaswat dan Staff
2 Perpustakaan
3 Keterampilan Menjahit
4 Mushola
Gedung Utama V
No Ruang
1 Praktek Memasak
2 Pembagian Makanan Warga Bianaan
3 Penyimpanan Beras
4 Penyimpanan Peralatan Keterampilan Memasak
5 Kamar Mandi
Kalapas
Ka.KPLP Kasubag TU
Tri Winiarsih, BC., IP., Sri Setiati, BC.,IP., SH
S.Sos
Tabel 10
Jawaban
A. Subseksi Bimpas
1. Jenis kasus yang sering terjadi atau narapidana yang berada di lapas ini banyak yang
melakukan tindak pidana obat-obatan terlarang seperti narkoba dan sebagainya, yang
banyaknya sekitar 75%, baik itu pengedar ataupun pemakai, semua ada disini.
2. Narapidana yang ingin mendapatkan remisi atau pertimbangan dan sebagainya adalah
dengan cara selalu berkelakuan baik, tidak melakukan pelanggaran yang diatur di
Lapas, dan aktif mengikuti semua kegiatan.
3. Jenis kegiatan yang mendukung kesadaran beragama narapidana disini adalah dengan
mengikuti pengajian yang terdapat pula di dalamnya ceramah-ceramah dari ustadz
dan ustadzah, pesantren kilat, ESQ, karena salah satu upaya pembinaan disini
bertujuan untuk mmengubah para narapidana menjadi manusia yang produktif, aktif,
dan mandiri.
4. Saya tidak terlalu sering mengontrol secara langsung untuk kegiatan keagamaan ini,
karena ada petugas yang sudah disiapkan untuk terjun langsung mengawasi kegiatan
yang berlangsung dan kemudian baru mmelaporkan kepada saya dan mengisi lembar
kegiatan sebagaimana mestinya.
B. Ustadzah
1. Materi pembelajaran yang diajarkan dalam kegiatan ini tidak mengikuti sebagaimana
kurikulum yang berlaku, namun kami memberikan materi yang memang secara umum
mampu dipahami oleh narapidana. Baik itu tentang fiqh, akidah-akhlak, sejarah
kebudayaan Islam, serta Al-Quran-Hadis. Kalau materi pengetahuan agama secara
teoritis yang tadi, narapidananya diberikan seperti handout untuk mereka pelajari
bersama.
2. Kalau pengajian Iqra dan Al-Quran, langsung dibimbing oleh para Ustadzah terpilih
yang diadakan sebelum memulai materi ceramah yaitu pukul 08.00-10.00, setelah itu
barulah materi ceramah keagamaan yang diawali dengan shalawat-shalawat Nabi dan
Rasul serta Asma’ul Husna. Namun yang lebih ditekankan adalah Narapidana
minimal mampu menghafal Asma’ul Husna dan surat-surat pendek.
C. Narapidana
1. Kalau materi pembelajaran disini hampir sama saja seperti yang ada di sekolah-
sekolah seperti ibadah, akhlak, keimanan, dan sebagainya yang berkaitan dengan
pelajaran agama Islam.
2. Iya. Saya menyukai setiap kegiatan keagamaan yang diadakan disini, karena saya juga
jarang belajar kalau dirumah, jadi kalau disini ya seperti diajarkan di pesantren
mungkin, jadi saya suka mempelajarinya.
3. Kalau dari cara mmengajar para Ustadzah dan saya juga ikut baca-baca materinya, ya
saya mengerti dan faham.
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
No Variabel Dimensi Indikator No Soal Jml Soal
1 Pembinaan Dimensi Latar belakang 1, 2, 3, 4. 4
kerohanian Pengalman keagamaan
Islam keluarga dan
lingkungan
sekitar.
Membina
keagamaan.
Dimensi Keimanan, 5, 6, 8, 11
Pemahaman ibadah, fiqh, 10, 11,
ushul fiqh, Al- 12, 13,
Qur’an-Hadis, 16, 17,
dan tafsir. 19, 20.
Keterammpilan
mempelajari Al-
Qur’an.
Dimensi Kesadaran 4, 5, 14 3
peribadatan melatih diri
dalam
melaksanakan
kewajiban
sebagai hamba
Dimensi Kesadaran 2, 8, 9, 7
pengetahuan menuntut ilmu 10, 11,
pengetahuan 13, 20
Kesadaran
bersosialisasi
untuk saling
berbagi ilmu
agama
Dimensi Kesadaran
penghayatan menghayati 8, 16, 17, 4
19
kehidupan
Bersikap
menerima dalam
keadaan apapun
yang diberikan
oleh Allah SWT
Dimensi Kesadaran
pengamalan berprilaku baik 6, 12, 18 3
Menunjukkan
sikap pemaaf
Berpakaian dan
penampilan yang
syar’i
ANGKET SEBELUM DI UJI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya bersedia
menjadi responden dalam penelitian skripsi yang peneliti ajukan.
Tertanda
Responden
No Sl Sr Jr TP
1 Lingkungan keluarga saya sangat memahami
pengetahuan agama Islam.
2 Masyarakat sekitar saya sering mengadakan kegiatan
keagamaan.
3 Saya diajarkan pai sejak dini.
4 Saya mendapatkan pendidikan agama islam ketika
saya berada di lembaga pemasyarakatan.
5 Saya yakin bahwa setiap saya sholat selalu dilihat
oleh Allah SWT serta selalu diawasi oleh para
malaikat.
6 Saya yakin bahwa semua yang terjadi adalah
kehendak Allah SWT.
7 Bersedekah mengajarkan saya untuk selalu rendah
hati.
8 Berpuasa mengajarkan saya untuk selalu bersabar.
9 Saya selalu menolong orang yang membutuhkan
pertolongan saya.
10 Sholat mengajarkan saya untuk selalu disiplin
terhadap waktu.
11 Zakat mengajarkan saya untuk membersihkan hati.
12 Saya mengikuti waktu yang ditetapkan pemerintah
saat merayakan Idul fitri.
13 Saya sering melaksanakan ibadah sunnah
14 Saya mampu mempraktikan tata cara wudhu dan
sholat.
15 Saya menyempatkan waktu mempelajari Al-Quran.
16 Saya menghafal surat-surat pendek dalam Al-Qur’an.
17 Saya selalu mengikuti pengkajian Al-Quran di dalam
Lapas.
18 Saya hafal asma Allah dan maknanya.
19 Nabi saw sebagai suri teladan bagi ummat manusia,
oleh karena itu segala perkataan, perbuatan, dan
keputusan yang berasal dari Nabi harus diteladani
dan ditiru.
20 Rasulullah saw mengajarkan saya untuk selalu
berdakwah.
No Pertanyaan Sl Sr Jr TP
1 Saya meyakini akan adanya hari kiamat.
2 Saya meyakini qadha dan qadar.
3 Saya suka mempelajari pendidikan agama Islam.
4 Membiasakan khusu’ dalam sholat dan berdoa
sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
5 Saya selalu membaca doa ketika ingin memulai
akfititas agar mendapat keberkahan.
6 Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan
kepada orang lain dan memaafkan kesalahan orang
lain terhadap saya.
7 Hati saya menjadi tenang dan tentram ketika
mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an.
8 Saya membiasakan membaca Al-Qur’an dengan
harapan dapat lancar membacanya.
9 Saya merasa bangga mmemunyai ilmu agama Islam
yang memadai.
10 Membaca buku-buku agama Islam sebagai penambah
pengetahuan.
11 Saya memarahi orang yang mmelakukan kesalahan
kepada saya.
12 Rutin mengikuti pengajian sebagai tempat berbagi
ilmu pengetahuan agama.
13 Saya mampu memimpin kegiatan pengajian didalam
lembaga pemasyarakatan.
14 Saya suka belajar kepemimpinan seperti Rasulullah
saw.
15 Saya takut akan dosa kepada Allah jika saya
melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.
16 Saya mengakui kesalahan yang saya lakukan
sehingga mendapat hukuman dari negara.
17 Saya menyesali perbuatan saya dan tak akan
mengulanginya lagi.
18 Saya selalu bersikap sopan kepada orang yang lebih
tua.
19 Saya merasa bersalah kepada Tuhan, diri saya, dan
keluarga kerena telah melakukan tindak pidana.
20 Saya terpaksa mengikuti pembinaan kesadaran
beragama (pengajian) di dalam Lembaga
Pemasyarakatan.
ANGKET SETELAH DI UJI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya bersedia
menjadi responden dalam penelitian skripsi yang peneliti ajukan.
Tertanda
Responden
No Sl Sr Jr TP
1 Saya diajarkan pai sejak dini.
2 Saya mempelajari pendidikan agama islam ketika
saya berada di lembaga pemasyarakatan.
3 Saya yakin bahwa setiap saya sholat selalu dilihat
oleh Allah SWT serta selalu diawasi oleh para
malaikat.
4 Saya yakin bahwa semua yang terjadi adalah
kehendak Allah SWT.
5 Bersedekah mengajarkan saya untuk selalu rendah
hati.
6 Berpuasa mengajarkan saya untuk selalu bersabar.
7 Sholat mengajarkan saya untuk selalu disiplin
terhadap waktu.
8 Zakat mengajarkan saya untuk membersihkan hati.
9 Saya mengikuti waktu yang ditetapkan pemerintah
saat merayakan Idul fitri.
10 Saya mampu mempraktikan tata cara wudhu dan
sholat.
11 Saya menyempatkan waktu mempelajari Al-Quran.
12 Saya menghafal surat-surat pendek dalam Al-Qur’an.
13 Saya selalu mengikuti pengkajian Al-Quran di dalam
Lapas.
14 Saya hafal asma Allah dan maknanya.
15 Nabi saw sebagai suri teladan bagi ummat manusia,
oleh karena itu segala perkataan, perbuatan, dan
keputusan yang berasal dari Nabi harus diteladani
dan ditiru.
Pertanyaan Mengenai Kesadaran Beragama
No Pertanyaan Sl Sr Jr TP
1 Saya meyakini akan adanya hari kiamat.
2 Saya suka mempelajari pendidikan agama Islam.
3 Membiasakan khusu’ dalam sholat dan berdoa
sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
4 Saya selalu membaca doa ketika ingin memulai
akfititas agar mendapat keberkahan.
5 Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan
kepada orang lain dan memaafkan kesalahan orang
lain terhadap saya.
6 Saya membiasakan membaca Al-Qur’an dengan
harapan dapat lancar membacanya.
7 Hati saya menjadi tenang dan tentram ketika
mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an.
8 Membaca buku-buku agama Islam sebagai
penambah pengetahuan.
9 Rutin mengikuti pengajian sebagai tempat berbagi
ilmu pengetahuan agama.
10 Saya mampu memimpin kegiatan pengajian didalam
lembaga pemasyarakatan.
11 Saya mengakui kesalahan yang saya lakukan
sehingga mendapat hukuman dari negara.
12 Saya takut akan dosa kepada Allah jika saya
melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.
13 Saya menyesali perbuatan saya dan tak akan
mengulanginya lagi.
14 Saya merasa bersalah kepada Tuhan, diri saya, dan
keluarga kerena telah melakukan tindak pidana.
15 Saya terpaksa mengikuti pembinaan kesadaran
beragama (pengajian) di dalam Lembaga
Pemasyarakatan.