Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEBIDANAN

BAYI Ny. “R” USIA 3 MENIT DENGAN ASFIKSI SEDANG


DI BPS BEDALI LAWANG MALANG

Disusun Oleh :

NOVITA DWI WARDANI


Nim. 0405.82

ASUHAN KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG


MALANG
2007
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.”A” Usia 3 menit


Dengan Asfiksia Sedang
Di BPS Bedali Lawang – Malang

Telah Dikonsulkan dan Disetujui


Pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 22 Februari 2007

Disusun Oleh :
NOVITA DWI WARDANI
NIM. 0504.82

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Endah Tri Agustin, S.SiT Wulidha, L.N


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga dapat menyelesaikan laporan praktek
klinik di BPS Bedali Lawang Malang.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Lydia Putri selaku Kepala Puskesmas Malang
2. Yulianik, SKM selaku Direktur Akademi Kebidanan Widyagama Husada
Malang
3. Endah Tri Agustin, S.SiT selaku Pembimbing Akademi Kebidanan
Widyagama Husada Malang
4. Pembimbing Lapangan Puskesmas Lawang Malang
5. Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bawah penyusunan laporan ini masih jauh dari


sempurna untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi sempurnanya laporan asuhan kebidanan ini. Semoga laporan asuhan
kebidanan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya penulis.

Malang, Februari 2007

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asfiksia merupakan keadaan yang paling sering terjadi dilapangan ini
disebabkan karena beberapa hal antara lain gangguan aliran darah uterus,
hipoventilasi akibat pemberian obat analgenetika, kelainan congenital pada
bayi. Jika penanganan pada bayi asfiksia kurang tepat akan mengakibatkan
kematian pada bayi.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dengan
asfiksia sedang oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil kasus
bayi dengan asfiksia ini.

1.2.2 Tujuan Khusus


Dengan disusunnya laporan ini mahasiswa diharapkan :
1. Mahasiswa dapat mengumpulkan data sampai analisa data
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera
5. Mahasiswa dapat mengintervensikan suatu masalah
6. Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah
dilakukan
7. Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan

1.2.3 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam membuat asuhan kebidanan
pada bayi Ny. “R” usia 5 hari dengan asfiksia sedang menggunakan
metode pendekatan deskriptif dengan melakukan tinjauan kasus
melalui wawancara atau anamnese, observasi, studi dokumentasi dan
studi pustaka.

1.2.4 Pelaksanaan
Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan praktek lapangan di
Puskesmas pada tanggal 1 Februari 2007.

1.2.5 Sistematika penulisan


BAB 1 Pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan penulisan,
pelaksanaan, sistematika penulisan. BAB 2 Tinjauan Teori berisi
landasan teori, konskep manajemen kebidanan. BAB 3 Tinjauan
Kasus berisi pengkajian, identifikasi diagnosa dan masalah, antisipasi
diagnosa dan masalah potensial, kebutuhan segera, intervensi,
implementasi, evaluasi. BAB 4 Pembahasan berisi bahasan dari kasus
apakah ada perbedaan dalam lapangan dan teori BAB 5 penutup yang
berisi kesimpulan dari bahasan kasus dan saran-saran untuk penulis.
Daftar Pustaka
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Asfiksia Neonatorum


2.1.1 Definisi Asfiksia Neonatorum
o Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir
dilahirkan tidak segera Bernafas spontan dan teratur setelah
dilahirkan.
(Mochtar, 1998 : 427)
o Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang
gagal Bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
(Hutchinso, 1967)
o Asfiksia Neonatorum akan terjadi apabila saat lahir bayi
mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O 2 sehingga
penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran
CO2
(Markum, 1991 : 261)
o Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat
bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan
makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut.
(Manuaba, 1998 : 319)

2.1.2 Etiologi
Towell (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan
pernafasan pada bayi terdiri dari :
1. Faktor ibu
 Hipoksia ibu, dapat terjadi karena hipoventilisasi akibat
pemberian obat analgetika atau anastesia dalam sehingga akan
menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya
 Gangguan aliran darah uterus. Menguranginya aliran darah
pada uterus akan menyebabkan kekurangan pengaliran O2 ke
plasenta dan janin. Misalnya : gangguan kontraksi uterus
(hiportemi, hipotoni, tetani uterus akibat penyakit / obat),
hipotensi mendadak pada ibu akibat perdarahan, hipertensi
akibat penyakit eklamsia.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksia janin atas terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya solusi plasenta, perdarahan
plsenta dan plasenta previa.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ii
dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbug, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir yang dapat terjadi
beberapa hal yaitu :
a. Pemakaian alat anastesi (analgetika yang berlebihan pada ibu)
b. Trauma yang terjadio pada persalinan (perdarahan intracranial)
c. Kelainan congenital pada bayi (hernia diafragmatika,
atesi/stnosis saluran pernafasan, hipoplasia)
(Hasan, 1985 : 1073)

2.1.3 Patogenesis
a. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbullah
rangsangan terhadap nesovagus sehingga jantung janin menjadi
lambat. Bila kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka nesovagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari neso
simpatikus. Djj menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan
menghilang
b. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehigga mekonium keluar
sebagai tanda janin dalam hipoksia :
 Jika Djj normal dan ada mekonium maka janin mulai hipoksia
 Jika Djj > 160 x / menit dan ada mekonium maka janin sedang
hipoksia
 Jika Djj < 100 x / menit dan ada mekonium maka janin dalam
keadaan gawat
c. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine dan bila kita
periksa kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium
dalam paru. Bronkus tersumbat dan terjadi atelekrasis bila janin
lahir alvedi tidak berkembang
(Mochtar, 1998: 428)

2.1.4 Diagnosis
Untuk dapat menegakkan diagnosis gawat janin dapat ditetapkan
dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
a. In utero
- Djj irregular dan frekuensinya lebih dari 160 x / menit atau
kurang dari 100 x / menit
- Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak kepala) karena
terjadi rangsangan nervus x, sehingga peristalktik usus
meningkat dan sfingter ani terbuka
- Analisis air ketuban / amnioskopi
- Pemeriksaan PH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat
serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin. Darah ini
diperiksa pH-nya adanya asidosis menyebabkan turunnya pH,
apabila pH itu turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai
tanda bahaya
- Kardiotografi
- Ultrasografi
b. Setelah bayi lahir
- Bayi tanpak pucat dan kebiru-biruan serta tidak Bernafas /
menetapkan nilai APGAR
- Kalau sudah mengalami perdarahan diotak maka ada gejala
neurologik seperti kejang, mistagmus dan menangis kurang
baik / tidak menangis
(Mochtar. 1998 : 428 dan Manuaba, 1998 : 320)

2.1.5 Macam-macam Askifisa Noenatorum


Dapat dibagi menjadi :
1. Vigorus baby. Skor APGAR 7-10. dalam hal ini bayi dianggap
sehat tidak memerlukan tindak istimewa.
2. Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang). Skor APGAR 4-6 pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100 x /
menit, tonus otot kurang baik sinosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. a. Asfiksia berat skor APGAR 0-3. pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x / menit, tonus
otot buruh, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada
b. Asfiksia berat dengan henti jantung, dimaksudkan dengan
henti jantung adalah keadaan
1) Bayi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap
2) Bunyi jantung bayi mengilang post partum

2.1.6 Tanda dan Gejala Klinis


Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardivaskuler
yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaraya :
a. Hilang sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung
b. Terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan menurunnya
sel jaringan termasuk otot jantung sehingga menimbulkan
kelemahan jantung
c. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan
tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi
darah mengalami gangguan
Gejala klinis :
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang
cepat dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan
pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga mulai menurun,
sedangkan tonus neuromuscular berkurang secara berangsur-agsur
berkurang dari bayi memasuki periode apneru primer.
Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara lain
meliputi pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosisus, nadi
cepat
Gejala lanjut pada asfiksia :
1) Pernafasan megap-megap yang dalam
2) Denyut jantung terus menurun
3) Tekanan darah mulai menurun
4) Bayi terlihat lemas (flaccid)
5) Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
6) Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)
7) Menurunnya PH (akibat acidosis respoiraktorik dan metabolic)
8) Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9) Terjadinya perubahan sistem kardivaskuler

2.1.7 Penanganan
1. Prinsip dasar resusitasi ialah
a. Memberi lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan
saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya
pernafasan
b. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang
menunjukkan usaha nafas lemah
c. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi
d. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik
2. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
Tidak membiarkan bayi kedinginan agar tidak memperoleh
kondisi asifiksia. Dapat dilakukan dengan pemakaian lampu
yang cukup kuat untuk pemanasan luar dan pengeringan tubuh
bayi perlu dikerjakan untuk mengurangi evaporasi
b. Pembersihan jalan nafas
Pada saat pemberishna saluran nafas bagian atas dari lender
dan cairan amnion letak kepala harus lebih rendah untuk
memudahkan dan melancarkan keluarnya lender. Bila terdapat
lender kental yang melekat ditrakea dan sulit dikeluarkan
dengan penghisapan biasa, dapat digunakan laringoskop
neonatal
c. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
- Sebagian besar dapat dilakukan dengan penghisapan lender
dan cairan amnion melalui nasofaring
- Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung
- Rangsangan nyeri dapat ditimbulkan dengan memukul
kedua telapak kaki bayi menekan tendom achilles
3. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat (skor apgar 0-3)
1) Memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan O2
dengan tekanan dari intermiten / melakukan intubasi
endotrakeal
2) Meletakkan Katter dalam trakea, O2 diberikan dengan
tekanan tidak lebih dari 30 cm H2O untuk mencegah
kemungkinan terjadinya inflasi paru berlebihan yang dapat
menimbulkan rupture alvedi
3) Memberikan antibiotika profilaksi pada bayi yang
mendapat tindakan pemasangan kateter
4) Asfiksia yang disertai asidosis paru perlu diberikan bikar
bonas natrikus dengan dosis 2-4 mEg/kgbb atau larutan
bikarbonas natrikus 7,5 % ditambah dengan glukosa 15-20
% dengan dosis 2-4 ,l/kgbb (kedua obat ini disuntikan
secara intravena dengan perlahan-lahan melalui
umbilikalis)
5) Jika setelah 3x inflasi tidak ada perbaikan pernafasan maka
harus segera masase jantng eksternal dengan frekuensi 80-
100 x / menit. Dilakukan dengan cara 1 kali ventilisasi
tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks
b. Asfikisa sedang (skor apgar 4-6)
1) Melakukan stimulasi dalam waktu 30-60 detik bila tidak
timbul pernafasan spontan maka ventilisasi aktif harus
segar dilakukan
2) Cara ventilisasi aktif yaitu dengan meletakkan kateter O 2
intranasal dan O2 dialirkan dengan aliran 1-2 1/menit
3) Memberikan posisi dorsoflkeis kepala pada bayi
4) Lakukan gerakan membuika dan menutup nares dan mulut
secara teratur disertai gerakan dagu keatas da ke bawah
dalam frekuensi 20x/menit sambil memperhatikan gerakan
dinding toraks dan abdomen
5) Jika tidak ada hasil yang diperlihatkan oleh bayi maka
lakukan ventilisasi mulut ke mulut atau ventilisasi kantong
masker. Ventilisasi dilakukan secara teratur dengan
frekuensi 20 – 30 x/menit sambil memperhatikan gerakan
pernafasan spontan yang timbul.
(Hasan, 1985 : 1077)
2.2 Asuhan Kebidanan Pada Bayi dengan Asfiksia Sedang
2.2.1 Pengkajian
Tanggal :
Jam :
Tempat :
Oleh :
No. Reg :
1. Data Subyektif
a. Biodata
 Biodata bayi
- nama, jenis kelamin, usia tanggal lahir
 Biodata orang tua
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.

b. Keluhan Utama
-

c. Riwayat prenatal, natal, dan postnatal


- Prenatal : Ibu mengalami Preeklamsi/eklamsi, hipotensi
karena perdarahan dan adanya gangguan
kontraksi uterus
- Natal : Plasenta previa, solusio plasenta, premature,
gemeli, partus dengan tindakan (vakum forsep)
partus lama, depresi pernafasan karena obat
anastesia/analgetik yang diberikan pada ibu
- Post natal : pada ibu mengobservasi peredaran post
partum, TFU, TV sedangkan pada bayi
mengobservasi TTV, infeksi pada tali pusat

d. Kebutuhan dasar
Pola nutrisi, pola eliminas, pola istirahat, dab pola aktivitas
e. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarga ada yang mempunyai
penyakit menular, menurun, dan menahun

f. Riwayat psikososial
-
2. Data obyektif
1) Pemeriksaan umum
- KU : lemah
- TTV : suhu : kurang dari normal (normal 36-270 C)
: nadi : kurang dari normal (120 – 160 x / menit)
2) Pemeriksaan fisik
Muka : bayi terdapat kelainan, bibir kelihatan sianosis
Mulut : warna bibir biru
Dada : retraks dinding dada, ronchi (+)
Ekstremitas : kelihatan sianosis terutama pada kuku
3) Pemeriksaan neurologist
- Reflek moro
- Reflek menggenggam
- Reflek rooting
- Reflek menghisap
- Glabella reflek
- Gland reflek
4) Pemeriksaan antropometri
BB : normal 2500 – 4000 gr
PB : normal 48 – 52 cm
LK : normal 33 – 35 cm

2.2.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah


Dx : bayi baru lahir dengan asfiksi sedang
Ds : bidan mengaakan bayi telah mengalami asfiksi sejak lahir
Do : KU : lemah
AS : 4-6
Ketuban : pecah
Suhu : 350 C
Nadi : 94 x / menit
2.2.3 Antisipasi Masalah Potensial
- Asfiksi berat
- Gangguan SSP
- Kejang
- Kematian

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


Melakukan penghisapan lendir pada mulut atau hidung dengan slym
sucker

2.2.5 Intervensi
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/ Mencegah terjadinya infeksi silang
2. Meletakkan bayi pada posisi yang benar yaitu eksternsi
R/ Mempermudah posisi ekstensi membuka jalan napas lebih luas
pada daerah epiglotis
3. Bersihkan jalan nafas dengan menggunakan slym sucker
R/ Memperlancar jalan nafas agar pemenuhan O2 terpenuhi
4. Memberikan rangsangan taktil
R/ Merangsang timbulnya rasa nyeri
5. Pemeriksaan TTV
R/ mengetahui kondisi bayi dan diteksi dini adanya kelainan
6. Menjelaskan pada keluarga keadaan bayi
R/ Keluarga lebih kooperatif dalam melakukan tindakan
keperawatan
7. Rujuk jika masih tetap tidak Bernafas
R/ untuk mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak diinginkan
dan segera mendapatkan perawatan yang sesuai
2.2.6 Implementasi
Sesuai dengan intervensi
2.2.7 Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN DATA


Tanggal : 1 Februari 2007
Jam : 21.48 WIB
Tempat : di BPS
Oleh : Bidan Sri Ambarwati Amd. Keb.
No. Reg : -
3.1.1 Data Subyektif
1. Biodata
Nama bayi : “Y” Nama ibu/ayah : Ny. R & Tn H
Tanggal lahir : 01– 02 – 2007 Umur : 19 th & 26 th
Jenis kelamin : perempuan Pendidikan : SMP & SMP
Umur : 3 menit Pekerjaan : IRT & swasta
Alamat : Bedali 05/06 Agama : Islam
Alamat : Bedali 05/06

2. Keluhan Utama
-

3. Riwayat Prenatal
Ibu mengatakan hamil pertama, ibu tidak pernah menderita penyakit
yang dapat mempengaruhi seperti DM, hepatitis, jantung, asma, dan
TBC. Ibu periksa hamil 6x selama hamil. Ibu suntik TT selama hamil
2x, ibu mengkonsumsi jamu-jamuan selama hamil ibu makan 2-3 x.
hari

4. Riwayat Natal
Ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan, bayi lahir 21.45 WIB lahir
nomal, datang langsung pembukaan lengkap, BB bayi 3000 gr PB. 40
cm ketiban banyak dan keruh letak kepala dan ditolong oleh bidan
5. Riwayat post Natal
TFU 2 jari dibawah pusat, TD 120/80 mmHg, nadi 80 x / menit, RR
24x/ menit, tidak ada infeksi pada tali pusat bayi
6. Kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi
Bayi belum diberi ASI dan belum diberi makanan tambahan (PASI)
b. Pola eliminasi
Bayi belum biasa BAB, BAK sedikit
c. Pola istirahat / tidur
Bayi belum istirahat / tidur
d. Pola aktivitas
Bayi tidak segera menangis. Lemah dan geralkan kurang aktif

7. Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit tang dapat
berpengaruh dan menular terhadap bayi seperti DM, jantung, TBC,
hipertensi, asma, hepatitis.

8. Riwayat Psikososial
Ibu, suami dan keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya dan
ibu mengatakan siap merawat bayinya

3.1.2 Data Obyektif


1. Pemeriksaan umum
- KU : lemah ekstreitas pucat, gerakan lemah
- TTV : suhu : 350 C
Nadi : 94 x/menit
RR : 24 x / menit
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : bulat, tidak ada kelainan, rambut hitam, lurus
Muka : sianosis / pucat
Mata : Konjungtiva pucat, sclera tidak icterus, tidak ada
perdarahan, kelopak mata oedema
Hidung : pernafasan cuping hidung
Telinga : simetris, tidak mengeluarkan cairan
Mulut : reflek hisap lemah warna bibir biru
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, venajugularis
Dada : asimetris, terdapat retraksi dinding dada, pernfasna
diafragmatik, tida adabenjolan, irregular, bayi ronkhi (+),
wheezing (-)
Abdomen : simetris, tai pusat belum lepas dan terbungkus kasa kering
Genetalia : lai-lai testis belum turun, glan penis normal
Ekstremitas : warna kulit dan kuku sianosis, gerakan lea turgor kulit
baik

3. Pemeriksaan Nurologis
a. Reflek moro
Pada bayi tidak timbul gerak terkejut ketika diberi suntikan
mendadak
b. Reflek menggenggam
Saat tangan disentuh dengan jari pemeriksam bayi tidak
menggenggam jari pemeriksa
c. Reflek rooting
Bayi tidak menoleh waktu pipi disentuh
d. Reflek menghisap
Hisapan bayi pada putting susu lemah
e. Glabella reflek
Bayi tidak mengerutkan kening dan mengedipkan mata saat
disentuk pada daerah as glabella
4. Pemeriksaan antropometri
a. BB : 3000 gr
b. PB : 40 cm
c. LK : 34 cm

3.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


Dx : Bayi baru lahir dengan asfiksi sedang
Ds : -
Do : KU : lemah
BB : 3500 gr
PB : 40 cm
AS : 4-6
S : 350 C
Nadi : 94 x / menit
RR : 24x / menit
Muka : Siaonosis
Mata : konjungtiva pucat
Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung
Mulut : reflek hisap lemah, warna bibir biru
Dada : asimetris, terdapat retraksi dinding dada, pernafasan
diaframatik dan irregular, bunyi roncki (+)
Ekstremitas : warna kulit dan kuku sianosis, gerakan lemah

3.3 ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


- Asfikisa berat
- Gangguan SSP
- Kejang
- Kematian

3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Melakukan penghisapan lendir pada atau hidung dengan slym sucker

3.5 PENGEMBANGAN RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI


Dx : Bayi baru lahir dengan asfiksia sedang
Tujuan : setelah dilakukan asuhan diharapkan kebutuhan O2 terpenuhi dan
keadaan menjadi baik
Kriteria hasil : - Pernafasan spontan
- RR> 30 x / menit
- warna kulit kemerahan
- bayi segera menangis kuat
Intervensi
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/ Mencegah terjadinya infeksi silang
2. Letakkan bayi pada posisi yang benar yaitu ekstensi
R/ Mempermudah posisi ekstensi membuka jalan napas lebih luas pada
daerah epiglotis
3. Bersihkan jalan nafas dengan menggunakan slym sucker
R/ Memperlancar jalan nafas agar pemenuhan O2 terpenuhi
4. Memberikan rangsangan taktil pada bayi
R/ Merangsang timbulnya rasangan saraf sehingga bisa Bernafas spontan
5. Lakukan pemeriksaan TTV
R/ Mengetahui kondisi bayi dan diteksi dini adanya kelainan
6. Menjelaskan pada keluarga keadaan bayi pada saat ini
R/ Keluarga lebih kooperatif dalam melakukan tindakan keperawatan
7. Jelaskan pada ibu dan keluarga agar tidak melakukan tindakan
memandikan bayinya setelah 6 jam
R/ mencegah terjadinya hipotermi
8. Lakukan observasi TTV
R/ parameter terjadinya komplikasi

3.6 IMPLEMENTASI
Tanggal : 1 Februari 2007
Jam : 21.48 WIB
Dx : bayi baru lahir dengan asfiksia sedang
1) Melakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan
sesudah melaukan tindakan
2) Mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk
3) Memberikan posisi yang benar yaitu kepala ekstensi dan memberi batal
agar leher tetap tengadah
4) Membersihkan jalan nafas dengan cara :
a. Kepala dimiringkan agar cairan terkumpul di mulut dan tidak difaring
bagian belakang
b. Mulut dibersihkan terlebih dahulu agar cairan tidak teraspirasi
c. Menghisap lendir dengan slym sucker sampai bayi bisa Bernafas
sendiri
5) Memberikan rangsangan takstil pada bayi dengan cara :
a. Menggosok punggung bayi
b. Menepuk atau menyentil telapak kaki bayi
6) Menjelaskan pada keluarga tentang keadaan bayinya saat ini
7) Menkjelaskan pada bayi dan keluarga agar tidak dimandikan bayinya
setelah 6 jam sehingga tidak memperparah keadaan bayi
8) Melakukan observasi TTV untuk mengetahui adanya komplikasi yang
menyertai

3.7 EVALUASI
Tanggal : 2 Februari 2007
Jam : 12.10 WIB
Dx : bayi baru lahir dengan asfiksia sedang
S : Ibu mengatakan keadaan bayinya jadi ebih baik, bisa menangis
kuat, bisa menghisap ASI dengan benar, serta geraknya aktif
O : KU : baik
Kesadaran : composmentis
BB : 3000 gr
PB : 40 cm
Nadi : 130 x / menit
RR : 60 x / menit
S : 36,70 C
A : bayi bisa Bernafas spontan
P : - beri tahu ibu cara merawat bayi yang benar
- beritahu ibu cara mengenali tanda-tanda bayi mengalami asfiksia
- Beritahu ibu cara merawat payudara yang benar
- beritahu ibu jika terjadi asfikisa lagi langsng bawa ke puskesmas
untuk mendapatkan pertolongan segera
BAB 4
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan analisa dari penulis menghenai kasus-kasus yang


ada di lapangan. Dalam penanganan terdapat persamaan antara teori dengan tidak
ada kesenjangan untuk asuhan kebidanan yang dilakukan penulis sesuai apa yang
telah dipelajari di kampus.
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bagi Ny. “R” usia 3 menit di
BPS Bedali Lawang dengan asfiksia neonatorum telah mendapatkan asuhan
kebidanan dengan jelas. Dengan adanya kasus ini diharapkan intervensi dan
implementasi dapat memberikan hasil yang optimal
Penanganannya antara lain dengan melakukan stimulasi dalam waktu 30-
60 detik, jika tidak Bernafas spontan langsung melakukan ventilasi aktif
memberikan posisi doorsopfelksi kepala pada bayi jika tidak ada hasil melakukan
ventilasi mulut ke mulut.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Asfiksia neonatorum merupakan kasus yang banyak dijumpai
dilapangan yang disebabkan karena beberapa hal. Namun ini dapat dicegah
jika ibu hamil tidak mengkonsumsi jamu-jamuan saat hamil dan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada ibu hamil dan janinnya.
Dalam penulisan laporan asuhan kebidanan pada bayi asfiksia
neonatorum ini penulis tidak menemukan kesenjangan yang mencolok dan
tindakan yang telah dilakukan maupun hasil yang diperoleh, mendapatkan
perawatan sesuai dengan terapi dan teori yang ada juga hasil yang
memuaskan

5.2 Saran
Hendaknya dalam asuhan kebidanan dikumpulkan data yang lengkap
dan valid, agar kita sebagai tenaga kesehatan memberikan asuhan yang
optimal baik pada intervensi maupun implementasi terlebih dalam
menentukan atau mengidentifkasi atau diagnosa dan masalah sehingga kita
dapat memahami dan melakukan kebutuhan segera melakukan penanganan
yang sesuai atau kompeten
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan


Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : Arcan.

Mochtar Rustam. 1998. Synopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai