Asfiksia Sedang
Asfiksia Sedang
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
NOVITA DWI WARDANI
NIM. 0504.82
Mengetahui
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga dapat menyelesaikan laporan praktek
klinik di BPS Bedali Lawang Malang.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Lydia Putri selaku Kepala Puskesmas Malang
2. Yulianik, SKM selaku Direktur Akademi Kebidanan Widyagama Husada
Malang
3. Endah Tri Agustin, S.SiT selaku Pembimbing Akademi Kebidanan
Widyagama Husada Malang
4. Pembimbing Lapangan Puskesmas Lawang Malang
5. Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.4 Pelaksanaan
Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan praktek lapangan di
Puskesmas pada tanggal 1 Februari 2007.
2.1.2 Etiologi
Towell (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan
pernafasan pada bayi terdiri dari :
1. Faktor ibu
Hipoksia ibu, dapat terjadi karena hipoventilisasi akibat
pemberian obat analgetika atau anastesia dalam sehingga akan
menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya
Gangguan aliran darah uterus. Menguranginya aliran darah
pada uterus akan menyebabkan kekurangan pengaliran O2 ke
plasenta dan janin. Misalnya : gangguan kontraksi uterus
(hiportemi, hipotoni, tetani uterus akibat penyakit / obat),
hipotensi mendadak pada ibu akibat perdarahan, hipertensi
akibat penyakit eklamsia.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksia janin atas terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya solusi plasenta, perdarahan
plsenta dan plasenta previa.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ii
dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbug, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir yang dapat terjadi
beberapa hal yaitu :
a. Pemakaian alat anastesi (analgetika yang berlebihan pada ibu)
b. Trauma yang terjadio pada persalinan (perdarahan intracranial)
c. Kelainan congenital pada bayi (hernia diafragmatika,
atesi/stnosis saluran pernafasan, hipoplasia)
(Hasan, 1985 : 1073)
2.1.3 Patogenesis
a. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbullah
rangsangan terhadap nesovagus sehingga jantung janin menjadi
lambat. Bila kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka nesovagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari neso
simpatikus. Djj menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan
menghilang
b. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehigga mekonium keluar
sebagai tanda janin dalam hipoksia :
Jika Djj normal dan ada mekonium maka janin mulai hipoksia
Jika Djj > 160 x / menit dan ada mekonium maka janin sedang
hipoksia
Jika Djj < 100 x / menit dan ada mekonium maka janin dalam
keadaan gawat
c. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine dan bila kita
periksa kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium
dalam paru. Bronkus tersumbat dan terjadi atelekrasis bila janin
lahir alvedi tidak berkembang
(Mochtar, 1998: 428)
2.1.4 Diagnosis
Untuk dapat menegakkan diagnosis gawat janin dapat ditetapkan
dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
a. In utero
- Djj irregular dan frekuensinya lebih dari 160 x / menit atau
kurang dari 100 x / menit
- Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak kepala) karena
terjadi rangsangan nervus x, sehingga peristalktik usus
meningkat dan sfingter ani terbuka
- Analisis air ketuban / amnioskopi
- Pemeriksaan PH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat
serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin. Darah ini
diperiksa pH-nya adanya asidosis menyebabkan turunnya pH,
apabila pH itu turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai
tanda bahaya
- Kardiotografi
- Ultrasografi
b. Setelah bayi lahir
- Bayi tanpak pucat dan kebiru-biruan serta tidak Bernafas /
menetapkan nilai APGAR
- Kalau sudah mengalami perdarahan diotak maka ada gejala
neurologik seperti kejang, mistagmus dan menangis kurang
baik / tidak menangis
(Mochtar. 1998 : 428 dan Manuaba, 1998 : 320)
2.1.7 Penanganan
1. Prinsip dasar resusitasi ialah
a. Memberi lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan
saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya
pernafasan
b. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang
menunjukkan usaha nafas lemah
c. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi
d. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik
2. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
Tidak membiarkan bayi kedinginan agar tidak memperoleh
kondisi asifiksia. Dapat dilakukan dengan pemakaian lampu
yang cukup kuat untuk pemanasan luar dan pengeringan tubuh
bayi perlu dikerjakan untuk mengurangi evaporasi
b. Pembersihan jalan nafas
Pada saat pemberishna saluran nafas bagian atas dari lender
dan cairan amnion letak kepala harus lebih rendah untuk
memudahkan dan melancarkan keluarnya lender. Bila terdapat
lender kental yang melekat ditrakea dan sulit dikeluarkan
dengan penghisapan biasa, dapat digunakan laringoskop
neonatal
c. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
- Sebagian besar dapat dilakukan dengan penghisapan lender
dan cairan amnion melalui nasofaring
- Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung
- Rangsangan nyeri dapat ditimbulkan dengan memukul
kedua telapak kaki bayi menekan tendom achilles
3. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat (skor apgar 0-3)
1) Memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan O2
dengan tekanan dari intermiten / melakukan intubasi
endotrakeal
2) Meletakkan Katter dalam trakea, O2 diberikan dengan
tekanan tidak lebih dari 30 cm H2O untuk mencegah
kemungkinan terjadinya inflasi paru berlebihan yang dapat
menimbulkan rupture alvedi
3) Memberikan antibiotika profilaksi pada bayi yang
mendapat tindakan pemasangan kateter
4) Asfiksia yang disertai asidosis paru perlu diberikan bikar
bonas natrikus dengan dosis 2-4 mEg/kgbb atau larutan
bikarbonas natrikus 7,5 % ditambah dengan glukosa 15-20
% dengan dosis 2-4 ,l/kgbb (kedua obat ini disuntikan
secara intravena dengan perlahan-lahan melalui
umbilikalis)
5) Jika setelah 3x inflasi tidak ada perbaikan pernafasan maka
harus segera masase jantng eksternal dengan frekuensi 80-
100 x / menit. Dilakukan dengan cara 1 kali ventilisasi
tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks
b. Asfikisa sedang (skor apgar 4-6)
1) Melakukan stimulasi dalam waktu 30-60 detik bila tidak
timbul pernafasan spontan maka ventilisasi aktif harus
segar dilakukan
2) Cara ventilisasi aktif yaitu dengan meletakkan kateter O 2
intranasal dan O2 dialirkan dengan aliran 1-2 1/menit
3) Memberikan posisi dorsoflkeis kepala pada bayi
4) Lakukan gerakan membuika dan menutup nares dan mulut
secara teratur disertai gerakan dagu keatas da ke bawah
dalam frekuensi 20x/menit sambil memperhatikan gerakan
dinding toraks dan abdomen
5) Jika tidak ada hasil yang diperlihatkan oleh bayi maka
lakukan ventilisasi mulut ke mulut atau ventilisasi kantong
masker. Ventilisasi dilakukan secara teratur dengan
frekuensi 20 – 30 x/menit sambil memperhatikan gerakan
pernafasan spontan yang timbul.
(Hasan, 1985 : 1077)
2.2 Asuhan Kebidanan Pada Bayi dengan Asfiksia Sedang
2.2.1 Pengkajian
Tanggal :
Jam :
Tempat :
Oleh :
No. Reg :
1. Data Subyektif
a. Biodata
Biodata bayi
- nama, jenis kelamin, usia tanggal lahir
Biodata orang tua
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.
b. Keluhan Utama
-
d. Kebutuhan dasar
Pola nutrisi, pola eliminas, pola istirahat, dab pola aktivitas
e. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarga ada yang mempunyai
penyakit menular, menurun, dan menahun
f. Riwayat psikososial
-
2. Data obyektif
1) Pemeriksaan umum
- KU : lemah
- TTV : suhu : kurang dari normal (normal 36-270 C)
: nadi : kurang dari normal (120 – 160 x / menit)
2) Pemeriksaan fisik
Muka : bayi terdapat kelainan, bibir kelihatan sianosis
Mulut : warna bibir biru
Dada : retraks dinding dada, ronchi (+)
Ekstremitas : kelihatan sianosis terutama pada kuku
3) Pemeriksaan neurologist
- Reflek moro
- Reflek menggenggam
- Reflek rooting
- Reflek menghisap
- Glabella reflek
- Gland reflek
4) Pemeriksaan antropometri
BB : normal 2500 – 4000 gr
PB : normal 48 – 52 cm
LK : normal 33 – 35 cm
2.2.5 Intervensi
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/ Mencegah terjadinya infeksi silang
2. Meletakkan bayi pada posisi yang benar yaitu eksternsi
R/ Mempermudah posisi ekstensi membuka jalan napas lebih luas
pada daerah epiglotis
3. Bersihkan jalan nafas dengan menggunakan slym sucker
R/ Memperlancar jalan nafas agar pemenuhan O2 terpenuhi
4. Memberikan rangsangan taktil
R/ Merangsang timbulnya rasa nyeri
5. Pemeriksaan TTV
R/ mengetahui kondisi bayi dan diteksi dini adanya kelainan
6. Menjelaskan pada keluarga keadaan bayi
R/ Keluarga lebih kooperatif dalam melakukan tindakan
keperawatan
7. Rujuk jika masih tetap tidak Bernafas
R/ untuk mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak diinginkan
dan segera mendapatkan perawatan yang sesuai
2.2.6 Implementasi
Sesuai dengan intervensi
2.2.7 Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil
BAB 3
TINJAUAN KASUS
2. Keluhan Utama
-
3. Riwayat Prenatal
Ibu mengatakan hamil pertama, ibu tidak pernah menderita penyakit
yang dapat mempengaruhi seperti DM, hepatitis, jantung, asma, dan
TBC. Ibu periksa hamil 6x selama hamil. Ibu suntik TT selama hamil
2x, ibu mengkonsumsi jamu-jamuan selama hamil ibu makan 2-3 x.
hari
4. Riwayat Natal
Ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan, bayi lahir 21.45 WIB lahir
nomal, datang langsung pembukaan lengkap, BB bayi 3000 gr PB. 40
cm ketiban banyak dan keruh letak kepala dan ditolong oleh bidan
5. Riwayat post Natal
TFU 2 jari dibawah pusat, TD 120/80 mmHg, nadi 80 x / menit, RR
24x/ menit, tidak ada infeksi pada tali pusat bayi
6. Kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi
Bayi belum diberi ASI dan belum diberi makanan tambahan (PASI)
b. Pola eliminasi
Bayi belum biasa BAB, BAK sedikit
c. Pola istirahat / tidur
Bayi belum istirahat / tidur
d. Pola aktivitas
Bayi tidak segera menangis. Lemah dan geralkan kurang aktif
8. Riwayat Psikososial
Ibu, suami dan keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya dan
ibu mengatakan siap merawat bayinya
3. Pemeriksaan Nurologis
a. Reflek moro
Pada bayi tidak timbul gerak terkejut ketika diberi suntikan
mendadak
b. Reflek menggenggam
Saat tangan disentuh dengan jari pemeriksam bayi tidak
menggenggam jari pemeriksa
c. Reflek rooting
Bayi tidak menoleh waktu pipi disentuh
d. Reflek menghisap
Hisapan bayi pada putting susu lemah
e. Glabella reflek
Bayi tidak mengerutkan kening dan mengedipkan mata saat
disentuk pada daerah as glabella
4. Pemeriksaan antropometri
a. BB : 3000 gr
b. PB : 40 cm
c. LK : 34 cm
3.6 IMPLEMENTASI
Tanggal : 1 Februari 2007
Jam : 21.48 WIB
Dx : bayi baru lahir dengan asfiksia sedang
1) Melakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan
sesudah melaukan tindakan
2) Mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk
3) Memberikan posisi yang benar yaitu kepala ekstensi dan memberi batal
agar leher tetap tengadah
4) Membersihkan jalan nafas dengan cara :
a. Kepala dimiringkan agar cairan terkumpul di mulut dan tidak difaring
bagian belakang
b. Mulut dibersihkan terlebih dahulu agar cairan tidak teraspirasi
c. Menghisap lendir dengan slym sucker sampai bayi bisa Bernafas
sendiri
5) Memberikan rangsangan takstil pada bayi dengan cara :
a. Menggosok punggung bayi
b. Menepuk atau menyentil telapak kaki bayi
6) Menjelaskan pada keluarga tentang keadaan bayinya saat ini
7) Menkjelaskan pada bayi dan keluarga agar tidak dimandikan bayinya
setelah 6 jam sehingga tidak memperparah keadaan bayi
8) Melakukan observasi TTV untuk mengetahui adanya komplikasi yang
menyertai
3.7 EVALUASI
Tanggal : 2 Februari 2007
Jam : 12.10 WIB
Dx : bayi baru lahir dengan asfiksia sedang
S : Ibu mengatakan keadaan bayinya jadi ebih baik, bisa menangis
kuat, bisa menghisap ASI dengan benar, serta geraknya aktif
O : KU : baik
Kesadaran : composmentis
BB : 3000 gr
PB : 40 cm
Nadi : 130 x / menit
RR : 60 x / menit
S : 36,70 C
A : bayi bisa Bernafas spontan
P : - beri tahu ibu cara merawat bayi yang benar
- beritahu ibu cara mengenali tanda-tanda bayi mengalami asfiksia
- Beritahu ibu cara merawat payudara yang benar
- beritahu ibu jika terjadi asfikisa lagi langsng bawa ke puskesmas
untuk mendapatkan pertolongan segera
BAB 4
PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Asfiksia neonatorum merupakan kasus yang banyak dijumpai
dilapangan yang disebabkan karena beberapa hal. Namun ini dapat dicegah
jika ibu hamil tidak mengkonsumsi jamu-jamuan saat hamil dan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada ibu hamil dan janinnya.
Dalam penulisan laporan asuhan kebidanan pada bayi asfiksia
neonatorum ini penulis tidak menemukan kesenjangan yang mencolok dan
tindakan yang telah dilakukan maupun hasil yang diperoleh, mendapatkan
perawatan sesuai dengan terapi dan teori yang ada juga hasil yang
memuaskan
5.2 Saran
Hendaknya dalam asuhan kebidanan dikumpulkan data yang lengkap
dan valid, agar kita sebagai tenaga kesehatan memberikan asuhan yang
optimal baik pada intervensi maupun implementasi terlebih dalam
menentukan atau mengidentifkasi atau diagnosa dan masalah sehingga kita
dapat memahami dan melakukan kebutuhan segera melakukan penanganan
yang sesuai atau kompeten
DAFTAR PUSTAKA