Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

INVENTARISASI MIKROALGA DI SUNGAI KELINGI KECAMATAN


LUBUKLINGGAU TIMUR I KOTA LUBUKLINGGAU

Oleh
Haji Metal Susanto.¹, Zico Fakhrur Rozi, M.Pd.Si.², Harmoko, M.Pd.³

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis mikroalga yang ada di


Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota lubuklinggau. Penelitian
ini dilaksanakan pada tiga stasiun dengan tiga kali pengulangan di perairan
Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota lubuklinggau dan diteliti
di Laboratorium Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau. Penelitian bersifat
deskriptif: observasi langsung pada lokasi perairan Sungai Kelingi. Data
dianalisis secara deskriptif kualitatif. Jenis mikroalga yang ditemukan temukan
terdiri dari Divisi Chlorophyta terdiri dari 10 Ordo yaitu, Chlorococcale,
Desmidiales, Ulotricales, Chaetophorales, Chlorellales, Klebsormidiales,
Zygnematales, Cladophoraceae, Chlamydomonadales dan Volvocales. Jenis
mikroalga dari Divisi Bacillariophyta terdiri dari 12 Ordo yaitu, Tabellariales,
Biddulphiales, Naviculales, Eunotiales, Surirellales, Cymbellales, Bacillariales,
Fragillariales, Pennales, Thalassiosirales, Centrales dan Rhopalodiales. Jenis
mikroalga dari Divisi Cyanobacteria terdiri dari 4 Ordo yaitu, chroococcales,
Oscillatoriales dan Nostocales. Divisi dari Chrysophyta terdiri dari 3 Ordo yaitu,
Chromulinales, Hydrurales dan Ctenocladales. Divisi Euglenophyta terdiri dari 1
Ordo yaitu, Euglenales dan Divisi Xanthophyta terdiri dari 1 Ordo yaitu,
Tribonematales. Jenis mikroalga yang ditemukan terdiri dari 6 Divisi, 8 Kelas, 30
Ordo, 40 Family, 53 Genus, dan 63 Spesies. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroalga pada penelitian ini adalah Temperatur (Suhu), Keasaman
(pH) dan Kecerahan.

Kata Kunci: Inventarisasi, Mikroalga, Sungai Kelingi, Kota Lubuklinggau


___________________
¹ Penulis Skripsi
² Pembimbing Utama
³ Pembimbing Pembantu

PENDAHULUAN

Permukaan bumi sebagian besar terdiri atas air dan sekitar 70% permukaan
bumi terdiri atas lingkungan air asin, dan salah satu negara yang kaya akan
lingkungan air asin adalah Indonesia. Indonesia merupakan negara yang terdiri
dari 13.000 pulau yang di kelilingi oleh laut, dan oleh sebab itu indonesia dikenal
sebagai Negara yang kaya akan sumber daya alam dan merupakan salah satu
Negara yang memiliki pulau terbanyak di dunia (Wijaya, 2014:169).
Selain lingkungan air asin di Indonesia juga terdapat lingkungan air tawar
salah satu lingkungan air tawar yang dimaksud adalah sungai. Sungai merupakan
suatu bentuk ekosistem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur
hidrologi, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik
yang dimiliki oleh lingkungan sekitarnya (Isti’anah, dkk, 2014:57). Lingkungan
perairan sungai terdiri dari komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi
melalui arus energi dan daur hara. Bila interaksi keduanya terganggu maka akan
terjadi perubahan yang menyebabkan ekosistem perairan itu menjadi tidak
seimbang (Ferianita, 2008:2). Keberadaan mikroalga dapat dijadikan sebagai
bioindikator adanya perubahan kualitas lingkungan perairan yang disebabkan
ketidak seimbangan suatu ekosistem akibat beban pencemaran. Hal tersebut dapat
dilihat berdasarkan keberadaan jenis alga yang mendominasi di perairan tersebut
(Isti’anah, dkk, 2014:57).
Mikroalga merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air tawar
maupun air laut, setidak-tidaknya menempati habitat yang lembab atau basah.
yang hidup di air dapat bergerak aktif dan ada yang tidak. Jenis-jenis yang hidup
bebas di air, terutama yang tubuhnya bersel tunggal dan dapat bergerak aktif
merupakan penyusun Plankton, tepatnya fitoplankton yang melekat pada sesuatu
yang ada di dalam air misalnya batu atau kayu, disebut bentos. Keberadaan jenis
mikroalga disuatu perairan banyak manfaatnya, diantaranya adalah sebagai
petunjuk adanya polusi organik, penyusun rantai makanan dalam ekosistem air,
suplai air, dan sebagai pembentukan batu kapur di perairan (Tjitrosoepomo,
2011:30-73).
Seperti halnya pada tumbuhan autotrof lainnya, mikroalga mempunyai
kemampuan untuk tumbuh dengan semestinya dan berkembang biak di bawah
pengaruh faktor-faktor lingkungan seperti suhu dan cahaya yang sesuai, serta
persediaan yang cukup akan oksigen, karbondioksida, dan unsur-unsur esensial.
Diperkirakan terdapat sekitar 30.000 spesies alga yang tumbuh dibumi,
kebanyakan diantaranya merupakan tumbuhan laut (Tjitrosomo, dkk, 2010:29-
31). Salah satu perairan air tawar yang inggin peneliti ketahui jenis-jenis
mikroalganya yaitu di Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota
Lubuklinggau. Sungai Kelingi merupakan salah satu anak sungai dari Sungai
Musi yang melintasi Kota Lubuklinggau. Pola aliran sungai berawal dari bagian
barat menuju timur yang akhirnya menjadi satu aliran di Sungai Musi. Sungai
Kelingi memiliki arus yang cukup deras hal ini disebabkan oleh adanya aliran
sungai dari kawasan Bukit Barisan yang berbatasan dengan wilayah
Lubuklinggau. Sungai kelingi memiliki panjang ± 80 km, lebar 50-70 meter
dengan ketinggian sekitar 40 km di atas permukaan laut (Pemerintahan Kota
Lubuklinggau, 2004:40).
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 15 Maret 2017 di lokasi penelitian
dan wawancara bersama warga yang tinggal di sekitar Sungai Kelingi kecamatan
Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau. Dapat disimpulkan bahwa sungai
kelingi sering dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat untuk mandi, mencuci,
rekreasi dan juga tempat untuk penangkapan ikan, kegiatan tersebut dilakukan
warga sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan banyaknya peranan sungai
kelingi bagi masyarakat setempat maka kemungkinan terjadinya pencemaran akan
semakin cepat terjadi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilaksanakan penelitian untuk
mengetahui jenis-jenis mikroalga yang terdapat di Sungai Kelingi Kecamatan
Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau dan bagaimana faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhinya.

METODE PENELITIAN
Analisi Data
Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Data yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah data yang diperoleh melalui observasi langsung pada perairan Sungai
Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau. Teknik analisi
data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis secara Deskriptif Kualitatif.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 April - 15 Mei 2017, yang berlokasi di
Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggan dan
Laboratorium Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: Plankton net 20
mesh, pH meter, termometer, sechi disk, gelas kimia, mikroskop, gelas objek,
botol, pipet tetes, tisu, kamera, label, gayung, mistar ukur, alat tulis, sampel air
Sungai Kelingi, Formalin 4% dan aqudes.
Langkah Kerja

Agar tidak ada kekeliruan, maka peneliti menjelaskan tahap-tahap dalam


pelaksanaan penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Mengukur Faktor pH Air
Pengukuran pH air menggunakan alat ukur berupa pH meter (pH air).
Pengukuran pH air langsung dilakukan ditempat penelitian, dengan cara
mengambil sampel berupa air Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur
I Kota Lubuklinggau dengan menggukan gayung. Kemudian alat tersebut
dicelupkan kedalam gayung yang berisi air, diteliti ukuran pH air tersebut.
Kemudian dicatat.
2. Mengukur Faktor Kecerahan dan Suhu
Pengukuran faktor kecerahan air dan suhu menggunakan alat ukur berupa
Sechi disk dan Thermometer. Pengukuran kecerahan dan suhu langsung
dilakukan ditempat penelitian, yaitu dengan memasukan sechi disk dan
Thermometer langsung kedalam air sungai kelingi kecamatan lubuklinggau
Timur I kota lubuklinggau, lalu amati kecerahannya.
3. Tahap Pelaksanaan Pengambilan Sampel
a. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di perairan Sungai Kelingi Kota
Lubuklinggau terdiri dari 3 stasiun yang berbeda. Penentuan stasiun
berpacu pada hasil penelitian Andriansyah (2014:61-70), yaitu
berdasarkan ekosistem yang ada lingkungan tersebut. Stasiun I berada
pada ekosistem dekat perumahan masyarakat (Kelurahan Batu Urib),
stasiun II berada pada ekosistem pariwisata (Air Terjun Watervang), dan
stasiun III berada pada ekosistem dekat hutan (Kelurahan Watervang) di
Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau.
b. Sampel penelitian dilakukan secara observasi yaitu turun langsung ke
lapangan.
c. Pengambilan sampel diperairan Sungai Kelingi dengan 3 kali pengulangan
dan pengambilan sampel dari masing-masing periode dilakukan pada pagi
sekitar jam 08.00-10.00WIB.
d. Pengambilan sampel dengan menggunakan gayung kemudian dilakukan
penyaringan dengan menggunakan plankton net.
e. sampel yang tersaring oleh plankton net dimasukan kedalam botol
sebanyak ±25 ml diberi label: nomor stasiun, tanggal pengambilan sampel,
hari dan jam.
f. Sampel dibawa ke Laboratorium Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau
untuk diamati.
g. Sebelum dilakukan pengamatan sampel air Sungai Kelingi diberi formalin
4% sebanyak satu tetes.
h. Kemudian sampel air Sungai Kelingi yang telah diberi formalin 4%
diambil dengan menggunakan pipet tetes sebanyak satu tetes (±0,05 ml)
diteteskan pada kaca objek, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran 20 X 40.
i. Setiap alga yang teramati diambil gambarnya, kemudian dilakukan
identifikasi morfologi pada genus atau spesies menggunakan buku acuan.
j. Setelah selesai melakukan pengamatan bersihkan objek glass, cawan petri
dan botol sampel dengan menggunakan aquades.

HASIL
1. Jenis Mikroalga Yang ditemukan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Kelingi Kecamatan
Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau dan di Laboratorium STKIP-PGRI
Lubuklinggau, dengan pengamatan sampel air sungai kelingi menggunakan
mikroskop cahaya dengan pembesaran 10 X 40 dapat disimpulkan bahwa
analisis sampel air Sungai Kelingi terdiri dari 6 Divisi, 8 Kelas, 30 Ordo, 40
Famili, 53 Genus, dan 63 Spesies. Jenis mikroalga dari Divisi Chlorophyta
terdiri dari 10 Ordo yaitu, Chlorococcale, Desmidiales, Ulotricales,
Chaetophorales,Chlorellales, Klebsormidiales, zygnematales, Cladophoraceae,
Chlamydomonadales dan Volvocales. Jenis mikroalga dari Divisi
Bacillariophyta terdiri dari 12 Ordo yaitu, Tabellariales, Biddulphiales,
Naviculales, Eunotiales, Surirellales, Cymbellales, Bacillariales, Fragillariales,
Pennales, Thalassiosirales, Centrales dan Rhopalodiales. Jenis mikroalga dari
Divisi Cyanobacteria terdiri dari 3 Ordo yaitu, chroococcales, Oscillatoriales
dan Nostocales. Divisi dari Chrysophyta terdiri dari 3 Ordo yaitu,
Chromulinales, Hydrurales dan Ordo Ctenocladales. Divisi Euglenophyta
terdiri dari 1 Ordo yaitu, Euglenales dan Divisi Xanthophyta terdiri dari 1
Ordo yaitu, Tribonematales. Perbandingkan mikroalga dapat di lihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 1
Perbandingan Mikroalga Pada Setiap Stasiun
No Devisi Ordo Genus Titik Stasiun
I II III
1. Chlorophyta Chlorococcales Oocystis - + -
Micractinium - + +
Scenedesmus + + +
Pediastrum + + +
Dictyosphaerium + + -
Desmidiales Cloesterium + + +
Micrasterias + - -
Cosmarium + + +
Gonatozygon + + -
Ulotricales Ulothrix + - -
Chaetophorales Drafanaldia + - -
Stigeoclonium + + +
Chlorellales Chlorella + + +
Klebsormiadiale Elakothrix + - -
s Klebsormi + - -
Zygnematales Spirogyra - + +
Mougeotia + + +
Zygnema + - -
Cladophorales Rhizoclonium + + +
Chlamydomona Eudorina - + +
dales Carteria + + +
Volvocales Chlamydomonas + + +
2. Bacillariophyta Tabellarialles Tabellaria + + +
Biddulphiales Melosaria + + +
Melosira + + +
Naviculales Gyrosigma + + +
Navicula + + +
Eunotiales Asterionella + - +
Eunotia + + -
Surirellales Surirella + + +
Cymbellales Cymbella - + -
Bacillariales Nitschia + + +
Pleurosigma - + +
Fragillariales Synedra + + +
Fragillaria + + +
Pennales Gomphonema + - -
Thalassiosirales Cylotella + + +
Centrales Aulacaseira + + +
Rhopalodiales Rhopalodia - + +
3. Cyanobacteria Chroococcales Merismopedia - + -
Microcystis - + +
Gloecapsa - + +
Actinastrum + - +
Oscillatoriales Oscillatoria + + +
Lyngbya + + +
Nostocales Tolypothrix + + +
4. Chrysophyta Chromulinales Chromulina - + -
Hydrurales Hydrurus - - +
Ctenocladales Gongrosia + + +
5. Xanthophyta Tribonematales Tribonema + + +
6. Euglenophyta Euglenales Euglena - + -
Phacus - - +
Jumlah Genus Yang Ditemukan 39 41 37
Ket:
+ = Ditemukan
- = Tidak ditemukan

2. Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Kelingi Kecamatan
Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau dan pengamatan di Laboratorium
Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau di dapatkan hasil pengukuran mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga adalah suhu, pH
dan intensitas cahaya. Hasil pengukuran yang dilakukan oleh peneliti dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2
Hasil Pengukuran Kualitas Air Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau
Timur I Kota Lubuklinggau
No Parameter Stasiun Rata-rata
I II III
1 Suhu 25,6ºC 25,3ºC 25,3ºC 25,4ºC
2 Ph 7,24 7,42 7,29 7,31
3 Kecerahan 41,6 cm 44,6 cm 47,3 cm 44,5 cm

PEMBAHASAN

Menurut Pratiwi (2008:54) menyatakan bahwa Divisi Chlorophyta


merupakan bagian dari alga hijau, hidup di air tawar namun ada pula spesies yang
hidup di lingkungan lembab seperti pada tanah, bebatuan yang lembab atau batang
pohon, ada juga yang bersimbiosis pada organisme lain, struktur tubuh bervariasi,
dan berkembang biak dengan membelah diri. Divisi Chlorophyta adalah
kelompok mikroalga yang paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 27 spesies.
Divisi ini paling banyak ditemukan pada titik stasiun I dan III, hal ini disebabkan
pada titik stasiun I & III arusnya lebih tenang dibandingkan pada titik stasiun III
yang deras (dekat air terjun Watervang). Semiden, dkk (2013:67) mengatakan
kecepatan arus yang rendah pada suatu perairan menyebabkan kelimpahan yang
tinggi pada kelas Chlorophyceae, karena kemungkinan terjadinya migrasi
horizontal sangat tinggi.
Divisi Bacillariophyta ini terdiri dari diatom-diatom, terdapat di air tawar
maupun air laut serta didalam tanah yang lembab, bersifat unisesuler, berkoloni
atau membentuk filamen, dan setiap sel mengadung satu nukleus (Pratiwi,
2008:52). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Kelingi
Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau didapatkan bahwa Divisi
Bacillariophyta merupakan Divisi yang menduduki peringkat kedua setela
Chlorophyta, yaitu sebanyak 22 spesies. Winahyu, dkk., (2013:96) menyatakan
pertumbuhan dan perkembangan diatom atau Bacillariophyta sangat tergantung
pada kualitas dan kuantitas senyawa kimia yang terlarut dalam air. Perubahan
kandungan atau komposisi senyawa kimia yang masuk kedalam suatu perairan
merupakan faktor penting dalam mempelajari perkembangan komunitas diatom.
Peran diatom sebagai produsen dalam rantai makanan yakni penghasil bahan
organik dan oksigen.
Divisi Cyanobacteria ini beranggotakan 1.500 spesies, yang bercirikan
warna hijau kebiru-biruan, yang disebabkan suatu pigmen tambahan selain
klorofil dan karotenoid, ada yang unisesuler tapi kebanyakan berkoloni
(Tjitrosomo, dkk., 2010:52). Divisi Cyanobacteria yang teridentifikasi ialah
sebanyak 3 Ordo, 6 Genus dan 7 Spesies, Divisi Cyanobacteria yang ditemukan
tidak begitu banyak, hal ini dikarenakan suhu lingkungan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhannya tidak sesuai, seperti yang dinyatakan Andriansya,dkk (2014:66)
menyatakan Divisi Cyanobacteria membutuhkan suhu yang lebih tinggi dari
kisaran suhu yang dibutuhkan. Pada penelitian yang dilakukan di perairan Sungai
kelingi suhu rata-rata perairan pada saat penelitian ialah 25-26ºC dan suhu ini
bukanlah suhu ideal bagi pertumbuhan Divisi Cyanobacteria.
Divisi Chrysophyta merupakan kelompok alga coklat keemasan, berflagela,
unisesuler/berkoloni, dan reproduksi pada umumnya dengan cara pembelahan
biner tetapi terkadang secara seksual dengan isogami (Pelczar, 2010:150-251).
Divisi Chrysophyta yang teridentifikasi ialah sebanyak 3 Ordo, 3 Genus, dan 3
Spesies, Menurut Purba,dkk (2015:140) menyatakan Divisi Chrysophyta sedikit
ditemukan karena kebanyakan jenisnya hidup sebagai fitoplankton, dan hanya
beberapa yang hidup sebagai bentik/bentos. Dari Divisi ini yang paling khas dan
unik ditemukan ialah dari Spesies Hydrurus foetidus yang hanya sekali ditemukan
oleh peneliti selama 3 kali pengulangan. Divisi Euglenophyta umumnya
merupakan alga unisesuler, bergerak aktif menggunakan satu atau dua flagel,
reproduksi terjadi secara pembelahan biner, memiliki sista dorman dan memiliki
bintik mata yang jelas (Pratiwi, 2008:51). Divisi Euglenophyta yang
teridentifikasi ialah sebanyak 1 Ordo, 2 Genus dan 2 Spesies. Divisi Euglenophyta
sedikit ditemukan disebabkan kondisi lingkungan perairan yang tidak sesuai
terhadap syarat pertumbuhannya, dan hal ini ditegaskan oleh Vureen, (2006:112)
yang menyatakan bahwa Divisi Euglenophyta meluas dan sering melimpah,
sesekali mewarnai air kolam berwarna hijau tua, atau membentuk filamen hijau di
permukaan. Euglena berenang bebas di berbagai habitat, dapat ditemukan di
hampir semua lokasi di mana ada air tawar atau payau, misalnya Kolam, danau,
sungai, berkembang dengan baik di lingkungan yang tercemar atau diperkaya,
terutama bila ada banyak limbah organik yang kaya (dari limbah hewan atau
tanaman air). Euglena biasanya lebih menyukai suhu air yang tinggi.
Divisi Xanthophyta merupakan alga hijau-kuning, mempunyai dua flagel
yang tidak sama panjang, unisesuler, membentuk koloni, berfilamen, atau
berbentuk tabung dan produk cadangannya adalah minyak (Plczar, 2010:255).
Divisi Xanthophyta yang teridentifikasi ialah sebanyak 1 Ordo, 1 Genus, dan 1
Spesies, yaitu Tribonema sp. Bellinger & Sigee (2010:158) menyatakan Divisi
Xanthophyta biasa di temukan sebagai fitoplankton danau dan waduk terutama
yang kaya akan bahan organik dan humat.
Pertumbuhan mikroalga sangat erat kaitanya dengan faktor-faktor
lingkungannya, jika pertumbuhan mikroalga buruk/jarang dijumpai maka faktor
lingngannya tidak sesuai namun apabila pertumbuhan mikroalga melimpah maka
faktor lingkunganya baik. Sesuai dengan peryataan Hajoeningtijas (2012:48)
menyatakan bahwa faktor lingkungan di suatu perairan sangat mempengaruhi
pertumbuhan mikroalga. Suhu lingkungan yang diukur di lokasi penelitian pada
masing-masing stasiun dan periode tidak begitu mengalami perubahan yaitu
dengan rata-rata 25,4ºC dan suhu tersebut merupakan suhu yang ideal bagi
pertumbuhan mikroalga, seperti yang di ungkapkan oleh Hajoeningtijas (2012:48-
51) menyatakan bahwa batas suhu optimum pertumbuhan alga adalah sekitar 20-
30ºC.
Derajat keasaman (pH) dari suatu lingkungan perairan sering kali dipakai
untuk menentukan baik buruknya lingkungan hidup walaupun suatu perairan
masih dipengaruhi oleh beberapa faktor (Erdina, 2010:88). Winahyu, dkk.,
(2013:95) juga menyatakan derajat keasaman atau pH adalah nilai yang
menunjukan aktivitas ion hidrogen dalam air. Nilai pH suatu perairan dapat
mencerminkan keseimbangan antar asam dan basa perairan tersebut. Berdasarkan
hasil pengukuran yang dilakukan dilokasi penelitian didapatkan nilai pH berada
pada kisaran normal yaitu dengan rata-rata 7,31. Menurut Pelczar (2010:246) pH
opimum pertumbuhan mikroalga ialah berkisar 4-11.
Kecerahan atau cahaya merupakan salah satu faktor penting bagi
pertumbuhan mikroalga yakni berguna untuk melakukan proses fotosintesis
(Rominohtarto, 2009:56-58). rata-rata nilai kecerahan dalam penelitian ini adalah
44,5 cm. Menurut Prasetyo (2011:121) menyatakan kondisi perairan dapat
dibedakan menjadi tiga bagian berdasarkan tingkat kecerahannya, yakni perairan
keruh apabila nilai kecerahannya 0,25-1 m, perairan sedikit keruh memiliki nilai
kecerahan 1-5 m, dan perairan jernih memiliki nilai kecerahan diatas 5 m.

SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. mikroalga yang teridentifikasi di perairan Sungai Kelingi Kecamatan
Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau terdiri dari 6 Divisi, 8 Kelas, 30
Ordo, 40 Family, 53 Genus, dan 63 Spesies.
2. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga adalah
Temperatur (Suhu), Keasaman (pH) dan Kecerahan. Temperatur (suhu) rata-
rata dalam penelitian ini yaitu 25,4ºc, Keasaman (pH) rata-rata dalam
penelitian ini adalah berkisar 7,31 dan Kecerahan rata-rata dalam penelitian ini
adalah berkisar 44,5 cm.

SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis mengemukakan saran yaitu:
1. Bagi Masyarakat
Lebih memperhatikan dan menjaga lingkungan sekitar khususnya di perairan
Sungai Kelingi agar seimbangnya ekosistem perairan sekitar Air Perairan
Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Kota Lubuklinggau.
2. Bagi Pemerintah
Lebih memperhatikan tempat-tempat yang berpotensi wisata dan bernilai
bersejarah, agar tidak terbengkalai dan kelihatan tidak terurus begitu saja.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Lengkapilah alat-alat penunjang penelitian seperti alat pengukur
kekeruahan, kecepatan arus, kadar O² dan CO² yang terkandung yang tidak
dilakukan dalam penelitian ini.
b. Dapat dikembangkan menjadi bahan pengembangan di penelitian
selanjutnya seperti Booklet, Model Pembelajaran, LKS dan lain-lain.
c. Dapat menggunakan metode penelitian yang berbeda yang tidak
digunakan dalam penelitian ini, guna menambah wawasan peneliti
selanjutnya.
d. Mikroalga yang ditemukan di Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau
Timur I Kota Lubuklinggau dapat dijadikan bioindikator pencemaran
lingkungan perairan.

DAFTAR PUSTAKA
Andriansyah, Tri, R.S, & Irwan, L. 2014. Kualitas Perairan Kanal Sungai Jawi
Dan Sungai Raya Dalam Kota Pontianak Ditinjau Dari Struktur Komunitas
Mikroalga Perifitik. Jurnal Protobiont. 3 (1), 61-70.

Erdina. L, Aulia. A, & Hardiansyah. 2010. Keanekaragaman dan Kemelimpahan


Alga Mikrokopis Pada Daerah Persawahan di Desa Sungai Lumbah
Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. Barito Kuala. Journal Wahana-
Bio. Vol. 3, 72-91.

Ferianita, Melati. F, Setijati. H.E., & Monika. W. 2008. Komposisi dan Model
Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Sungai Ciliwung, Jakarta. Jakarta.
Hasil Penelitian. Universitas Trisakti.

Hajoeningtijas, O.D. 2012. Mikrobiologi Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Isti’anah. D, Moch. F.H, & Ainun. N.L. 2015. Synedra sp. sebagai Mikroalga
yang Ditemukan di Sungai Besuki Porong Sidoarjo, Jawa Timur. Malang.
Hasil Penelitian. Universitas Islan Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Pelczar. M.Z. 2010. Dasar-dasar Mikrobiologi. Maryland: UI.

Pemkot Lubuklinggau. 2004. Studi Pengembangan Pembangunan Pertanian


Berorientasi Ke Agribisnis Berwawasan Lingkungan Berbasis Sumberdaya
Lokal. Lubuklinggau: Pemkot Lubuklinggau.

Prasetyo.B., & Elizabeth.N.K. 2011. Lingkungan Fisik dan Kekayaan Mikroalga


di Danau Universitas Terbuka, Tanggerang Selatan. Hasil Penelitian. UT

Pratiwi.S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi.Yogyakarta: Erlangga.

Purba.I.Y.S., Izmiarti & Sulfiyen. 2015. Komunitas Algae Efilitik Sebagai


Indikator Biologis di Sungai Batang Ombilium, Sumatera Barat. Jurnal
Biologi Universitas Andalas. 4 (2), 138-1144.
Semiden, S., dkk. 2013. Keanekaragaman Rheofitoplankton Sebagai Bioindikator
Kualitas Air Sungai Kapuas di Kabupaten Sanggau. Jurnal: Protobiont.
2(2), 63–69.

Tjitrosoepomo, G. 2011. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM

Tjitrosomo, S.S, dkk. 2010. Botani Umum 3. Bandung: Angkasa.

Vuuren, S.J.V., Jonathan.T, Carin.V.G., & Annelise.G. 2006. Easy Identification


Of The Most Common Freshwater Algae. South African: North-West
University noorowes-universitiet.

Wijaya, N. 2014. Ilmu Lingkungan Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Winahyu, D.A, Yulistia, A, Elly. L.R, Jani, M, & Andi, S. 2013. Studi
Pendahuluan Mengenai Keanekaragaman Mikroalga di Pusat Konservasi
Gajah, Taman Nasional Way Kambas. Prosiding Semirata FMIPA
Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai