Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Kelompok I
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama (Islam) dan budaya mempunyai independensi masing- masing, meski keduanya
saling terkait. Bisa diasosiasikan dengan indepenensi antara filsafat dan ilmu pengetahuan.
Orang tidak bisa berfilsafat tanpa ilmu pengetahuan, tetapi tidak bisa dikatakan bahwa ilmu
pengetahuan adalah filsafat. Antara keduanya terdapat hubungan yang saling terkait sekaligus
memiliki perbedaan-perbedaan.
Kelahiran agama sangat terkait dengan konstruksi budaya. Tekstualitas agama lebih
mengafirmasi konteks sosial dan budaya yang sedang terjadi pada saat tertentu. Islam sebagai
salah satu agama monoteis (Abrahamiyah) juga merupakan bentuk ajaran kehidupan yang
lebih melihat kenyataan sosial tidak hanya berupa turunan dari langit. Ketika Islam hadir di
muka bumi dan menyejarah secara totalitas, tidak ada lagi baju “sakralitas“ didalamnya.
Islam sangat memahami kenyataan lokalitas budaya setempat dan historisitas proses
pergumulan antara teks dan realitas.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Agama
Agama dari sudut bahasa (etimologis) berarti peraturan-peraturan tradisional, ajaran-
ajaran, kumpulan-kumpulan hukum yang turun- temurun dan ditentukan oleh adat
kebiasaan. Agama adalah apa yang disyari’atkan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya,
berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan
manusia di dunia dan akherat.
Agama Islam yang asli adalah yang bersumber pada al-Qur’an dan hadits serta
pengalaman yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Pemahaman agama yang utuh
meliputi tiga aspek yaitu :
Inti sari dari iman menurut perspektif al-Qur’an adalah pengesaan Allah SWT yang jernih
dan murni serta tak kenal kompromi terhadap setiap mitologi dan kemusyrikan.
Islam menganut faham yang rasional yang jernih dan menolak setiap bentuk kuasa rohani
selain Allah SWT. Islam yang berkaitan dengan aturan-aturan formal atau syari’at hanya
bisa dipahami dan dikembangkan oleh ijtihad yang menggunakan kemampuan logika,
seperti halnya ijtihad dalam bidang fiqh.
Dalam hadits diterangkan bahwa ihsan adalah beribadah kepada Allah SWT, seakan-akan
ia melihat Nya, atau ia merasa bahwa Allah SWT selalu melihatnya.
Islam sebagai agama sangat menghargai logika penalaran konsep ijtihad sebagai sumber
dinamika bagi pengembangan ajaran agama dan ulama mujtahid sebagai pewaris Nabi
Muhammad SAW. Agama-agama tradisional di dunia yaitu Budha, Yahudi, Kristen dan
Islam dengan penekanan mereka pada sesuatu yang sakral dan nilai- nilai di luar dunia ini,
semuanya adalah agama-agama supernatural.
3
2. Kebudayaan
Kebudayaan umumnya dikatakan sebagai proses atau hasil krida, cipta, rasa dan karsa
manusia dalam upaya menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya.
Alam ini di samping memberikan fasilitas yang indah, juga menghadirkan tantangan yang
harus diatasi. Manusia memiliki wawasan dan tujuan hidup tertentu sesuai dengan
kesadaran cita-citanya untuk kemajuan umat manusia.
Tiga nilai budaya yaitu, nilai agama, seni dan solidaritas berkaitan dengan rasa yang
menurut Sutan Takdir Alisjahbana bersendi pada perasaan, intuisi dan imajinasi. Budaya
ekspresif umumnya berwatak konservatif. Tujuan utama adalah bagaimana cara
mengembangkan budaya yang memiliki keserasian nilai progresif dan ekspresif.
Pergulatan antara islam dengan sastra dan kebudayaan jawa merupakan fenomena yang
menjadi objek yang sangat menarik bagi para sarjana barat. Interaksi Islam dan budaya
Jawa memang mempuyai karakteristik tersendiri. Pergulatan Islam dengan sastra budaya
Jawa ternyata melahirkan tiga bentuk ke-Islaman dengan landasan berpikir yang berbeda
dan kadang saling memancing konflik satu sama lain yaitu Islam Santri, Abangan dan
Priyayi. Religi animisme dan dinamisme yang menjadi akar budaya asli Indonesia
khususnya masyarakat Jawa cukup memiliki daya tahan yang kuat terhadap pengaruh
kebudayaan-kebudayaan yang telah berkembang maju. Jadi dalam masyarakat Indonesia
asli khususnya msyarakat Jawa yang masih bersahaja, nilai agama menjadi nilai utama
yang bersifat mengikat dan mempengaruhi nilai-nilai yang lain. Nilai agama menggejala
4
dalam kepercayaan serba mistik yang kemudian mempengaruhi adat istiadat dengan
berbagai tata cara dan rangkaian upacara yang kompleks.
Interaksi antara Islam dan budaya Jawa menghasilkan bentuk Islam yang sinkretik,
akan tetapi diperlukan sikap yang hati-hati dalam menyikapi relativitas proses sosial.
Interaksi Islam dan budaya Jawa yang terjadi proses sintetik sangat serasi. Jika nilai agama
menjadi dasar bagi pola budaya individu dan masyarakat, maka nilai agama itu tentu akan
mewarnai tingkah laku seseorang atau masyarakat.
B. Islam Jawa
Dalam penulisan historiografi yang dilakukan oleh Barat terhadap Islam di Indonesia,
ada beberapa sikap yang cenderung mempengaruhi penulisan historiografi Nasional.
Berbeda dengan Hary J. Benda, seorang sejarawan yang menekankan kembali hal-hal
yang sebenarnya tidak terlalu asing dalam pemikiran sejarah yaitu sejarah sebagai medan
dimana kedua unsur perubahan dan persambungan sering bertemu. Dengan kata lain
bahwa datangnya Islam tidak dapat begitu saja dikatakan berakhir suasana kultural dan
politik kehidupan. Sebaliknya, tidak dapat juga dikatakan sebagai bekas-bekas Hindu Jawa
yang masih kelihatan.
5
C. Interelasi Nilai Islam Dalam Aspek Kepercayaan Dan Ritual
1. Aspek Kepercayaan
Islam masuk ke Jawa pada waktu hampir secara keseluruhan dunia Islam dalam
keadaan mundur. Sebelum Islam datang, agama Hindu, Budha dan kepercayaan asli yang
berdasarkan animisme dan dinamisme telah menjadi keyakinan yang dipercaya dikalangan
masyarakat Jawa.
Dalam budaya Jawa pra Islam yang bersumber dari ajara Hindu terdapat
kepercayaan terhadap para dewa seperti Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa,
serta masih banyak lagi. Pada agama Budha terdapat kepercayaan terhadap empat
kasunyatan (kebenaran abadi), yaitu dukha (penderitaan), samudaya (sebab penderitaan),
nirodha (pemadaman keinginan), dan marga (jalan kelepasan). Kepercayaan-kepercayaan
dari agama Hindu, Budha, maupun kepercayaan dinamisme dan animisme itulah yang
dalam proses perkembangan Islam berinterelasi dengan kepercayaan-kepercayaan dalam
Islam.
6
2. Aspek Ritual
Agama Islam mengajarkan agar para pemeluknya melakukan kegiatan ritualistik
tertentu. Kegiatan yang dimaksud yaitu sebagaimana dalam rukum iman, yakni syahadat,
shalat, puasa, zakat, dan haji. Secara luwes Islam memberi warna baru dalam pelaksanaan
upacara tersebut dengan sebutan kenduren atau slametan. Inti dari kegiatan tersebut yaitu
pembacaan doa yang dipimpin oleh orang yang dipandang memiliki pengetahuan tentang
Islam.
a) Upacara sunatan, dilakukan pada saat anak laki-laki dikhitan. Upacara ini sebagai
bentuk perwujudan secara nyata pelaksaan hukum Islam
b) Upacara perkawinan, upacara ini ditandai dengan pelaksanaan syari’at Islam yaitu aqad
nikah (ijab qabul). Slametan dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu sebelum aqad nikah,
pada saat aqad nikah, dan sesudah aqad nikah.
Dalam perkembangan Islam di Indonesia, ada dua aliran utama yaitu aliran hikmah dan
aliran kejawen.
a) Aliran hikmah berkembangan di kalangan pesantren dengan ciri khas doa/mantra yang
murni berbahasa Arab (kebanyakan bersumber dari al-Qur’an)
b) Aliran kejawen sebetulnya sudah tidak ada lagi, melainkan sudah bercampur dengan
tradisi Islam. Mantranya pun kebanyakan diawali dengan basmalah kemudian dilanjutkan
dengan mantra Jawa.
Budaya masyarakat Jawa sebelum Islam datang menyukai kegiatan mistik dan melakukan
ritual untuk mendapatkan kemampuan supranatural. Ketika para pengembang Islam di
7
pulau Jawa (walisongo) tidak menolak tradisi Jawa tersebut, melainkan memanfaatkannya
sebagai senjata dakwah agar mudah diterima
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam mencoba untuk masuk kedalam struktur budaya Jawa dan mengadakan infiltrasi
ajaran-ajaran kejawen dengan nuansa islami. Dalam proses penyebaran Islam di jawa
menggunakan dua pendekatan, yaitu islamisasi kultur jawa dan jawanisasi islam.
Islamisasi kultur jawa yaitu proses pemasukan unsur-unsur islam dalam budaya Jawa baik
secara formal maupun substansial. Pendekatan yang kedua yaitu jawanisasi Islam.
Jawanisasi Islam yaitu pemasukkan nilai-nilai budaya Jawa ke dalam ajaran-ajaran Islam.
Islam masuk ke Jawa pada waktu hampir secara keseluruhan dunia Islam dalam
keadaan mundur. Sebelum Islam datang, agama Hindu, Budha dan kepercayaan asli yang
berdasarkan animisme dan dinamisme telah menjadi keyakinan yang dipercaya dikalangan
masyarakat Jawa. Oleh karena itu, setelah Islam datang terjadi pergumulan yang akhirnya
muncul dua kelompok dalam menerima Islam. Pertama, yaitu kelompok yang menerima
Islam secara total dan mereka yang menerima Islam, tetapi belum melupakan ajaran
kepercayaan lama. Oleh karena itu, mereka mencampuradukkan antara kebudayaan dan
ajaran-ajaran Islam dengan kepercayaa lama. Adanya kepercayaan-kepercayaan dari
agama Hindu, Budha, maupun kepercayaan dinamisme dan animisme itulah yang dalam
proses perkembangan Islam berinterelasi dengan kepercayaan-kepercayaan dalam Islam.
9
DAFTAR PUSTAKA
10