Tinjauan Dampak Banjir Lahar Kali Putih, Kabupaten Magelang Pasca Erupsi Merapi 2010
Tinjauan Dampak Banjir Lahar Kali Putih, Kabupaten Magelang Pasca Erupsi Merapi 2010
Masuk: 27 April 2012, revisi masuk : 13 Juni 2012, diterima: 8 Juli 2012
ABSTRACT
Potency of Merapi lahars in Putih River, Magelang Regency, is described in terms
of management of material deposition. The methode is carried out with the description of
material, determination of lahars forming factors, and the geology environmental. Merapi
eruption on 2010 has producted volcanic materials about 130 million metre cubic, spread
in the upper river of Merapi Volcano as Gendol River, Apu River, Trising River, Senowo
River, Lamat River, Putih River, Bebeng River, Krasak River, Bedog River, Boyong River,
Kuning River, Opak River and Woro River. One of the rivers in Magelang regency known
Putih River, has material volcanic as much as 8,2 million metre cubic. Lahars which to is
grouped materials clasification like sands and rocks varying in size. While impact of
lahars which must to beware are debris avalanche, over topping, and flood. Therefore in
order to minimize the abuse authority, disaster management covers prevention,
emergency response, and rehabilitation after disaster is necessary.
INTISARI
Potensi dari lahar dingin yang terjadi di Kali Putih, Magelang, digambarkan dalam
bentuk pengelolaan endapan material. Metode yang dilakukan dengan pendeskripsian
material, penentuan faktor pembentuk lahar, penentuan aspek geologi lingkungan. Erupsi
Gunung Merapi 2010 mampu mengeluarkan material vulkanik diperkirakan 130 juta
meter kubik, menyebar di seluruh sungai berhulu di puncak Gunung Merapi yang
meliputi Kali Gendol, Kali Apu, Kali Trising, Kali Senowo, Kali Lamat, Kali Putih, Kali
Bebeng, Kali Krasak, Kali Bedog, Kali Boyong, Kali Kuning, Kali Opak dan Kali Woro.
Salah satu kali di wilayah Magelang, Kali Putih, terakumulasi material sebanyak 8,2 juta
3
m . Material lahar yang diusahakan yakni bahan galian berupa pasir dan batu dengan
berbagai ukuran. Sementara itu, dampak dari lahar yang diwaspadai adalah longsoran,
penumpukan dan meluapnya lahar, dan banjir lumpur. Untuk itu diperlukan pengelolaan
yang meliputi pencegahan, tanggap darurat, dan rehabilitasi pasca bencana yang tepat
agar tidak terjadi penyelewengan wewenang dalam pelaksanaannya.
memiliki siklus rata-rata 100-150 tahun adalah Kali Putih (Gambar 1). Pasca
sekali (Mulyaningsih, 2006) erupsi Merapi 2010, Kali Putih menjadi
Sebaran awan panas dan material kawasan yang paling sering dilanda
jatuhan, telah melampaui batas Peta banjir lahar. Pelimpasan material oleh
Kawasan Rawan Bencana yang aktivitas banjir yang begitu intensif
diterbitkan oleh Pusat Vulkanologi dan dengan bawaan material yang cukup
Mitigasi Bencana Geologi pada tahun besar, sempat memutus jalur jalan
2002. Oleh karena itu dilakukan revisi nasional Yogyakarta-Jawa Tengah
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung tepatnya daerah Gempol, Salam. Tidak
Merapi yang sesuai dengan perluasan hanya memutus jalan, banjir lahar juga
wilayah terdampak akibat letusan merusak infrastruktur di sekitar daerah
Gunung Merapi 2010. Selama proses tersebut.
erupsi, volume material yang dikeluarkan Dari sekian banyak efek negatif yang
3
mencapai 130 juta m yang tersebar di diakibatkan oleh banjir lahar dingin
sungai-sungai utama Gunung Merapi. Di Merapi, tersimpan potensi besar yang
samping munculnya bahaya primer bisa dimanfaatkan warga sekitar Merapi
berupa awan panas, bahaya sekunder untuk menjadi lahan pekerjaan.
banjir lahar yang menyertainya dapat Penelitian ini dilakukan dengan
mengancam daerah atau sungai yang melakukan studi kasus di Kali Putih,
dilaluinya. Kabupaten Magelang.
Di wilayah Magelang, Jawa Tengah,
salah satu kali yang menjadi perhatian
Gambar 1. Peta lokasi Kali Putih terhadap Gunung Merapi Modifikasi dari
Mulyaningsih, dkk (2006)
20
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 5 No. 1 Agustus 2012
longsoran onggokan piroklastika yang bongkah, bom vulkanik, lapili, dan debu
telah ada sebelumnya maupun material akan bergerak ke bawah, melalui
yang dihasilkan langsung dari letusan. lembah-lembah pada lereng gunung
Komposisi partikel lahar bervariasi dari berapi. Karena densitasnya yang besar,
abu hingga bom dan litik granul hingga geraknya dikendalikan oleh tarikan gaya
boulder (Ø >1 m). Densitas dan berat dan topografi, maka aliran lahar
viskositas lahar tinggi dengan mampu mengangkut bongkah-bongkah
konsentrasi partikel 20-60% atau 60-90% ukuran besar hingga jarak yang sangat
total berat. Lahar diendapkan secara jauh.
cepat dalam arus turbulen di sepanjang Lahar hujan terjadi beberapa
lereng gunungapi atau lembah-lembah waktu setelah periode erupsi
sungai, sama cepatnya dengan aliran berlangsung. Lahar hujan biasanya lebih
sungai. Pada konsentrasi partikel yang sering terjadi dibandingkan dengan lahar
telah berkurang (rendah), debris lahar letusan.
berubah menjadi aliran lumpur pekat Endapan lahar dicirikan oleh
hingga suspensi dalam arus transisi- pemilahannya yang sangat buruk,
laminer membentuk banjir bandang. meskipun masih nampak adanya
Secara genetik (cara terjadinya) kecenderungan bahwa fragmen yang
lahar dikenal dua jenis yakni (1) lahar besar-besar dan berat akan terkumpul di
letusan dan (2) lahar hujan. bagian bawah endapan. Kadang-kadang
Lahar letusan (primer) terjadi pada endapan lahar hujan sulit dibedakan dari
gunungapi yang mempunyi danau endapan awan panas, terutama endapan
kawah. Dasar kepundannya bersifat yang sudah lama. Setelah tertransport
kedap air (impermeable) sehingga agak jauh dari sumbernya, lahar hujan ini
sejumlah air hujan akan terkumpul. akan berangsur menjadi sungai dan
Apabila volume air dalam kawah cukup mengendapkan bebannya sebagaimana
besar maka saat terjadi letusan dapat sungai biasa.
menumpahkan lumpur panas. Panas Penamaan lahar sulit dibedakan di
lahar letusan dapat mencapai di atas 100 lapangan sebagai lahar distal, medial
derajat celsius. Jika melanda suatu atau proksimal, maka selanjutnya lahar
daerah, lahar letusan bisa menimbulkan ditentukan sebagai (1) lahar kohesif dan
banyak korban dan kerusakan. (2) lahar tak-kohesif.
Di Indonesia gunung-gunung Lahar kohesif dicirikan oleh
berapi yang mempunyai danau di struktur masif-gradasi-laminasi silang,
atasnya adalah Gunungapi Kelud di ukuran butir abu pasir hingga boulder
Jawa Timur, Gunungapi Galunggung di yang tertanam dalam lumpur pekat,
Jawa Barat dan Gunungapi Agung di terpilah buruk-sedang, bentuk fragmen
Bali. Bahan abu yang menyebabkan menyu-dut hingga membulat tanggung,
dasar kepundan kedap air itu berasal dari konsentrasi fragmen besar berada di
ubahan batuan yang membentuk dinding setengah hinggga sepertiga bagian
kepundan oleh gas-gas yang keluar dari bawah aliran dan di permukaan sering
pipa. Bahan yang halus ini akan diangkut menunjukkan penjajaran fragmen
oleh hujan yang turun dan diendapkan sebagai lahar tak-kohesif. Lahar kohesif
pada dasar kepundan. ini dihasilkan dari penggabungan
Sementara itu, lahar hujan (lahar beberapa material dalam satu kesatuan
sekunder) atau yang lebih dikenal endapan, sehingga konsentrasi
sebagai lahar dingin merupakan material lumpurnya dapat mencapai 30-50% total
gunungapi yang belum terkonsolidasi, berat sebagai matriks. Material lumpur
yang terkumpul di bagian puncak dan tersebut dapat berasal dari alterasi
lereng, pada saat atau beberapa saat hidrothermal akibat pemanasan magma
setelah erupsi kemudian terjadi hujan, pada tubuh gunungapi, fragmentasi
maka bahan-bahan piroklastika tersebut material magma dan dinding, serta
akan diangkut dan bergerak ke bawah batuan dinding lembah yang tererosi saat
sebagai aliran pekat dengan densitas aliran. Konsentrasi partikel dalam lahar
tinggi. Material piroklastika mulai dari kohesif sekitar 12-20% atau 40% total
21
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 5 No. 1 Agustus 2012
22
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 5 No. 1 Agustus 2012
Gambar 2. Blok diagram peralatan radar pengukur hujan (Sukatja, dkk, 2011)
Keterangan:
1. Antena dan kelengkapannya
2. Pemancar dan penerima
3. Pemroses sinyal dan perekam data
4. Penampil dan pencetak data
5. Pencatu daya
23
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 5 No. 1 Agustus 2012
24
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 5 No. 1 Agustus 2012
Tabel 2. Pengukuran curah hujan tahun 2011 (Sumber: Anonim, 2011, Balai
Pengairan Kabupaten Magelang)
PENGAMATAN CURAH HUJAN TAHUN 2011
Keterangan:
Jmh I atau II : Jumlah intensitas hujan per 2 minggu
Hari hujan : Jumlah terjadinya hujan/bulan
Hujan rata-rata : Intensitas hujan/ bulan (Jmh I+II) dibagi Hari Hujan
Hujan besar : Intensitas hujan terbesar dalam bulan
25
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 5 No. 1 Agustus 2012
Tabel 3. Volume endapan piroklastik yang berpotensi menjadi lahar (Sumber: Lahar
Team BPPTK, dalam Bronto, dkk, 2011))
6 3)
Kabupaten Nama Kali Volume ( x 10 m
Klaten Kali Woro 7,28
Sleman Kali Gendol 34,00
Kali Opak 2,24
Kali Kuning 3,73
Kali Boyong 2,40
Kali Bedog-Bebeng-Krasak 10,81
Magelang Kali Putih 8,22
Kali Lamat 1,38
Kali Apu-Pabelan 20,86
Kali Senowo 4,36
Kali Trising 3,75
Total Volume 99,03
26
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 5 No. 1 Agustus 2012
27
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 5 No. 1 Agustus 2012
28
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 5 No. 1 Agustus 2012
29
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 5 No. 1 Agustus 2012
30