Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Activity Based Costing menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada semua fase
pembuatan produk yang terdiri dari :
Tujuan Activity Based Costing adalah untuk menglokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas
yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara
tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk.
Klasifikasi Activity Based Costing
Dalam merancang ABC, kegiatan untuk memproduksi dan menjual produk dalam perusahaan
yang menghasilkan berbagai macam produk dapat digolongkan ke dalam 4 macam kelompok
besar yaitu:
Biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki
perusahaan. Biaya depresiasi dan amortisasi, biaya asuransi, biaya gaji karyawan kunci
perusahaan adalah contoh jenis biaya yang termasuk dalam facility sustainining activity cost.
Biaya dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit produk yang dihasilkan kapasitas
activity cost.
Biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya
untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Biaya ini tidak terpengaruh oleh
jumlah unit yang diproduksi dan jumlah batch produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual.
Contoh biaya ini adalah biaya desain produk, desain proses pengolahan produk, pengujian
produk, biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran jumlah unit produk tertentu yang
akan dihasilkan selama umur produk tertentu (product life cycle).
Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksikan. Setiap cost yang
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan mesin dan peralatan sebelum suatu order
prosuksi diproses adalah contoh biaya yang termasuk dalam golongan biaya ini, besar kecilnya
biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Biaya ini
tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap order produksi. Pembeli
dibebani batch activity cost berdasarkan jumlah batch actiity cost yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam setiap menerima order dari pembeli.
Biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, biaya energi, biaya angkutan adalah contoh biaya yang termasuk dalam
golongan ini, biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah unit produk dikalikan
dengan jumlah produk yang sesunguhnya diperoleh.
Menurut Blocher dkk. (2000 : 123-126) tahap perancangan ABC dibagi dalam tiga tahap yaitu :
Tahap pertama dalam merancang sistem ABC adalah mengidentifikasikan biaya sumber
daya dan melakukan analisis aktivitas. Biaya sumber daya adalah biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan berbagai aktivitas. Sebagian besar biaya sumber daya ada dalam subrekening buku
besar, seperti bahan, supplies, pembelian, penanganan bahan, pergudangan, ruang kantor, mebel,
dan peralatan lain, bangunan, peralatan pabrik, utilitas gaji, dan tunjangan, teknik dan akuntansi.
Analisis aktivitas adalah identifikasi dan deskripsi pekerjaan (aktivitas) dalam organisasi.
Analisis aktivitas meliputi pengumpulan data dari dokumen dan catatan yang ada, dan
penelitian/survei dengan menggunakan daftar pertanyaan, observasi, dan wawancara secara
terus-menerus terhadap orang-orang kunci. Anggota tim proyek ABC biasanya menanyakan hal-
hal ini kepada karyawan atau manajer kunci :
Tim proyek ABC juga mengumpulkan data aktivitas dengan cara melakukan observasi dan
membuat daftar aktivitas/pekerjaan yang dilakukan.
a. Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap satu unit
produk. Contoh aktivitas berlevel unit (berdasarkan volume atau unit) adalah pemakaian
bahan, pemakaian jam kerja langsung, memasukkan komponen, inspeksi setiap unit, dan
aktivitas menjalankan mesin.
b. Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch atau kelompok
produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch ingin diproduksi. Contoh
aktivitas berlevel batch adalah setup, mesin, pemesanan pembelian, penjadwalan produksi,
inspeksi untuk setiap batch dan penanganan bahan.
c. Aktivitas untuk mendukung produk. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung
produksi produk yang berbeda. Contoh aktivitas untuk mendukung produk adalah
merancang produk, administrasi suku cadang, penerbitan formulir pesanan untuk
mengubah teknik rekayasa dan ekspedisi.
d. Aktivitas untuk mendukung fasilitas. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung
produksi secara umum. Contoh aktivitas ini adalah keamanan, keselamatan kerja,
pemeliharaan, manajemen pabrik, depresiasi pabrik dan pembayaran pajak properti.
Aktivitas menimbulkan biaya sumber daya. Driver sumber daya (Resources driver) digunakan
untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas. Kriteria penting untuk memilih cost driver
yang baik adalah hubungan sebab akibat. Driver sumber daya biasanya meliputi:
Jika aktivitas sudah diketahui, selanjutnya perlu untuk mengukur biaya aktivitas per unit.
Hal ini dilakukan dengan cara mengukur biaya per unit untuk output yang diproduksi oleh
aktivitas tersebut. Perbandingan selama beberapa waktu dengan organisasi lain dapat digunakan
untuk menentukan efisiensi (produktivitas) untuk aktivitas-aktivitas tersebut.
Output merupakan objek biaya yang membutuhkan aktivitas, output untuk sebuah sistem
biaya, biasanya berupa produk, jasa, pelanggan, proyek, atau unit bisnis. Contohnya, dalam
perusahaan asuransi, output dapat berupa produk atau jasa individual yang ditawarkan kepada
pelanggan, pelanggan, agen asuransi atau divisi yang menerima manfaat dari sumber daya
perusahaan.
Driver aktivitas digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. Driver
aktivitas biasanya berupa jumlah pesanan pembelian, jumlah laporan penerimaan barang, jumlah
laporan, atau jam inspeksi, jumlah suku cadang yang disimpan, jumlah pembayaran, jam kerja
langsung, jam mesin, jumlah setup dan waktu siklus produksi.
Manfaat sistem biaya Activity-Based Costing (ABC) bagi pihak manajemen perusahaan adalah :
1. Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa mereka
harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya,
mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus pada
pengurangan biaya yang memungkinkan. Analisis biaya ini dapat menyoroti bagaimana
benar-benar mahalnya proses manufakturing, hal ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas
untuk mengorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya
2. Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif
yang lebih wajar.
3. Sistem biaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan (management decision
making) membuat-membeli yang manajemen harus lakukan, disamping itu dengan
penentuan biaya yang lebih akurat maka maka keputusan yang akan diambil oleh phak
manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa dengan akurasi perhitungan
biaya produk yang menjadi sangat penting dalam iklim kompetisi dewasa ini.
4. Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement), melalui analisa
aktivitas, sistem ABC memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan terhadap aktivitas
yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien. Hal ini berkaitan erat dengan masalah
produktivitas perusahaan.
5. Memudahkan penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost reduction), pada sistem
tradisional, banyak biaya-biaya yang kurang relevan yang tersembunyi. Sistem ABC yang
transparan menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut dapat diketahui dan dieliminasi.
6. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, piliak manajemen dapat melakukan analisis yang
lebih akurat mengenai volume produksi yang diperlukan untuk mencapai impas (break even)
atas produk yang bervolume rendah.
a. Biaya produk yang lebih akurat, baik pada industri manufaktur maupun industri jasa
lainnya khususnya jika memiliki proporsi biaya overhead pabrik yang lebih besar.
b. Biaya ABC memberikan perhatian pada semua aktivitas, sehingga semakin banyak biaya
tidak langsung yang dapat ditelusuri pada objek biayanya.
c. Sistem ABC mengakui banyak aktivitas penyebab timbulnya biaya sehingga manajemen
dapat menganalisis aktivitas dan proses produksi tersebut dengan lebih baik (fokus pada
aktivitas yang memiliki nilai tambah) yang pada akhirnya dapat melakukan efisiensi dan
akhirnya menurunkan biaya.
d. Sistem ABC mengakui kompleksitas dari deversitas proses produksi modern yang banyak
berdasarkan transaksi/ transaction based (terutama perusahaan jasa dan manufaktur
berteknologi tinggi) dengan menggunakan banyak pemicu biaya (multiple cost drivers).
e. Sistem ABC juga memberi perhatian atas biaya variabel yang terdapat dalam biaya tidak
langsung.
f. Sistem ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya berdasarkan berbagai objek biaya.
Baik itu proses, pelanggan, area tanggung jawab manajerial, dan juga biaya produk.
Walaupun penerapan sistem ABC memiliki banyak keuntungan, tetapi penerapan tersebut
tidak membuat seluruh biaya akan mudah dibebankan kepada objek biayanya dengan mudah.
Hal ini disebabkan biaya-biaya yang di kelompokkan dalam sustaining level ketika dialokasikan
sering kali juga menggunakan dasar yang bersifat arbiter. Misalnya, biaya keamanan pabrik
merupakan contoh dari sustaining level, ketika membebankan hal tersebut pada objek biaya yang
berupa produk, maka mungkin digunakan pendekatan yang arbiter, seperti berdasarkan jumlah
jam kerja tenaga kerja dengan alasan semakin lama proses produksi maka membutuhkan jasa
keamanan semakin besar
Ilustrasi
Keterangan KF FC
Unit yang diproduksi 10.000 unit 20.000 unit
Jam tenaga kerja langsung per unit produk 4 Jam 2 Jam
Jam kerja mesin per unit produk 2 Jam 4 Jam
Kebutuhan bahan per unit produk 2 kg 1 kg
Harga bahan langsung per kg Rp. 20.000 Rp. 10.000
Upah tenaga kerja langsung per jam Rp. 5.000 Rp. 5.000
PT. KFC membuat 2 jenis produk, yang diberi kode KF dan FC. Taksiran biaya yang berkaitan
dengan proses produksi kedua produk tersebut adalah sebagai berikut:
Biaya overhead menurut kelompok aktivitas dan pemicu biaya aktivitas (cost driver acticity)
pada periode tersebut adalah sebagai berikut:
Hitunglah biaya produksi per unit untuk masing-masing produk dengan metode tradisional dan
ABC
Kalkulasi Biaya Tradisional
Produk JKL Per unit Produk Upah/ JKL Biaya/ Unit Produk
KF 4 Jam Rp..5.000 Rp. 20.000
FC 2 Jam Rp. 5.000 Rp. 10.000
Setiap unit KF membutuhkan 4 JKL (jam kerja langsung) dengan upah sebesar Rp. 5.000 per
JKL. Sedangkan setiap 1 unit FC membutuhkan 2 JKL dengan upah Rp. 5.000 per JKL. Jadi,
biaya tenaga kerja langsung per unit KF adalah Rp. 20.000 dan sebesar Rp. 10.000 per unit FC.
Biaya overhead yang dikeluarkan untuk membuat seluruh produk tersebut adalah Rp.
200.000.000, dimana penetapan biaya overhead didasarkan pada jam kerja langsung (JKL). Jadi,
tarif biaya overhead pabrik dibebankan sebesar Rp. 200.000.000 : 80.000 JKL = Rp. 2.500 JKL,
maka biaya overhead yang dibebankan ke setiap unit produk adalah:
Produk JKL Per unit Produk Tarif/ JKL Biaya/ Unit Produk
Dengan perhitungan tersebut, besarnya biaya produksi per unit produk dengan metode biaya
tradisional adalah:
Jenis Biaya KF FC
Biaya Bahan Baku 40.000 10.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 20.000 10.000
Biaya Overhead Pabrik 10.000 5.000
Biaya Produksi Per Unit Produk 70.000 25.000
Dengan perhitungan tersebut, besarnya biaya produksi per unit produk dengan metode biaya
ABC adalah:
Jenis Biaya KF FC
Biaya Bahan Baku 40.000 10.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 20.000 10.000
Biaya Overhead Pabrik 7.400 6.300
Biaya Produksi Per Unit Produk 67.400 26.300
Tradisional ABC
Jenis Biaya
KF FC KF FC
Biaya Bahan Baku 40.000 10.000 40.000 10.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 20.000 10.000 20.000 10.000
Biaya Overhead Pabrik 10.000 5.000 7.400 6.300
Biaya Produksi Per Unit Produk 70.000 25.000 67.400 26.300