Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Refleksi Peradaban Islam; Dulu Kini Dan Esok


Sebagai intelektual muslim kita mempunyai tanggung jawab besar terhadap
kelangsungan peradaban Islam di masa mendatang, namun untuk mengambil sikap
secara kongkrit hal ini tergantung sejauh mana kita mampu menyikapi peradaban dan
kebudayaan Islam yang lalu dan kini. Sebagaimana kata T.S. Eliot “Masa kini dan masa
lampau akan muncul di masa depan dan masa depan terdapat di masa lampau” 1. Dimensi
sejarah sangatlah penting, yang darinya kita mampu menentukan di sisi mana kita
harus berpijak dan selanjutnya menetukan arah mana yang akan kita garap. Saking
pentingnya, seorang Iqbal menggolangkan sebagai salah satu bentuk sumber
keilmuan. Beliau mengatakan bahwa sejarah adalah sejenis gramafon besar yang di
dalamnya suara bangsa-bangsa terekam 2.
Dalam konteks peradaban umat manusia, -secara periodik- Islam telah hadir
lengkap dengan nilai-nilai universalnya dalam upaya memberikan pencerahan
terhadap umat manusia pada kurun waktu yang panjang, yakni mulai dari zaman
Rasulullah sampai sekarang dan pada ruang yang amat luas yakni mulai dari Makah
sampai hampir seluruh belahan dunia. Dalam perjalanan sejarahnya peradaban Islam
sering kali mengalami pasang surut, baik dalam bidang keilmuan, sosial budaya,
agama, ekonomi khususnya politik-kekuasaan. Untuk dapat memahami dan
menelusuri spesifikasi-spesifikasi khazanah tersebut perlu pembabakan berdasarkan
periodesasi historis. Secara sederhana para ahli membagi kedalam tiga babak, yaitu:
periode klasik, pertenghan dan modern. Lebih lanjut Ira M Lapidus dalam karyanya A
History Of Islamic Societes membagi sebagai berikut: pertama, periode awal peradaban
Islam di Timur Tengah (Abad VII-XIII M). Kedua, periode penyebaran peradaban Islam
Timur Tengah ke wilayah lain atau era ”penyebaran global masyarakat Islam (abad
XIII-XIX M). Ketiga, periode perkembangan Modern Umat Islam (abad XIX-XX M) 3.
Dalam berbagai pembahasan peradaban Islam terjadi ke-jumbuh-an yang terkait
dengan istilah; Sejarah, Peradaban dan Kebudayaan. Misalnya kata sejarah mempunyai
beberapa sinonim yang jika ditelusuri mempunyai kekhasan makna masing-masing.
1
Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim. (Bandung, Mizan 1986) Terj dari The Future Of
Moslim Civilisation, Croom Helm London 1979
2
Drs. Danusiri MA., Epistimologi dalam Tasawuf Iqbal. (Yogyakarta, Pustaka Pelajar 1996) Hal. 49
3
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, terj. Ghufron A. Mas’udi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1999) jilid I, Hal ix.

1
Sejarah (Indonesia) yang berasal dari bahasa melayu dan diadopsi dari bahasa Arab
Syajarahtun (‫)شجرة‬yang berarti “pohon”. Istilah lain, Riwayatun (‫ )رواية‬yang berarti

‫ )حكاية‬cerita tokoh.
cerita dari mulut ke mulut. Atau istilah Hikayatun (

Dalam Bahasa Arab ada istilah Tarikhun (‫ )تاريخ‬yang berarti penetapan bulan,

kalender atau pencatatan peristiwa. Begitu juga kata Siratun (‫ )س يرة‬yang berarti

perjalanan. Semua kata itu merujuk pada makna sejarah yang apabila digambarkan
hampir mirip dengan pohon. Ia memiliki cabang dan ranting, daun, dan buah.
Bermula dari sebuah bibit, kemudian tumbuh dan berkembang, lalu layu dan
tumbang. Sejarah merupakan gambaran masa lalu tentang manusia dan
sekitarnya beserta nilainya sebagai makhluk Tuhan dalam mengisi
perkembangan dunia dari masa ke masa.
Secara terminologi, Ibnu khaldun menjelaskan bahwa sejarah adalah; peristiwa-
peristiwa istimewa atau penting pada waktu dan ras, tertentu. Adapun menurut Al
Maqiri adalah; informasi tertentu yang pernah terjadi di dunia. Sementara W. Bouer
(1928)mengatakan sejarah adalah; ilmu pengetahuan yang melukiskan, -dengan
penglihatan simpatik- menjelaskan fenomena kehidupan sepanjang terjadinya
perubahan karena adanya hubungan antara manusia dan masyarakatnya 4. Dan dalam
bukunya, Fadil juga menuturkan sejarah adalah: peristiwa masa lalu yang dapat
diinterpretasi dengan hukum sebab akibat5. Oleh karenanya mempelajari sejarah
berarti kita sedang mengamati fakta-fakta atau kekuatan-kekuatan sekaligus
kelemahan-kelemahannya yang berperan di masa lalu, kemudian kita cerna dan kita
olah untuk selanjutnya kita proyeksikan ke masa mendatang. Dengan kata lain, Masa
sekarang adalah buah dari Masa lalu, dan merupakan cikal bakal Masa yang akan datang.

Sementara kata ”Peradaban” (Indonesia) sering kali absurd dengan kata


”Kebudayaan”. Dalam bahasa Inggris peradaban digunakan istilah civilization,
sedangkan kebudayaan digunakan istilah culture. A.A.A. Fyze menjelaskan bahwa
civilization berasal dari kata Civies atau civil, yang mempunyai arti menjadi
kewarganegaraan yang maju. Sehingga dalam hal ini peradaban mempunyai dua
makna yaitu: (1) proses menjadi beradab (2) suatu bentuk masyarakat yang sudah
maju yang ditandai dengan gejala kemajuan di bidang sosial-politik, seni-budaya dan

4
Nourouzzaman Shiddiqie, pengantar sejarah muslim, yogyakarta, Nue Cahaya, 1983, hlm.4
5
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam lintasan sejarah, UIN Malang pers, 2008, hlm. 4

2
teknologi. Adapun kebudayaan lebih bersifat sosiologis dan antropologis 6. A. Hasjmy
mendefinisikan Kebudayaan sebagai bentuk manifestasi akal dan rasa manusia7.
Demikian pula dalam bahasa Arab dibedakan antara kata Staqafah
(kebudayaan), Tamaddun(peradaban), dan Hadlarah(kemajuan). Abdullah ’Ulwan
memberi pengertian Hadlarah sebagai berikut:
ُّ ‫صا ِئ ِص ِه ْا ِلف ْكرَّي ِة َو‬
‫الر ْو ِح َّي ِة‬ َ ‫اج ْاإل ْن َس ان امْل َ َدن ّي ااْل ِ ْجت َم اع ّي ب َخ‬ ُ ‫ض ا َر ُة ه َي ِا ْن َت‬ َ ‫الح‬َ
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ْ َ ‫ َو َم ا ا ْرَت‬،‫الس ُل ْوك َّية َت ْحق ْي ًق ا َ ْه َداف ٌأ َّمت ه‬
‫ض ْت ُه َه ِذ ِه األ َّم ِة ِل َن ْف ِس َها ِم ْن ِق َي ٍم‬ َ َ ْ ُ َْ
ِِ ِ ‫والوجدا ِن َّي ِة و ُّ ِ ِ ِ أِل‬
ْ
.‫َو ِمث ٍل َو َم َب ِاد ٍئ‬
Definisi ini mengandung dua pengertian yaitu: (1) bahwa Al-Hadlarah
merupakan jalan hidup yang dengannya umat manusia merasa nyaman dalam segala
aspek kehidupan baik jiwa, sosial-politik, ekonomi dan materi dengan berdasar pada
nilai-nilai yang kongkrit. (2) bahwa peradaban mempunyai aspek-aspek yang jelas
yaitu; fenomena kemajuan secara matrial dan fenomena keagungan nilai-nilai. 8 Elias
dalam karyanya Uber den Prozessder Civilisation mengatakan bahwa proses
peradaban berarti transformasi tingkah laku dan persepsi manusia dalam arah yang
amat jelas9.
Dalam ilmu antropologi modern kedua istilah tersebut dibedakan. Kebudayaan
adalah bentuk ungkapan semangat mendalam masyarakat yang terefleksikan pada
ranah seni, sastra, agama dan moral. Sedangkan peradaban terefleksikan pada ranah
politik, ekonomi dan teknologi10.
Menurut Koentjaraningrat Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta
“Budhayah” jamak dari budhi, yang berarti budi atau akal 11. Sehingga berkebudayaan
berarti meliputi keseluruhan gagasan dan karya manusia serta hasil
dari keduanya, melalui pembiasaan dengan belajar12.

6
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, (yogyakarta, LESFI 2004)
7
A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam. (Jakarta, PT. Bulan Bintang)
8
Abdullah ’Ulwan, Ma’alimal Hadlorah fi Islam, (Bairut Darus-Salam 1980)
9
Bassam Tibi, Krisis peradaban Islam Modern, (Yogyakarta. PT. Tiara Wacana 1994)
10
lih. Adeng Mukhtar Gazali, Sejarah Peradaban Islam pada Zaman Abasiyah. Nurhakim, Sejarah Peradaban
Islam, Malang UMM press, tt, hlm.3. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo
Persada,1993, hlm. 1
11
Koentjaraningrat:, Kebudayaan mentalitas dan Pembangunan, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992,
hlm. 9)
12
Tadjab, Sejarah Kebudayaan Islam, Malang: Biro Ilmiyah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel,1986, hlm.7

3
Pendapat lain dari Sidi Gazalba bahwa kebudayaan berasal dari kata “budhi”,
yang berarti akal dan “daya” yang berarti kesanggupan, kekuatan atau tenaga 13.
Menurutnya kebudayaan ialah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam
seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial
(masyarakat) dalam suatu ruang dan waktu”. Cara berfikir dan merasa adalah fungsi
akal, yang tak lain potensi tertinggi manusia. Dengan demikian hanya manusia saja
yang dapat berbudaya.
E.B. Taylor, perumus terkenal teori Animisme juga mengungkapkan bahwa
“Kebudayaan ialah suatu kesatuan jalinan yang meliputi pengetahuan, kesenian,
sosial, hukum, adat dan tiap kesanggupan yang diperoleh seseorang sebagai anggota
masyarakat”. Sementara menurut F.Buts, “Kebudayaan adalah keseluruhan patokan
yang membimbing tingkah laku manusia, baik individu maupun masyarakat, yang
meliputi bidang-bidang politik, ekonomi, sosial, lembaga-lembaga keagamaan,
demikian pula kepercayaan, gagasan dan cita-cita hidup”14.
Dari paparan di atas penulis berusaha mempertegas perbedaan antara
kebudayaan dan peradaban dalam konteks ke-Indonesia-an melalui pedekatan filosofis
sebagai berikut:
No Dimensi Kebudayaan Peradaban
1 Ontologis Hasil dari cipta, karsa dan Hasil dari cipta,karsa dan
rasa manusia sebagai entitas rasa manusia sebagai
masyarakat entitas masyarakat
2 Epistemologis  Lebih bersifat sosiologis-  Lebih bersifat
antropologis idiologis/politis
 Nilai bersifat parsial  Nilai bersifat universal
 Scubnya lebih sempit  Skubnya lebih luas
(lokal) (global)
 Bersifat statis  Bersifat dinamik
 Melalui proses yang relatif Melalui proses yang lebih
singkat lama
3 Aksiologis  Sebagai jalan atau cara  Sebagai jalan atau cara
hidup hidup
 Obyeknya mencakup Obyeknya mencakup
bidang sosial, ekonomi, bidang sosial, ekonomi,
politik, ilmu, sastra, seni politik, ilmu, sastra, seni

13
Sidi Gazalba, Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu, jakarta, Pustaka Antara, 1968, hlm. 35
14
Tadjab, Sejarah Kebudayaan Islam, Malang: Biro Ilmiyah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel,1986, hlm.7

4
dan teknologi dll. dan teknologi dll.

B. Kilas Balik Sejarah


Pereode klasik merupakan awal pembabakan peradaban Islam. Pereode ini
dimulai ketika Rasulullah diangkat menjadi rasul. Dalam pereode ini terdapat tiga fase
penting yaitu; pertama, fase penciptaan komunitas baru sebagai hasil tranformasi nilai-
nuilai Islam yang semula berbentuk kesukuan menjadi masyarakat bercorak Islam.
Dalam fase ini Rasulullah mulai membangun sosial masyarakat dengan berazazkan al-
ikha’ (persaudaraan), al-Musawah (persamaan), al-Tasamuh (toleransi), al-Tasyawur
(musyawarah), al-Ta’awun(saling menolong) dan al-‘Adalah(keadilan). Embrio format
negara Islam berkecambah sejak Rasululllah hijrah ke Madinah. Bidang garapannya
adalah sosial masyrakat, politik, ekonomi dan peribadatan. Seluruh bidang
tersentralisasikan pada masjid.15 Pasca Rasulullah wafat kepemimpinan dilanjutkan
oleh para kholifah. Pada masa ini terjadi banyak pengembangan sekaligus perubahan
baik dalam bidang, sosial masyarakat ekonomi terutama bidang politik, pada masa ini
pula embrio ilmu pengetahuan dan sastra Islam yang terinspirasi dari al-Quran serta
arsitetur muncul. Seperti adanya ijtihad hukum syariah pada masa Umar dan
kondifikasi al-quran pada masa Usman yang dibarengi munculnya ilmu-ilmu
kebahasaan dan bacaan Al-quran. Pada masa inilah fase kedua dimulai, dimana nilai-
nilai Islam dijadikan sebagai dasar institusi kenegaraan dan elit perkotaan. 16
Sedangkan fase ketiga yaitu peranan masyarakat Islam dalam mengubah mayoritas
masyarakat Timur Tengah menjadi komunitas kokoh berlandaskan monotheistik. Ciri
yang paling menonjol adalah terjadinya ekspansi kekuasaan bani Umayyah yang
meliputi Spanyol, Afrika Utara, Timur Tengah sampai ke perbatasan Tiongkok. Dalam
catatan sejarah keberhasilan ini melebihi kekuasaan yang dicapai Romawi pada masa
kejayaanya.
Perubahan menonjol dalam bidang politik pada masa Umayyah I adalah bahwa
sistem pemerintahan menganut faham monarchi heridetis (kerajaan turun temurun) dari
persia dan kekaisaran Byzantium, yang sebelumnya menganut faham “demokrasi”. Hal
yang sama di bidang sosial kemasyarakatan dimana struktur masyarakat dan
keanggotaanya berbeda dengan zaman Nabi. Jika pada zaman Nabi keanggotaan
masyarakat berdasarkan religiusitas yaitu muslim dan non muslim sedangakan pada
masa ini terdiri dari bangsa Arab dan Mawali(bangsa selain Arab yang telah masuk
Islam dan menjadi pendukung bangsa Arab) serta Ahlul zimmah(non muslim yang

15
Maman A. Malik Sya’rani, Sejarah Peradaban Islam, hal. 30-32 (yogyakarta, LESFI 2004)
16
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam,jild I hal. 14

5
dalam berada dalam perlindungan orang muslim). Pada masa ini pula terjadi gerakan
Arabisme. Penguasa Daulah ini berambisi membangun bangsa Arab sekaligus
masyarakat muslim. Usaha yang ditempuh antara lain membuat akte kelahiran
berbangsa Arab bagi masyarakat di tanah taklukan dan mewajibkan berbahasa Arab,
termasuk menyalin peraturan-peraturan tertulis dengan bahasa Arab. 17 Dalam bidang
militer dibentuk Al-jund (AD), Al-Bahriyah(AU) dan As-Syurtoh(kepolisian). Dalam
bidang ekonomi dibangun pelabuhan di Basroh untuk memperlancar perdagangan ke
Tiongkok. Dalam bidang kerajinan kholifah Abdul Malik membangun pabrik-pabrik
tekstil. Begitu juga dalam bidang seni lukis dan arsitektur, terdapat banyak lukisan
beraliran hellenisme dan dibangun masjid Damaskus yang sangat menawan pada
masa kholifah Walit.
Demikianlah kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah I yang berpusat di
Damaskus dengan corak Monarchi dan mengandalkan panglima-panglima dari lapisan
aristrokat yang sebenarnya sangat bertolak belakang dengan kebijakan-kebijakan Nabi
dan para khalifah sebelumnya, namun demikian kemajuan peradaban mulai
berkembang disegala bidang kehidupan.
Hal serupa ketika kekuasaan Daulah Umayyah pindah ke bagian Eropa Timur
Andalusia (cordova). Bahkan pada masa Al-Nasir terjalin hubungan kerja sama antara
masyarakat Islam dan pihak-pihak non Islam, seperti raja Otto dari Jerman(334/945),
kerjaan Perancis, Italia dan kaisar Bizantium(911-959). Hal ini terbukti ketika
Bizantium memberi sumbangsih berupa pembuatan mihrab masjid Agung Cordova.18
Anggota masyarakat pada masa ini lebih majmuk dibanding struktur
masyarakat pada masa sebelumnya, yang terdiri dari bangsa Arab, penduduk asli
Spanyol, kaum Barbar, Yahudi dan golongan Slavia. Pada pemerintahan Ad-Dakhil
cordova disulap menjadi ibu kota yang elok permai. Banyak didirikan istana-istana
lengkap dengan taman dan kolam tak ketinggalan masjid. Salah satu peninggalan
monumental yaitu masjid jami’ Cordova didirikan tahun 170/786 yang sekarang
menjadi gereja setelah ditaklukkan oleh Fernando III (1236).19
Gambaran kemajuan Andalusia dapat dilihat dari data statistika; jumlah
penduduk ± 500.000 jiwa, sedangkan rumah penduduk ±13.000 bangunan belum
termasuk istana, 300 pemandian umum dan 3000 buah masjid. Dapat dibayangkan
hampir sekitar 4-5 rumah mempunyai masjid dan setiap pemandian terdapat 43 orang.
Diantara peningglannya pula al-Qasr al-kabir, al-Rushfa, jembatan Cordova, al-Zahra
dan al-Zahiro.20
17
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, hal. 74 (yogyakarta, LESFI 2004)
18
ibid hal. 82
19
Lutfi Abdul Badi’, al-Islam fi Asbani, (kairo maktabah an-nahdoh al-Misriyah, 1989)
20
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, hal. 86-87 (yogyakarta, LESFI 2004)

6
Tidak hanya bidang arsitektur saja, perkembangan ilmu pengetahuan demikian
pesat. Bahasa Arab dipelajari oleh setiap lapisan masyarakat. Kata Dozy (dikutip oleh
Salaby) bahwa orang Spanyol telah melupakan bahas Latin hingga mereka tidak dapat
membaca kitab suci mereka. Di Kota Cordova dan Toledo ketika masa Alfonso VI(1065
M tak jarang orang-orang Nasrani lebih fasih berbahasa Arab dari pada orang Arab
asli. Puncaknya pada permulaan abad IX menurut Syalaby mengutip keterangan
Nicholson bahwa bahasa Arab sudah menjadi bahasa resmi di Andalusia. Menunurut
Philip K. Hitti bahwa sebelum bahasa Arab menjadi bahasa sehari-hari lebih dahulu
bahasa Arab mencapai kemenangan dalam bidang keilmuan.21
Banyak para ilmuwan Andalus yang pergi ke ulama timur sebelumnya. Seperti
dalam ilmu fiqh terkenal nama Abu Bakar muhammad(w. 422/1031) juga Ibnu
Hazm(w.455/1063) dengan karyanya al-fashl fi al-milal wa al-ahwa fi al-nihal. Dalam ilmu
filsafat tokohnya yaitu al-Jabili (347/952), dalam ilmu astronomi dikenal nama Abu
Qosim Abas Ibnu Farns. Dalam ilmu kedokteran ada Ahmad Ibnu Iyas al-Qurtuby,
dan dalam ilmu sejarah ialah Yahya Ibnu Hakam. Dan masih banyak lagi sederetan
nama yang masyhur dalam bidangnya. Yang menarik dalam hal ini adalah bahwa
setiap ualam mempunyai kaemampuan interdisipliner. Seorang filsuf sekaligus
sastrawan ahli astronomer, dokter, teolog dan sebagainya. Prestasi gemilang ini tidak
diraih dengan tiba-tiba melainkan kerja keras yaitu menyalin berbagai macam literatur
yang beda bahasa, persi, ynani, india dll, disamping ada harmonisasi kerja sama
antara penguasa, hartawan dan ulama. Walhasil bahwa ketika masa ini hampir tidak
ada orang yang buta hurup di Andalusia. Dan dapat dikatakan bahwa umat Islam
tidak hanya berperan sebagai jembatan penghubung warisan budaya lama dari zaman
klasik ke zaman baru melainkan pencipta teori-teori baru yang sangat berguna bagi
pengembangan keilmuan dan peradaban selanjutnya.22
Setelah panggung kekuasaan Daulah Umayyah direbut oleh Bani Abas (750)
dan ibu kota dipindahkan ke Bagdad budaya keilmuan terus dikembangkan hingga
mencapai puncaknya. Dibawah pemerintahan Abu Abas gerakan penterjemahan
manuskrip-manuskrip berbahasa asing terutama Yunani dan Persia. Pada masa ini
pula didirikan perpustakaan-perpustakaan umum yang besar-besar seperti Baitul
Hikmah oleh al-Makmun yang tidak hanya sebagai pusat keilmuan tetapi juga
sebagai pusat observasi. dalam bidang filsafat terkenal nama Al-kindi, al-farabi,Ibnu
Bajah, Ibnu Taufil dan Ibnu Rusyd yang mampu mentransformasikan pikiran-pikiran
dengan contoh, metafor, analogi dan imaginatif. Lahir pula empat mazhab besar yang
sampai sekarang dianut oleh seluruh lapisan umat muslim di dunia. Mazhab Hanafiah

21
Hitti, Dunia Arab, hal 168
22
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, hal. 93-95 (yogyakarta, LESFI 2004)

7
oleh Abu Hanifah(w. 767), mazhab malikiyah oleh Malik Ibnu Anas( w. 795), mazhab
Syafi’iyah oleh Muhammad Idris As-Syafi’i(w. 820) dan mazhab Hambaliyah oleh
Ahmad Ibnu Hanbal(w. 855).
Selain bidang keilmuan bidang ekonomi juga berkembang pesat hal itu terlihat
pada sektor perdagangan yang telah menjalin kerja sama dengan Cina. Banyak
produk pertanian yang di ekspor ke Cina di samping produk tekstil. Di bidang
telnologi, industri kertas patut menjadi rujukan bagi seluruh dunia. Sehingga taraf
kehidupan sosial masyarakat lebih mapan. Kesuksesan bidang enomomi tidak terlepas
oleh posisi bagdad sebagai penghubung antara dunia timur dan barat.
Tak kalah pentingnya adalah terciptanya stabilitas politik yang relatif kondusif
sehinmgga mampu menghantarkan Abasiah pada zaman keemasan peradaban Islam.
Sejak naiknya Abu Abas ke tampuk kepemimpinan reformasi politik adalah misi
pertamanya. Karena di akhir kepemimpinan Daulah Umayyah banyak terjadi
penyelewengan, terutama kebijakan politik yang cenderung mengarah pada
sekulerisasi, jauh dari nilai-nilai agama, korup dan memihak sebagian kelompok.
Dengan berdalih menegakkan idiologi keagamaan Abu Abas mengadakan
propaganda-propaganda ke suluruh lapisan masyarakat. Kontan saja progarm ini di
dukung oleh pihak-pihak yang termarjinalisasikan, seperti kaum kawarij, syiah dan
mawali. Gerakan inilah yang menghantarkan Bani Abasiyah mampu menciptakan
zaman keemasan peradaban Islam. Namun setelah 112 tahun mengasai percaturan
politik, tepatnya pada masa Mutawakkil(850) terlibat perang saudara yang terus
berkelanjutan sehingga Daulah Abasiyah kehilangan citranya dan akhirnya runtuh di
tangan bangsa Mongol Tartar(1258) tamat sudah riwayat Abasiyah yang megah.
Dengan lumpuhnya Bagdad kekuatan-keuatan Islam menyebar di berbagai
belahan dunia. Pada masa inilah menurut Marsal G.S. Hodgson digolongkan masa
pertengahan awal(945-1258)23 atau pereiode penyebaran global Masyrakat Islam abad
XIII-XVIII.
Pada periode penyebaran global ini Islam bukan hanya menjadi agama
masyarakat Timur Tengah, melainkan juga telah menjadi agama masyrakat Asia
Tengah, Cina, India, Asia Tenggara, Afrika dan masyrakat balkan. Proses penyebaran
Islam ditandai dengan interaksi nilai-nilai Islam dengan nilai-nilai budaya masyrakat
setemapat. Dalam pereode ini pula berlangsung konsolidasi ketiga kerajaan besar
dengan beberapa negara di Asia Tenggara, Afrika dan wilayah lain. Masing-masing
sistem kekuasaan Islam mendasarkan kehidupan peradabannya pada keyakinan,
kultur, dan institusi sosial Islam yang berinteraksi dengan organisasi kemanusiaan,
23
Machasin, Sejarah Peradaban Islam, hal. 86-87 (yogyakarta, LESFI 2004) dikutip dari The Venture Of
Islam vol.II Cicago Perss 1974.

8
sistem produksi dan pertukaran ekonomi dengan bentuk-bentuk kekeluargaan,
kesukuan dan dengan etnis non Islam atau kultur pra Islam.
Selanjutnya peradaban Islam dititipkan pada tiga kerajaan besar yaitu Pertama,
kerajaan Turki Usmani(1300). Setelah kalah menghadapi serangan Ingris, kelompok
oposisi Turki memaksa harus mengadakan reformasi sehingga lahirlah nama Turki
Muda(1860) dan akhirnya di bawah kekuasaan Mustafa Kemal At-Tartuk(1922)
melakukan perubahan-perubahan radikal. Turki yang menganut sistem Khalifah
menjadi Republik parlementer, sebuah pembaruan dari westernisasi ke sekularisasi.
Kedua, kerajaan Mogol di India(1526-1857) yang berkuasa selama ± 3 abad. Pada tahun
1600 Inggris datang dengan motif berdagang yang berujung adanya perlawanan.
Akhirnya terjadi perang tiga serangkai; Islam, pihak Inggris dan kelompok Budha
yang sebelumnya telah mengadakan pemberontakan kepada kerajaan. Setelah India
mendapatkan kemerdekaan Pasca PD ke II terjadi disintegrasi, yang menyebabkan
Kaum muslimin membentuk negara Pakistan dengan 6 Propinsi. Seiring dengan itu
berdiri negara-negara Islam sekitar India yaitu Bangladesh, Srilangka dan Kepulauan
Maladewa. dan ketiga, Safawi di persia (Iran)(1501-1732) yang sebelah selatan jatuh di
tangan Rusia dan sebelah Utara jatuh di tangan Turki Utsmani.
Dengan tamatnya ketiga kerajaan Islam ini berarti keberadan Islam sebagai
institusi negara telah habis selanjutnya Islam diambil alih oleh kerajaan-kerajaan kecil
yang tak punya pengaruh kuat dalam menciptakan peradaban Islam seperti
sebelumnya bahkan setelah ada campur tangan bangsa Eropa banyak kerajaan-
kerajaan tersebut yang berubah menjadi negara kesatuan yang secara politis tidak
membawa bendera Islam. Kedatangan imperialisme Eropa mengakibatkan peradaban
imperium Islam secara umum merosot, karena terjadi kekacauan dan konflik internal
keagamaan, kemunduran ekonomi dan kebangkitan ekonomi dan teknologi bangsa
Eropa. Kondisi ini mendorong beberapa kelompok muslim mengadakan
pembaharuan(abad XIX) melalui gerakan-gerakan modernisasi. Pengaruh dan
kekuatan Eropa pada masing-masing wilayah berbeda sehingga pada gilirannya
melahirkan keragaman tipe masyarakat Islam Kontemporer. Ciri menonjol dalam
perkembangan peradaban masyarakat Islam periode ini adalah peradaaban yang
merupakan produk interaksi anatar masyarakat Islam regioanal dengan pengaruh
Eropa.24
Periode transformasi modern peradaban Islam secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga fase, yang sekaligus memperlihatkan beberapa gambaran umum yang
berlaku diseluruh kawasan muslim.

24
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, hal. 13 (yogyakarta, LESFI 2004)

9
Fase pertama, merupakan periode antara akhir abad XVIII sampai awal abad XX,
yang ditandai dengan hancurnya sistem kenegaraan muslim dan dominasi teritorial
dan komersial eropa. Dalam fase ini elite politik, agama dan kesukuan masyarakat
muslim berusaha menetapkan pendekatan keagamaan dan idiologi baru bagi
perkembangan internal masyarakat mereka.
Fase kedua, yaitu fase pembentukan nasional yang berlangsung setelah perang
dunia I sampai pertengahan abad XX. Dalam fase ini kalangan elite negeri-negeri
muslim berusaha membawakan identitas politik modern terhadap masyarakat mereka
dan berusaha memprakasai pengembangan ekonomi serta perubahan nasional.
Fase ketiga, ialah fase konsolidasi negara-negara nasional di seluruh kawasan
muslim. Fase yang berlangsung sekitar pasca Perang Dunia II ini ditandai dengan
pertentangan antara kecenderungan terhadap perkembangan yang tengah
berlangsung dan peran utama Islam.
Dari kilas balik sejarah peradaban di atas dapat kita ambil perngertian bahwa
pada masa pembabakan azaz yang dibangun oleh Rasulullah adalah nilai-nilai yang
ditransformasikan dari Al-quran. Meskipun dalam konteks politik Rasulullah sebagi
penguasa tunggal. Hal ini lebih dikarenakan tidak adanya figur yang mampu sebagai
transmisi nilai-nilai al-quran. Sedangkan pada masa kholifah lebih bersifat demokratis-
praktis. dan fase-fase selanjutnya bercorak monarki sebagai hasil dari pengaruh
peradaban-peradaban sebelumnya. Disinilah sebenarnya ruh Islam yang diemban Nabi
yaitu rahmatal lil’alamin telah hilang dan berujung pada kehancuran. Namun demikian
sisi lain yang kita patut berbangga bahwa peradaban keilmuan yang dibangun mampu
memberi sumbangan terbesar bagi peradaban umat manusia selanjutnya. Pertanyaan
selanjutnya adalah bagaimana kita sebagai intelektual muslim mengembalikan
peradaban Islam pada kondisi dimana Islam hanya sebagai dogma pribadi?

C. Membaca Hari Esok


Bertolak dari sejarah masa lalu yang kelam, sudah saatnya kita segera
menyikapi dan menentukan sikap untuk merencanakan generasi masa depan yang
lebih baik. Kalau tidak segera diambil langkah-langkah konkrit sistematik dan
istiqomah maka besar kemungkinan generasi masa depan akan lebih parah, tragisnya
apabila mereka kehilangan peradaban Islam baik secara fisik maupun maknanya.
Kemampuan masyarakat muslim untuk menyaring pengaruh peradaban Yunani,
Roma, Parsi, India serta Cina dan memadukannya dengan nilai-nilai ajaran Islam
adalah protet yang patut kita contoh. Sedangkan ciri yang mencolok mata dari
masyarakat muslim masa kini yang gagal untuk menyamakan langkah dengan
kemajuan masa kini haruslah menjadi pelajaran berharga untuk dapat kembali bangkit

10
dari keterpurukan25. Sebagai langkah awal perlu dikembangkan konsep kesadaran
baik sebagi individu, masyarakat, umat dan manusia secara universal. Pengembangan
kesadaran ini dipandang penting karena dengan kesadaranlah kita dapat
mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai tradisional yang merupakan jalan untuk
mempertahankan lapisan penyekat sistem muslim.
Sifat pengembangan kesadaran ini tergantung pada hirearki. Kalau kita tidak
mengembangkan kesadran tentang masa depan dalam diri kita, maka kita tidak akan
mampu mempengaruhi kesadaran masyarakat. Apabila demikian keadaannya, kita
tidak bisa berharap dapat mempengaruhi umat dan akhirnya kita tidak punya sistem
kesadaran kemanusiaan secara universal.
Pengembangan diri banyak diwujudkan Iqbal dalam puisinya dengan kata
Khudi. Hilangnya Khudi merupakan kehilangan yang paling menyedihkan. Menurut
Iqbal masa depan orang muslim tergantung pada penemuan kembali diri mereka.
Dengan demikian orang muslim akan dapat menunjukkan eksistensi kediriannya,
seperti jika orang muslim menghadapi orang muslim akan bisa lebih lembut dari sutra.
Dan jika harus berjuang membela kebenaran dia bisa berubah lebih keras dari baja. 26
Konsep kesadaran diri berasal dari ajaran Al-Quran “Tazkiyah” . Khursyid
Ahmad mengetengahkan enam komponen tazkiyah, yaitu: dzikr, ibadah, taubah, sabr,
muhasabah dan doa. Komponen-komponen nilai inilah yang akan memudahkan
tumbuhnya kesadaran diri27. yang nilai-nilai ini tidak dimiliki oleh peradaban barat.
Disamping kesadaran diri yang kita butuhkan adalah kesadaran masyarakat.
Konsep pengembangan masyarakat akan memainkan peranan penting dalam
pengembangan alternatif-alternatif masa depan muslim. Tujuan akhirnya adalah
membebaskan golongan-golongan miskin dilapisan bawah. Usaha ini untuk
mengarahkan tiga cita-cita dasar, yaitu: kemandirian, pengembangan diri masyarakat
dan pengembangan strategi-strategi yang selalu berubah-ubah untuk memacu
pertumbuhan ekonomi dan merangsang timbulnya kesadaran akan kondisi sosial serta
tekanan politik.
Mempersatukan manusia, menumbuhkan semangat kerja, menciptakan
solidaritas yang dinamis dan meningkatkan saling pengertian, semua ini adalah ajaran
Islam. Adapun kesadaran umat pada hakekatnya merupakan realisasi ajaran-ajaran ini.
Semangat yang dicontohkan Nabi ketika mensaudarakan kaum muhajirun dan ansor
adalah bentuk kesadaran umat yang menjadi dasar peradaban Islam di Madinah 28.
25
Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim. Hal. 236-237 (Bandung, Mizan 1986) Terj dari
The Future Of Moslim Civilisation, Croom Helm London 1979
26
ibid. Hal. 236-237
27
ibid. Hal 237
28
ibid hal. 257

11
Kesadaran inilah yang tidak ada pada masa-masa setelah Nabi, sehingga muncul
banyak kekacauan diantara sesama muslim. Karena modal dasar mereka dalam
membangun peradaban melalui kekuatan dan kekuasaan untuk mengalahkan.
Puncaknya adalah terciptanya kesadaran manusia dan dunia yang merupakan pesan
akhir dari konsep sosial masyarakt dalam ajaran Quran. Dimana kemakmuran,
keadilan, keamanan dan kedamaian dalam kontek untuk mengabdi dan kembali
kepada Tuhan dapat dirasakan oleh semua lapisan manusia. Kasus kejahatan-
kejahatan kemanusian yang dilancarkan oleh barat baik secara politis maupun
teknologis terhadap umat muslim dunia yang menyebabkan mereka dalam kondisi
terpuruk adalah salah betuk ketidak-adanya kesadaran kemanusian. Ketika Iraq,
dibombardir Amerika, Lebanon dihancurakan Zionis Israel dunia Islam tak mampu
berbuat apa-apa. Oleh karena itu perlu digalang pengembangan kesadaran muslim
mulai diri sendiri, masyarakat, Umat dan manusia global.

D. Langkah-langkah
Langkah yang harus kita tempuh adalah melakukan perencanaan-perencanaan
secara sistematik dan simultan yang menyangkut sub sistem-sub sistem yang terdapat
dalam sistem masyarakat muslim sebagai berikut: subsistem sosial, subsistem politik,
subsistem pendidikan, subsistem ekonomi, subsistem imaji, subsistem komunikasi,
subsistem teknologi, subsistem informasi dan subsistem kebijaksanaan. Semua
subsistem harus bergerak secara berkesinambungan dan saling terkait. Kemudian
menentukan langkah-langkah pasti yaitu29:
1. Realitas masa kini dari sistem muslim; yaitu perencanaan mengambil lingkungan
tertentu dengan latar tertentu dengan sangat memahami sumber-sumber yang
ada, potensi dari lingkungan dan batasan-batasan latar tersebut kemudian
memberikan penilaian.
2. Masa depan logis dari sistem muslim; yaitu suatu proyeksi langsung dari
kecenderungan-kecenderungan masa kini ke masa depan.
3. Masa depan sistem muslim yang dinginkan; yaitu dengan menentukan visi misi
masyarakat muslim yang jelas yang didasarkan pada model negara madaniyah.
4. Alternatif-alternatif masa depan muslim; yaitu menuliskan skenario-skenario
terhadap kemungkinan-kemungkinan mengubah arah pergerakan.
5. Perencanaan normatif jangka panjang; yaitu upaya mengartikulasikan cita-cita
dengan tingkat kedalaman dan kecanggihan yang tinggi serta melewati proses
mufakat.

29
ibid hal. 184-187

12
6. Perencanaan terpadu jangka menengah; di sini merupakan tahap bagaimana
kebijakan-kebijakan dirumuskan, sumber-sumber dialokasi dan strategi-strategi
ditetapkan untuk mencapai cita-cita.
7. Perencanaan operasi; yaitu suatu tahapan yang di dalamnya tindakan aktual
yang diambil.
8. Tanggapan sistem; tahapan akhir yang di dalamnya terjadi perubahan-
perubahan terencana dan dikehendaki.
Secara singkat bahwa langkah-langkah di atas merupakan upaya untuk
mereformasi dalam kehidupan sosial budaya sebagai pijakan untuk menemukan
kembali peradaban yang hilang.

13

Anda mungkin juga menyukai