Lampiran
Lampiran
92
LAMPIRAN 1
(SURAT IZIN PENELITIAN)
93
94
LAMPIRAN 2
(LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN)
95
Lembar Observasi Keaktifan Siswa
Kategori
No. Indikator
SB B C K SK
1 Keaktifan memperhatikan proses
pembelajaran
2 Keaktifan mencatat atau membuat
rangkuman
3 Keaktifan mengajukan pertanyaan
4 Keaktifan menjawab pertanyaan
5 Keaktifan berdiskusi pada kelompok
6 Keaktifan mengemukakan pendapat pada
kelompok
7 Keaktifan berkerjasama pada kelompok
8 Keaktifan mengerjakan tugas kelompok
9 Keaktifan berinteraksi dengan anggota
kelompok
10 Keaktifan mempresentasikan hasil
diskusi kelompok
Keterangan:
B : Baik (skor 4)
C : Cukup (skor 3)
K : Kurang (skor 2)
96
LAMPIRAN 3
(RPP SIKLUS I)
97
SIKLUS I
A. KOMPETENSI INTI
KI.3. Menjelaskan, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
pengetahuan faktual, konseptual, operasional lanjut, dan metakognitif
secara multidisiplin sesuai dengan bidang dan lingkup kerja
Konstruksi Gedung, Sanitasi dan Perawatan pada tingkat teknis,
spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks
pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah,
dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.
KI.4. Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi,
dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah
sesuai dengan bidang kerja Konstruksi Gedung, Sanitasi dan
Perawatan. Menampilkan kinerja mandiri dengan mutu dan kuantitas
yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara
efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif,
dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas
spesifik secara mandiri.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru,
membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami, sampai dengan
98
tindakan orisinal dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas
spesifik secara mandiri.
B. KOMPETENSI DASAR
3.5. Menganalisis sistem instalasi pipa air bersih.
4.5. Merencanakan sistem instalasi pipa air bersih.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
3.5.1. Setelah malaksanakan proses pembelajaran dan menggali informasi,
siswa dapat:
a. Menentukan cara merencanakan sistem instalasi pipa air bersih.
4.5.1. Setelah melaksanakan proses pembelajaran dan praktik, siswa dapat:
a. Merencanakan sistem instalasi pipa air bersih sesuai persyaratan
teknis.
E. MATERI PEMBELAJARAN
Air menurut kebutuhannya dapat dibagi menjadi:
1. Air bersih (dingin atau panas).
2. Air kotor (air sisa, air limbah, air hujan, dan air limbah khusus).
Air bersih yang dimaksud disini adalah air minum, yaitu air yang dapat
diminum dan digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan lain. Agar air minum
tidak mengganggu kesehatan manusia dan mengganggu peralatan-peralatan,
diperlukan suatu pesyaratan-persyaratan fisik, kimia, dan bakteriologis yang
ditentukan oleh dinas kesehatan negara.
Syarat-syarat fisik air minum:
99
1. Jernih, bersih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa.
2. Mempunyi suhu kira-kira 10-20 derajat Celcius.
3. Memenuhi syarat kesehatan.
Sumber Air
Air yang berasal dari mata air biasanya air yang keluar dari dalam tanah.
Biasanya terdapat pada daerah-daerah yang bergunung berapi, sebagai mata air
sungai. Air danau atau juga air tadah hujan, kemudian ditampung dan diolah
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai air minum.
Air sungai yang dibuat bendungan, kemudian diolah dan diproses oleh
perusahaan untuk warga/masyarakat yang memerlukan. Usaha ini biasanya
dilakukan oleh Perusahaan Air Minum/PAM. Air dari dalam tanah, berupa
sumur galian atau sumur pompa untuk kebutuhan sendiri-sendiri atau
kebutuhan dalam jumlah keecil dengan kedalaman tergantung dari tinggi
permukaan air tanah, berkisar 5 sampai 15 m.
Macam-macam sumur yang mendapatkan air dari dalam tanah:
1. Sumur pompa/sumur galian= 5 – 15 m.
2. Sumur pompa dengan mesin= 15 – 40 m.
3. Sumur pompa dengan mesin/semi deep well= 50 – 100 m.
4. Sumur pompa dalam/deep well= kedalaman 100 m lebih.
Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih ini pada dasarnya menyediakan segala
kebutuhan air bersih (air yang layak dikonsumsi) pada suatu gedung. Sumber
penyediaan air bersih ang berasal dari PDAM yang letaknya lebih tinggi
daripada letak lokasi bandara yang memerlukan air bersih tersebut. Dengan
demikian maka digunakan aliran Gravitasi, aliran gravitasi merupakan suatu
aliran yang sumber airnya lebih tinggi dari suatu bangunan yang membutuhkan
air tersebut. Dengan adanya aliran gravitasi tidak diperlukan pompa untuk
mendistribusikan kedalam bangunan.
Dalam sistem ini, pompa hanya digunakan untuk mengalirkan air menuju
ke bak penampungan yang ada di bandara pompa harus benar-benar
100
diperhitungkan segala hal hingga air dapat dialirkan ke tempat yang dituju
tanpa mengalami pencemaran.
Pada prinsipnya sistem pembagian air bersih di dalam rumah/bangunan
ada dua yaitu:
1. Sistem Sambungan Langsung
Dalam pipa ini pipa distribusi dalam gedung langsung disambung dengan
pipa utama penyediaan air bersih. Dan biasanya pipa utama selalu di bawah
jalan dengan terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran
pipa cabang dari pipa utama tersebut. Maka sistem ini terutama diterapkan
untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah.
2. Sistem Sambungan Tidak langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi di dalam rumah tidak langsung
dihubungkan dengan pipa utama penyediaan air bersih. Air ditampung lebih
dahulu dalam tangki kemudian dialirkan/dipompakan untuk didistribusikan di
dalam gedung untuk kebutuhan akan air bersih. Sistem sambungan tidak
langsung mencakup:
a. Sistem tangki atap
Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah
(dipasang pada lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah),
kemudian dipompakan kesuatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas
atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Alasan-alasan menggunakan
sistem tangki atap antara lain: (1) selama airnya digunakan, perubahan
tekanan yang terjadi pada alat plambing hampir tidak berarti, (2)
perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangki
atap, (3) sistem pompa yang menaikan airke tangki atap bekerja secara
otomatik, (4) perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan
dengan tangki tekan.
b. Sistem tangki tekan
Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana ada suatu
alasan tidak dapat digunakan sistem sambungan langsung. Sistem ini
sering dipergunakan untuk perumahan dan hanya dalam kasus yang
101
istimewa diterapkan pada bangunan pemakaian air dalam jumlah yang
besar contohnya seperti bangunan parkir bawah tanah, toserba, stasiun,
gedung olah raga dan sebagainya.
Prinsip kerja sistem tangki tekan yaitu air ditampung dalam tangki
bawah lalu dipompakan dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga
udara di dalamnya terkompresi, air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam
sistem distribusi bangunan, dan pompa akan bekerja secara otomatis yang
diatur oleh suatu diktektor tekanan yang tertutup/membuka saklar motor
listrik penggerak pompa. Beda tekanan antara posisi ON/OFF 2 kg/cm².
Keuntungan menggunakan sistem ini dari segi estetika yaitu karena
tidak terlalu menyolok dibandingkan dengan tangki atap, mudah
perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-
pompa lainnya, dan harga awal pada sistem ini lebih rendah dibandingkan
dengan tangki yang harus dipasang di atas menara.
Kekurangan yaitu daerah fluktasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm² sangat
besar dibanding dengan sistem tangki atap yang hampir tidak ada fluktasi
tekanan. Hal ini dapat menimbulkan aliran yang cukup berarti pada alat
plambing dan pada alat pemanas gas dapat menghasilkan air dengan
teperatur yang berubah-ubah, sistem tangki tekan juga hanya sebagai
sistem pengatur otomatik pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai
sistem penyimpanan air seperti tangki atap. Dan dengan berkurangnya
udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari sekali harus
ditambahkan udara dengan kompresor atau dengan menguras seluruh air
dari dalam tangki tekan.
c. Sistem tanpa tangki
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah,
tangki tekan ataupun atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi
bangunan dan pompa menghisap air langsung dari utama, misalnya pipa
utama Perusahaan Air Minum. Sistem ini sebenarnya dilarang di
Indonesia, baik oleh Perusahaan air Minum.
102
Kelebihan dari penggunaan sistem ini yaitu dapat mengurangi
kemungkinan pencemaran air minum karena menghilangkan tangki bawah
maupun tangki atas, mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena
kontak air dengan udara relatif singkat. Kalau cara ini diterapkan pada
bangunan pencakar langit akan mengurangi beban struktur bangunan dan
dapat menggantikan menara air.
Kekurangan dari penggunaan sistem ini yaitu penyediaan air
sepenuhnya bergantung pada sumber daya, pemakaian daya besar
dibandingkan dengan sistem tangki atap, dan harga awal tinggi karena
sistem pengaturannya.
103
Pipa distribusi yang berbelol-belok akan mempunyai hambatan yang
lebih besar dari pada pipa hantar yang lurus, oleh karena itu dalam
merencanakan suatu instalasi air bersih di dalam rumah hindarilah sedekat
mungkin belokan-belokan, banyak cabang, pergunaan fittings serta ketepatan
didalam menentukan ukuran diameter pipa dari jenis pipa yang akan
dipergunakan.
Hal tersebut sangat penting untuk mendapatkan aliran air ke setiap
peralatan plambing di dalam gedung seperti yang kita inginkan. Oleh karena itu
kita harus menghitung dengan tepat diameter dari pipa tersebut.
104
Keuntungan pemipaan ini adalah pemakaian bahan yang lebih
efisien, dan kerugiannya adalah daya pancar pada titik kran air tidak sama,
semakin jauh semakin kecil daya pancarannya.
Pemipaan yang melingkar/membentuk ring
Pemipaan ini menuntut penggunaan bahan pipa yang banyak,
padahal kekuatan daya pancar air ke semua titik-titik akan menghasilkan
air yang sama.
2. Sistem vertikal
Sistem pengaliran/distribusi air bersih dengan sistem vertical banyak
digunakan pada bangunan-bangunan bertingkat tinggi. Cara
pendistribusiannya adalah dengan menampung lebih dulu pada tangka air
(ground reservoir) yang terbuat dari beton dengan kapasitas sesuai dengan
kebutuhan air pada bangunan tersebut. Kemudian air dialirkan dengan
menggunakan pompa untuk langsung ke titik-titik kran yang diperlukan.
Sistem ini lebih menguntungkan pada penggunaan pipa, tetapi sering
mengalami kesulitan kalua sumber tenaga untuk pompa mengalami
pemadaman.
Cara lain dengan menggunakan pompa untuk diteruskan pada tangki
di atas bangunan. Kemudian dari tangka dialirkan ke tempat-tempat yang
memerlukan, dengan menggunakan sistem gravitasi/diturunkan secara
langsung. Pada tempat-tempat tertentu yang jaraknya kurang dari 9 m dari
tangka digunakan alat tambahan untuk memperkuat pancaran air, misalnya
menggunakan pompa tekan.
Materi salanjutnya ada pada buku Tanggoro, Dwi. 1999. Utilitas
Bangunan. Jakarta: UI Pres. (6 – 17).
Di dalam pekerjaan penyambungan pipa, pekerjaan kita adalah
memotong, mengulir, dan menyetel. Sebelum melakukan pemotongan pipa
terlebih dahulu harus dihitung berapa panjangnya pipa yang akan
dipotong. Untuk menghitung panjang pipa yang diperlukan yaitu kita harus
melihat gambar. Gambar teknik yang biasa digunakan terdiri dari:
1. Gambar/prarencana
105
2. Gambar detail/penjelasan
Cara menentukan panjang ulir:
1. Perlu diketahui diameter pipa yang akan digunakan, karena panjang ulir
tiap pipa akan berbeda-beda, bergantung pada diameter pipa yang akan
disambung dengan alat sambung.
2. Perlu diketahui alat penyambungnya. Contoh: socket, tee, dst. Karena
panjang ulir alat-alat penyambung akan berbeda-beda tergantung kepada
jenis dan diameter alat sambung tersebut.
3. Perlu diperhatikan waktu membuat ulir pada pipa. Karena apabila ulir
terlalu panjang ke luar akan emngalami karat karena bagian galvanisnya
tidak ada/terlepas waktu mengulir.
4. Apabila ulir terlalu panjang masuk ke dalam alat penyambung akan
menyebabkan gangguan pada aliran air di dalam alat penyambung.
1. Elbow 90°
UKURAN A F
(INCH) (MM) (MM)
½” 27 16
¾” 32 19
1” 38 23
1 ¼” 46 29
1 ½” 48 30
2” 57 37
106
Apabila pipa yang digunakan adalah pipa diameter 1”, maka panjang
ulir pipa untuk elbow 90° yaitu A – F, sehingga panjang ulir = 38 – 23 =
10mm.
UKURAN A B F1 F2
(INCH) (MM) (MM) (MM) (MM)
¾” x ½” 29 30 16 19
1” x ½” 32 33 17 22
x ¾” 34 35 17 22
1 ¼” x ½” 34 38 17 27
x ¾” 38 40 21 27
x 1” 40 42 23 27
1 ½” x ½” 35 42 17 31
x ¾” 38 43 20 30
x 1” 41 45 23 30
x 1 ¼” 45 48 27 31
2” x ½” 38 48 18 37
x ¾” 41 49 21 36
x 1” 44 51 24 36
x 1 ¼” 48 54 28 37
x 1 ½” 52 55 32 37
107
3. Elbow 45°
UKURAN A F
(INCH) (MM) (MM)
½” 25 14
¾” 27 14
1” 29 14
1 ¼” 34 17
1 ½” 37 19
2” 42 22
4. Tee equal
108
UKURAN A F
(INCH) (MM) (MM)
½” 27 16
¾” 32 19
1” 38 23
1 ¼” 46 29
1 ½” 48 30
2” 57 37
5. Tee reducing
UKURAN A B F1 F2
(INCH) (MM) (MM) (MM) (MM)
¾” x ½” 29 30 16 19
1” x ¾” 32 33 17 22
x ¾” 34 35 19 22
1 ¼” x ½” 34 38 17 27
x ¾” 38 40 21 27
x 1” 40 42 23 27
1 ½” x ½” 35 42 17 31
x ¾” 38 43 20 30
x 1” 41 45 23 30
x 1 ¼” 45 48 27 31
2” x ½” 38 48 18 37
x ¾” 41 49 21 36
x 1” 44 51 24 36
x 1 ¼” 48 54 28 37
x 1 ½” 52 55 32 37
109
Untuk menghitung panjang ulir sambungan Tee reducing dapat
dihitung dengan cara melihat tabel detil Tee reducing di atas.
Contoh:
Apabila pipa yang digunakan adalah pipa diameter ¾” x ½”, maka
panjang ulir pipa untuk Tee reducing yaitu A – F1 dan B – F2, sehingga
panjang ulir = 29 – 16 = 13mm, dan = 30 – 19 = 21mm.
6. Caps
UKURAN L F
(INCH) (MM) (MM)
½” 20 9
¾” 24 11
1” 28 13
1 ¼” 30 13
1 ½” 32 14
2” 36 16
110
7. Socket
UKURAN L F
(INCH) (MM) (MM)
½” 35 13
¾” 40 14
1” 45 15
1 ¼” 50 16
1 ½” 55 19
2” 60 20
8. Reducing socket
UKURAN L F
(INCH) (MM) (MM)
¾” x ½” 38 14
1” x ¾” 42 16
x ¾” 42 14
111
UKURAN L F
(INCH) (MM) (MM)
1 ¼” x ½” 48 20
x ¾” 48 18
x 1” 48 16
1 ½” x ½” 52 23
x ¾” 52 21
x 1” 52 19
x 1 ¼” 52 17
2” x ½” 58 27
x ¾” 58 25
x 1” 58 23
x 1 ¼” 58 21
x 1 ½” 58 20
12mm.
Alat sambung yang digunakan yaitu elbow dan tee dengan diameter ½.
Ulir 1 = A – F = 27 – 16 = 11 mm.
Ulir 2 = A – F = 27 – 16 = 11 mm.
112
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Deskripsi Kegiatan
Kegiatan Awal
1 Mengucapkan salam, meminta salah satu siswa memimpin doa
sebelum mengawali pembelajaran.
2 Guru melakukan presensi siswa.
3 Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa.
4 Guru menyampaikan materi pelajaran yang akan dipelajari hari
ini.
5 Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh yaitu
diskusi kelompok disertai tanya jawab dan mengerjakan tugas
kelompok. Dan bagi kelompok terbaik, akan diberikan reward.
6 Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, 1 kelompok terdiri
dari 6 orang, ada 2 kelompok yang terdiri dari 7 orang.
7 Guru dan siswa memastikan alat dan bahan yang dibutuhkan
telah tersedia dan siap digunakan.
Kegiatan Inti
8 Guru memberikan penjelasan singkat mengenai materi tentang
cara menghitung ulir pipa galvanis pada instalasi pipa air
bersih.
9 Membiasakaan siswa untuk mengajukan pertanyaan agar aktif
dan mandiri.
10 Membimbing kelompok-kelompok belajar dan memberikan
bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan.
11 Guru memberika kuis individu.
Penutup
12 Guru menyimpulkan evaluasi kegiatan belajar.
13 Guru menyampaikan materi selanjutnya.
14 Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.
113
Depok, 2018
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
114
SOAL
115
LAMPIRAN 4
(RPP SIKLUS II)
116
SIKLUS II
A. KOMPETENSI INTI
KI.3. Menjelaskan, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
pengetahuan faktual, konseptual, operasional lanjut, dan metakognitif
secara multidisiplin sesuai dengan bidang dan lingkup kerja
Konstruksi Gedung, Sanitasi dan Perawatan pada tingkat teknis,
spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks
pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah,
dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.
KI.4. Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi,
dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah
sesuai dengan bidang kerja Konstruksi Gedung, Sanitasi dan
Perawatan. Menampilkan kinerja mandiri dengan mutu dan kuantitas
yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara
efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif,
dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas
spesifik secara mandiri.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru,
membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami, sampai dengan
117
tindakan orisinal dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas
spesifik secara mandiri.
B. KOMPETENSI DASAR
3.5. Menganalisis sistem instalasi pipa air bersih.
4.5. Merencanakan sistem instalasi pipa air bersih.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
3.5.1. Setelah malaksanakan proses pembelajaran dan menggali informasi,
siswa dapat:
b. Menentukan cara merencanakan sistem instalasi pipa air bersih.
4.5.1. Setelah melaksanakan proses pembelajaran dan praktik, siswa dapat:
b. Merencanakan sistem instalasi pipa air bersih sesuai persyaratan
teknis.
E. MATERI PEMBELAJARAN
Air menurut kebutuhannya dapat dibagi menjadi:
1. Air bersih (dingin atau panas).
2. Air kotor (air sisa, air limbah, air hujan, dan air limbah khusus).
Air bersih yang dimaksud disini adalah air minum, yaitu air yang dapat
diminum dan digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan lain. Agar air minum
tidak mengganggu kesehatan manusia dan mengganggu peralatan-peralatan,
diperlukan suatu pesyaratan-persyaratan fisik, kimia, dan bakteriologis yang
ditentukan oleh dinas kesehatan negara.
Syarat-syarat fisik air minum:
118
1. Jernih, bersih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa.
2. Mempunyi suhu kira-kira 10-20 derajat Celcius.
3. Memenuhi syarat kesehatan.
Sumber Air
Air yang berasal dari mata air biasanya air yang keluar dari dalam tanah.
Biasanya terdapat pada daerah-daerah yang bergunung berapi, sebagai mata air
sungai. Air danau atau juga air tadah hujan, kemudian ditampung dan diolah
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai air minum.
Air sungai yang dibuat bendungan, kemudian diolah dan diproses oleh
perusahaan untuk warga/masyarakat yang memerlukan. Usaha ini biasanya
dilakukan oleh Perusahaan Air Minum/PAM. Air dari dalam tanah, berupa
sumur galian atau sumur pompa untuk kebutuhan sendiri-sendiri atau
kebutuhan dalam jumlah keecil dengan kedalaman tergantung dari tinggi
permukaan air tanah, berkisar 5 sampai 15 m.
Macam-macam sumur yang mendapatkan air dari dalam tanah:
1. Sumur pompa/sumur galian= 5 – 15 m.
2. Sumur pompa dengan mesin= 15 – 40 m.
3. Sumur pompa dengan mesin/semi deep well= 50 – 100 m.
4. Sumur pompa dalam/deep well= kedalaman 100 m lebih.
Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih ini pada dasarnya menyediakan segala
kebutuhan air bersih (air yang layak dikonsumsi) pada suatu gedung. Sumber
penyediaan air bersih ang berasal dari PDAM yang letaknya lebih tinggi
daripada letak lokasi bandara yang memerlukan air bersih tersebut. Dengan
demikian maka digunakan aliran Gravitasi, aliran gravitasi merupakan suatu
aliran yang sumber airnya lebih tinggi dari suatu bangunan yang membutuhkan
air tersebut. Dengan adanya aliran gravitasi tidak diperlukan pompa untuk
mendistribusikan kedalam bangunan.
Dalam sistem ini, pompa hanya digunakan untuk mengalirkan air menuju
ke bak penampungan yang ada di bandara pompa harus benar-benar
119
diperhitungkan segala hal hingga air dapat dialirkan ke tempat yang dituju
tanpa mengalami pencemaran.
Pada prinsipnya sistem pembagian air bersih di dalam rumah/bangunan
ada dua yaitu:
1. Sistem Sambungan Langsung
Dalam pipa ini pipa distribusi dalam gedung langsung disambung
dengan pipa utama penyediaan air bersih. Dan biasanya pipa utama selalu
di bawah jalan dengan terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan
dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut. Maka sistem ini
terutama diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan
rendah.
2. Sistem Sambungan Tidak langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi di dalam rumah tidak langsung
dihubungkan dengan pipa utama penyediaan air bersih. Air ditampung
lebih dahulu dalam tangki kemudian dialirkan/dipompakan untuk
didistribusikan di dalam gedung untuk kebutuhan akan air bersih. Sistem
sambungan tidak langsung mencakup:
a. Sistem tangki atap
Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki
bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau di bawah muka
tanah), kemudian dipompakan kesuatu tangki atas yang biasanya
dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Alasan-
alasan menggunakan sistem tangki atap antara lain: (1) selama airnya
digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing hampir
tidak berarti, (2) perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan
muka air dalam tangki atap, (3) sistem pompa yang menaikan airke
tangki atap bekerja secara otomatik, (4) perawatan tangki atap sangat
sederhana dibandingkan dengan tangki tekan.
b. Sistem tangki tekan
Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana ada
suatu alasan tidak dapat digunakan sistem sambungan langsung.
120
Sistem ini sering dipergunakan untuk perumahan dan hanya dalam
kasus yang istimewa diterapkan pada bangunan pemakaian air dalam
jumlah yang besar contohnya seperti bangunan parkir bawah tanah,
toserba, stasiun, gedung olah raga dan sebagainya.
Prinsip kerja sistem tangki tekan yaitu air ditampung dalam
tangki bawah lalu dipompakan dalam suatu bejana (tangki) tertutup
sehingga udara di dalamnya terkompresi, air dari tangki tersebut
dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan, dan pompa akan
bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu diktektor tekanan yang
tertutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Beda
tekanan antara posisi ON/OFF 2 kg/cm².
Keuntungan menggunakan sistem ini dari segi estetika yaitu
karena tidak terlalu menyolok dibandingkan dengan tangki atap,
mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin
bersama pompa-pompa lainnya, dan harga awal pada sistem ini lebih
rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas
menara.
Kekurangan yaitu daerah fluktasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm²
sangat besar dibanding dengan sistem tangki atap yang hampir tidak
ada fluktasi tekanan. Hal ini dapat menimbulkan aliran yang cukup
berarti pada alat plambing dan pada alat pemanas gas dapat
menghasilkan air dengan teperatur yang berubah-ubah, sistem tangki
tekan juga hanya sebagai sistem pengatur otomatik pompa penyediaan
air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti tangki atap.
Dan dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap
beberapa hari sekali harus ditambahkan udara dengan kompresor atau
dengan menguras seluruh air dari dalam tangki tekan.
c. Sistem tanpa tangki
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki
bawah, tangki tekan ataupun atap. Air dipompakan langsung ke sistem
distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari utama,
121
misalnya pipa utama Perusahaan Air Minum. Sistem ini sebenarnya
dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan air Minum.
Kelebihan dari penggunaan sistem ini yaitu dapat mengurangi
kemungkinan pencemaran air minum karena menghilangkan tangki
bawah maupun tangki atas, mengurangi kemungkinan terjadinya karat
karena kontak air dengan udara relatif singkat. Kalau cara ini
diterapkan pada bangunan pencakar langit akan mengurangi beban
struktur bangunan dan dapat menggantikan menara air.
Kekurangan dari penggunaan sistem ini yaitu penyediaan air
sepenuhnya bergantung pada sumber daya, pemakaian daya besar
dibandingkan dengan sistem tangki atap, dan harga awal tinggi karena
sistem pengaturannya.
122
yang baru hambatannya lebih kecil dari pada pipa yang sama tetapi telah
dipakai 5 tahun.
Pipa distribusi yang berbelol-belok akan mempunyai hambatan yang
lebih besar dari pada pipa hantar yang lurus, oleh karena itu dalam
merencanakan suatu instalasi air bersih di dalam rumah hindarilah sedekat
mungkin belokan-belokan, banyak cabang, pergunaan fittings serta ketepatan
didalam menentukan ukuran diameter pipa dari jenis pipa yang akan
dipergunakan.
Hal tersebut sangat penting untuk mendapatkan aliran air ke setiap
peralatan plambing di dalam gedung seperti yang kita inginkan. Oleh karena itu
kita harus menghitung dengan tepat diameter dari pipa tersebut.
123
Ada di acara yang dipakai untuk sistem pemipaan horizontal, yaitu
sebagai berikut:
a. Pemipaan yang menuju ke satu titik akhir
Keuntungan pemipaan ini adalah pemakaian bahan yang lebih
efisien, dan kerugiannya adalah daya pancar pada titik kran air tidak
sama, semakin jauh semakin kecil daya pancarannya.
b. Pemipaan yang melingkar/membentuk ring
Pemipaan ini menuntut penggunaan bahan pipa yang banyak,
padahal kekuatan daya pancar air ke semua titik-titik akan
menghasilkan air yang sama.
2. Sistem vertikal
Sistem pengaliran/distribusi air bersih dengan sistem vertical banyak
digunakan pada bangunan-bangunan bertingkat tinggi. Cara
pendistribusiannya adalah dengan menampung lebih dulu pada tangka air
(ground reservoir) yang terbuat dari beton dengan kapasitas sesuai dengan
kebutuhan air pada bangunan tersebut. Kemudian air dialirkan dengan
menggunakan pompa untuk langsung ke titik-titik kran yang diperlukan.
Sistem ini lebih menguntungkan pada penggunaan pipa, tetapi sering
mengalami kesulitan kalua sumber tenaga untuk pompa mengalami
pemadaman.
Cara lain dengan menggunakan pompa untuk diteruskan pada tangki
di atas bangunan. Kemudian dari tangka dialirkan ke tempat-tempat yang
memerlukan, dengan menggunakan sistem gravitasi/diturunkan secara
langsung. Pada tempat-tempat tertentu yang jaraknya kurang dari 9 m dari
tangka digunakan alat tambahan untuk memperkuat pancaran air, misalnya
menggunakan pompa tekan.
Materi salanjutnya ada pada buku Tanggoro, Dwi. 1999. Utilitas
Bangunan. Jakarta: UI Pres. (6 – 17).
Di dalam pekerjaan penyambungan pipa, pekerjaan kita adalah
memotong, mengulir, dan menyetel. Sebelum melakukan pemotongan pipa
terlebih dahulu harus dihitung berapa panjangnya pipa yang akan
124
dipotong. Untuk menghitung panjang pipa yang diperlukan yaitu kita harus
melihat gambar. Gambar teknik yang biasa digunakan terdiri dari:
1. Gambar/prarencana
2. Gambar detail/penjelasan
Menghitung panjang pipa:
1. End to End (E – E)
2. End to Centre (E – C)
3. Centre to Centre (C – C)
Cara menentukan panjang ulir:
1. Perlu diketahui diameter pipa yang akan digunakan, karena panjang ulir
tiap pipa akan berbeda-beda, bergantung pada diameter pipa yang akan
disambung dengan alat sambung.
2. Perlu diketahui alat penyambungnya. Contoh: socket, tee, dst. Karena
panjang ulir alat-alat penyambung akan berbeda-beda tergantung kepada
jenis dan diameter alat sambung tersebut.
3. Perlu diperhatikan waktu membuat ulir pada pipa. Karena apabila ulir
terlalu panjang ke luar akan emngalami karat karena bagian galvanisnya
tidak ada/terlepas waktu mengulir.
4. Apabila ulir terlalu panjang masuk ke dalam alat penyambung akan
menyebabkan gangguan pada aliran air di dalam alat penyambung.
1. Elbow 90°
125
UKURAN A F
(INCH) (MM) (MM)
½” 27 16
¾” 32 19
1” 38 23
1 ¼” 46 29
1 ½” 48 30
2” 57 37
UKURAN A B F1 F2
(INCH) (MM) (MM) (MM) (MM)
¾” x ½” 29 30 16 19
1” x ½” 32 33 17 22
x ¾” 34 35 17 22
1 ¼” x ½” 34 38 17 27
x ¾” 38 40 21 27
x 1” 40 42 23 27
1 ½” x ½” 35 42 17 31
x ¾” 38 43 20 30
x 1” 41 45 23 30
x 1 ¼” 45 48 27 31
2” x ½” 38 48 18 37
x ¾” 41 49 21 36
x 1” 44 51 24 36
x 1 ¼” 48 54 28 37
x 1 ½” 52 55 32 37
126
Untuk menghitung panjang ulir sambungan elbow 90° reducing
dapat dihitung dengan cara melihat tabel detil elbow 90° reducing di atas.
Contoh:
Apabila pipa yang digunakan adalah pipa diameter ¾” x ½”, maka
panjang ulir pipa untuk elbow 90° reducing yaitu A – F1 dan B – F2,
sehingga panjang ulir = 29 – 16 = 13mm, dan = 30 – 19 = 21mm.
3. Elbow 45°
UKURAN A F
(INCH) (MM) (MM)
½” 25 14
¾” 27 14
1” 29 14
1 ¼” 34 17
1 ½” 37 19
2” 42 22
4. Tee equal
127
UKURAN A F
(INCH) (MM) (MM)
½” 27 16
¾” 32 19
1” 38 23
1 ¼” 46 29
1 ½” 48 30
2” 57 37
5. Tee reducing
UKURAN A B F1 F2
(INCH) (MM) (MM) (MM) (MM)
¾” x ½” 29 30 16 19
1” x ¾” 32 33 17 22
x ¾” 34 35 19 22
1 ¼” x ½” 34 38 17 27
x ¾” 38 40 21 27
x 1” 40 42 23 27
1 ½” x ½” 35 42 17 31
x ¾” 38 43 20 30
x 1” 41 45 23 30
x 1 ¼” 45 48 27 31
2” x ½” 38 48 18 37
x ¾” 41 49 21 36
x 1” 44 51 24 36
x 1 ¼” 48 54 28 37
x 1 ½” 52 55 32 37
128
Untuk menghitung panjang ulir sambungan Tee reducing dapat
dihitung dengan cara melihat tabel detil Tee reducing di atas. Contoh:
Apabila pipa yang digunakan adalah pipa diameter ¾” x ½”, maka
panjang ulir pipa untuk Tee reducing yaitu A – F1 dan B – F2, sehingga
panjang ulir = 29 – 16 = 13mm, dan = 30 – 19 = 21mm.
6. Caps
UKURAN L F
(INCH) (MM) (MM)
½” 20 9
¾” 24 11
1” 28 13
1 ¼” 30 13
1 ½” 32 14
2” 36 16
7. Socket
129
UKURAN L F
(INCH) (MM) (MM)
½” 35 13
¾” 40 14
1” 45 15
1 ¼” 50 16
1 ½” 55 19
2” 60 20
8. Reducing socket
UKURAN L F
(INCH) (MM) (MM)
¾” x ½” 38 14
1” x ¾” 42 16
x ¾” 42 14
1 ¼” x ½” 48 20
x ¾” 48 18
x 1” 48 16
1 ½” x ½” 52 23
x ¾” 52 21
x 1” 52 19
x 1 ¼” 52 17
2” x ½” 58 27
x ¾” 58 25
x 1” 58 23
x 1 ¼” 58 21
x 1 ½” 58 20
130
Untuk menghitung panjang ulir sambungan Socket dapat dihitung
dengan cara melihat tabel detil Socket di atas. Contoh:
Apabila pipa yang digunakan adalah pipa diameter ¾” x ½”, maka
L–F 38 – 14
panjang ulir pipa untuk Socket yaitu , sehingga panjang ulir = =
2 2
12mm.
1. End to end (E – E)
Panjang pipa yang diukur dari ujung uliran satu sampai ujung uliran
kedua, tanpa menggunakan alat penyambung.
2. End to Centre (E – C)
131
Alat sambung yang digunakan yaitu elbow dan tee dengan diameter ½.
Untuk menghitung panjang pipa dengan cara C – C = 100 cm, yaitu:
= L – (F₁ + F₂)
= 968 mm
Ulir 1 = A – F = 27 – 16 = 11 mm.
Ulir 2 = A – F = 27 – 16 = 11 mm.
Pipa 1
= 4000 – (16 + 9)
= 3975 mm
Pipa 2
= 2500 – (16 + 7)
= 2477 mm
Pipa 3
= 2500 – (7 + 19)
132
= 2474 mm
Pipa 4
= 5000 – 19
= 4981 mm
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Deskripsi Kegiatan
Kegiatan Awal
1 Mengucapkan salam, meminta salah satu siswa memimpin doa
sebelum mengawali pembelajaran.
2 Guru melakukan presensi siswa.
3 Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa.
4 Guru menyampaikan materi pelajaran yang akan dipelajari hari
ini.
5 Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh yaitu
diskusi kelompok disertai tanya jawab dan mengerjakan tugas
kelompok. Dan bagi kelompok terbaik, akan diberikan reward.
6 Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, 1 kelompok terdiri
dari 6 orang, ada 2 kelompok yang terdiri dari 7 orang.
7 Guru dan siswa memastikan alat dan bahan yang dibutuhkan
telah tersedia dan siap digunakan.
Kegiatan Inti
8 Guru memberikan penjelasan singkat mengenai materi tentang
cara menghitung ulir pipa galvanis pada instalasi pipa air
bersih.
9 Membiasakaan siswa untuk mengajukan pertanyaan agar aktif
dan mandiri.
10 Membimbing kelompok-kelompok belajar dan memberikan
bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan.
11 Guru memberika kuis individu.
Penutup
12 Guru menyimpulkan evaluasi kegiatan belajar.
13 Guru menyampaikan materi selanjutnya.
14 Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.
133
H. MEDIA, ALAT, BAHAN, dan SUMBER BELAJAR
Media
1. Powerpoint
Alat
2. Laptop, LCD.
Bahan
1. Materi ajar (file)
Sumber Belajar
2. Tanggoro, Dwi. 1999. Utilitas Bangunan. Jakarta: UI Pres.
Depok, 2018
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
134
SOAL
1. Hitunglah panjang pipa dan panjang ulir pipa pada gambar instalasi
berikut:
135
LAMPIRAN 5
(PEMBAGIAN KELOMPOK)
136
Pembagian Kelompok Pada Siklus I
1. A.N.M.S
2. R.S.P
3. R.A.P
Kelompok 1
4. A.S
5. F.A.F.A.S
6. R.R.A.A
7. A.K.I
1. M.I.S.A
2. V.R.P
3. A.I
Kelompok 2
4. F.J.P
5. N.R.S
6. R.F
7. J.S
1. D.W.S
2. K.D.S
Kelompok 3 3. R.Y
4. A.G.S
5. A.S
6. S.F.H
1. T.A
2. A.P
Kelompok 4 3. E.S.W
4. S.A.B.P
5. R.K.P
6. A.R.M
1. H.F.P
2. I.W
Kelompok 5 3. L.P
4. B.S
5. A.M.R.M
6. I.R.S
137
Pembagian Kelompok Pada Siklus II
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
B.S T.A A.I A.N.M.S
F.J.P A.K.P M.I.S.A V.R.P
I.W J.S K.D.S A.M.R.M
R.F R.Y R.R.A.A I.R.S
Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7 Kelompok 8
A.G.S S.F.H F.A.F.A.S N.R.S
H.F.P R.S.P D.W.S E.S.W
R.A.P A.R.M A.P A.Z
S.A.B.P L.P R.K.P A.S
138
LAMPIRAN 6
(HASIL PENELITIAN)
139
HASIL KEAKTIFAN DALAM DISKUSI
Aspek Kategori
Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Baik Belum baik
A.Z 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 36 ✓
A.R.M 5 3 5 3 5 5 5 4 4 5 42 ✓
A.M.R.M 3 1 1 1 2 1 2 1 2 2 16 ✓
A.N.M.S 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 45 ✓
A.I 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3 28 ✓
A.G.S 5 4 3 3 4 4 4 4 4 3 36 ✓
A.P 3 2 2 2 3 3 4 3 4 3 29 ✓
A.K.I 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 38 ✓
A.S 3 2 3 2 3 2 4 3 4 3 29 ✓
B.S 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 40 ✓
D.W.S 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3 31 ✓
E.S.W 4 3 2 2 3 2 3 4 3 3 29 ✓
F.J.P 4 3 4 2 3 2 3 2 3 4 30 ✓
F.A.F.A.S 4 3 3 3 3 2 2 3 2 3 29 ✓
H.F.P 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 44 ✓
I.R.S 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 29 ✓
I.W 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 44 ✓
J.S 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 29 ✓
K.D.S 4 1 3 2 3 3 3 3 3 2 27 ✓
L.P 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 16 ✓
M.I.S.A 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 43 ✓
N.R.S 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 16 ✓
R.A.P 4 1 3 2 3 3 3 3 3 3 28 ✓
R.S.P 3 3 2 1 2 1 2 2 3 3 22 ✓
R.F 5 4 5 4 4 4 4 3 3 4 40 ✓
R.K.P 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 29 ✓
R.R.A.A 4 1 3 2 3 3 3 3 3 2 27 ✓
R.Y 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 45 ✓
S.A.B.P 3 1 3 3 2 2 2 2 2 2 22 ✓
S.F.H 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 21 ✓
T.A 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 37 ✓
V.R.P 5 4 4 3 3 4 4 4 4 3 38 ✓
Jumlah 13 19
140
HASIL KEAKTIFAN DALAM DISKUSI
Aspek Kategori
Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Baik Belum baik
A.Z 4 2 3 2 4 3 3 3 4 4 32 ✓
A.R.M 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 45 ✓
A.M.R.M 4 2 3 2 3 3 2 2 2 4 27 ✓
A.N.M.S 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 47 ✓
A.I 4 3 4 2 3 3 3 4 4 4 34 ✓
A.G.S 5 5 4 3 5 4 4 4 4 4 41 ✓
A.P 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 31 ✓
A.K.I 5 5 4 3 4 5 4 4 4 5 43 ✓
A.S 4 4 4 2 3 3 4 3 4 3 35 ✓
B.S 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 40 ✓
D.W.S 5 5 4 3 3 2 4 3 4 4 37 ✓
E.S.W 5 4 4 3 4 4 3 4 3 4 42 ✓
F.J.P 5 4 5 5 4 4 4 3 4 5 43 ✓
F.A.F.A.S 5 3 5 5 4 5 4 4 4 5 44 ✓
H.F.P 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 46 ✓
I.R.S 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 35 ✓
I.W 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 45 ✓
J.S 5 3 4 4 3 4 3 3 3 4 36 ✓
K.D.S 5 3 4 3 3 4 3 3 3 4 35 ✓
L.P 4 4 5 4 3 4 2 4 2 4 36 ✓
M.I.S.A 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 46 ✓
N.R.S 4 3 3 3 3 1 3 3 3 3 29 ✓
R.A.P 5 3 3 3 4 3 4 4 4 4 37 ✓
R.S.P 5 5 3 2 2 2 3 3 3 3 31 ✓
R.F 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 45 ✓
R.K.P 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 31 ✓
R.R.A.A 5 3 4 3 4 4 3 3 3 4 36 ✓
R.Y 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 45 ✓
S.A.B.P 5 4 4 4 3 3 3 2 3 4 35 ✓
S.F.H 5 4 3 4 4 4 3 2 3 3 35 ✓
T.A 5 3 5 5 4 5 4 3 4 5 43 ✓
V.R.P 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39 ✓
Jumlah 26 6
141
HASIL BELAJAR SISWA PRA SIKLUS, SIKLUS I, SIKLUS II
Hasil Belajar
No Nama
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 A.Z 50 77 85
2 A.R.M 47 70 80
3 A.M.R.M 30 50 68
4 A.N.M.S 60 80 97
5 A.I 37 50 77
6 A.G.S 20 40 64
7 A.P 47 40 90
8 A.K.I 37 60 81
9 A.S 58 77 97
10 B.S 54 77 80
11 D.W.S 27 47 77
12 E.S.W 30 38 77
13 F.J.P 67 61 80
14 F.A.F.A.S 20 50 78
15 H.F.P 30 76 90
16 I.R.S 48 77 87
17 I.W 50 77 87
18 J.S 67 84 94
19 K.D.S 30 58 90
20 L.P 37 60 87
21 M.I.S.A 57 80 87
22 N.R.S 27 50 94
23 R.A.P 37 57 70
24 R.S.P 20 45 74
25 R.F 60 80 94
26 R.K.P 38 77 78
27 R.R.A.A 20 50 70
28 R.Y 77 91 94
29 S.A.B.P 20 57 77
30 S.F.H 27 57 77
31 T.A 50 77 90
32 V.R.P 17 48 70
Jumlah >KKM 1 13 26
Rata-rata 40,5 66,04 82,96
Presentase 3,13 40,63 81,25
142
DAFTAR NILAI TIM SISWA SIKLUS I
Kelompok 1:
No Nama Nilai Pra Siklus Nilai Siklus I Skor Peningkatan
1 A.N.M.S 60 80 30
2 R.S.P 20 45 30
3 R.A.P 37 57 30
4 A.S 58 77 30
5 F.A.F.A.S 20 50 30
6 R.R.A.A 20 50 30
7 A.K.I 37 60 30
Total Skor Tim 210
Rata-rata Tim 30
Penghargaan Tim Kelompok Super
Kelompok 2:
No Nama Nilai Pra Siklus Nilai Siklus I Skor Peningkatan
1 M.I.S.A 57 80 30
2 V.R.P 17 48 30
3 A.I 37 50 30
4 F.J.P 67 61 10
5 N.R.S 27 50 30
6 R.F 60 80 30
7 J.S 67 84 30
Total Skor Tim 190
Rata-rata Tim 27,14
Penghargaan Tim Kelompok Super
Kelompok 3:
No Nama Nilai Pra Siklus Nilai Siklus I Skor Peningkatan
1 D.W.S 27 47 30
2 K.D.S 30 58 30
3 R.Y 77 91 30
4 A.G.S 20 40 30
5 A.S 58 77 30
6 S.F.H 27 57 30
Total Skor Tim 180
Rata-rata Tim 30
Penghargaan Tim Kelompok Super
143
Kelompok 4:
No Nama Nilai Pra Siklus Nilai Siklus I Skor Peningkatan
1 T.A 50 77 30
2 A.P 47 40 10
3 E.S.W 30 38 20
4 S.A.B.P 20 57 30
5 R.K.P 38 77 30
6 A.R.M 47 70 30
Total Skor Tim 150
Rata-rata Tim 25
Penghargaan Tim Kelompok Super
Kelompok 5:
No Nama Nilai Pra Siklus Nilai Siklus I Skor Peningkatan
1 H.F.P 30 76 30
2 I.W 50 77 30
3 L.P 37 60 30
4 B.S 54 77 30
5 A.M.R.M 30 50 30
6 I.R.S 48 77 30
Total Skor Tim 180
Rata-rata Tim 30
Penghargaan Tim Kelompok Super
144
DAFTAR NILAI TIM SISWA SIKLUS II
Kelompok 1:
No Nama Nilai Siklus I Nilai Siklus II Skor Peningkatan
1 B.S 77 80 10
2 F.J.P 61 80 30
3 I.W 77 87 20
4 R.F 80 94 30
Total Skor Tim 90
Rata-rata Tim 22,5
Penghargaan Tim Kelompok Hebat
Kelompok 2:
No Nama Nilai Siklus I Nilai Siklus II Skor Peningkatan
1 T.A 77 90 30
2 A.K.I 60 81 30
3 J.S 84 94 20
4 R.Y 91 94 20
Total Skor Tim 100
Rata-rata Tim 25
Penghargaan Tim Kelompok Super
Kelompok 3:
No Nama Nilai Siklus I Nilai Siklus II Skor Peningkatan
1 A.I 50 77 30
2 M.I.S.A 80 87 20
3 K.D.S 58 90 30
4 R.R.A.A 50 70 30
Total Skor Tim 110
Rata-rata Tim 27,5
Penghargaan Tim Kelompok Super
145
Kelompok 4:
No Nama Nilai Siklus I Nilai Siklus II Skor Peningkatan
1 A.N.M.S 80 97 30
2 V.R.P 48 70 30
3 A.M.R.M 50 68 30
4 I.R.S 77 87 20
Total Skor Tim 110
Rata-rata Tim 27,5
Penghargaan Tim Kelompok Super
Kelompok 5:
No Nama Nilai Siklus I Nilai Siklus II Skor Peningkatan
1 A.G.S 40 64 30
2 H.F.P 76 90 30
3 R.A.P 57 70 30
4 S.A.B.P 57 77 30
Total Skor Tim 120
Rata-rata Tim 30
Penghargaan Tim Kelompok Super
Kelompok 6:
No Nama Nilai Siklus I Nilai Siklus II Skor Peningkatan
1 S.F.H 57 77 30
2 R.S.P 45 74 30
3 A.R.M 70 80 20
4 L.P 60 87 30
Total Skor Tim 110
Rata-rata Tim 27,5
Penghargaan Tim Kelompok Super
Kelompok 7:
No Nama Nilai Siklus I Nilai Siklus II Skor Peningkatan
1 F.A.F.A.S 50 78 30
2 D.W.S 47 77 30
3 A.P 40 90 30
4 R.K.P 77 77 20
Total Skor Tim 110
Rata-rata Tim 27,5
Penghargaan Tim Kelompok Super
146
Kelompok 8:
No Nama Nilai Siklus I Nilai Siklus II Skor Peningkatan
1 N.R.S 50 94 30
2 E.S.W 38 77 30
3 A.Z 77 85 20
4 A.S 77 97 30
Total Skor Tim 110
Rata-rata Tim 27,5
Penghargaan Tim Kelompok Super
147
LAMPIRAN 7
(DOKUMENTASI)
148
149