Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KIMIA ORGANIK 2

“ETER”

Disusun Oleh:

Maria Delastrada Ngongo (204111014)

Program Studi Sarjana Farmasi

Fakultas Kesehatan

Universitas Citra Bangsa Kupang

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kita rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini berjudul “Eter”.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu penulis menyelesaikan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Untuk
ini penulis meminta kritik dan saran kepada pembaca untuk penyempurnaan penulisan
makalah berikutnya. Penulis mengucapkan terima kasih.

kupang

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...…... 3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 4

LATAR BELAKANG ………………………………………………........……......…. 4

RUMUSAN MASALAH……………………………………………........……....….. 5

TUJUAN DAN MANFAAT ……………………………………………...……....….. 5

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………..…..……. 6

PENGERTIAN ………………………………………………………….… .................6

PEMBUATAN ETER …………………………………………………………..…... ..7

REAKSI PADA ETER ……………………………………………………… ..............10

JENIS JENIS ATAU MACAM MACAM ETER ………......………………...… .........11

TATA NAMA ETER.................... ……………………………………………................13

SIFAT SIFAT ETER...................... ……………………………………………………….15

KEISOMERAN PADA ETER............……………………………………….….. ..............16

MANFAAT ETER BESERTA DAMPAKNYA....................................................................17

BAB III PENUTUP …………………………………………………………….…..............18

KESIMPULAN ……………………………………………………….….............................18

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….……........19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehidupan selalu berkaitan dengan apapun demikian juga berkaitan dengan


kimia, kehidupan tak lepas dari yang namanya kimia. Ilmu kimia adalah ilmu
pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang memiliputi struktur, susunan,
sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Kehidupan selalu berkaitan
dengan kimia contohnya saja deterjen, alkohol, kopi, susu, air dan sebagainya yang
didalamnya mengandung unsur-unsur kimia.

Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung unsur-unsur


C, H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan dengan
rumus air (HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari senyawa air.

Dari pembahasan diatas penyusun ingin membahas tentang pembuatan Eter,


jenis-jenis/macam-macam Eter, tata nama Eter, sifat-sifat Eter, keisomeran pada
Eter, dan manfaat dari Eter beserta dampaknya.

4
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan eter ?

2. Bagaimana cara pembuatan eter ?

3. sebutkan jenis-jenis atau macam-macam eter !

4. bagaimana tata nama eter ?

5. sebutkan sifat-sifat eter !

6. bagaimana keisomeran pada eter ?

1.3. Tujuan dan Manfaat

1.      Mengetahui Pengertian Eter

2.      Mengetahui Pembuatan Eter.

3.      Mengetahui Jenis-Jenis/Macam-Macam Eter.

4.      Mengetahui Tata Nama Eter

5.      Mengetahui Sifat-Sifat Eter

6.      Mengetahui Keisomeran Pada Eter

7.      Mengetahui Manfaat Eter Beserta Dampaknya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Eter

Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung unsur-unsur


C, H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan dengan
rumus air (HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari senyawa air.
Eter atau alkoksialkana merupakan senyawa turunan alkana. Satu atom H rantai alkana
diganti oleh gugus alkoksi sehingga eter mamiliki dua gugus alkil.

      R – H       R – OR'

      alkana            eter

Rumus umum struktur :   R – O -R'

Rumus umum molekul :  CnH2n+2 

 Struktur dan ikatan

Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan jarak C-O
sekitar 140 pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan valensi,
hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah sp3.

Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen yang berada


pada posisi alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada hidrogen senyawa
hidrokarbon. Walau demikian, hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa
hidrogen keton.

6
 Struktur Serupa

Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang


mempunyai stuktur serupa - R-O-R.Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen
adalah sebahagian daripada sistem aromatik.Senyawa dengan atom-atom karbon yang
bersebelahan dengan oksigen terikat dengan oksigen, nitrogen, atau sulfur:

·         Ester R-C(=O)-O-R

·         Asetal R-CH(-O-R)-O-R

·         Aminal R-CH(-NH-R)-O-R

·         Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R

2.2 Pembuatan Eter

Umumnya eter dibuat dari dehidrasi alkohol. Dietil eter dapat dibuat melalui
pemanasan etanol dengan asam sulfat pekat pada suhu sekitar 140°C hingga reaksi
dehidrasi sempurna.

Bila uap etanol dan alkohol-alkohol primer suhu rendah yang lain dilewatkan di
atas suatu alumina pada suhu 250-260° C maka akan terjadi dehidrasi pada alkohol
tersebut dan menghasilkan eter.

2 C2H5OH → C2H5-O-C2H5 + H2O

Di laboratorium dan industri, yang lazim digunakan sebagai penarik air adalah
H2SO4. Dalam cara ini, rangkaian reaksinya adalah sebagai berikut:

(1) C2H5OH + H2SO4 → C2H5OSO3H + H2O

(2) C2H5OSO3H + C2H5OH → C2H5-O-C2H5 + H2SO4

7
Asam sulfat yang diperoleh dalam langkah (2) dapat bereaksi kembali dengan
etanol seperti yang dituliskan dalam langkah (1). Oleh karena itu cara pembuatan eter
seperti ini dinamakan "proses eterifikasi kontinyu". Secara teoritik, dapat diduga bahwa
dengan sekali penambahan asam sulfat dapat digunakan untuk membuat eter dengan
jumlah alkohol yang tidak terbatas. Dalam kenyataannya, setelah jangka waktu tertentu,
asam sulfatnya harus diperbarui karena ada sebagian yang tereduksi menjadi asam
sulfit.

Dalam pembuatan eter dengan cara ini diperlukan suhu yang relatif rendah
karena dalam keadaan panas etil hidrogensulfat (C2H5OSO3H) dapat terdekomposisi
menjadi etilena dan asam sulfat. Suhu yang diperlukan adalah 120-140° C, dengan
katalis Al2(SO4)3. Bila reaksi berlangsung pada suhu ≥145° C, memberikan hasil
etilena.

Perlu diketahui bahwa pembuatan eter dengan menggunakan asam sulfat ini
hanya memberikan hasil sebaik-baiknya untuk eter suku rendah dengan rantai linier.
Bila diterapkan untuk membuat eter suku tinggi dan bercabang, ternyata lebih banyak
menghasilkan etena.

Pembuatan eter dari alkohol

CH3CH2OH + HOCH2CH3⎯H2SO4→ CH3CH2–O–CH2CH3 + H2O

 Menurut Sintesis Eter Williamson

Eter dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkil halida (haloalkana) dengan
suatu alkoksida. Alkoksida dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkohol primer
dengan suatu basa seperti NaOH. Contoh:

C2H5Br + Na-OC2H5 → NaBr + C2H5-O-C2H5

 Mereaksikan Alkil Halida dengan Perak Iodida

Alkil halida jika direaksikan dengan perak iodida akan menghasilkan eter dan
garam perak halida. Contoh:

2 C2H5I + Ag2O → C2H5-O-C2H5 + 2 AgI

8
Eter mempunyai struktur rantai C-O-C  yang mempunyai sudut ikatan sebesar
104,5º dan jarak antara atom C dengan O adalah sekitar 140 pm. Halangan rotasi untuk
ikatan C-O sangat kecil. Ikatan oksigen dalam eter, alkohol dan air sangatlah mirip.
Pada teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen adalah sp3.

Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, dengan demikian hidrogen alfa


eter bersifat lebih asam daripada hidrokarbon sederhana, tetapi jauh kurang asam
dibandingkan dengan hidrogen alfa golongan karbonil (seperti aldehida dan keton).

 Kondensasi Ullmann

Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya


adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.

 Adisi elektrofilik alkohol ke alkena

Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi secara


elektrofilik.

R2C=CR2 + R-OH → R2CH-C(-O-R)-R2

Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri
trifluoroasetat (Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis.

 Pembuatan epoksida

Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida yang paling penting


dalam industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi etilena dengan
oksigen. Epoksida lainnya dapat dihasilkan melalui dua cara:

·                 Melalui oksidasi alkena dengan peroksiasam seperti Asam meta-


kloroperoksibenzoat (m-CPBA).

Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin.

9
2.3 Reaksi Pada Eter

Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih
reaktif daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai berikut.[

1.    Pembelahan eter

Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam


mineral seperi asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter dengan
sangat lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:

ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH

Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+Br-.

Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron


tribomida (dalam beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan
menghasilkan alkil bromida.Berganting pada substituennya, beberapa eter dapat dibelah
menggunakan berbagai jenis reagen seperti basa kuat.

2.    Pembentukan peroksida

Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan oksigen
(ataupun udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida
yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena ini, diisopropil eter
dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.

3.    Sebagai basa Lewis

Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted. Asam kuat


dapat memprotonasi oksigen, menghasilkan "ion onium". Contohnya, dietil eter dapat
membentuk kompleks dengan boron trifluorida, yaitu dietil eterat (BF3.OEt2). Eter
juga berkooridasi dengan Mg(II) dalam reagen Grignard. Polieter (misalnya eter
mahkoya) dapat mengikat logam dengan sangat kuat.

10
2.4 Jenis-Jenis/Macam-Macam Eter.

Eter dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu eter simetris dan eter asimetris.
Kalau dalam rumus umum eter R = R', maka eter tersebut dinamakan eter sederhana
atau eter simetrik. Tetapi bila R ≠ R', dinamakan eter campuran atau eter asimetrik. Di
samping yang mempunyai gugus alkil (R) terdapat pula eter yang mengandung gugus
aril (Ar) yang rumus umumnya dinyatakan dengan Ar-O-Ar' atau Ar-O-'R.

Di antara eter dan Alkohol terdapat isomeri gugus fungsi dalam arti keduanya
mempunyai rumus molekul yang sama tetapi gugus fungsinya berbeda. Contoh untuk
isomeri fungsi di antara eter dan alkohol ini adalah CH3-O-CH3 dan CH3CH2OH.
Perbedaan gugus fungsi tersebut mengakibatkan adanya perbedaan sifat-sifat fisika dan
kimia pada eter dan alkohol.

Reaksi terhadap Eter, Eter merupakan suatu senyawa organik yang tidak terlalu
reaktif. Dengan kata lain, eter hanya dapat mengalami reaksi khusus. Reaksi terhadap
eter adalah:

 Reaksi Oksidasi Eter

Dengan campuran (K2Cr2O7 + H2SO4), eter mengalami oksidasi dengan hasil


seperti pada oksidasi alkohol asalnya. Sebagai contoh, dietil eter (yang dibuat dari
etanol) bila direaksikan dengan (K2Cr2O7 + H2SO4) menghasilkan asetaldehida.
C2H5-O-C2H5 → 2 CH3CHO

 Reaksi Eter dengan Asam

·         Dengan HI Dingin

 Dengan asam iodida dingin, eter menghasilkan alkohol dan alkil iodida.
Contoh: C2H5-O-C2H5 + HI → C2H5OH + C2H5I

·         Dengan H2SO4 Dingin

Dengan asam sulfat pekat dingin, eter dapat larut. Pemanasan larutan eter dalam
asam sulfat pekat mengakibatkan terbentuknya alkohol dan alkil hidrogensulfat.
Contoh: C2H5-O-C2H5 + H2SO4 → C2H5OH + C2H5HSO4

11
 Reaksi Hidrolisis Eter

Bila eter dididihkan dalam air yang mengandung asam (umumnya H2SO4)
terjadilah hidrolisis yang memberikan hasil alkohol. Contoh:

C2H5-O-C2H5 + H2O → 2 C2H5OH

 Reaksi Eter dengan Halogen

Halogen (klor atau brom) dapat mensubstitusi atom H yang terikat pada atom C
alfa (atom C yang berikatan dengan atom O) dalam suatu eter.

C2H5-O-C2H5 + Cl2 → CH3CHCl-O-C2H5 + HCl

12
2.5 Tata Nama Eter

Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penamaan alkil eter
(Cara Trivial) dan Menurut sistem IUPAC, gugus –OR disebut gugus alkoksi sehingga
penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi (alkoksialkana)
diikuti oleh nama rantai utamanya.

1.    Penamaan Alkil Eter (Trivial)

Nama kedua gugus alkil disebut lebih dahulu (diurutkan berdasarkan abjad),
kemudian di tambahkan eter. Jika kedua gugus alkil sama, diawalan di. Tata nama
trivial untuk senyawa eter sangat sederhana dengan menyebutkan nama-nama gugus
yang terikat pada atom oksigen dan kemudian ditambahkan kata eter. Contohnya adalah
CH3-O-CH2CH3 diberi nama etil metil eter, sedangkan CH3CH2-O-CH2CH3 diberi
nama dietil eter.

2.    Penamaan Alkoksialkana (IUPAC)

Penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi diikuti oleh
nama rantai utamanya. Gugus alkoksi dianggap sebagai cabang yang terikat pada rantai
induk. Menurut tata nama IUPAC, eter diberi nama sebagai alkoksialkana, dalam arti
bahwa eter dipandang sebagai turunan alkoksi suatu alkana. Contohnya adalah
metoksimetana, metoksietana, dan 2-metoksipentana yang rumus strukturnya berurutan
adalah sebagai berikut:

Bila senyawa yang menurunkannya adalah alkena, maka nama yang  diberikan
adalah alkoksialkena. Sebagai contoh adalah 1-metoksipropena yang mempunyai rumus
CH3OCH=CHCH3.

13
Eter yang memngandung gugus aril dinamakan Alkoksiarena. Sebagai contoh
adalah Metoksibenzena yang rumus strukturnya sebagai berikut:

Di bawah ini Penataan Nama Eter Menurut Trivial dan IUPAC

Nama IUPAC
Rumus Struktur Eter Nama Trivial
(alkoksialkana)

CH3 ⎯ O ⎯ CH3 Dimetil eter Metoksi metana

CH3 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3 Etil metil eter Metoksi etana

CH3 ⎯ CH2 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3 Dietil eter Etoksi etena

14
2.6 Sifat-Sifat Eter

 Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter
berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan senyawa alkohol,
titik didih dan titik leleh eter lebih keci. Ini terjadi karena antar molekul eter tidak
membentuk ikatan hidrogen. Eter juga cenderung bersifat nono polar, sehingga
kelarutannya dalam air sangat kecil. Selain itu eter bersifat mudah terbakar.
Dibandingkan terhadap alkohol, eter jauh kurang reaktif kecuali dalam hal
pembakaran.Eter jauh lebih mantap (lebih kurang reaktif) dibandingkan alkohol. Eter
tidak bereaksi dengan logam natrium. Sifat ini dapat digunakan untuk membedakan
alkohol dengan eter.

A.   Sifat-sifat fisika

1.    Eter adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap dengan bau yang khas.

2.    Eter tidak larut air, akan tetapi larut dalam pelarut nonpolar.

3.    Eter mudah terbakar dengan nyala bening yang jernih karena uap eter membentuk
campuran yang eksplosif dengan udara.

4.    Eter dapat melarutkan lemak, minyak, resin, alkaloid, brom, dan iod.

Beberapa alkil eter

Momen
Titik Titidk Kelarutan dalam 1 L
Eter Struktur dipol
lebur (°C) didih (°C) H2O
(D)

Dimetil eter CH3-O-CH3 -138,5 -23,0 70 g 1,30

CH3CH2-O-
Dietil eter -116,3 34,4 69 g 1,14
CH2CH3

Tetrahidrofura Larut pada semua


O(CH2)4 -108,4 66,0 1,74
n perbandingan

Larut pada semua


Dioksana O(C2H4)2O 11,8 101,3 0,45
perbandingan

15
B.   Sifat-sifat kimia

1. Eter sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol C-O
tidak dapat meniadakan satu sama lainnya.
2. Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun amida.
3. Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
4. Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih reaktif
daripada alkana
5. -Mudah terbakar
·-Pada umumnya bersifat racun
·-Bersifat anastetik (membius)

2.7 Keisomeran Pada Eter

            Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.

1)   Isomer Struktur

Isomer struktur ialah senyawa yang memiliki rumus molekul sama, namun
rumus strukturnya berbeda. Contohnya dietil eter memiliki isomer struktur dengan
metil propil eter dan metil isopropil eter.

2)   Isomer Fungsional

Alkohol dan eter keduanya memiliki rumus umum yang sama, Akan tetapi,
keduanya memiliki jenis gugus fungsional yang berbeda. Dua senyawa yang memiliki
rumus umum molekul sama namun gugus fungsionalnya berbeda disebut memiliki
keisomeran fungsional. Eter berisomer fungsional dengan alkohol.

2.8 Manfaat Eter Beserta Dampaknya.

16
 Penggunaan senyawa eter dalam kehidupan adalah:

1. Di bidang medis, banyak sekali eter yang digunakan untuk anestesi (bius). Senyawa
dietil eter biasa digunakan sebagai zat anestetik (pemati rasa atau obat bius) yang
diberikan melalaui pernafasan namun penggunaan dietil eter dapat menyebabkan
iritasi saluran pernafasan dan merangsang sekresi lendir. 
2. Bi bidang otomotif, eter digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak mau
menyala. Bahkan eter juga digunakan sebagai tambahan bahan bakar sehingga laju
mesin lebih kencang.
3. Di laboratorium, eter merupakan pelarut yang banyak digunakan.
4. Eter juga digunakan sebagai pelarut non polar untuk melarutkan senyawa non polar
pula, seperti lemak, lilin dan minyak. Eter dapat menyebabkan mual dan muntah
selama waktu pemulihan. Karena dampak negatif ini, eter sudah jarang dipakai di
negara-negara maju.
 Dampak penggunaan senyawa eter

1. Pada konsentrasi rendah, eter dapat menyebabkan pusing kepala, sedangkan pada


konsentrasi tinggi menyebabkan tidak sadarkan diri.
2. Eter dapat menyebabkan mual dan muntah selama waktu pemulihan.
3. Eter bahan yang mudah terbakar karena eter mudah tersulut oleh kobaran maupun
percikan api.

BAB III

17
PENUTUP

A.   KESIMPULAN              

1. Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung unsur-unsur C, H,


dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan dengan rumus air
(HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari senyawa air. Eter atau
alkoksialkana merupakan senyawa turunan alkana. Satu atom H rantai alkana diganti
oleh gugus alkoksi sehingga eter mamiliki dua gugus alkil.
2. Eter dibuat dari dehidrasi alkohol, Pembuatan Eter Menurut Williamson, Mereaksikan
Alkil Halida dengan Perak Iodida.
3. Eter digolongkan menjadi dua jenis, yaitu eter simetris dan eter asimetris.
4. Tata Nama Eter Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penamaan
alkil eter (Cara Trivial) dan Menurut sistem IUPAC.
5. Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter berwujud
cair, kecuali dimetil eter (gas).
6. Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
7. Manfaat eter, dibidang medis digunakan untuk anestesi (bius), dibidang otomotif, eter
digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak mau menyala, dilaboratorium, eter
digunakan sebagai pelarut non polar untuk melarutkan senyawa non polar pula,
seperti lemak, lilin dan minyak.

DAFTAR PUSTAKA

18
1. Alex Kimia. 2013. Pengertian dan Manfaat ETER. (online). Pengertian dan Manfaat
ETER _ Chemistry by Alex P.I.P.htm. Akses tanggal 22 juni 2015.
2. Ilmu Kimia. 2012. Golongan Eter. (online). Golongan Eter_Ilmu Kimia.htm. Akses
tanggal 22 juni 2015.
3. Ilmu Kimia. 2013. Pembutan Eter.
(online).        http://www.ilmukimia.org/2013/03/pembuatan-eter.html. Akses tanggal
22 juni 2015.
4. Ilmu Kimia. 2012. Reaksi Terhadap Eter. (online). Reaksi Terhadap Eter _      Ilmu
Kimia.htm. Akses tanggal 22 juni 2015.
5. Ilmu Kimia. 2012. Tata Nama Eter. (online). Tata Nama Eter_Ilmu Kimia.htm. Akses
tanggal 22 juni 2015.
6. Suhartinichemist. 2012. KIMIA  ALKOHOL dan ETER. (online).
KIMIA  ALKOHOL dan ETER.htm. Akses tanggal 22 juni 2015
7. Fessenden , Fessenden . KIMIA ORGANIK edisi 3 jilid 1 . Penerbit Erlangga . 1986.
8. https://id.wikipedia.oig/wiki/Eter (diakses pada tanggal 22 juni 2015)

19

Anda mungkin juga menyukai