“ETER”
Disusun Oleh:
Fakultas Kesehatan
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kita rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini berjudul “Eter”.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Untuk
ini penulis meminta kritik dan saran kepada pembaca untuk penyempurnaan penulisan
makalah berikutnya. Penulis mengucapkan terima kasih.
kupang
2
DAFTAR ISI
RUMUSAN MASALAH……………………………………………........……....….. 5
KESIMPULAN ……………………………………………………….….............................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2. Rumusan Masalah
5. Mengetahui Sifat-Sifat Eter
5
BAB II
PEMBAHASAN
alkana eter
Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan jarak C-O
sekitar 140 pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan valensi,
hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah sp3.
6
Struktur Serupa
· Ester R-C(=O)-O-R
· Asetal R-CH(-O-R)-O-R
· Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
· Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R
Umumnya eter dibuat dari dehidrasi alkohol. Dietil eter dapat dibuat melalui
pemanasan etanol dengan asam sulfat pekat pada suhu sekitar 140°C hingga reaksi
dehidrasi sempurna.
Bila uap etanol dan alkohol-alkohol primer suhu rendah yang lain dilewatkan di
atas suatu alumina pada suhu 250-260° C maka akan terjadi dehidrasi pada alkohol
tersebut dan menghasilkan eter.
Di laboratorium dan industri, yang lazim digunakan sebagai penarik air adalah
H2SO4. Dalam cara ini, rangkaian reaksinya adalah sebagai berikut:
7
Asam sulfat yang diperoleh dalam langkah (2) dapat bereaksi kembali dengan
etanol seperti yang dituliskan dalam langkah (1). Oleh karena itu cara pembuatan eter
seperti ini dinamakan "proses eterifikasi kontinyu". Secara teoritik, dapat diduga bahwa
dengan sekali penambahan asam sulfat dapat digunakan untuk membuat eter dengan
jumlah alkohol yang tidak terbatas. Dalam kenyataannya, setelah jangka waktu tertentu,
asam sulfatnya harus diperbarui karena ada sebagian yang tereduksi menjadi asam
sulfit.
Dalam pembuatan eter dengan cara ini diperlukan suhu yang relatif rendah
karena dalam keadaan panas etil hidrogensulfat (C2H5OSO3H) dapat terdekomposisi
menjadi etilena dan asam sulfat. Suhu yang diperlukan adalah 120-140° C, dengan
katalis Al2(SO4)3. Bila reaksi berlangsung pada suhu ≥145° C, memberikan hasil
etilena.
Perlu diketahui bahwa pembuatan eter dengan menggunakan asam sulfat ini
hanya memberikan hasil sebaik-baiknya untuk eter suku rendah dengan rantai linier.
Bila diterapkan untuk membuat eter suku tinggi dan bercabang, ternyata lebih banyak
menghasilkan etena.
Eter dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkil halida (haloalkana) dengan
suatu alkoksida. Alkoksida dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkohol primer
dengan suatu basa seperti NaOH. Contoh:
Alkil halida jika direaksikan dengan perak iodida akan menghasilkan eter dan
garam perak halida. Contoh:
8
Eter mempunyai struktur rantai C-O-C yang mempunyai sudut ikatan sebesar
104,5º dan jarak antara atom C dengan O adalah sekitar 140 pm. Halangan rotasi untuk
ikatan C-O sangat kecil. Ikatan oksigen dalam eter, alkohol dan air sangatlah mirip.
Pada teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen adalah sp3.
Kondensasi Ullmann
Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri
trifluoroasetat (Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis.
Pembuatan epoksida
9
2.3 Reaksi Pada Eter
Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih
reaktif daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai berikut.[
1. Pembelahan eter
2. Pembentukan peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan oksigen
(ataupun udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida
yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena ini, diisopropil eter
dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.
10
2.4 Jenis-Jenis/Macam-Macam Eter.
Eter dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu eter simetris dan eter asimetris.
Kalau dalam rumus umum eter R = R', maka eter tersebut dinamakan eter sederhana
atau eter simetrik. Tetapi bila R ≠ R', dinamakan eter campuran atau eter asimetrik. Di
samping yang mempunyai gugus alkil (R) terdapat pula eter yang mengandung gugus
aril (Ar) yang rumus umumnya dinyatakan dengan Ar-O-Ar' atau Ar-O-'R.
Di antara eter dan Alkohol terdapat isomeri gugus fungsi dalam arti keduanya
mempunyai rumus molekul yang sama tetapi gugus fungsinya berbeda. Contoh untuk
isomeri fungsi di antara eter dan alkohol ini adalah CH3-O-CH3 dan CH3CH2OH.
Perbedaan gugus fungsi tersebut mengakibatkan adanya perbedaan sifat-sifat fisika dan
kimia pada eter dan alkohol.
Reaksi terhadap Eter, Eter merupakan suatu senyawa organik yang tidak terlalu
reaktif. Dengan kata lain, eter hanya dapat mengalami reaksi khusus. Reaksi terhadap
eter adalah:
· Dengan HI Dingin
Dengan asam iodida dingin, eter menghasilkan alkohol dan alkil iodida.
Contoh: C2H5-O-C2H5 + HI → C2H5OH + C2H5I
· Dengan H2SO4 Dingin
Dengan asam sulfat pekat dingin, eter dapat larut. Pemanasan larutan eter dalam
asam sulfat pekat mengakibatkan terbentuknya alkohol dan alkil hidrogensulfat.
Contoh: C2H5-O-C2H5 + H2SO4 → C2H5OH + C2H5HSO4
11
Reaksi Hidrolisis Eter
Bila eter dididihkan dalam air yang mengandung asam (umumnya H2SO4)
terjadilah hidrolisis yang memberikan hasil alkohol. Contoh:
Halogen (klor atau brom) dapat mensubstitusi atom H yang terikat pada atom C
alfa (atom C yang berikatan dengan atom O) dalam suatu eter.
12
2.5 Tata Nama Eter
Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penamaan alkil eter
(Cara Trivial) dan Menurut sistem IUPAC, gugus –OR disebut gugus alkoksi sehingga
penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi (alkoksialkana)
diikuti oleh nama rantai utamanya.
Nama kedua gugus alkil disebut lebih dahulu (diurutkan berdasarkan abjad),
kemudian di tambahkan eter. Jika kedua gugus alkil sama, diawalan di. Tata nama
trivial untuk senyawa eter sangat sederhana dengan menyebutkan nama-nama gugus
yang terikat pada atom oksigen dan kemudian ditambahkan kata eter. Contohnya adalah
CH3-O-CH2CH3 diberi nama etil metil eter, sedangkan CH3CH2-O-CH2CH3 diberi
nama dietil eter.
Penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi diikuti oleh
nama rantai utamanya. Gugus alkoksi dianggap sebagai cabang yang terikat pada rantai
induk. Menurut tata nama IUPAC, eter diberi nama sebagai alkoksialkana, dalam arti
bahwa eter dipandang sebagai turunan alkoksi suatu alkana. Contohnya adalah
metoksimetana, metoksietana, dan 2-metoksipentana yang rumus strukturnya berurutan
adalah sebagai berikut:
Bila senyawa yang menurunkannya adalah alkena, maka nama yang diberikan
adalah alkoksialkena. Sebagai contoh adalah 1-metoksipropena yang mempunyai rumus
CH3OCH=CHCH3.
13
Eter yang memngandung gugus aril dinamakan Alkoksiarena. Sebagai contoh
adalah Metoksibenzena yang rumus strukturnya sebagai berikut:
Nama IUPAC
Rumus Struktur Eter Nama Trivial
(alkoksialkana)
14
2.6 Sifat-Sifat Eter
Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter
berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan senyawa alkohol,
titik didih dan titik leleh eter lebih keci. Ini terjadi karena antar molekul eter tidak
membentuk ikatan hidrogen. Eter juga cenderung bersifat nono polar, sehingga
kelarutannya dalam air sangat kecil. Selain itu eter bersifat mudah terbakar.
Dibandingkan terhadap alkohol, eter jauh kurang reaktif kecuali dalam hal
pembakaran.Eter jauh lebih mantap (lebih kurang reaktif) dibandingkan alkohol. Eter
tidak bereaksi dengan logam natrium. Sifat ini dapat digunakan untuk membedakan
alkohol dengan eter.
A. Sifat-sifat fisika
1. Eter adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap dengan bau yang khas.
2. Eter tidak larut air, akan tetapi larut dalam pelarut nonpolar.
3. Eter mudah terbakar dengan nyala bening yang jernih karena uap eter membentuk
campuran yang eksplosif dengan udara.
4. Eter dapat melarutkan lemak, minyak, resin, alkaloid, brom, dan iod.
Momen
Titik Titidk Kelarutan dalam 1 L
Eter Struktur dipol
lebur (°C) didih (°C) H2O
(D)
CH3CH2-O-
Dietil eter -116,3 34,4 69 g 1,14
CH2CH3
15
B. Sifat-sifat kimia
1. Eter sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol C-O
tidak dapat meniadakan satu sama lainnya.
2. Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun amida.
3. Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
4. Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih reaktif
daripada alkana
5. -Mudah terbakar
·-Pada umumnya bersifat racun
·-Bersifat anastetik (membius)
Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
1) Isomer Struktur
Isomer struktur ialah senyawa yang memiliki rumus molekul sama, namun
rumus strukturnya berbeda. Contohnya dietil eter memiliki isomer struktur dengan
metil propil eter dan metil isopropil eter.
2) Isomer Fungsional
Alkohol dan eter keduanya memiliki rumus umum yang sama, Akan tetapi,
keduanya memiliki jenis gugus fungsional yang berbeda. Dua senyawa yang memiliki
rumus umum molekul sama namun gugus fungsionalnya berbeda disebut memiliki
keisomeran fungsional. Eter berisomer fungsional dengan alkohol.
16
Penggunaan senyawa eter dalam kehidupan adalah:
1. Di bidang medis, banyak sekali eter yang digunakan untuk anestesi (bius). Senyawa
dietil eter biasa digunakan sebagai zat anestetik (pemati rasa atau obat bius) yang
diberikan melalaui pernafasan namun penggunaan dietil eter dapat menyebabkan
iritasi saluran pernafasan dan merangsang sekresi lendir.
2. Bi bidang otomotif, eter digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak mau
menyala. Bahkan eter juga digunakan sebagai tambahan bahan bakar sehingga laju
mesin lebih kencang.
3. Di laboratorium, eter merupakan pelarut yang banyak digunakan.
4. Eter juga digunakan sebagai pelarut non polar untuk melarutkan senyawa non polar
pula, seperti lemak, lilin dan minyak. Eter dapat menyebabkan mual dan muntah
selama waktu pemulihan. Karena dampak negatif ini, eter sudah jarang dipakai di
negara-negara maju.
Dampak penggunaan senyawa eter
BAB III
17
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Alex Kimia. 2013. Pengertian dan Manfaat ETER. (online). Pengertian dan Manfaat
ETER _ Chemistry by Alex P.I.P.htm. Akses tanggal 22 juni 2015.
2. Ilmu Kimia. 2012. Golongan Eter. (online). Golongan Eter_Ilmu Kimia.htm. Akses
tanggal 22 juni 2015.
3. Ilmu Kimia. 2013. Pembutan Eter.
(online). http://www.ilmukimia.org/2013/03/pembuatan-eter.html. Akses tanggal
22 juni 2015.
4. Ilmu Kimia. 2012. Reaksi Terhadap Eter. (online). Reaksi Terhadap Eter _ Ilmu
Kimia.htm. Akses tanggal 22 juni 2015.
5. Ilmu Kimia. 2012. Tata Nama Eter. (online). Tata Nama Eter_Ilmu Kimia.htm. Akses
tanggal 22 juni 2015.
6. Suhartinichemist. 2012. KIMIA ALKOHOL dan ETER. (online).
KIMIA ALKOHOL dan ETER.htm. Akses tanggal 22 juni 2015
7. Fessenden , Fessenden . KIMIA ORGANIK edisi 3 jilid 1 . Penerbit Erlangga . 1986.
8. https://id.wikipedia.oig/wiki/Eter (diakses pada tanggal 22 juni 2015)
19