ANAMNESA
Data yang diperlukan dalam menilai status hidrasi adalah:
1. Asupan cairan dan makanan (oral dan parenteral), haluaran cairan
2. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; apakah
anak rewel, letargis
3. Proses penyakit yg mennyebabkan ganggguan homeostasis cairan dan
eletrolit; diare, DBD, Nefrotik syndrom
4. Pengobatan tertentu yg mempengaruhi status cairan; diuretik
5. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial)
6. Faktor psikologis (perilaku emosional)
eha ummi dijah
PENGUKURAN KLINIS
1. BB; peningkatan atau penurunan berat badan sebanyak 1 Kg setara dengan
kehilangan cairan sebanyak 1 liter
2. Tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah serta tingkat
kesadaran)
3. Asupan cairan; enteral (oral dan NGT) maupun parenteral ( intra vena line),
kaji manifestasi klinis pemberian cairan IV hipertonik dan hipotonik.
4. Haluaran cairan; urin (kepekatan), feses, drainase dan IWL.
5. Status hidrasi meliputi edema, rasa haus yang berlebihan, kekeringan pada
membran mukosa
6. Proses penyakit. (diabetes, kanker, luka bakar, hematemesis)
7. Riwayat pengobatan; obat-obat yang dapat mempengaruhi keseimbangan
cairan (diiuretik, steroid, dialisis)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan tetap dilakukan Head to toe, pemeriksaan fokus status hidrasi adalah
sebagai berikut.
1. Integumen; turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani, dan sensasi rasa, bayi
perhatikan fontanel
2. Kardiovaskuler, distensi vena jugularis, TD, bunyi jantung,
3. Mata; cekung, air mata kering
4. Neurologi; refleks, ganguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran
5. Gastrointestinal; mukosa mulut, mulut, lidah, bising usus
MENGKAJI INTEGUMEN
Turgor: Pada bayi angkat kulit pada abdomen bila lama kembali lebih dari 3 detik
maka turgor jelek. Untuk anak yang lebih besar bisa dilakukan di punggung
tangan.
Edema: kaji edema di sekitar mata (periorbital), tungkai kaki, pada mata kaki dan
punggung kaki, tangan ataupun seluruh tubuh.
Fontanel anterior pada bayi cekung menunjukkan dehidrasi, cembung
menunjukkan over volume atau peningkatan TIK.
Kelemahan otot; bila anak sudah mengerti komunikasi dan kooperatif lakukan
pemeriksaan kekuatan otot. Untuk anak yang belum dapat berkomunikasi
Perhatikan mobilisasi dan rangsang anak bergerak misal dengan menyuruh
anak mengambil mainan.
Tetani: perhatikan dan raba pada otot anak adakah kekakuan. Distensi pada
abdomen bisa menunjukkan tanda kekurangan kalium misal pada diare.
Sensasi rasa; cubit kecil anak pada punggung tangan tanyakan apakah anak dapat
merasakannya
eha ummi dijah
2. Hastuti, R. P., (2009). Pemeriksaan Fisik pada bayi dan Anak. TIM. Jakarta
3. Kozier, B. 2002, Fundamentals Of Nursing. Jakarta: EGC
4. Hidayat, Alimul Aziz, Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC, 2004.
5. Perry, Anne Griffin, Keterampilan dan Prosedur Dasar, Jakarta: EGC, 2005.
Kusyanti, Eni, Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar,
Jakarta: EGC, 2006.
http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/kurva-pertumbuhan-
who
eha ummi dijah
Indikasi Dilakukan pada klien yang mengalami gangguan sistem pencernaan terutama
pada klien intake cairan dan nutrisi, dehidrasi, shock, intoksikasi berat,pra dan
pasca bedah, sebelum trasfusi darah dan klien yang tidak bisa /tidak boleh makan
lewat mulut.
Kontra indikasi -
Pengkajian Kaji keadaan umum pasien (sepertih :kondisi turgor kulit,intake nutrisi dan
eliminasi).
Tanggal terbit:
Agustus 2021 (Ns. Yusran Hasymi, M.Kep, Sp.KMB )
Pengertian Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi kebutuhan eliminasi
urine.
Indikasi 1. Pasien dengan gangguan eliminasi urine.
2. Pasien dengan pemantauan output.
3. Pasien post op.
Tujuan Memenuhi kebutuhan urin eliminasi.
Persiapan pasien 1. Perkenalkan diri anda pada klien, termasuk nama, jabatan atau peran,
dan perawat
anda
2. Pastikan identitas klien
3. Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan
4. Siapkan peralatan
5. Atur posisi yang nyaman dorsal recumbent
Persiapan Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman.
Lingkungan
Memasang sketsel/sampiran.
Persiapan alat 1. Baki.
2. Kateter steril, ukuran disesuaikan dengan pasien.
3. Kantong penampung urine (Urine Bag).
4. Kapas sublimat/kapas savlon steril dalam tempatnya.
5. Kassa.
6. Korentang.
7. Cairan pelumas/jelly.
8. Perlak dan alasnya.
9. Bengkok 2 buah (untuk kapas kotor dan penampung urine.
10. Pinset anatomi atau sarung tangan steril.
11. Duk steril.
12. Spuit 20 cc dan aquades.
13. Sketsel.
14. Selimut ekstra.
15. Plester atau gunting.
Prosedur 1. Pasang ekstra selimut.
2. Perlak dan alasnya dipasang di bawah bokong dan lepas pakaian .
3. Meletakkan dua bengkok diantara kedua tungkai.
4. Mencuci tangan.
5. Pakai sarung tangan.
6. Memasang duk steril.
1. Membuka labia minora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, dan
tangan kanan memengang kapas sublimat.
2. Membersihkan vulva dengan kapas savlon/sublimat dari labia
mayora dari atas kebawah 1 kali usap, kapas kotor diletakkan
dibengkok, kemudian labia minora, dan perineum sampai bersih (sesuai
kebutuhan) .
3. Dengan memakai sarung tangan atau dengan pinset anatomis
mengambil kateter dan
diberi pelumas pada ujungnya 2.5-5 cm.
4. Perawat membuka labia minora dengan tangan kiri.
5. Memasukkan kateter ke dalam orificium uretra perlahan-lahan (5-7.5
cm dewasa) dan menganjurkan pasien untuk menarik nafas panjang.
6. Urine yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol steril dan
masukan lagi (2.5-5
cm).
7. Bila kateter dipasang tetap/permanen maka, isi balon 5-15 cc (kateter
dikunci memakai spuit dan aquades steril).
8. Tarik sedikit kateter untuk memeriksa bolan sudah terfiksasi dengan
baik.
9. Menyambung kateter dengan urobag/urine bag.
10. Fiksasi kateter di paha dengan plester bila untuk aktifitas.
11. Pasien dirapikan dengan angkat pengalas dan selimut.
12. Rapikan dan alat-alat dibereskan.
13. Lepas sarung tangan.
14. Mencuci tangan.
15. Buka sampiran.