Anda di halaman 1dari 12

eha ummi dijah

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK DENGAN


GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT DAN
PEMERIKSAAN FISIK STATUS HIDRASI

No Dokumen : No Revisi: Halaman :


……………………. ………………….. ………………….
Prosedur tetap Keperawatan Anak Ditetapkan
Prodi Kaprodi
Keperawatan
FMIPA
Tanggal terbit:
September 2021 (Ns. Yusran Hasymi, S.Kep, Sp.KMB)
Pengertian suatu tahap dalam proses keperawatan yaitu pengkajian berupa pengumpulan data
baik data subjektif maupun obkjektif.
Tujuan Menilai status hidrasi anak sehingga data dapat digunakan dalam memenuhi
kebutuhan cairan dan eletrolit anak
Persiapan pasien 1. Cek kebutuhanpasien
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.
3. Mengatur lingkungan aman dan nyaman.
4. Memperhatikan privacy.
Persiapan alat Alat dan bahan:
1. Pantum anak dan bayi
2. Timbangan BB, untuk bayi alasi dengan kain tipis, pastikan mulai dari
angka 0
3. Stetoskop
4. Tensimeter/spighnomanometer
5. Thermometer
6. Arloji/stopwatch
7. Handschoon bersih ( jika perlu)
8. Tissue
9. 2 buah mistar
10. Buku catatan perawat
Prosedur Cuci tangan terlebih dahulu, posisi perawat disebelah kanan bed pasien

ANAMNESA
Data yang diperlukan dalam menilai status hidrasi adalah:
1. Asupan cairan dan makanan (oral dan parenteral), haluaran cairan
2. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; apakah
anak rewel, letargis
3. Proses penyakit yg mennyebabkan ganggguan homeostasis cairan dan
eletrolit; diare, DBD, Nefrotik syndrom
4. Pengobatan tertentu yg mempengaruhi status cairan; diuretik
5. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial)
6. Faktor psikologis (perilaku emosional)
eha ummi dijah

Gejala umum gangguan elektrolit meliputi:


a. Detak jantung tidak teratur;
b. Lelah dan lesu;
c. Kejang;
d. Mual dan muntah;
e. Diare atau sembelit;
f. Kram perut;
g. Kram otot atau mengalami kelemahan otot;
h. Kebingungan;
i. Sakit kepala;
j. Mati rasa dan kesemutan.

PENGUKURAN KLINIS
1. BB; peningkatan atau penurunan berat badan sebanyak 1 Kg setara dengan
kehilangan cairan sebanyak 1 liter
2. Tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah serta tingkat
kesadaran)
3. Asupan cairan; enteral (oral dan NGT) maupun parenteral ( intra vena line),
kaji manifestasi klinis pemberian cairan IV hipertonik dan hipotonik.
4. Haluaran cairan; urin (kepekatan), feses, drainase dan IWL.
5. Status hidrasi meliputi edema, rasa haus yang berlebihan, kekeringan pada
membran mukosa
6. Proses penyakit. (diabetes, kanker, luka bakar, hematemesis)
7. Riwayat pengobatan; obat-obat yang dapat mempengaruhi keseimbangan
cairan (diiuretik, steroid, dialisis)

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan tetap dilakukan Head to toe, pemeriksaan fokus status hidrasi adalah
sebagai berikut.
1. Integumen; turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani, dan sensasi rasa, bayi
perhatikan fontanel
2. Kardiovaskuler, distensi vena jugularis, TD, bunyi jantung,
3. Mata; cekung, air mata kering
4. Neurologi; refleks, ganguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran
5. Gastrointestinal; mukosa mulut, mulut, lidah, bising usus

MENGKAJI INTEGUMEN
Turgor: Pada bayi angkat kulit pada abdomen bila lama kembali lebih dari 3 detik
maka turgor jelek. Untuk anak yang lebih besar bisa dilakukan di punggung
tangan.
Edema: kaji edema di sekitar mata (periorbital), tungkai kaki, pada mata kaki dan
punggung kaki, tangan ataupun seluruh tubuh.
Fontanel anterior pada bayi cekung menunjukkan dehidrasi, cembung
menunjukkan over volume atau peningkatan TIK.
Kelemahan otot; bila anak sudah mengerti komunikasi dan kooperatif lakukan
pemeriksaan kekuatan otot. Untuk anak yang belum dapat berkomunikasi
Perhatikan mobilisasi dan rangsang anak bergerak misal dengan menyuruh
anak mengambil mainan.
Tetani: perhatikan dan raba pada otot anak adakah kekakuan. Distensi pada
abdomen bisa menunjukkan tanda kekurangan kalium misal pada diare.
Sensasi rasa; cubit kecil anak pada punggung tangan tanyakan apakah anak dapat
merasakannya
eha ummi dijah

MENGKAJI STATUS HIDRASI PADA SISTEM KARDIOVASKULER


Distensi vena jugularis
1. Atur posisi tempat tidur/bed pasien pada posisi semifowler (antara 30-45
derajat).
2. Anjurkan pasien untuk menengok ke kiri.
3. Identifikasi vena jugularis.
4. Tentukan undulasi pada vena jugularis (titik teratas pada pulsasi vena
jugularis). Caranya adalah bendung vena dengan cara mengurut vena
kebawah lalu dilepas.
5. Tentukan titik angel of Louis pada sternum. Titik tersebut letaknya dekat
dengan angulus Ludovici.
6. Dengan mistar pertama proyeksikan titik tertinggi pulsasi vena secara
horizontal ke dada sampai titik manubrium sterni.
7. Kemudian mistar kedua letakkan vertikal dari angel of Louis pada sternum.
8. Lihatlah hasil pengukuran dengan melihat hasil angka pada mistar vertikal
(pertemuan antara mistar horizontal dan vertical). Hasil pembacaan
ditambahkan dengan angka 5 cm, karena diasumsikan jarak antara angel of
Louis dengan atrium kanan adalah sekitar 5 cm.
9. Nilai normal dari pengukuran JVP adalah kurang dari 8 cmH2O.
Pengukuran tekanan darah dan mendengarkan suara jantung.

MENGHITUNG BALANCE CAIRAN


1. Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien terdiri dari air
minum, air dalam mkanan, air hasil oksidasi (metabolisme), cairan
intravena.
2. Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri dari urin,
keringat, feses, muntah dan insensible water loss (IWL)
3. Memnentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus: Intake dan
Output
4. dokumentasi
Sumber rujukan 1. Dewi, NLK dkk (2018). Modul Praktika Keperawatan Anak.AIPViKI, Jakarta
eha ummi dijah

2. Hastuti, R. P., (2009). Pemeriksaan Fisik pada bayi dan Anak. TIM. Jakarta
3. Kozier, B. 2002, Fundamentals Of Nursing. Jakarta: EGC
4. Hidayat, Alimul Aziz, Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC, 2004.
5. Perry, Anne Griffin, Keterampilan dan Prosedur Dasar, Jakarta: EGC, 2005.
Kusyanti, Eni, Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar,
Jakarta: EGC, 2006.
http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/kurva-pertumbuhan-
who
eha ummi dijah

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK BNO IVP, USG


GINJAL

No Dokumen : No Revisi: Halaman :


……………………. ………………….. ………………….
Prosedur tetap Keperawatan Anak Ditetapkan
Prodi Kaprodi
Keperawatan
FMIPA
Tanggal terbit:
September 2021 (Ns. Yusran Hasymi, S.Kep, Sp.KMB)
Pengertian BNO IVP:(Blass Nier Overzich, Intra Venous Pyelography ) : merupakan salah
satu pemeriksaan radiografi pada sistem urinaria (dari ginjal hingga kandung
kemih) dengan menyuntikkan zat kontras melalui pembuluh darah vena.
USG Ginjal: prosedur pengambilan gambar non-invasif yang menentukan dan
menilai kondisi ginjal dan organ yang terkait seperti kandung kemih dan
ureter, yang juga dikenal sebagai sonografi ginjal.
Tujuan Mendapatkan data penunjang terkait kondisi saluran perkemihan
Indikasi • Batu
• Kelainan bawaan
• Tumor
• Duplikasi ureter & renal pelvis :bentuk ureter yg bercabang dan termasuk
kelainan bawaan
• Ektopik kidney : bentuk ginjal tidak normal dalam perkembangannya ke arah
abomen (atas) spt tertahan pada daerah pelvis
• Ginjal berbentuk spt ladam kuda
• Pergerakan ginjal yg abnormal ( mal rotation) : dari medial ke ant/ post
• Cystitis
• Glomerulo nephritis
• Hidronephrosisi : distensi dari renal pelvis dan sisten kalises dari ginjal yg
disebabkan oleh obstruksi renal pelvis atau ureter
• Hipertensi ginjal : meningkatnya tekanan darah pada ginjal melalui renal arteri
• Obstruksi ginjal : obstruksi pada ginjal yg disebabkan oleh batu, trombosis dan
trauma

Kontra Indikasi BNO IVP


• Alergi terhadap bahan kontras
• Tidak adanya eksresi dari urine
• Bisa terjadi gagal jantung
• Gangguan pada hepar
• Diabetes
• Perforasi ureter
• Gagal ginjal akut/ kronis
• Hematuri
eha ummi dijah

Persiapan pasien 1. Cek kebutuhan pasien


2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.
3. Mengatur lingkungan aman dan nyaman.
4. Memperhatikan privacy.
Persiapan alat Alat dan bahan:
1. Dulcolax tablet 4 butir
2. Dulcolax suppositoria 1 butir
3.
Prosedur BNO IVP
1. Sehari atau 2 hari sebelum pelaksanaan pasien dilarang merokok
2. Sehari sebelum pemeriksaan atau mulai Pkl 14.00 pasien hanya makan
makanan lunak tidak berserat ( Bubur kecap ataupun Bubur kaldu ). Hal ini
bertujuan agar makanan mudah dicerna dan tidak menyebabkan feses keras.
3. Pkl. 20.00 pasien minum dulcolax tablet 2 butir
4. Pkl. 22.00 sebelum tidur, pasien kembali minum dulcolax sebanyak 2 butir.
5. Pkl. 05.00 pagi masukkan 1 butir Dulcolax suposutoria melalui dubur atau
anus
6. Selama persiapan dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan ( Puasa ),
tidak banyak berbicara, dan tidak merokok sampai dengan pasien datang ke
instalasi radiologi sesuai waktu yang dijanjikan dan pemeriksaan selesai
dilakukan.
7. Selama persiapan pasien hanya diperbolehkan minum sebanyak 3x agar
terhindar dari dehidrasi
USG GINJAL
Tidak membutuhkan persiapan khusus.
Bantu pasien naik ke tempat tidur pasien, membebaskan pakaian di area
pemeriksaan ( abdomen)
Sumber rujukan 1. Dewi, NLK dkk (2018). Modul Praktika Keperawatan Anak.AIPViKI, Jakarta
2. Hastuti, R. P., (2009). Pemeriksaan Fisik pada bayi dan Anak. TIM. Jakarta
3. Kozier, B. 2002, Fundamentals Of Nursing. Jakarta: EGC
4. Hidayat, Alimul Aziz, Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC, 2004.
5. Perry, Anne Griffin, Keterampilan dan Prosedur Dasar, Jakarta: EGC, 2005.
Kusyanti, Eni, Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar,
Jakarta: EGC, 2006.
http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/kurva-pertumbuhan-
who
eha ummi dijah

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

MELAKUKAN PEMASANGAN INFUS

Prosedur tetap Dosen Ditetapkan


Prodi Ketua Prodi
Keperawatan
FMIPA
Tim Keperawatan Dasar / (Ns. Yusran Hasymi, M. Kep, Sp.KMB)
keperawatan anak
Pengertian Memasukkan cairan (obat dan nutrisi) dalam jumlah yang banyak dan waktu
yang lama kedalam pembuluh darah vena dengan menggunakan perangkat infus
(infus set).

Indikasi Dilakukan pada klien yang mengalami gangguan sistem pencernaan terutama
pada klien intake cairan dan nutrisi, dehidrasi, shock, intoksikasi berat,pra dan
pasca bedah, sebelum trasfusi darah dan klien yang tidak bisa /tidak boleh makan
lewat mulut.

Kontra indikasi -

Tujuan Untuk memenuhi kebutuhan cairan ,elektrolit,nutrisi akibat gangguan fungsi


pencernaan dan sebagai pengobatan.

Pengkajian Kaji keadaan umum pasien (sepertih :kondisi turgor kulit,intake nutrisi dan
eliminasi).

Persiapan pasien 1. Cek kebutuhan pasien


2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
Persiapan alat 1. Infus set steril.
2. Cairan infus yang dibutuhkan
3. Bidai dan balutan bila perlu
4. Tiang infus
5. Arloji yang ada sekonnya
6. Plester dan gunting verban
7. Buku catatan dan pena
8. Nier bekken/bengkok
9. Bak instrumen 1 buah berisi kapas dan kasa steril di dalam tempatnya.
10. Obat anti shock (adrenalin dan anti histamin lengkap dengan spuitnya).
11. Betadin dan alkohol 70%
12. Alas dan perlak
13. Tourniquit
14. Albocat no 22, 24
Prosedur 1. Informconsent/persetujuan (memperkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga
pasien.
2. Alat didekatkan ke pasien
3. Persiapan lingkungan, pasang sampiran bila perlu
eha ummi dijah

4. Perawat Cuci tangan


5. Posisikan pasien nyaman. Biasanya tidur terlentang.
6. Pilih daerah yang akan ditusuk. Sebaiknya pada ekstremitas yang sehat
(tidak hemiparise, tidak hemiplegi, tidak pada sisi mastektomi, tidak ada
cimino). Dahulukan daerah distal agar bila terjadi kegagalan penusukan
ulang dapat di proksimal.
7. Membuka pakaian pada daerah yang akan di pasang infus
8. Sediakan obat-obat anti histamin, lengkap dengan spuitnya
9. Sambungkan selang infus dengan cairan. Tutup jarum infus dengan
penutupnya, lalu digantungkan pada tiang infus,alirkan terlebi dahulu
untuk membuang udara dan mengecek kepatenan selang infus
10. Anggota badan yang akan di infus distwing dengan tourniquet atau karet
sehingga vena terlihat
11. Pasang sarung tangan steril
12. Menghapus hamakan kulit dengan alkohol 70%
13. Menusukkan jarum infus ke dalam vena dengan lobang menghadap ke
atas.
14. Bila darah mengalir ke dalam pipa infus,menandakan jarum telah masuk
ke dalam vena,stwing dilepaskan sambungakan dengan ujung cairan
infus yang sudah tergantung .pengatur tetesan infus di linggarkan untuk
melihat kelancaran cairan mengalir.
15. Mengitung tetesan cairan sesuai dengan instruksi
16. Meletakkan pangkal jarum dengan plester pada kilit.
17. Awasi reaksi sepertih menggigil, sesak nafas, suhu tinggi, nyeri dll.
18. Bila terjadi seperti hal tersebut, saluran di stop dan laporkan ke
pengawasan/dokter jaga.
19. Memasang bidai bila diperlukan.
20. Merapikan alat dan klien
21. Lepaskan sarung tangan
22. Cuci tangan
23. Dokumentasi
Yang harus 1. Nama pasien/klien.
dicatat 2. Tanggal dan jam pemberian.
3. Macam dan jumlah cairan yang diberikan.
4. Jumlah tetesan permenit
5. Tanggal dan jam berakhirnya pemberian infus
6. Nama perawat yang memberikan prast
7. Nama dokter yang memberikan instruksi
Yang harus 1. Sterilisasi tetep dipertahankan
diperhatikan 2. Mengawasi reaksi pasien selama 15 menit pertama setelah pemasangan
infus dengan mencatat nadi,suhu,pernafasan,warna kulit gatal-
gatal,menggigil,sakit pinggang mual atau muntah.
3. Mengawasi kelancaran tetesan sesuai dengan jumlah per menit
4. Bila pasien menggigil ,infus dihentikan. Laporkan kepada petugas yang
bertanggung jawab/dokter. Sambil menunggu instruksi lainya.
5. Cairan dalam botol infus yang menggunakan pipa udara, waktu
habis/memindahkan ke botol berikutnya, pipa udara ditusukkan lebih
dahulu.
Waspada bahaya 1. Emboli udara.
yang mungkin 2. Infeksi
timbul sewaktu- 3. Oedema paru-paru
4. Trauma vena yang mengakibatkan haematoom
waktu
eha ummi dijah

Sumber rujukan 1. La.Rocca.J & Otto.S.E.2003.Terapi intavena.Jakarta:EGC


2. RSCM,2000.Kumpulan SOP dalam tindakan Keperawatan.Jakarta
eha ummi dijah

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Universitas PEMASANGAN KATETER URIN


Bengkulu No Dokumen : No Revisi: Halaman :
Prodi D3 ……………………. ………………….. ………………….
Keperawatan
Keterampilan Keperawatan Ditetapkan
Kaprodi Keperawatan

Tanggal terbit:
Agustus 2021 (Ns. Yusran Hasymi, M.Kep, Sp.KMB )
Pengertian Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi kebutuhan eliminasi
urine.
Indikasi 1. Pasien dengan gangguan eliminasi urine.
2. Pasien dengan pemantauan output.
3. Pasien post op.
Tujuan Memenuhi kebutuhan urin eliminasi.
Persiapan pasien 1. Perkenalkan diri anda pada klien, termasuk nama, jabatan atau peran,
dan perawat
anda
2. Pastikan identitas klien
3. Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan
4. Siapkan peralatan
5. Atur posisi yang nyaman dorsal recumbent
Persiapan Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman.
Lingkungan
Memasang sketsel/sampiran.
Persiapan alat 1. Baki.
2. Kateter steril, ukuran disesuaikan dengan pasien.
3. Kantong penampung urine (Urine Bag).
4. Kapas sublimat/kapas savlon steril dalam tempatnya.
5. Kassa.
6. Korentang.
7. Cairan pelumas/jelly.
8. Perlak dan alasnya.
9. Bengkok 2 buah (untuk kapas kotor dan penampung urine.
10. Pinset anatomi atau sarung tangan steril.
11. Duk steril.
12. Spuit 20 cc dan aquades.
13. Sketsel.
14. Selimut ekstra.
15. Plester atau gunting.
Prosedur 1. Pasang ekstra selimut.
2. Perlak dan alasnya dipasang di bawah bokong dan lepas pakaian .
3. Meletakkan dua bengkok diantara kedua tungkai.
4. Mencuci tangan.
5. Pakai sarung tangan.
6. Memasang duk steril.

Pada Pasien Perempuan


eha ummi dijah

1. Membuka labia minora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, dan
tangan kanan memengang kapas sublimat.
2. Membersihkan vulva dengan kapas savlon/sublimat dari labia
mayora dari atas kebawah 1 kali usap, kapas kotor diletakkan
dibengkok, kemudian labia minora, dan perineum sampai bersih (sesuai
kebutuhan) .
3. Dengan memakai sarung tangan atau dengan pinset anatomis
mengambil kateter dan
diberi pelumas pada ujungnya 2.5-5 cm.
4. Perawat membuka labia minora dengan tangan kiri.
5. Memasukkan kateter ke dalam orificium uretra perlahan-lahan (5-7.5
cm dewasa) dan menganjurkan pasien untuk menarik nafas panjang.
6. Urine yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol steril dan
masukan lagi (2.5-5
cm).
7. Bila kateter dipasang tetap/permanen maka, isi balon 5-15 cc (kateter
dikunci memakai spuit dan aquades steril).
8. Tarik sedikit kateter untuk memeriksa bolan sudah terfiksasi dengan
baik.
9. Menyambung kateter dengan urobag/urine bag.
10. Fiksasi kateter di paha dengan plester bila untuk aktifitas.
11. Pasien dirapikan dengan angkat pengalas dan selimut.
12. Rapikan dan alat-alat dibereskan.
13. Lepas sarung tangan.
14. Mencuci tangan.
15. Buka sampiran.

Pada Pasien Pria


1. Tangan kiri perawat memegang penis atas.
2. Preputium ditarik sedikit ke pangkalnya dan dibersihkan dengan kapas
savlon minimal
3 kali.
3. Oleskan minyak pelicin pada ujung kateter sepanjang 12.5-17.5 cm.
4. Penis agak ditarik supaya lurus, dan kateter dimasukkan perlahan-
lahan (17.5-22 cm
(dewasa) dan menganjurkan pasien untuk nafas panjang.
5. Urine yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol steril lalu
masukkan lagi 5 cm.
6. Bila kateter dipasang tetap/permanen maka kateter dikunci memakai
spuit dan aquades steril (mengisi balon).
7. Menyambung kateter dengan urobag/urine bag.
8. Fiksasi kateter di paha dengan plester bila untuk aktifitas.
9. Pasien dirapikan dengan angkat pengalas dan selimut
10. Rapikan dan alat-alat dibereskan
11. Mencuci tangan
12. Buka sampiran
Sikap Sikap Selama Pelaksanaan:
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah.
2. Menjamin Privacy pasien.
3. Bekerja dengan teliti.
4. Memperhatikan body mechanism.
eha ummi dijah

Evaluasi 1. Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan.


2. Observasi pengeluaran urine (jumlah, warna, dan bau).
Sumber rujukan 1. Kozier, B. 2002, Fundamentals Of Nursing. Jakarta: EGC
2. Hidayat, Alimul Aziz, Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC,
2004.
3. Perry, Anne Griffin, Keterampilan dan Prosedur Dasar, Jakarta: EGC,
2005.
4. Kusyanti, Eni, Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium
Keperawatan Dasar, Jakarta: EGC, 2006.

Anda mungkin juga menyukai