Anda di halaman 1dari 7

PENYUSUNAN TROUBLESHOOTING PADA STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR (SOP) AKTIVITAS KHUSUS DIVISI HR PT. XYZ

Wini Rossa Dewi*, Susatyo Nugroho W.P.


Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak
Industri manufaktur berkontribusi untuk PDB nasional hingga Rp2.097,71 triliun atau 18,1%
sepanjang tahun 2015. Industri otomotif menjadi salah satu pilar penting dalam sektor industri
manufaktur. PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri kendaraan
bermotor, industri komponen kendaraan, pemasaran, dan distribusi kendaraan dengan merk dagang
XYZ dan lainnya. Industri ini tidak pernah lepas dari faktor manusia yang menjalankan perusahaan
secara keseluruhan yang diatur oleh divisi HR (Human Resource). Karyawan dalam perusahaan harus
menjalani aktivitas khusus yang berkaitan dengan sistem informasi yang dimiliki perusahaan dan
dikelola divisi HR. Dalam memberikan layanan tersebut, HR sering mengalami masalah akibat error
pada sistem informasi sebagian besar terjadi akibat dari SOP aktivitas khusus yang tidak berjalan
dengan semestinya. SOP menjadi faktor penting untuk menghindari terjadinya error dalam sistem
informasi perusahaan dan berdampak pada hak yang akan diterima oleh karyawan. Untuk itu, perlu
dianalisis analisis potensi penyimpangan dari masing-masing SOP untuk memberikan alternatif dalam
meminimalisir potensi penyimpangan yang dapat terjadi di perusahaan. Berdasarkan hasil penyusunan
troubleshooting pada SOP aktivitas khusus perusahaan, diperoleh troubleshooting dari potensi
penyimpangan yang muncul terdiri dari 9 potensi pnyimpangan pada SOP lembur dan absensi, 8
potensi pnyimpangan pada SOP tunjangan pengobatan, dan 12 potensi penyimpangan pada SOP
tunjangan perawatan.

Kata kunci: Divisi Human Resource, Standar Operasional Prosedur, Troubleshooting

Abstract
[Title: Making Troubleshooting on Special Activities’ Standard Operating Procedures (SOP) of HR
Division PT. XYZ] Manufacturing industry contributes to national GDP up to Rp2,097.71 trillion or
18.1% throughout 2015. The automotive industry is one of the important pillars in the manufacturing
industry sector. PT. XYZ is a company engaged in the motor vehicle industry, vehicle component
industry, marketing and distribution of vehicles with XYZ trademarks and others. This industry is never
separated from the human factor that runs the company as a whole which is regulated by the HR
(Human Resource) division. Employees in the company must undergo special activities related to
information systems owned by the company and managed by the HR division. In providing these
services, HR often experiences problems due to errors in the information system, mostly due to a special
activity SOP that is not running properly. SOP is an important factor to avoid errors in the company's
information system and affect the rights that will be received by employees. For this reason, it is
necessary to analyze the potential deviations from each SOP to provide alternatives in minimizing
potential irregularities that can occur in the company. Based on the results of the compilation of
troubleshooting on the SOP for company-specific activities, it was obtained troubleshooting of potential
irregularities which consisted of 9 potential deviations in overtime and absentee SOPs, 8 potential
deviations in treatment allowance SOPs, and 12 potential irregularities in SOPs for maintenance
allowances.

Keywords: Human Resource Division, Standard Operating Procedures, Troubleshooting

*Penulis Korespondensi.
E-mail: winirossa@gmail.com
1. Pendahuluan sebagai tindakan pencegahan error pada sistem
Industri manufaktur turut berkontribusi besar informasi perusahaan. Untuk pencegahan error yang
dalam meningkatkan nilai PDB (Produk Domestik dapat terjadi, penyusunan troubleshooting sebagai
Bruto) di Indonesia. Kontribusi industri manufaktur tindakan untuk menemukan penyebab atau
sepanjang 2015 mencapai Rp2.097,71 triliun atau permasalahan sehingga resiko dan kerugian dari
berkontribusi 18,1% terhadap PDB nasional masalah dapat diminimalkan. Troubleshooting perlu
(Kementrian Perindustrian, 2016). PT. XYZ dilakukan untuk menemukan penyebab-penyebab error
merupakan salah satu perusahaan industri manufaktur yang terjadi pada sistem informasi PT. XYZ akan
yang bergerak dalam industri kendaraan bermotor, aktivitas khusus yang dilakukan, sehingga baik pihak
industri komponen kendaraan, pemasaran, dan perusahaan dan karyawan tidak memperoleh kerugian.
distribusi kendaraan dengan merk dagang XYZ dan
lainnya. Industri ini tidak pernah lepas dari faktor 2. Tinjauan Pustaka
manusia yang menjalankan perusahaan secara HRD (Human Resource Department)
keseluruhan, baik proses produksi yang berlangsung di HRD atau Human Resources Department, adalah
lapangan maupun proses yang berlangsung di Head bagian atau departemen dari perusahaan yang tugas
Office, yang diatur oleh divisi HR (Human Resource). utamanya mengelola sumber daya manusia di
HR bertugas untuk mengatur serta mengembangkan perusahaan, mulai dari tugas perencanaan yang sering
disebut perencanaan SDM, rekrutmen sering disebut
sumber daya atau kemampuan seluruh pekerja yang ada
Rekrutmen dan Seleksi, pengembangan sering disebut
dalam suatu perusahaan, termasuk melayani atau
Pelatihan dan Pengembangan, Manajemen Kinerja
memfasilitasi karyawan dalam memenuhi aktivitas sering disebut Performance Management, gaji sering
khusus. disebut Kompensasi dan Benefit dan menumbuhkan
Karyawan dalam perusahaan harus menjalani hubungan kerja yang sering disebut sebagai Hubungan
aktivitas khusus yang berkaitan dengan sistem Industrial.. Selain itu HRD menangani berbagai
informasi yang dimiliki perusahaan. Seperti pada masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh,
pengisian absensi lembur, karyawan yang melakukan manajer dan pekerja lainnya. tugas, tanggung jawab
melakukan pekerjaan diatas jam 17.00 dinilai dan peran hrd dalam perusahaan, antara lain:
melakukan lembur dan harus melapor ke perusahaan a. Perencanaan,
melalui sistem informasi yang disediakan perusahaan. b. Rekruitmen dan seleksi,
Karyawan harus melapor ke perusahaan melalui sistem c. Pelatihan, pengembangan, dan penilaian prestasi,
informasi yang disediakan perusahaan dan divisi HR d. Promosi, pemindahan, dan pemisahan.
SOP (Standard Operating Procedures)
harus melakukan validasi akan lembur tersebut dengan
SOP atau Standard Operating Procedure di
approve klaim yang diajukan. Dalam memberikan artikan sebagai proses non klinis yang dilaksanakan
layanan kepada karyawan pada aktivitas khusus secara rutin, misalnya selalu tersedianya masukan
tersebut, HR sering mengalami masalah akibat pada (input) pelayanan seperti obat-obatan, alat-alat yang
sistem informasi perusahaan, sebagai pusat koordinasi berhubungan dengan pelayanan kesehatan, dan
antara Divisi HR dengan karyawan yang bersangkutan. sebagainya (Bustami, 2011). Suatu pedoman atau
Error pada sistem informasi sebagian besar terjadi acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai
akibat dari SOP aktivitas khusus yang tidak berjalan dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi
dengan semestinya. pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,
SOP atau Standar Operasional Prosedur administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur
merupakan serangkaian panduan yang disusun secara kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
sistematis mengenai proses, tugas, dan peran dari bersangkutan (Atmoko, 2011). SOP disusun dan
disajikan untuk tujuan sebagai berikut (Tambunan,
masing-masing individu atau kelompok yang dilakukan
2013):
sehari-hari dalam suatu organisasi. Dengan adanya
a. Menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan
SOP maka aktivitas yang dilakukan akan
organisasi sesuai dengan kebijakan dan ketentuan
terstandarisasi dan memudahkan dalam transparansi
organisasi secara efektif dan efisien,
serta akuntabilitas di organisasi. SOP menjadi faktor
b. Menjamin keandalan pemprosesan dan produksi
penting untuk menghindari terjadinya error dalam
laporan yang dibutuhkan organisasi,
sistem informasi perusahaan dan berdampak pada hak
c. Menjamin kelancaran proses pengambilan
yang akan diterima oleh karyawan. Untuk itu, perlu
keputusan organisasi secara efektif dan efisien,
dianalisis keberjalanan SOP tersebut dan ditentukan
d. Menjamin terlaksananya aspek kontrol kegiatan
solusinya.
yang dapat mencegah terjadinya penyelewengan
Barrier Analysis adalah proses sistematik yang
maupun penggelapan oleh anggota organisasi
digunakan untuk mengidentifikasi hambatan fisik,
maupun pihak-pihak lain.
administrasi, dan prosedur atau mengontrol tindakan
pencegahan masalah. Barrier dalam hal ini yakni SOP,
Masalah yang terkait dengan SOP pada b. Identifikasi dan Perumusan Masalah
penelitian kali ini adalah (Hartati, 2010): Dari studi ini akan diperoleh masalah-masalah yang
a. Kurangnya sosialisasi pada setiap karyawan, ada pada SOP aktivitas khusus divisi HR, yakni terjadi
b. Prosedur yang ada terlalu rumit, error pada sistem informasi perusahaan yang
c. Dalam mendapatkan resitusi, proses tidak cepat mengkoordinasikan aktivitas khusus yang dilakukan
atau tidak efektif dan efisien dalam oleh karyawan.
penanganannya, c. Penentuan Tujuan Penelitian
d. Biaya resitusi tidak sesuai dengan biaya yang Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka
dikeluarkan. tahap selanjutnya adalah menetapkan tujuan penelitian.
Barrier Analysis Beberapa tujuan yang akan diangkat pada penelitian
Barrier Analysis adalah proses sistematik untuk kali ini yakni untuk menyusun troubleshooting dan
mengidentifikasi hambatan fisik, administrasi, dan rekomendasi untuk tindakan pencegahan terjadinya
prosedur atau mengontrol tindakan pencegahan masalah dalam keberjalanan SOP perusahaan.
masalah. Menurut Hazard and Barrier Analysis
d. Studi Literatur
Guidance Document (1996), barrier biasanya
Studi literatur berguna untuk mencari teori-teori
berwujud fisik, prosedur, administrasi, dan manusia.
Barrier analysis dapat digunakan sebagai tindakan yang berguna dalam pemecahan masalah yag ada pada
proaktif (pada penilaian resiko) atau retropeksi (pada objek penelitian. Studi literatur sebagai landasan teori
penilaian kejadian). dilakukan dengan mengumpulkan buku-buku literatur
Troubleshooting yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan
Troubleshooting adalah tindakan untuk dibahas seperti pokok bahasn mengenai
menemukan penyebab atau permasalahan sehingga troubleshooting.
resiko dan kerugian dari masalah dapat diminimalkan. e. Studi Lapangan
Untuk menyusun troubleshooting diperlukan Studi lapangan dengan cara melakukan pengamatan
pendefinisian kondisi abnormal dengan memahami secara langsung pada divisi HRD serta melakukan
kondisi normal. Troubleshooting memerlukan catatan wawancara dengan pihak-pihak yang mengatasi error
kondisi dasar (normal) dan kecenderungan data pada intranet untuk mendapatkan gambaran kondisi
peralatan atau sistem. Sehingga trubleshooting dapat
yang nyata mengenai permasalahan yang diamati.
dikatakan sebagai predictive maintenance setelah
terjadi kegagalan failure) (Forsthoffer, 2005). Tahapan f. Rencana Pengambilan Data
penyusunan troubleshooting, yaitu: Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa
a. Pengumpulan fakta, metode, yaitu melalui pengamatan, wawancara, dan
b. Memahami fungsi sistem dan komponen yang data historis
dipengaruhi sistem, g. Menganalisis Troubleshooting
c. Mendefinisikan kondisi abnormal, Pada tahap ini akan dilakukan analisis terhadap
d. Mendaftar kemungkinan penyebab, troubleshooting yang telah disusun agar dapat
e. Eliminasi penyebab, meminimalisir error pada sistem informasi perusahaan.
f. Menentukan akar penyebab h. Kesimpulan dan Saran
g. Mengembangkan rencana tindakan Pada tahap ini penulis akan melakukan penarikan
kesimpulan berdasarkan pembahasan pada tahap
3. Metode Penelitian sebelunya, sekaligus memberikan saran kepada divisi
Penelitian ini dilaksanakan di PT. XYZ. HR untuk kemajuan PT. XYZ di masa yang akan
Penelitian berlangsung selama 30 hari dan didapatkan datang.
data dalam kurun waktu tersebut. Penelitian dilakukan
di Divisi Human Resource. Untuk mencapai tujuan dari 4. Hasil dan Pembahasan
penelitian ini penulis menjabarkan rangkaian Divisi HR memiliki beberapa SOP yang
pelaksanaan pada penelitian melalui metodologi digunakan untuk menstandarkan pekerjaan khusus
penelitian. Metode penelitian ini berisi langkah- yang mereka lakukan. SOP pada perusahaan disusun
langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam sebagai pencegahan kesalahan aktivitas pada
memecahkan masalah. Langkah-langkah dalam perusahaan. Pada penelitian ini, ditemui beberapa SOP
metodologi penelitian dari penelitian ini yakni sebagai dari aktivitas khusus yang sering mengalami error,
berikut. yakni SOP Lembur dan Absensi, SOP Tunjangan
a. Studi Pendahuluan Pengobatan, serta SOP Tunjangan Perawatan. Setiap
Studi pendahuluan dilakukan dengan melakukan SOP aktivitas khusus tersebut dianalisis untuk
pengamatan langsung pada objek penelitian, serta menemukan potensi penyimpangan dan disusun
melakukan wawancara kepada divisi HR di PT. XYZ. troubleshooting dari setiap penyimpangan yang
ditemukan. Analisis terhadap hasil pengolahan data
yang dilakukan dengan menganalisis hasil penyusunan
troubleshooting dari setiap potensi penyimpangan yang a. Penetapan jangka waktu maksimal pemberian SPL
telah ditemukan dari ketiga SOP aktivitas khusus sesuai kesepakatan HR, jika belum ada ketetapan
tersebut. secara tertulis.
Hasil identifikasi potensi penyimpangan pada b. Penetapan sanksi yang diterima bila melebihi
SOP lembur dan absensi beserta hasil troubleshooting jangka waktu yang telah ditetapkan, jika belum ada
adalah sebagai berikut. sanksi secara tertulis.
1. Tidak ada keterangan jangka waktu maksimal c. Penyepakatan ketetapan jangka waktu maksimal
memberikan SKTA/SUPEM, dengan dan sanksi oleh HR serta menyampaikan hasil
troubleshooting: kesepakatan ke karyawan, jika dari pihak
a. Penetapan jangka waktu maksimal pemberian pengelola telah mengonsultasikan hasil
SKTA/SUPEM sesuai kesepakatan HR, jika belum kesepakatan ke kepala HR.
ada ketetapan secara tertulis. d. Sosialisasi jangka waktu maksimal pemberian SPL
b. Penetapan sanksi yang diterima bila melebihi yang telah ditetapkan kepada karyawan, jika dari
jangka waktu yang telah ditetapkan, jika belum ada pihak karyawan belum paham mengenai ketetapan
sanksi secara tertulis. yang berlaku.
c. Penyepakatan ketetapan jangka waktu maksimal 6. Karyawan lupa mengajukan SPL, dengan
dan sanksi oleh HR serta menyampaikan hasil troubleshooting:
kesepakatan ke karyawan, jika dari pihak a. Mengingatkan karyawan mengenai pengajuan
pengelola telah mengonsultasikan hasil SPL, jika 50% dari karyawan yang ada belum
kesepakatan ke kepala HR. mengajukan SPL.
d. Sosialisasi jangka waktu maksimal pemberian b. Peninjauan pengetahuan karyawan mengenai
SKTA/SUPEM yang telah ditetapkan kepada pengajuan SPL, jika 50% dari karyawan yang ada
karyawan, jika dari pihak karyawan belum paham lupa mengajukan SPL.
mengenai ketetapan yang berlaku. c. Sosialisasi pengajuan SPL kepada karyawan, jika
2. Karyawan lupa mengajukan SKTA/SUPEM, 50% dari karyawan yang ada lupa belum
dengan troubleshooting: memahami pengajuan SPL.
a. Mengingatkan karyawan mengenai pengajuan 7. HR tidak menerima pengajuan SPL, dengan
SKTA/SUPEM, jika 50% dari karyawan yang ada troubleshooting:
belum mengajukan SKTA/SUPEM. a. Karyawan melakukan pengecekkan pengajuan
b. Peninjauan pengetahuan karyawan mengenai SPL, jika belum menerima respon dari HR.
pengajuan SKTA/SUPEM, jika 50% dari b. HR melakukan pengecekan sistem, jika menerima
karyawan yang ada lupa mengajukan pengaduan dari karyawan yang melakukan
SKTA/SUPEM. pengajuan.
c. Sosialisasi pengajuan SKTA/SUPEM kepada c. Karyawan yang bersangkutan melakukan
karyawan, jika 50% dari karyawan yang ada lupa pengajuan secara manual, jika setelah pengaduan
belum memahami pengajuan SKTA/SUPEM. pengajuan melalui intranet masih belum bisa.
3. Pengajuan hanya bisa dilakukan melalui intranet, 8. Tidak ada keterangan jangka waktu upload ke
dengan troubleshooting: SAP, dengan troubleshooting:
a. Membuat website alternatif, jika akses dengan a. Penetapan jangka waktu maksimal upload ke SAP
intranet untuk pengajuan lembur dan absensi sesuai kesepakatan HR, jika belum ada ketetapan
sedang bermasalah. secara tertulis.
b. Melakukan pengajuan secara manual, jika akses b. Penetapan sanksi yang diterima bila melebihi
website alternatif juga bermasalah. jangka waktu yang telah ditetapkan, jika belum ada
4. HR tidak menerima pengajuan SKTA/SUPEM sanksi secara tertulis.
yang diminta oleh karyawan, dengan c. Penyepakatan ketetapan jangka waktu maksimal
troubleshooting: dan sanksi oleh HR serta menyampaikan hasil
a. Karyawan melakukan pengecekkan pengajuan, kesepakatan ke karyawan, jika dari pihak
jika belum menerima respon dari HR. pengelola telah mengonsultasikan hasil
b. HR melakukan pengecekan sistem, jika menerima kesepakatan ke kepala HR.
pengaduan dari karyawan yang melakukan d. Sosialisasi jangka waktu maksimal upload ke SAP
pengajuan. yang telah ditetapkan kepada karyawan, jika dari
c. Karyawan yang bersangkutan melakukan pihak karyawan belum paham mengenai ketetapan
pengajuan secara manual, jika setelah pengaduan yang berlaku.
pengajuan melalui intranet masih belum bisa.
5. Tidak ada keterangan jangka waktu maksimal
memberikan SPL, dengan troubleshooting:
9. Pengajuan tidak terupload ke SAP, dengan a. HR melakukan pengecekan bulk payment, jika
troubleshooting: ditemui data upload belum diproses.
a. HR melakukan pengecekan sistem, jika menerima b. HR melakukan cetak bulk payment secara manual,
pengaduan dari karyawan yang mengajukan jika bulk payment belum bisa tercetak secara
upload ke SAP. otomatis.
b. Karyawan yang bersangkutan melakukan 6. Bon hijau tidak diapprove, dengan
pengajuan secara manual, jika setelah pengaduan troubleshooting:
pengajuan masih belum bisa terupload ke SAP. a. HR melakukan pengecekkan bon hijau, jika
Untuk hasil identifikasi potensi penyimpangan Finance tidak approve bon hijau.
pada SOP tunjangan pengobatan beserta hasil b. HR memberikan keterangan kepada Finance, jika
troubleshooting adalah sebagai berikut. bon hijau tidak bermasalah.
1. Tidak ada keterangan maksimal waktu pengajuan 7. Tidak ada keterangan maksimal waktu codering
setelah melakukan pengobatan, dengan accounting, dengan troubleshooting:
troubleshooting: a. Penetapan jangka waktu maksimal codering
a. Penetapan jangka waktu maksimal pengajuan accounting setelah Bon Hijau masuk ke Finance
setelah melakukan pengobatan sesuai kesepakatan sesuai kesepakatan HR, jika belum ada ketetapan
HR, jika belum ada ketetapan secara tertulis. secara tertulis.
b. Penetapan sanksi yang diterima bila melebihi b. Penetapan sanksi yang diterima bila melebihi
jangka waktu yang telah ditetapkan, jika belum ada jangka waktu yang telah ditetapkan, jika belum ada
sanksi secara tertulis. sanksi secara tertulis.
c. Penyepakatan ketetapan jangka waktu maksimal c. Penyepakatan ketetapan jangka waktu maksimal
dan sanksi oleh HR serta menyampaikan hasil dan sanksi oleh HR serta menyampaikan hasil
kesepakatan ke karyawan, jika dari pihak kesepakatan ke Finance, jika dari pihak pengelola
pengelola telah mengonsultasikan hasil telah mengonsultasikan hasil kesepakatan ke
kesepakatan ke kepala HR. kepala HR.
d. Sosialisasi jangka waktu maksimal pengajuan 8. Tidak ada proses validasi bahwa karyawan sudah
setelah melakukan pengobatan yang telah menerima tunjangan pengobatan, dengan
ditetapkan kepada karyawan, jika dari pihak troubleshooting:
karyawan belum paham mengenai ketetapan yang a. Karyawan memberikan laporan penerimaan
berlaku. tunjangan pengobatan, jika tunjangan pengobatan
2. Pengajuan tidak masuk ke personnal site, dengan telah masuk ke rekening.
troubleshooting: b. Karyawan menyampaikan pengaduan ke HR dan
a. HR melakukan pengecekan sistem, jika menerima HR menyampaikan pengaduan ke Finance, jika
pengaduan dari karyawan yang melakukan tunjangan pengobatan belum masuk ke rekening
pengajuan. karyawan.
b. Karyawan yang bersangkutan melakukan Sedangkan untuk hasil identifikasi potensi
pengajuan secara manual, jika setelah pengaduan penyimpangan pada SOP tunjangan perawatan yakni
pengajuan melalui intranet masih belum bisa sebagai berikut.
3. Pengajuan hanya dapat dilakukan melalu intranet, 1. Tidak ada keterangan surat permintaan jaminan
dengan troubleshooting: dapat diwakilkan pihak lain atau tidak, dengan
a. Membuat website alternatif, jika akses dengan troubleshooting:
internet untuk pengajuan lembur dan absensi a. Penetapan kebijakan perwakilan pengajuan sesuai
sedang bermasalah. kesepakatan HR, jika belum ada ketetapan secara
b. Melakukan pengajuan secara manual, jika akses tertulis.
website alternatif juga bermasalah. b. Penetapan sanksi yang diterima bila tidak
4. Proses upload data berhasil dilakukan tapi tidak mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan, jika
terekap, dengan troubleshooting: belum ada sanksi secara tertulis.
a. Karyawan melakukan pengecekkan data upload, c. Penyepakatan kebijakan perwakilan pengajuan
jika belum menerima respon dari HR. dan sanksi oleh HR serta menyampaikan hasil
b. HR melakukan pengecekan data yang diupload, kesepakatan ke karyawan, jika dari pihak
jika ditemui datanya belum terekap. pengelola telah mengonsultasikan hasil
c. Karyawan yang bersangkutan melakukan kesepakatan ke kepala HR.
pengajuan secara manual, jika setelah pengaduan d. Sosialisasi kebijakan perwakilan pengajuan yang
upload melalui intranet masih belum bisa terekap. telah ditetapkan kepada karyawan, jika dari pihak
5. Proses upload data berhasil dilakukan tapi tidak karyawan belum paham mengenai ketetapan yang
tercatat ke bulk payment, dengan troubleshooting: berlaku.
2. Tidak ada keterangan maksimal waktu memberi b. Penetapan sanksi yang diterima bila melebihi
tagihan ke HR, dengan troubleshooting: maksimal waktu perbaikan pengajuan klaim, jika
a. Penetapan maksimal waktu memberi tagihan ke belum ada sanksi secara tertulis.
HR sesuai kesepakatan HR, jika belum ada c. Penyepakatan kebijakan maksimal waktu
ketetapan secara tertulis. perbaikan pengajuan klaim dan sanksi oleh HR
b. Penetapan sanksi yang diterima bila melebihi serta menyampaikan hasil kesepakatan ke
maksimal waktu memberi tagihan ke HR, jika karyawan, jika dari pihak pengelola telah
belum ada sanksi secara tertulis. mengonsultasikan hasil kesepakatan ke kepala HR.
c. Penyepakatan kebijakan maksimal waktu memberi 7. Proses upload data berhasil dilakukan tapi tidak
tagihan ke HR dan sanksi oleh HR serta terekap, dengan troubleshooting:
menyampaikan hasil kesepakatan ke karyawan, a. Karyawan melakukan pengecekkan upload data,
jika dari pihak pengelola telah mengonsultasikan jika belum menerima respon dari HR.
hasil kesepakatan ke kepala HR. b. HR melakukan pengecekan sistem, jika menerima
d. Sosialisasi kebijakan maksimal waktu memberi pengaduan dari karyawan yang upload data
tagihan ke HR yang telah ditetapkan kepada pengajuan.
karyawan, jika dari pihak karyawan belum paham c. Karyawan yang bersangkutan melakukan
mengenai ketetapan yang berlaku. pengajuan secara manual, jika setelah pengaduan
3. Tidak ada keterangan maksimal waktu perbaikan pengajuan melalui intranet masih belum bisa
tagihan mulai dari revisi tagihan diberikan, dengan 8. Proses upload data berhasil dilakukan tapi tidak
troubleshooting: tercatat ke bulk payment, dengan troubleshooting:
a. Penetapan maksimal waktu perbaikan tagihan a. HR melakukan pengecekan bulk payment, jika
sesuai kesepakatan HR, jika belum ada ketetapan ditemui data upload belum diproses.
secara tertulis. b. HR melakukan cetak bulk payment secara manual,
b. Penetapan sanksi yang diterima bila melebihi jika setelah pengaduan bulk payment belum bisa
maksimal waktu perbaikan tagihan, jika belum ada tercetak secara otomatis.
sanksi secara tertulis. 9. Bon hijau tidak diapprove, dengan
c. Penyepakatan kebijakan maksimal waktu troubleshooting:
perbaikan tagihan dan sanksi oleh HR serta a. HR melakukan pengecekkan bon hijau, jika
menyampaikan hasil kesepakatan ke karyawan, Finance tidak approve bon hijau.
jika dari pihak pengelola telah mengonsultasikan b. HR memberikan keterangan kepada Finance, jika
hasil kesepakatan ke kepala HR. bon hijau tidak bermasalah.
d. Sosialisasi kebijakan maksimal waktu perbaikan 10. Tidak ada keterangan maksimal waktu memproses
tagihan yang telah ditetapkan kepada karyawan, Bon Hijau di Finance, dengan troubleshooting:
jika dari pihak karyawan belum paham mengenai a. Penetapan maksimal waktu memproses Bon Hijau
ketetapan yang berlaku. di Finance sesuai kesepakatan HR, jika belum ada
4. Input pengajuan hanya dapat dilakukan melalui ketetapan secara tertulis.
intranet, dengan troubleshooting: b. Penetapan sanksi yang diterima bila melebihi
a. Membuat website alternatif, jika akses dengan maksimal waktu yang telah ditetapkan, jika belum
internet untuk pengajuan lembur dan absensi ada sanksi secara tertulis.
sedang bermasalah. c. Penyepakatan ketetapan maksimal waktu
b. Melakukan pengajuan secara manual, jika akses memproses Bon Hijau di Finance dan sanksi oleh
website alternatif juga bermasalah. HR serta menyampaikan hasil kesepakatan ke
5. Klaim potongan gaji tidak tersampaikan ke Finance, jika dari pihak pengelola telah
karyawan, dengan troubleshooting: mengonsultasikan hasil kesepakatan ke kepala HR.
a. HR melakukan pengecekan klaim potongan gaji, 11. Tidak ada keterangan maksimal waktu codering
jika data penerimaan gaji karyawan masih sama. accounting, dengan troubleshooting:
b. HR melakukan memasukkan klaim potongan gaji a. Penetapan jangka waktu maksimal codering
secara manual, jika setelah diproses secara accounting setelah Bon Hijau masuk ke Finance
otomatis masih tidak bisa. sesuai kesepakatan HR, jika belum ada ketetapan
6. Tidak ada keterangan maksimal waktu perbaikan secara tertulis.
pengajuan klaim karyawan, dengan b. Penetapan sanksi yang diterima bila melebihi
troubleshooting: jangka waktu yang telah ditetapkan, jika belum ada
a. Penetapan maksimal waktu perbaikan pengajuan sanksi secara tertulis.
klaim sesuai kesepakatan HR, jika belum ada c. Penyepakatan ketetapan jangka waktu maksimal
ketetapan secara tertulis. dan sanksi oleh HR serta menyampaikan hasil
kesepakatan ke Finance, jika dari pihak pengelola
telah mengonsultasikan hasil kesepakatan ke tersampaikan denga baik ke HR dan pihak
kepala HR. perusahaan yang membutuhkan data tersebut.
12. Tidak ada proses validasi bahwa karyawan sudah Membuat website alternatif bagi karyawan agar
menerima tunjangan perawatan, dengan dapat melakukan pengajuan melaui luar kantor dan saat
troubleshooting: intranet perusahaan sedang tidak dapat diakses,
a. Karyawan memberikan laporan penerimaan sehingga tidak akan ada data yang hilang.
tunjangan perawatan, jika tunjangan pengobatan
telah masuk ke rekening. 5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penyusunan troubleshooting
b. Karyawan menyampaikan pengaduan ke HR dan
pada SOP aktivitas khusus perusahaan, maka diperoleh
HR menyampaikan pengaduan ke Finance, jika
troubleshooting dari potensi penyimpangan yang
tunjangan pengobatan belum masuk ke rekening muncul terdiri dari 9 potensi pnyimpangan pada SOP
karyawan. lembur dan absensi, 8 potensi pnyimpangan pada SOP
Pada SOP lembur dan absensi, didapati 9 potensi tunjangan pengobatan, dan 12 potensi penyimpangan
penyimpangan dimana 2 potensi penyimpangan pada SOP tunjangan perawatan. Seluruh
diantaranya disusun berdasarkan adanya potensi troubleshooting tersebut didasarkan pada hasil analisis
penyimpangan dari faktor manusia yang ada di potensi penyimpangan dari masing-masing SOP untuk
perusahaan 7 lainnya disusun berdasarkan adanya memberikan alternatif dalam meminimalisir potensi
potensi penyimpangan yang terjadi pada sistem yang penyimpangan yang dapat terjadi di perusahaan.
berlaku di perusahaan. Pada SOP tunjangan Sebagai bentuk tindakan pencegahan terjadinya
pengobatan, didapati 8 potensi penyimpangan yang masalah dalam berlangsungnya SOP perusahaan, maka
diantaranya satu potensi penyimpangan yang ada perlu adanya perbaikan dan peningkatan kemampuan
pada manusia yakni karyawan, HR, dan Finance, serta
disusun berdasarkan adanya potensi penyimpangan
pada sistem yang berlaku di perusahaan, baik sistem
dari faktor manusia yang ada di perusahaan dan 7 informasi maupun kebijakan yang diberlakukan.
lainnya disusun berdasarkan adanya potensi
penyimpangan yang terjadi pada sistem yang berlaku di Daftar Pustaka
perusahaan. Pada SOP tunjangan pengobatan, didapati Atmoko, Tjipto. (2011). Standar Operasional Prosedur
12 potensi penyimpangan dengan satu diantaranya (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja Instansi
disusun berdasarkan adanya potensi penyimpangan Pemerintah, diakses pada 28 Februari 2017 dari
dari faktor manusia yang ada di perusahaan dan 11 http://e-
lainnya 11 lainnya disusun berdasarkan adanya potensi dokumen.kemenag.go.id/files/BX32jRZz128485
penyimpangan yang terjadi pada sistem yang berlaku di 7253.pdf
perusahaan. Bustami. (2011). Penjamin Mutu Pelayanan Kesehatan
Untuk meminimalisir setiap potensi & Akseptabilitasnya. Padang: Erlangga
penyimpangan tersebut, perlu adanya tindakan Hartati, Dewi Sri. (2010). Implikasi Penerapan Standar
pencegahan seperti: Operasional Prosedur (SOP) terhadap Pendapatan
a. Memberi sosialisasi terkait SOP aktivitas khusus, Petani Mangga Gedong Gincu di Kecamatan
mulai dari kebijakan yang berlaku beserta sanksi Sedong, Kabupaten Cirebon Jawa Barat [skripsi].
yang diterima jika tidak mematuhi kebijakan yang Bogor: Institut Pertanian Bogor.
telah ditetapkan oleh perusahaan yang berlaku di Forsthoffer, William E.. (2005). Reliability
perusahaan kepada karyawan. Optimization Through Component Condition
b. HR dan Finance perlu melakukan proses verifikasi and Root Cause Analysis. Elsevier
dan validasi sehingga kedua pihak dapat Science&Technology Books.
memperoleh informasi yang jelas dan sesuai dengan Kementrian Perindustrian. (2016). Kontribusi Industri
kondisi sebenarnya. Manufaktur Melesat, diakses pada 28 Februari
c. Penetapan waktu maksimal untuk melakukan 2017 dari
seluruh pengajuan ke HR, sehingga meminimalisir http://www.kemenperin.go.id/artikel/14532/Ko
ntribusi-Industri-Manufaktur-Melesat
resiko karyawan lupa melakukan pengajuan dan
Tambunan, Rudi M. (2013). Pedoman Penyusunan
terlambat melakukan pengajuan.
Standard Operating Procedures (SOP). Edisi
d. Penentuan kebijakan bagi karyawan yang
kedua. Jakarta: Maiestas Publishing.
mengalami kondisi tertentu dan tidak dapat
melakukan pengajuan sendiri, sehingga akan
secepatnya meringankan beban biaya yang
ditanggung oleh karyawan.
e. Memperbaiki performance dari sistem informasi
yang berada di perusahaan agar informasi pada
intranet, personnal site, dan SAP dapat

Anda mungkin juga menyukai