Anda di halaman 1dari 19

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Mobilisasi

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Dasar

Di susun oleh:

ASTUTI
14420211018

CL LAHAN CL INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Definisi
mobilisasi adalah kemampuan individu untuk melakukan gerakan
fisik yang disengaja dari tubuh. ketika seseorang mampu bergerak, dia
biasanya mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari / activity daily living
(adl) seperti makan, berpakaian, dan berjalan. Kemampuan ini terutama
tergantung pada fungsi sistem saraf pusat dan perifer dan sistem
moskuloskeletal dan kadang-kadang disebut sebagai kemampuan fungsional.
Mobilisasi dini juga dapat didefinisikan sebagai suatu pergerakan, posisi atau adanya
kegiatan yang dilakukan pasien setelah operasi. Mobilisasi diperlukan untuk
meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degenerative
Mobilisasi merupakan kemampuan setiap individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Wahyudi & Wahid, 2016). Kehilangan kemampuan
untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan
keperawatan. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri,
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khusunya penyakit
degeneratif dan untuk aktualisasi diri (Andri et al., 2020)
2. Klasifikasi
terdapat beberapa jenis mobilisasi antara lain (Ninla Elmawati Falabiba,
2019)
1) Mobilitas penuh
merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh
dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik
dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2) Mobilitas sebagian
merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini
dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian
pada ekstermitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan
sensorik.
Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversible pada sistem muskuloskeletal
contohnya adalah dislokasi sendi dan tulang.
b) Mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap tersebut
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversible contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke paraplegia karena cedera
tulang belakang poliomielitis karena terganggunya sistem saraf
motorik dan sensorik
3. Etiologi
a. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas
seseorang karena gaya hidup berdampak ada perilaku atau kebiasaan
sehari-hari.
b. Proses Penyakit/ Cedera
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat
mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh orang yang menderita
fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas
bagian bawah.
c. Kebudayaan Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan. Sebagai contoh orang yang memiliki budaya sering berjalan
jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat. Sebaliknya ada orang
yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya
tertentu dilarang untuk beraktivitas.
d. Tingkat Energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat
melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
e. Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang
berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat
gerak sejalan dengan perkembangan usia.
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala (SDKI 2018):
a. Mayor
Gejala dan tanda Subjektif:
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM) menurun
b. Minor
Gejala dan tanda minor Subjektif:
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat saat bergerak
Gejala dan tanda minor Objektif:
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinat
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
5. Patofisiologi
Gangguan fisik yang disebabkan oleh gout arthritis karena
terjadinya menumpuknya zat purin pada sendi yang menyebabkan
terjadinya kekakuan pada daerah sendi yang terdapat penumpukan zat
purin yang dapat menyebabkan peradangan pada daerah persendian dan
berakibat terjadinya nyeri pada saat bergerak dan menyebabkan
terhambatnya aktiftas sehari-hari dan hal inilah yang menyebabkan
terjadinya gangguan mobilitas fisik pada gout arthritis.

6. Penatalaksanaan
ada beberapa penatalaksanaan gangguan mobilisasi secara umum
diantaranya, yaitu :
1) Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien Pengaturan posisi
dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas dapat disesuaikan
dengan tingkat gangguan, seperti posisi fowler, sim, trendelenburg,
dorsal recumbent, lithotomi, dan genu pectoral.
a. Posisi Fowler Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk,
di mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan.
Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
b. Posisi Sim Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri.
Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan
obat per anus (supositoria).
c. Posisi Trendelenburg Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur
dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini
dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
d. Posisi Dorsal Recumbent Pada posisi ini pasien berbaring telentang
dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat
tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia
serta pada proses persalinan. e. Posisi Lithotomi Pada posisi ini
pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.
f. Posisi Genu Pectoral Pada posisi ini pasien menungging dengan
kedua kki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
2) Latihan ROM Pasif dan Aktif Pasien yang mobilitas sendinya terbatas
karena penyakit, diabilitas, atau trauma memerlukan latihan sendi untuk
mengurangi bahaya imobilitas.
Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan
kekuatan otot serta memelihara mobilitas persendian.
a. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
b. Fleksi dan Ekstensi Siku
c. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
d. Pronasi Fleksi Bahu
e. Abduksi dan Adduksi
f. Rotasi Bahu
g. Fleksi dan Ekstensi Jari – jari
h. Infersi dan Efersi Kaki
i. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki
j. Fleksi dan Ekstensi Lutut
7. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
1. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
2. Lumbal fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau
perdarahan padaintrakranial. Peningkatan jumlah protein
menunjukkan adanya proses inflamasi.Hasil pemeriksaan likuor
yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yangkan perdarahan
yang kecil biasanya warna likuor masih normal(xantokrom)sewaktu
hari-hari pertama.
3. CT-Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringanotak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara
pasti. Hasil pemeriksaanbiasanya didapatkan hiperdens fokal,
kadang-kadang masuk ke ventrikel, ataumenyebar ke permukaan
otak.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan
posisi sertabesar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkanarea yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
5. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah
sistem karotis).
6. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls
listrik dalam jaringan otak. 7. Laboratorium a. Lumbal pungsi:
pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai padaperdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warnalikuor
masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. b.
Pemeriksaan darah rutin. c. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke
akut dapat terjadi hiperglikemia.Gula darah dapat mencapai 250 mg
dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. d.
Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah
itusendiri.
B. KONSEP ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN
1. Pengertian Etik Keperawatan
Etika keperawatan adalah pedoman untuk mengatasi segala macam masalah
yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien yang tidak
mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya. Etika
keperawatan adalah sikap etis yang wajib dimiliki oleh seluruh perawat
sebagai bagian dari integritas selama. bertugas menjalankan profesi wat
dengan menerapkan norma norma keperawatan (Ngesti Utami dkk, 2016).
2. Tujuan Etik Keperawatan
Tujuan dari etik keperawatan adalah agar perawat dalam menjalankan tugas
dan fungsinya dapat menghargai dan menghormati martabat manusia. Secara
umum, tujuan etik keperawatan yaitu:
- Menciptakan dan mempertahankan kepercayaan antara perawat dan
klien, perawat dengan perawat, perawat dengan profesi lain, juga antara
perawat dengan masyarakat.
- Untuk mendukung profesi perawat yang dalam menjalankan tugasnya
diperlakukan secara tidak adil oleh institusi manapun.
- Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna jasa
pelayanan keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam
menjalankan tugas praktik keperawatan.
-
3. Prinsip Moral dalam Etik Keperawatan
a. Autonomy (Otonomi)
Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk menentukan
atau memutuskan sendiri sesuai hakikat manusia yang mempunyai harga
diri dan martabat.
b. Beneficience (Kebaikan)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik bagi
pasien, tidak merugikan dan membahayakan pasien.
c. Justice (Keadilan)
Prinisp ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil tanpa memandang
jabatan, ras, maupun agama pasien yang ditanganinya.
d. Non Maleficience (Tidak merugikan) Prinsip ini berarti tidak
menimbulkan bahaya/cedera pada fisik psikologis pasien.
e. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang
sebenarnya dan tidak membohongi pasien.
f. Confidentiality (Kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien. harus
dijaga. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
g. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas tanpa terkecuali.
h. Fidelity (Kesetiaan)
Prinsip ini menekankan pada kesetiaan perawat pada komitmennya,
menepati janji, menyimpan rahasia, serta peduli terhadap pasien dan
keluarganya.
4. Dilema Etik Keperawatan
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya secara
bersamaan. Pada dilema etik ini, akan sukar menentukan mana yang benar
dan mana yang salah. Sehingga, seringkali hal tersebut dapat menimbulkan
stres pada perawat. Nilai-nilai, keyakinan, dan filosofi individu perawat
memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan etik yang berkaitan
dengan dilema etik. Secara umum menjelaskan permasalahan etik
keperawatan yang pada dasarnya terdiri dari lima jenis permasalahan, yaitu:
a. Kualitas melawan kuantitas hidup.
Contoh kasus: seorang ibu meminta kepada perawat untuk melepas semua
selang yang dipasang pada anaknya yang berusia 14 tahun dan koma
selama 8 hari. Dalam keadaan ini, perawat menghadapi permasalahan
tentang posisi apakah yang dimilikinya dalam menentukan keputusan
secara moral. Sebenarnya perawat berada pada posisi permasalahan
kuantitas melawan kualitas hidup, karena keluarga pasien menanyakan
apakah selang-selang yang dipasang hampir pada semua bagian tubuh
dapat mempertahankan pasien untuk tetap hidup.
b. Kebebasan melawan penanganan dan pencegahan bahaya
Contoh kasus: seorang pasien berusia lansia yang menolak untuk
mengenakan sabuk pengaman sewaktu berjalan. Ia ingin berjalan dengan
bebas. Pada situasi ini, perawat dihadapkan permasalahan upaya menjaga
keselamatan pasien yang bertentangan dengan kebebasan pasien.
c. Berkata secara jujur dan melawan berkata bohong
Contoh kasus: seorang perawat yang mendapati teman kerjanya
menggunakan narkotika. Dalam posisi ini perawat tersebut berada pada
masalah apakah ia akan mengatakan hal ini secara terbuka atau diam,
karena diancam akan dibuka rahasia yang dia miliki bila melaporkan hal
tersebut ke orang lain.
d. Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah
agama, politik, ekonomi, dan ideologi
Contoh kasus: seorang pasien yang memilih penghapusan dosa daripada
berobat ke dokter. Hal ini tentunya merupakan masalah etik yang
bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan falsafah agama.
e. Terapi ilmiah konvensional melawan terapi tidak ilmiah dan coba coba
Contoh kasus: di Irian Jaya, sebagian masyarakat melakukan tindakan
untuk mengatasi nyeri dengan dedaunan yang sifatnya gatal. Mereka
percaya bahwa pada daun tersebut terdapat miang yang dapat melekat dan
menghilangkan rasa nyeri bila dipukul-pukul dibagian tubuh yang sakit.
Sumber: (Astuti, 2016).
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Data Umum
1) Identitas Klien Meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku bangsa, agama, status pekawinan, tanggal
masuk RS, nomor rekam medic, dan diagnosa medis.
2) Identitas Penanggung jawab Meliputi nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan.
b. Riwayat kesehatan saat ini
1) Keluhan utama Selama pengumpulan riwayat kesehatan, perawat
menanyakan kepada pasien tentang tanda dan gejala yang dialami oleh
pasien. Setiap keluhan harus ditanyakan dengan detail kepada pasien
disamping itu diperlukan juga pengkajian mengenai keluhan yang
disarasakan meliputi lama timbulnya.
2) Alasan masuk RS,
3) Riwayat Penyakit Sekarang Pada riwayat penyakit sekarang, perawat
mengkaji apakah gejala terjadi pada waktu yang tertentu saja, seperti
sebelum atau sesudah makan, ataupun setelah mencerna makanan
pedas dan pengiritasi dan setelah mencerna obat tertentu atau setelah
mengkonsumsi alhohol.
4) Data medik, mencatat data pasien dari ugd atau praktek, serta
mencatat diagnosa medik
c. Riwayat penyakit masa lalu, Untuk mengkaji riwayat penyakit dahulu atau
riwayat penyakit sebelumnya, perawat harus mengkaji apakah gejala yang
berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum terlalu
banyak, atau makan terlalu cepat. Selain itu perawat juga harus mengkaji
adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam riwayat kesehatan keluarga perawat mengkaji riwayat keluarga
yang mengkonsumsi alkohol, mengidap gastritis, kelebihan diet, serta diet
sembarangan. Selain itu perawata juga mananyakan tentang penyakit yang
pernah dialami oleh keluarga. Selain pengkajian riwayat harus bisa
diseimbangkan sesuai dengan kebutuhan seorang pasien. Setiap pola
merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu perawat dalam
mengumpulkan suatu data .
e. Riwayat psiko-sosio-spritual
Mengambarkan pola koping, harapan klien terhadap keadaan penyakitnya,
faktor stressor, konsep diri, pengetahuan klien dengan penyakitnya,
adaptasi, hubungan dengan anggota keluarga, hubungan dengan
masyarakat, perhatian terhadap orang lain dan lawan bicara, aktifitas
sosial, bahasa yang sering digunakaan, keadaan lingkungan, kegiatan
keagamaan serta keyakinan tentang kesehatan.
f. Kebutuhan dasar
Mengambarkan sehatan sebelum sakit dan saat sakit berdasarkan
kebutuhan dasar dari makan dan minum, tidur, eliminasi, aktifitas dan
latihan, dan personal hygiene.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : seseorang biasanya mengalami keadaan lemah.
2) Head to toe
Memeriksa dari kepala sampai kaki secara berurutan,
- Kulit/integumen: (meliputi textur, kelembaban, lesi, perubahan
warna, krepitasi, Sensasi, mobilitas, suhu, turgor, edema, keluhan
yang berhubungan dan cara mengatasinya)
- Kepala & rambut (meliputi bentuk, ukuran, posisi, warna dan
bentuk rambut, Peradangan, kebersihan, keluhan yang berhubungan
dan cara mengatasinya)
- Kuku : (meliputi warna bantalan kuku, konsistensi, kontur,
ketebalan, kebersihan, keluhan yang berhubungan dan cara
mengatasinya)
- Mata/penglihatan : (meliputi bentuk, refleks cahaya, lapangan
pandang, fungsi Sclera, konjungtiva, pupil; akomodasi,ketajaman,
pemakaian alat bantu, Peradangan, keluhan yang berhubungan dan
cara mengatasinya)
- Hidung/penghiduan : (meliputi bentuk dan posisi,
peradangan, perdarahan, polip/
- Sumbatan, reaksi alergi, pemakaian alat bantu, fungsi
penghiduan, keluhan Yang berhubungan dan cara mengatasinya)
- Telinga/pendengaran : (meliputi bentuk dan posisi, peradangan,
perdarahan, cairan,Ketajaman pendengaran, pemakaian alat bantu,
keluhan yang berhubungan Dan cara mengatasinya)
- Mulut dan gigi : (meliputi bibir, mukosa, gusi, lidah dan fungsi
pengecapan, Peradangan, perdarahan, kebersihan, gangguan
menelan, rumusan gigi dan Kelainannya, keluhan yang
berhubungan dan cara mengatasinya)
- Leher :(meliputi pembengkakan kelenjar, tiroid, tekanan vena
Jugularis, kekakuan, gerakan, keluhan yang berhubungan dan cara
Mengatasinya)
- Dada :(meliputi pernafasan : bentuk, pola, posisi, bunyi,dan
irama; jantung : bunyi, irama, nyeri, letak/posisi, capillary refill,
suara tambahan, CVP; keluhan yang berhubungan dan cara
mengatasinya)
- Abdomen : (meliputi bentuk, turgor, massa, cairan; hepar;
lien; ginjal; Bising usus, keluhan yang berhubungan dan cara
mengatasinya)
- Perineum & genitalia : (meliputi kebersihan, peradangan,
perdarahan, pembengkakan, keluhan yang berhubungan dan cara
mengatasinya)
- Extremitas atas & bawah : (meliputi bentuk, kekakuan, rentang
gerak, refleks, tonus,keluhan yang berhubungan dan cara
mengatasinya)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik:
Penyebab:
- Kerusakan integritas kulit
- Perubahan metabolisme
- Ketidakbugaran fisik
- Penurunan kendali otot
- Penurunan massa otot
- Penurunan kekuatan otot
- Keterlambatan perkembagan
- Kekuatan sendi
- Kontraktur
- Malnutrisi
- Gangguan muskuloskeletal
- Gangguan neuromuskular
- Indeks masa tubuh diatas persentil ke 75 sesuai usia
- Efek agen farmakologis
- Program perbatasan gerak
- Nyeri
- Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
- Kecemasan
- Gangguan kognitif
- Keengganan melakukan pergerakan
- Gangguan sensoripersepsi
b. Defisit perawatan diri
Penyebab:
- Gangguan muskuloskeletal
- Gangguan neuromuskuler
- Kelemahan
- Gangguan psikologis dan/atau psikotik
- Penurunan motivasi
c. Inkontinensia fekal
Penyebab:
- Kerusakan susunan saraf motorik bawah
- Penurunan tonus
- Gangguan kognitif
- Penyalahgunaan laksatif
- Kehilangan fungsi pengendalian sfingter rektum
- Pascaoperasi pullthrough dan penutupan kolosomi
- Ketidakmampuan mencapai kamar kecil
- Diare kronis
- Stres berlebihan
3. Intervensi keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan intervensi Dukungan ambulasi
fisik selama.... Jam maka gangguan
Observasi
mobilitas fisik membaik dengan - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
kriteria hasil:
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
- Pergerakan ekstremitas memulai ambulasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
meningkat
Terapeutik
- Kekuatan otot meningkat - Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
-
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan intervensi Dukungan perawatan diri
selama.... Jam maka defisit Observasi
perawatan diri - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan iri sesuai
- Melakukan perawatan diri usia
meningkat - Monitor tingkat kemandirian
- Mempertahankan kebersihan - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri
diri Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang terapeutik
- Siapkan keperluan pribadi
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai
mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
Inkontinensia fekal Setelah dilakukan intervensi Latihan eliminasi fekal
selama.... Jam inkontinensia Observasi
- Pengontrolan pengeluaran - Monitor paristaltik usus secara teratur
fese meningkat Terapeutik
- Defekasi membaik - Anjurkan waktu yang konsisten untuk BAB
- Berikan privasi
- Gunakan enema rendah
- Anjurkan dilatasi rektal digital
- Ubah program latihan eliminasi fekal
Edukasi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tertentu
- Anjurkan asupan cairan yang adekuat sesuai
kebutuhan

4. Implementasi
Merupakan tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi keluhan pasien berdasarkan intervensi yang telah dibuat.
5. EVALUASI
Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan kebutuhan mobilisasi berdasarkan kriteria hasil pada tujuan keperawatan
yaitu
a. kemampuan dalam gerak fisik
b. redanya rasa kaku sendi
c. pola normal kebiasaan buang air besar
a. Gaya hidup
D. MIND MAPPING & PATHWAY b. Proses penyakit
DEFINISI
M. penuh c. Kebudayaan
KLASIFIKASI d. Tingkat energi
KEBUTUHAN M. sebagian
MOBILISASI
PENYEBAB
minor
MANIFESTASI KLINIK
mayor - Radiologi
P.PENUNJANG - Angio serebri
Konsep asuhan - Lumbal fungsi
PENATALAKSANAAN - Pengaturan posisi
keperawatan - Scan
- Latihan ROM
- EEG
- MRI
-

pengkajian
Diagnosa Rencana keperawatan
keperawatan
- Data umum Implementasi
- R. kesehatan saat ini - Dukungan ambulasi
- R. Masa lalu - Gangguan mobilitas - Dukungan perawatan diri
- R. keluarga fisik - Latihan eliminasi fekal
- Kebutuhan dasar - Defisit perawatan diri
- Inkontinensia fekal Evaluasi
- Pemeriksaan fisik
Daftar Pustaka
Andri, J., Febriawati, H., Padila, P., J, H., & Susmita, R. (2020). Nyeri pada
Pasien Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Pelaksanaan Mobilisasi
dan Ambulasi Dini. Journal of Telenursing (JOTING), 2(1), 61–70.
https://doi.org/10.31539/joting.v2i1.1129
Ninla Elmawati Falabiba. (2019). Karakteristik Foto Thorax Pada Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (PPOK) Di RS Unhas Makassar, Periode Januari-.

PPNI (2018). Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018) Standar Intervensi keperawatan. Definisi dan Tindakan


keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai