Abstract
Diary Production System is resource management for sustainable farm based on the
principles of management practices, in order to assist the growing human needs while
maintaining or improving environmental quality and conserve natural resources. There are
four components to consider in the basic principles of Sustainable Development Strategy of
equity, participation, diversity, integration, and long-term perspective. Livestock is
sustainable resource management that works for the farm business to help a growing human
needs while maintaining or improving environmental quality and conserve natural resources.
There are four components to consider in the basic principles of Sustainable Development
Strategy of equity, participation, diversity, integration, and long-term perspective.
The orientation of technological and institutional changes carried out in such a way as to
ensure the fulfillment and satisfaction of human needs in a sustainable manner for present
and future generations. So the system is environmentally sound farming people have the
sense and purpose in the context of food security and environmental sustainability.
Management of the Upper Citarum River in an integrated manner should be preceded by the
identification of physical and socio-economic problems, identification of institutional and
stakeholders, analysis of the role of the parties, formulate strategies, policies, programs and
activities of an integrated and systematic monitoring and evaluation systems, effective and
efficient.
A. PENDAHULUAN
Dalam rapat koordinasi dengan DPR RI (2010), Menteri Pertanian RI mengungkapkan ada
10 masalah fundamental yang menjadi faktor penghambat pertanian di Indonesia secara
umum yaitu meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global,
ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan, dan air. Status dan luas kepemilikan
lahan (9,55 juta KK < 0,5 Ha) sehingga membuat lemahnya sistem perbenihan dan
perbibitan nasional. Selain itu, keter-batasan akses petani terhadap permodalan dan
masih tingginya suku bunga usaha tani, lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan
penyuluh, masih rawannya ketahanan pangan dan ketahanan energi, belum berjalannya
diversifikasi pangan dengan baik, rendahnya nilai tukar petani (NTP), serta kurang
optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi pertanian, dan keter-paduan antarsektor.
Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut pemerintah membuat langkah-langkah
strategis yang dijabarkan dalam tujuh Gema Revitalisasi yang meliputi, revitalisasi lahan,
revitalisasi pembenihan dan pembibitan, revitalisasi infrastruktur dan sarana, revitalisasi
sumber daya manusia, revitalisasi pembiayaan petani, revitalisasi kelembagaan petani,
dan revitalisasi teknologi dan industri hilir.
Ke sepuluh faktor fundamental tersebut dapat disimpulkan merupakan faktor dominan
terhadap ancaman terhadap visi dan misi pembangunan peternakan berkelanjutan.
Dalam UU Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dikatakan
Dalam UU Nomor 18 Tahun 2009 dimensi peternakan menjadi jauh lebih luas dan
komprehensif dibandingkan dengan UU Nomor 6 Tahun 1967. Beberapa terminologi
dalam bidang peternakan berubah dan berorientasi pada sistem agribisnis berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan. Peternakan didefinisikan sebagai: segala urusan yang
berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin
peternakan, budi daya ternak, panen, pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan peng-
usahaannya.
Deskripsi Peternakan Sapi Perah Rakyat di daerah sekitar Hulu Sungai Citarum
Basis agroekosistem usaha peternakan sapi perah rakyat di daerah sekitar Hulu Sungai
Citarum memang harus dirancang ulang jika konsep pembangunan berkelanjutan akan
diterapkan di wilayah tersebut.
65% Swasta /
Koperasi
11%
11% Memelih
PNS /
1% TNI / Bertani ara Sapi
POLRI 6% Perah
12% 63%
4% 7% 1%
Jumlah Jumlah
No Nama TPK Populasi induk Susu disetor
Kelompok Peternak
(orang) (ekor) (1000lt/bl)
Rayon -5 38 742 1.772 560,00
1 Cisabuk 6 184 437 123,10
2 Citawa 8 167 384 128,90
3 Kertasari 10 131 326 97,95
5 Lembang Sari 6 132 335 118,97
6 Lodaya 8 128 290 91,14
Sumber: Sensus Peternak Sapi Perah (Tim Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, 2008).
Pengetahuan Berkoperasi
Rayon 6 Rayon 5
Perkandangan
Rayon 6 Rayon 5
Tabel 3. Aktivitas dan Persepsi dalam bidang Perkandangan dan Peralatan (%) di
Rayon 5 dan 6.
Pertanian
Perkebunan
Penyiapan perumusan strategi Sasaran dan Nilai Tambah Program Unggulan/ arah
1. Penyiapan perumusan standar, Lima kriteria untuk mengelola pengembangan
norma, pedoman, kriteria, dan sistem pertanian berkelanjutan: 1. Legislasi yang terkait dgn PB
prosedur 2. Restrukturisasi lahan
2. Pengelolaan SDA, Sumberdaya 1. Kelayakan ekonomis 3. Good Dairy Practices
teknologi, komoditas, 2. Bernuansa dan bersahabat 4. Kelembagaan Pendukung
permodalan, dengan ekologi 5. Pemanfaatan sumberdaya lokal
3. Pembinaan dan pengembangan 3. Diterima secara sosial 6. Keberlanjutan sosioekonomi
4. Pemberian bimbingan teknis, 4. Kepantasan secara budaya 7. Pendekatan agroekosistem
supervisi dan evaluasi 5. Pendekatan sistem holistik 8. Penguatan kelompok dll
Pengelolaan Hulu Sungai Citarum secara terpadu harus diawali dengan identifikasi
permasalahan fisik dan sosial ekonomi, Identifikasi kelembagaan dan para pihak, Analisa
peran para pihak, menyusun strategi, kebijakan program dan kegiatan terpadu dan
Sistem monitoring evaluasi yang sistematis, baik dan benar.
Wilayah hulu Sungai Citarum yang terdiri dari Kecamatan Kertasari, Ibun, Pacet dan
Majalaya dapat dirancang sebagai wilayah peternakan terpadu dengan lebih
memperhatikan subsektor lainnya (pertanian, kehutanan dan perkebunan) di daerah
tersebut. Alih fungsi lahan mungkin dapat dirancangulang sehingga lahandapat
dimanfaatkan lebih maksimal dan tidak merusak agroekosistem. Lahan yang ditanami
pertanian mungkin dapat dikonversi menjadi lahan tempat penanaman pohon berakar
keras serta menjadi area kebun rumput untuk pakan ternak.
Hulu sungai Citarum akan berdampak secara langsung pada ekosistem di daerah DAS
Citarum Hulu yang mencakup mata air sungai Citarum hingga Saguling dengan luas
sekitar 1771 km2. Sebagaimana diketahui bahwa untuk keperluan pengelolaan, DAS
Citarum Hulu dibagi ke dalam lima sub-DAS yaitu: Cikapundung, Citarik, Cisarea,
Cisangkuy dan Ciwidey.
Peternak Peternak
P Q
Peternak Peternak
B Peternak R E
Peternak Peternak
Peternak Peternak
Peternak A B Peternak D E
A D
Peternak F
Peternak C
Peternak Peternak
Peternak x y Peternak
C F
Peternak Z
Usaha Peternakan
No InputTeknologi
Ekstensif Semiintensif Intensif
1. Tatalaksana a. Tidak melakukan a. Melakukan pemilihan bibit a. Manajemen perbibitan
Perbibitan dan pemilihan bibit, b. Perkawinan dilakukan dilakukan secara ketat
Teknologi b. Mengandalkan secara alami b. Melakukan input teknologi
Reproduksi perkawinan secara c. Sudah melakukan reproduksi
alam pengukuran Efisiensi c. Melakukan pengukuran
c. Tidak ada pengukuran reproduksi efisiensi reproduksi
efisiensi reproduksi
2. Tatalaksana Tidak dikelola sesuai Sudah melakukan prinsip- Melakukan prinsip manajemen
Pemeliharaan prinsip manajemen prinsip manajemen agribisnis agribisnis secara efektif dan
agribisnis (perencanaan, namun belum efektif dan efisien.
pengorganisasian, pelak- efisien.
sanaan, pengawasan,
evaluasi, pengendalian)
3. Tatalaksana a. Ternak lebih banyak di a. Ternak lebih banyak a. Ternak dikandangkan
Perkandangan luar kandang (diabur) dikandangkan secara terus menerus
b. Kandang tidak b. Kandang didesain b. Kandang didesain secara
didesain secara sesuai sesuai peruntukan namun khusus sesuai standar
peruntukan (standar) belum memenuhi standar peruntukan ternak
4. Tatalaksana a. mengandalkan pakan a. Pakan sudah dikontrol a. Jumlah dan kualitas pakan
Pemberian dari luar (diabur) b. Kualitas pakan belum terkonsumsi tidak terukur
Pakan b. Jumlah dan kualitas efektif b. Efisiensi penggunakan
pakan terkonsumsi c. Efisiensi penggunakan pakan diukur dan
tidak terukur pakan sudah dapat diukur dievaluasi
c. Efisiensi penggunakan
pakan tidak terukur
5. Tatalaksana a. Tidak ada pola a. Memiliki program a. Memiliki program
Pengendalian biosekuriti yang jelas Biosekuriti namun belum Biosekuriti yang baik
Penyakit b. Angka morbiditas dan efektif b. Angka morbiditas dan
mortalitas tinggi b. Angka morbiditas dan mortalitas rendah
mortalitas masih tinggi
6. Penanganan a. tidak memiliki standar a. Memiliki standar Memiliki standar produksi dan
Pasca Panen b. tidak melakukan b. Proses pengolahanan proses pengolahanan
pengolahan belum dilakukan secara dilakukan secara efektif dan
efektif efisien (menggunakan
standar mutu kualitas pangan
(misalnya HACCP dll)
7. Pemasaran Untuk kebutuhan rumah Produk sebagian besar Dikelola menggunakan prinsip-
hasil tangga dipasarkan prinsip pemasaran
8. Skala usaha a. merupakan usaha Merupakan usaha Merupakan industri peternakan
sampingan peternakan rakyat namun (sesuai Kebijakan Pemerintah
b. tidak direncanakan skala usaha masih rendah dan atau Kepmen)
9. Kemitraan Tidak memiliki Memiliki Memiliki mitra yang luas
10. Sistem Audit Tidak dilakukan Tidak dilakukan Dilakukan secara baik sesuai
prinsip-prinsip akuntansi.
11. Pengembangan Tidak memiliki Memiliki tenaga ahli tapi Memiliki tenaga ahli yang
R&D belum mencukupi spesifik sesuai bidangnya
Penerapan Pemanfaatan
PENERAPAN INOVASI: Good Dairyng Teknologi Madya
Biosekuriti Sistem Practices Fitofarmasetika
Produksi Sapi Perah Rakyat Masalah Utama:
Mastitis, Helminthiasis,
Hypocalsemia, Footrot,
Bloat, Retensi Plasenta.
Biosekuriti
Pakan, Ternak,
alsin, kandang, Input Output Outcomes
pemerah dll Susu Berkualitas ASUH
Quality Control
DAFTAR PUSTAKA
IWRM Project in the Citarum River Basin (2009). Water Resources and Irrigation Directorate
– BAPPENAS Citarum Roadmap Coordination and Management Unit.
Mubyarto dan A. Santosa (2003). PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN (KRITIK
TERHADAP PARADIGMA AGRIBISNIS). Journal Ekonomi Rakyat. [Artikel - Th. II - No. 3 -
Mei 2003]
Peter H and L Haddad (2001). CGIAR RESEARCH AND POVERTY REDUCTION, Paper Prepared
for the Technical Advisory Committee of the CGIAR By International Food Policy
Research Institute (IFPRI) Washington D.C., USA
Report of the regional workshop on sustainable agricultural development strategies for the
least developed countries of the Asian and Pacific Region. 2009