Di Susun Oleh :
2021
A. PENGERTIAN
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan yang aktual atau potensial yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi
pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan
rasanya seperti ditusuk tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan
mual (Judha, 2012). Nyeri merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan yang hanya
dapat diungkapkan oleh individu yang mengalaminya dan bersifat subjektif. Persepsi
dari nyeri berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Individu A yang tertusuk paku
akan melaporkan nyeri yang berbeda dibandingkan individu B yang merasakan nyeri
karena tersandung batu, bahkan individu A dan B yang sama-sama tertusuk paku akan
menghasilkan respon dan persepsi yang berbeda pula terhadap nyeri. (Prasetyo,
2010).Adapun menurut NANDA (2018), nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan
potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the
Study of Pain) awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan atau berat,
dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dengan durasi kurang dari 3 bulan.
Nyeri kronis didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun
potensial, dengan onset tiba-tiba ataupun lambat, dari intensitas yang ringan sampai
berat, tidak dapat diprediksi berakhirnya dan durasi lebih dari enam bulan (NANDA,
2012).
B. Etiologi
tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik. Misalnya
mikroorganisme (virus, bakteri, jamur dan lain-lain), tumoe, iskemi jaringan, spasme
otot, obstruksi batu ginjal, batu ureter, obstruksi usu, panas luka bakar, fraktur, radiasi
nyeri terjadi akibat, agencedera, zat kimia, fraktur, kerusakan sistem syaraf, kompresotot,
C. Manifestasi Klinis
Objektif :Tekanan darah meningkat, pola napas berubah, napsu makan berubah,
d. Sakit kepala
e. Nyeri sendi
f. Nyeri otot
D. Patofisiologis
Rangkain proses terjadinya nyeri diawali dengan tahap transduksi, dimana hal ini
terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer tubuh distimulasi oleh
berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanis, listrik, thermal, radiasi dan lain-lain.
Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal (yaitu serabut saraf A-
Delta), sedangkan slow pain (nyeri lambat) biasanya dicetuskan oleh (serabut saraf C).
Serabut A mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi, dan jelas dalam melokalisasi
sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. serabut C menyampaikan implus yang
tidak terlokalisasi (bersifat difusi), viseral dan terus menerus. Sebagai contoh mekanisme
kerja serabut A-delta dan serabut C dalam trauma adalah ketika seorang menginjak paku,
sesaat setelah kejadian orang tersebut dalam waktu kurang dari 1 detik akan merasakan
nyeri yang terlokalisasi dan tajam, yang merupakan transmisi dari serabut A. Dalam
beberapa detik selanjutnya, nyeri menyebar sampai seluruh kaki terasa sakit karena
Tahap selanjutnya adalah transmisi, dimana implus nyeri kemudian ditransmisikan serat
afferen (A-delta dan C) ke medula spinalis melalaui dorsal horn, dimana disini implus
akan bersinapsis disubtansi gelatinosa (lamina II dan III). Implus kemudian menyebrang
keatas melewati traktus spinothalamus anterior dan lateral. Beberapa implus yang
formatio retikularis membawa implus fast pain. Di bagian thalamus dan korteks serebri
bagian tengah medula spinalis. Implus ini memasuki formatio retikularis dan sistem
limbik yang mengatur perilaku emosi dan kognitif, serta intregasi dari sistem saraf
otonom. Slow pain yang terjadi akan membangkitkan emosi, sehingga timbul respon
terkejut, marah, cemas, tekanan darah meningkat, keluar keringat dingin dan jantung
Kerusakan sel
Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri)
Resiko
ketidakefektifan
perfusi jarngan
serebral
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan laboratorium dan imaging seperti
G. Penatalaksanaan
opium, seperti morfin dan kodein. Narkotik meredakan nyeri dan memberikan
perasaan euphoria. Semua opiate menimbulkan sedikit rasa kantuk pada awalnya
ketika pertama kali diberikan, tetapi dengan pemberian yang teratur, efek samping ini
cenderung menurun. Opiat juga menimbulkan mual, muntah, konstipasi, dan depresi
pernapasan serta harus digunakan secara hati- hati pada klien yang mengalami
gangguan pernapasan.
AINS seperti aspirin dan ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerja
di ujung saraf perifer pada daerh luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi
dikembangkan untuk tujuan selain penghilang nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi
nyeri kronis tipe tertentu selain melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau obat
menyakitkan, kecemasan, stress, dan ketegangan sehingga klien dapat tidur nyenyak.
Antidepresan digunakan untuk mengatasi depresi dan gangguan alam perasaan yang
Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi dapat dilakukan dengan cara teknik
relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan
berespons pada kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan
otot. Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot
1) Efflurage Massage
memberi tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan arah sirkular secara
2) Terapi Musik
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentukdan gaya yang
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas
teknik relaksasi bernafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
5) Kompres Hangat
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat yang dapat
Doa seperti halnya dzikir, ialah sarana bagi seseorang hamba untuk selalu
mengingat Allah, dengan doa seorang bisa menjadi merasa lebih baik, adapun doa
H. Pengkajian keperawatan
Mengukur intensitas nyeri adalah bagian penting dalam penilaian awal pasien dan
hali ini dilakukan secara terus-menerus. Terdapat berbagai skala nyeri yang sudah
divalidasi yang dapat membantu pengukuran nyeri. alat pengukuran nyeri ini terdiri
haruslah melibatkan baik kerangka waktu dan konteks klinis nyeri. pasien dengan
nyeri akut biasanya diminta untuk menggambarkan nyeri saat ini dapat ditanya
tentang intensitas rata-rata selama satu periode tertentu untuk menetapkan informasi
terpisah untuk nyeri rata-rata, nyeri terburuk dan teringan (Zacharoff dkk, 2010;
AMA, 2013).
1. Karakteristik nyeri
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus nyeri pada klien, dalam
hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang
lain-lain, dimana tiap klien mungkin berbeda dalam melaporkan kualitas nyeri
Misalnya, perawat dapat mengatakan “Coba jelaskan pada saya, seperti apa
nyeri yang Anda rasakan” perawat dapat memberikan klien daftar istilah untuk
mendeskripsikan nyeri hanya apabila klien tidak mampu menggambarkan
c. Lokasi (R : Regio)
Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien
untuk melacak daerah nyeri dari titik yangpaling nyeri, kemungkinan hal ini
pada abdomen”.
nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Namun
kesulitannya adalah makna dari istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan
klien serta tidak adanya batasan khusus yang membedakan antara nyeri ringan,
sedang, dan berat. Hal ini juga biasa disebabkan karena memang pengalaman
sering nyeri kambuh?, atau yang lainya dengan kata yang semakna.
2. Data dasar
a. Data pasien
Identitas nama pasien, alamat, umur & tanggal lahir, tanggal masuk, tanggal
pasien.
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Berisi tentang penyakit yang diderita pasien saat ini, proses penyakit yang
ada.
klien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : bentuk kepala, warna & bentuk rambut, kebersihan daerah kepala
5) Mulut : bentuk mulut, membran mukosa bibir, gigi, lidah dan stomatitis
7) Dada :
8) Abdomen :
c) Perkusi : timpani
pengetahuan klien dan keluarga klien tentang risiko infeksi pada luka yang
asupan gizi. Pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit dan
3) Mengkaji nutrisi
kekurangan dari salah satu nutrisi salah satu unsur nutrisi seperti energi,
g. Pola eliminasi
penyakitnya.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik
2. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan dengan Hipertens
J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
2 10:30 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI : Pemantauan tekanan intra cranial 1. Untuk mengetahui tanda-
selama1x24jam diharapkan perfusi Observasi tanda vital sekarang
serebral meningkat m. Monitor peningkatan tekanan darah 2. Untuk mengetahui
Ekspetasi :Meningkat n. Monitor tekanan nadi perubahan nadi
Kriteriahasil : Edukasi 3. Untuk mengurangi
-TD sistolik (4) Lakukan senam anti hipertensi peningkatan tekanan darah
- TD diastolic (4)
DAFTAR PUSTAKA
Berman, S. K. (2009). Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2012. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Eka (2011). Jurnal online Mengenal Terapi
Musik.http://www.terapimusik.com/terapi_musik.htm.
Fitriani, R. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Respon
Adaptasi Nyeri Pada Pasien Inpartu Kala 1 Fase Laten Di RSKDIA Siti
Fatimah Makasar
Heardman,T. H. (2012-2014). Nursing diagnosis: Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC.
Prasetyo, S. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Suarilah. (2013). Guided Imagery and Music (GIM) menurunkan intensitas
nyeri pasien pist section caesarea betbasis adaptasi roy
Sinardja, S, P. Aribawa, I, M. (2013). Penatalaksanaan Nyeri Akut Pada Pasien
Dengan Controlled Analgesia
Smeltzer, S. C (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
PPNI, T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
16
17