Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Hakekat Manusia Bertuhan
Dosen Pengampu : Ahmad Abdul Rochim, M.Pd

Dibuat :
Bet Rijkiyah

Pendidikan Guru Sekolah Dasar


STKIP Pangeran Dharma Kusuma Indramayu
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kami karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini, dan terus dapat menimba ilmu di Universitas STKIP Pangeran Dharma Kusuma
Indramayu.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari,
agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan
negara.
Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat
berharap perbaikan, kritk dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat
kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi saya sendiri umumnya para pembaca makalah ini.

Tasikmalaya, 16 September 2021


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................. 3
A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan....................................................................................................... 4
BAB II................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ....................................................................................... ............ 5
A. Spiritualitas Sebagai Landasan Kebertuhanan ......................................... 5
B. Manusia Memerlukan Spiritualitas .......................................................... 7
C. Eksistensi Tuhan dari Pelbagai Perspektf ................................................ 9
D. Epistemologi Manusia dalam Mengimani Tuhan .................................... 14
BAB III ................................................................................................................ 18
PENUTUPAN....................................................................................................... 18
A. Kesimpulan.............................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setap manusia di dunia ini adalah sebagai abd. Dari itu, manusia harus
Memiliki suatu pegangan hidup yang dengannya manusia dapat mencapai tujuan
Hidupnya. Sehingga apabila ada sesuatu yang membuat manusia berpaling
bahkan
Membelok dari tujuannya, maka sesuatu yang dijadikan pegangan akan terus
Mengarahkan dan membimbing untuk meraihnya. Sebagai seorang muslim,
tujuan
Hidup ini tdak hanya semata mencari kebahagiaan di dunia, akan tetapi juga
Mengharapkan kebahagiaan di akhirat kelak. Dua kebahagiaan tadi tdak akan
Terwujud jika tdak adanya rasa percaya kepada Sang Khaliq. Karena dengan
kehendakNyalah, Allah memberikan petunjuk yang akan menuntun manusia
untuk
mewujudkan segala yang diharapkan.
Rasa percaya tadi dapat tumbuh dalam diri seseorang dengan cara
Bermakrifat kepada Allah. Cara bermakrifat kepada Allah dapat ditempuh dengan
Dua cara, yakni berpikir dan menganalisa makhluk Allah dan bermakrifat terhadap
Nama-nama dan sifat-sifat Allah. Makrifat kepada Allah merupakan makrifat yang
Paling agung dan sebagai asas yang dijadikan standar dalam kehidupan rohani
Seseorang.
Manusia tdak bisa lepas dari Dzat yang disebut Tuhan, yaitu Dzat yang
Mengendalikan roda kehidupan seluruh alam dengan peranan yang mutlak.
Tuhan
Berkuasa penuh terhadap segala aspek kehidupan manusia. Tuhan itu ada dan
tdak
Dapat dipungkiri keberadaan-Nya.
Maksud dari ftrah Allah adalah ciptaan Allah. Manusia diciptakan Alah
Mempunyai naluri beragama. Hal ini dimulai semenjak manusia sudah mulai
dalam
Kandungan.
“Tidakkah yang dilahirkan itu kecuali dilahirkan dalam keadaan ftrah,
Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi sebagaiman seekor hewan yang melahirkan dalam kondisi lengkap, adakah
Kau dapat dalam bentuk cacat?” (HHadits Imam Al Bukhari dan Imam Muslim).
“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu mengeluarkan anak-anak keturunan Adam
Dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (Hseraya
Berfrman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Benar (HEngkau
Tuhan kami), kami menjadi “saksi”. (HKami lakukan yang sedemikian itu) agar
Dihari kiamat kamu tdak menyatakan: Sesungguhnya kami (Hbani Adam) adalah
Orang-orang yang lengah terhadap ini (Hkeesaan Tuhan)” (HQS Al Araf: 172).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertan dari spiritualitas sebagai landasan kebertuhanan ?
2. Apa maksud dari manusia memerlukan spiritualitas ?
3. Bagaimanakah eksistensi Tuhan dari pelbagai perspektf ?
4. Bagaimanakah epistemologi manusia dalam mengimani tuhan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertan dari spiritualitas sebagai landasan
kebertuhanan.
2. Mengetahui maksud dari manusia memerlukan spiritualitas.
3. Mengetahui eksistensi Tuhan dari pelbagai perspektf.
4. Mengetahui epistemologi manusia dalam mengimani tuhan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Spiritualitas Sebagai Landasan Kebertuhanan


Secara etmologis Kamus Besar Bahasa Indonesia (HKBBI), kata “spirit” berart:
Semangat, jiwa, sukma, roh. Sedangkan “spiritual” berart: berhubungan dengan
Atau bersifat kejiwaan (Hrohani, batn). Spritual beratkan adanya keterkaitan
antara
Diri seseorang terhadap kejiwaan (Hbatn, rohani) yang mempengaruhi dalam
setap
Kehidupannya. Spiritualitas adalah dasar dari adanyan kebangkitan atau percaya
diri
Dalam mencapai makna hidup dan tujuan hidup. Spritualitas merupakan bagian
Esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang.

Dengan adanya spiritual yang menguatkan dalam kepercayaan bertuhan,


Manusia dapat memperoleh sebuah petunjuk atau arah sehingga mempermudah
Dalam menjalankan kehidupan. Manusia akan memiliki sebuah kepercayaan yang
Dapat membantunya dalam menjalankan hidup yang baik sehingga kehidupannya
Memiliki arah yang benar.

Spiritualitas memberikan arah dan art pada kehidupan, sepert kebahagiaan.


Kebahagiaan akan terwujud apabila ada ketenangan dan kesejahteraan jiwa, hal
Tersebut tmembutuhkan adanya kekuatan non-fsik yang lebih besar dari dirinya
Yaitu Tuhan.
Menurut Burkhardt (Hdalam Hamid,2000) spiritualitas, meliput aspek sebagai
Beriikut:
1. Berhubungan dengan ketdak pastan dalam kehidupan.
Yang mana dalam hal ini manusia akan di hadapkan pada hal-hal yang
Membuatnya tdak merasa past, maka pada masa ini manusia hanay dapat
Berdoa atau memohon bantuan di atas kehendaknya disertai dengan usaha yang
Diharapkan akan membawa pada arah yang baik.

2. Menemukan art dan tujuan hidup.


Menemukan sebuah art dan tujuan kehidupan tdaklah mudah, manusia
Akan di hadapkan berbagai macam kehidupan. Sehingga manusia akan
Menemukan art dari setap kehidupan yang di jalaninya seiring berjalnnya
Waktu dalam mencapai tujuan hidupnya.
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam
Diri sendiri.
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Tuhan.

Dalam menjalani kehidupan, setap manusia yang taat akan merasa adanya
Keteriakatan anatara dirinya dengan Tuhannya. Manusia akan merasa dirinya
Dilindungi, di awasi oleh tuhannya sehingga manusia akan menjalani
kehidupannya
Menuju lebih baik dan akan cenderung takut dalam melakukan hal-hal yang
buruk.
Allah SWT menjelaskan dalam surat Asy-Syams ayat 7-10 sebagai berikut:
“Demi jiwa serta penyempurnaan (Hciptaan)nya, maka Allah mengilhamkan
Kepada jiwa itu (Hperilaku) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung
orang
Yang menyucikannya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (HQs. Asy-
Syams/91: 7-10).

Pada ayat di atas dapat di ketahui bahwa Allah menciptakan jiwa kebaikan dan
Keburukan pada setap hamba-Nya. Setap manusia di anjurkan untuk melakukan
Atau menjalankan jiwa kebaikannya untuk berbuat baik kepada siapapun. Jiwa
Kebaikan itu dapat di peroleh dengan selalu beribadah kepada-Nya, memohon
Ampun, dan meminta pertolongan kepada-Nya. Jiwa keburukan itu akan muncul
Apabila melakukan maksiat dan menjalankan larangannya. Melakukan dan
Mengamalkan perbuatan baik dapat membantu memperoleh sebuah ketenangan
dan
Kententraman yang menghasilakn rasa bahagia. Jiwa yang baik dari manusia akan
Mendapatkan kedudukan yang tnggi di sisi Allah.

Manusia memiliki ftrah (Hkesucian jiwa dan rohani) sejak lahir. Sebagaimana
Yang diungkapkan Ibnu Katsir bahwa manusia sejaklahir telah membawa tauhid
Atau paling tdak ia berkecenderungan untuk meng-Esakan tuhannya, dan terus
Mencari untuk mecapai tujuan tersebut. Fitrah inilah yang menjadi landasan
Manusia untuk landasan kebertuhanan.
A. Manusia Memerlukan Spiritualitas
Secara teologis, manusia adalah makhluk Allah yang ditunjuk sebagai hamba
Dan khalifah-Nya di muka bumi, yang diciptakan dari tanah liat sebagai bahan
baku
Jasadnya dan ia memiliki ruh. Allah berfrman:
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
Kedalamnya ruh (Hciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.”
(HQS. Al-Hijr : 29)

Manusia, berjalan di muka bumi yang dibatasi oleh ruang dan waktu
Memang sesungguhnya hidup di alam makna (Hspiritual). Semua manusia
Dicipta dengan ftrah atau tabiat bawaan spiritual. Masalahnya hanyalah
Apakah ftrah itu diaktualkan atau tdak, antara lain lewat berbagai lathan
Spiritual dan asketsme (Hsikap hidup prihatn) yang membersihkan cermin –
Rohaninya. Pada puncaknya kita baru boleh bicara tentang aspek -aspek
Lahir atau “profan” agama, sepert hukum, juga politk, dalam kerangka
Esensi spiritual ini. Lebih jauh lagi, jika tdak dilambari makna -makna
Spiritualnya, concern keduniaan kita yang “profan” itu akan kehilangan
Fungsinya. Malah, sepert makin banyak kita melihat belakangan ini, i a
Jadi sumber kerusakan dan perusakan
Di jaman modern ini, semua aspek kehidupan manusia berubah. Manusia
Cenderung tdak memercayai agama dan selalu berpikir rasional materialisme.
Mereka tdak mempercayai adanya spirit yang ada pada dirinya, karena hal
tersebut
Secara materi tdak pernah ada. Deliar Noer memberikan ciri-ciri modern sebagai
Berikut :
1. Bersifat rasional, yaitu lebih mengutamakan pendapat akal fkiran dari pada
Pendapat emosi, sebelum melakukan pekerjaan selalu dipertmbangkan untung
Ruginya dan pekerjaan tersebut secara logika dipandang menguntungkan.
2. Berfkir untuk masa depan yang lebih jauh, tdak hanya memikirkan
masalah yang
Bersifat sesaat, tetapi juga selalu melihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
3. Menghargai waktu, yaitu selalu melihat waktu adalah sesuatu yang sangat
berharga
Dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
4. Bersikap terbuka, yaitu mau menerima saran, masukan, baik berupa kritk,
gagasan
Dan perbaikan dari manapun.
5. Berfkir objektf, yaitu melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan
kegunaannya
Bagi masyarakat.
Dari ciri-ciri diatas dapat kita lihat bahwa manusia modern telah
kehilangan
Keyakinan-keyakinan metafsis dan eskatologis. Sebab manusia modern lahir dari
Eksistensialisme yang hanya mengakui eksistensi manusia manakala manusia
Tersebut sudah merdeka. Mereka yang sudah sampai kepada tngkatan pemikiran
Positf. Pada tahapan ini manusia sudah lepas dari pemikiran religius dan
pemikiran
Filosofs yang masih global. Mereka telah sampai kepada pengetahuan yang rinci
Tentang sebab-sebab segala sesuatu yang terjadi pada alam semesta ini
Melihat hal tersebut manusia tdak lagi memiliki penopang atau sandaran
Dalam melakukan kehidupan. Mereka tdak tahu lagi harus berkeluh kesah jika
pada
Suatu saat mengalami kegagalan. Di negara maju, banyak sekali ditemukannya
Kasus bunuh diri. Hal ini karena mereka tdak memiliki penopang hidup yang akan
Terus menopang mereka ketka mereka jatuh. Untuk menghentkan hal tersebut
Maka dibutuhkanlah spiritual. Spirit artnya jiwa. Maka spiritualitas
Atau spirituality adalah kejiwaan atau keruhaniahan. Istlah spiritual dapat
Didefnisikan sebagai pengalaman manusia secara umum dari suatu pengertan
akan
Makna, tujuan dan moralitas.
Oleh karena itu, seseorang sering mengatakan agama sebagai spiritualitas.
Karena agama sendiri adalah moral, yaitu moral hamba pada Tuhannya, hamba
Pada dirinya sendiri, dan hamba dengan sesamanya (Hmasyarakat dan
Lingkungan/alam semesta).
Orang yang memiliki spiritualitas berart orang yang bertndak sesuai hat
Nurani. Dalam konteks individual, ketka seorang mengalami penyakit,
Kehilangan, galau dan stres, kekuatan spiritual dapat membantu individu tersebut
Menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan dengan atau melalui pemenuhan
Kebutuhan spiritual. Dalam konteks bermasyarakat, spiritualitas berperan dalam
Meningkatkan rasa solidaritas antar sesama makhluk sosial, rasa saling
Membutuhkan dan saling menolong satu samalain merupakan dorongan dari
dalam
Diri setap orang.
Ya, agama itu spiritualitas. Dari spiritualitas lahir moralitas dan
Rahmat (Hcinta kasih) bagi alam semesta. Maka, meski boleh jadi
Bersinggungan dengan politk, ia tdak boleh dijadikan ideologi, front-
Front konfik akan terbuka: baik dengan pengikut agama yang sama
Maupun pengikut agama dan kelompok lain. Maka agama perlu
Dikembalikan ke posisinya sebagai panduan kegiatan pembersihan hat
Secara terus-menerus, panduan moral dan pendorong amal-amal saleh:
Sebagai rahmat atas semesta alam.
Spiritualitas memberikan ekspresi bahwa ada sesuatu didalam diri kita; yang
Berkaitan dengan perasaan, dengan kekuatan yang datang dari dalam diri kita,
Dengan mengetahui diri terdalam kita. Spiritualitas merupakan sebuah istlah
Dimana banyak orang menginginkannya untuk dapat dimasukan kedalam
Kehidupan kita. Spiritualitas dapat merefeksikan nilai sepert memberikan
Kontribusi kepada umat manusia serta alam semesta. Peran spiritualitas sangat
Berperan pentng bagi kehidupan kita baik terhadap kehidupan berkeluarga,
Beragama bahkan pada kehidupan kerja kita.
Spiritualitas membantu individu dalam menemukan makna dan tujuan
Dalam hidup mereka dan lebih menunjukkan nilai personalnya. Nilai personal ini
Merefeksikan hasrat untuk membuat perbedaan dan membantu untuk membuat
Dunia lebih bermakna. Maka dari itu, memiliki spiritualitas dikehidupan sehari–
hari
Sangat pentng untuk membuat kita menjadi individu yang utuh dan bermakna.
A. Eksistensi Tuhan dari Pelbagai Perspekti
Dalam khazanah pemikiran umat islam diskusi tentang Tuhan adalah
Pembiracaan yang tda pernah tuntas dan selalu menjadi polemik. Itulah
sebabnya
Ilmu yang membicarakan Tuhan disebut dengan ilmu kalam dan pengkajiannya
Disebut dengan mustakallimn karena ilmu yang membicarakan kalam selalu
Diperbicangkan dan diperdebatkan tanpa kata tuntas.
Tuhan dalam bahasa Indonesia disinyalir dari kata tuan yang mengalami
Gejala bahasa paramasual sehingga diberi tembahan bunyi “h” sepert “empas”
Menjadi “hempas”, “embus” menjadi “hempus”.
Untu Tuhan k lebih detail mengulas eksistensi Tuhan dan bagaimana agar dapat
Merasakan kehadiran-Nya, berikut akan diuraikan dari pelbagai tnjauan.
Kajian ini membahas perspektf masyarakat kontemporer terhadap eksistensi
dan Agama dan kaitannya dengan kehidupan prakts manusia. Pembahasan
Menggunakan pendekatan flosofs atau flsafat ke-Tuhanan dengan tujuan untuk
Memperoleh pemahaman secara menyeluruh dan mendasar terhadap hakikat
keberTuhanan dan keberagamaan masyarakat dewasa ini. Eksistensi Tuhan dan
agama
Selalu menjadi perbincangan bahkan menjadi perdebatan sepanjang sejarah umat
Manusia. Perdebatan yang tak kunjung selesai itu telah melahirkan berbagai
Pandangan yang satu dengan lainnya sangat berbeda bahkan bertentangan. Fakta
Belakangan ini menunjukkan bahwa secara teologis ada yang bertuhan dan
Beragama hanya pada tataran teorets tapi tdak dalam tataran prakts (Hatheisme
Prakts/sekularisme), ada yang berlindung di balik ketdak mampuan atau
Kemustahilan manusia mengetahui Tuhan (Hagnotsisme) bahkan ada yang sama
Sekali mengingkari Tuhan dan agama baik secara teorets maupun prakts
(Hatheisme).

 Eksistensi Tuhan dalam Tinjauan Psikologi


Meskipun pada dasarnya psikologi islam ini sudah berkembang
Sebelumkemunculan paham-paham psikologi barat. Namun tdak banyak orang
Tahu apa yang menjadi latar belakang maraknya istlah psikologi islam.Hal
pertama
Yang menjadi landasan populernya istlah psikologi islam adalah dikarenakan
Banyaknya kerusakan moral dan aspek spiritual dalam kehidupan manusia. Hal ini
Dikuatkan dengan pernyataan Erich Form yang mengemukakan bahwa telah
terjadi
Fenomena yang ironi dalam kehidupan saat ini. Karena manusia yang terasa
Dianggap sukses dalam hal dunia dan material, namun ternyata kehidupan
manusia
Masih banyak yang hat dan jiwanya merasa kosong.Yang demikian dapat terjadi
Dinilai karena manusia (Hkhususnya umat islam) telah menjadikan rujukan-rujukan
Dan pemikiran-pemikiran barat sebagai pedoman dalam hidupnya. Sehingga
paham
Yang dianggap bertentangan dengan islam-pun dijadikan sebagai ideologi.
Padahal pemikiran modern hanya bisa menyentuh kenyataan yang tampak
(Hinderawi) saja, ia tdak dapat memahami kenyataan tak tampak
(Hnoninderawi).Atas dasar hal tersebutlah, psikologi islam hadir ditengah-tengah
Psikologi modern. Psikologi islam dianggap mampu menjawab
pertanyaanpertanyaan yang bersifat psiko-spiritual yang seringkali muncul
sebagai masalah
Manusia modern.

 Eksistensi Tuhan dalam Tinjauan Sosiologi


Sosiologi mempelajari masyarakat umum secara sosiologis, namun dalam
Ilmu sosiologi terdapat cabang ilmu yang mempelajari secara khusus masyarakat

Beragama, yang di kenal sebagai ilmu Sosiologi Agama. Objek dari penelitan
Sosiologi agama adalah masyarakat beragama yang memiliki kelompok-kelompok
Keagamaan. Sepert misalnya, kelompok Kristen, Islam, Budha dll. Sosiologi
Agama memang tdak mempelajari ajaran-ajaran moral, doktrin, wahyu dari
agamaagama itu, tetapi hanya mempelajari fenomena-fenomena yang muncul
dari
Masyarakat yang beragama tersebut. Namun demikian, ajaran-ajaran moral,
Doktrin, wahyu dapat dipandang sebagai variabel-variabel yang mempengaruhi
Fenomena-fenomena yang muncul tersebut.
Atas dasar itu kita juga dapat berbicara tentang wahyu sebagai variabel dari
Masyarakat yang beragama, meskipun bukan itu yang menjadi ttk tolaknya. Lain
Halnya dengan perspektf teologi, jika dipandang dari sosiologi, agama tdak
dilihat
Berdasarkan wahyu yang datang dari atas, tetapi dilihat atas dasar pengalaman
Konkrit pada masa kini maupun pada masa lampau. Jadi apa itu agama didasarkan
Pada pengalaman manusia.
Manusia dalam hidupnya senantasa bergumul dengan ketdakpastan akan
Hari esok, keberuntungan, kesehatan dsb. Manusia juga bergumul dengan
Ketdakmampuannya yaitu untuk mencapai apa yang diharapkan, baik yang
bersifat
Sehari-hari maupun yang ideal. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan manusia.
Ketdakmampuan ini terus dialami baik oleh manusia primitf maupun modern.
Misalnya, mengapa manusia harus mat, bagaimana menghindari kematan,
Bagaimana menghindari bencana alam dsb. Dalam ketdakmampuan ini manusia
Mencari pertolongan, juga kepada kekuatan-kekuatan yang ada di luar dunia,
yang
Tidak kelihatan/supranatural.

Dalam pencarian tersebut manusia terus mengalami tahap perkembangan,


Yaitu mulai dari tahap anismisme, politeisme dan kemudian monoteisme. Pada
Tahap animisme manusia percaya bahwa semua benda memiliki jiwa atau roh
yang
Dapat memberi pertolongan kepadanya. Sedangkan pada tahap politeisme yang
Dikenal sebagai tahap yang lebih tnggi dari tahap animisme, di mana manusia
telah
Mengenal konsep-konsep tentang tuhan/dewa yang berada di luar sana. Namun
Tuhan/dewa tersebut banyak jumlahnya. Dan mereka mulai menyembah
tuhantuhan mereka sesuai dengan apa yang mereka yakini mampu memberi
pertolongan
Kepada mereka. Tahap terakhir adalah monoteisme sebagai tahap yang tertnggi.
Pada tahap ini manusia memiliki konsep tentang tuhan/dewa yang esa, yang tdak
Terbagi-bagi dan merupakan sumber segala sesuatu yang mampu menolong dan
Menjawab segala keterbatasan-keterbatasannya.
Dalam mencapai hal tersebut di atas (Hkebahagiaan) manusia melakukan
Usaha non-religius selama manusia masih mampu meraih kebahagiaan. Namun,
jika
Usaha ini gagal, maka manusia melakukan metode lain (Hanimisme-
politeismemonoteisme), yaitu dengan kekuatan yang tdak dapat dijangkau oleh
panca indra,
Namun yang diyakini ada dan dapat membantunya. Bahkan keyakinan itu
Diwujudkan bukan saja pada saat dia mengalami ketdakmampuan tadi, tetapi
juga
Terus berperan dalam seluruh hidupnya. Yaitu melalui tahap-tahap tadi. Dan
inilah
Yang disebut agama dalam art luas.
Jadi dalam perspektf sosiologi, sebenarnya agama adalah ciptaan manusia.
Lebih jauh lagi sebetulnya manusia menciptakan Tuhan bagi kepentngannya
Sendiri, yaitu untuk mengatasi ketdakpastannya, ketdakmampuannya dan
Keterbatasannya.
Refeksi. Dapat terbuka terhadap berbagai sudut pandang mengenai agama,
Merupakan modal awal menjadi makhluk religius yang budiman. Memiliki sikap
Sepert ini akan membawa kita terus bergerak progresif ke arah pemahaman yang
Lebih dalam mengenai agama, bahkan makna Tuhan itu sendiri. Sehingga
Kehidupan beragama kita senantasa mencerahkan, serta mampu membawa
Kebaikan bagi sesama kita, baik yang beragama maupun yang tdak beragama
Sekalipun.

 Eksistensi Tuhan dalam Tinjauan Teologi


Islam sebagai agama rahmatan lilalamin, tentu saja landasan hukum
Dasarnya adalah Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai sumber ilmu pengetahuan yang
Memuat nilai-nilai untuk mengkerangkai tata kehidupan ini. Sebagai agama
rahmat
Bagi seluruh alam yang kebenarannya dianggab absolute, maka haruslah dikaji
dari
Berbagai macam perspektf untuk menemukan ajaran Islam yang seutuhnya dan
Sesungguhnya ditengah agama-agama yang ada.
Pada konstek saat ini, acapkali Islam dianggap sebagai agama teroris,
agama
Yang mengedepankan kekerasan (Hanarkis), agama yang stagnan (Hkarena doktrin
Ditutupnya pintu ijthad), agama primitf, semua itu secara mendasar melahirkan
Islam yang terkotak-kotak. Ada Islam NU, Islam Muhammadiyah, ada Islam
Mu’tazilah, ada Islam Syia’ah, dan seterusnya. Yang manakah menurut Tuhan
yang
Paling benar. Semuanya terlahir dari sebuah konsepsi pemikiran manusia yang
Mempunyai keyakinan pribadi dengan menunjukkan dalil-dalil yang sesuai dengan
Tradisi (Hkonstektual).
Diakui ataupun tdak, pada hakekatnya Islam secara legal formal terlahir
di
Negara arab, dan yang membawa risalah tersebut adalah Muhammad yang
dibabts
Oleh Tuhan menjadi seorang nabi dan Rasul (HUtusan) Tuhan dimuka bumi untuk
Menyampaikan ajaran tentang seluruh kehidupan, karena hal tersebut sudah
tertera
Didalam Al-, baik yang tersurat maupun yang tersirat, walaupun banyak para
Tokoh muslim maupun non muslim yang berusaha untuk mendekonstruksi
Anggapan mayoritas kebenaran itu sendiri, baik melalui fakta-fakta aktual
maupun
Secara teorits-empiris.
Islam sebagai landasan teologis dalam bingkai membangun daya
Intelektualisme gerakan kader-kader HMI sejauh mana kebenaran tersebut
mampu
Dicapai sebagai agama rahmatan lil alamin yang kebenarannya absolute?. Dalam
Lintasan sejarah perjalanannya Islam dalam lingkaran mult tafsir telah melahirkan
Suatu pemahaman yang bebeda-beda didalam tubuh ummat muslim, sehingga
Banyak anekdot-anekdot truth claim baik diinternal ummat beragama maupun
Sesama agama. Ada yang mengatakan semua agama secara substansi mempunyai
Kebenarannya masing-masing, namun hal itu kami kira bisa dibantah, karena
Pemahaman dari keber-agama-an dan keberagaman tersebut tdak bisa diukur
Secara teorits ansich. Sebab secara teorits-aplikatf semua agama tdak lepas dari
Perkembangan zaman yang didalamnya past akan menuai perubahan-perubahan,
Disanalah sebenarnya keikutsertaan manusia dalam merumuskan ajaran
agamanya.
Islam sebagai agama samawi, yang mempunyai ajaran universal, menuntut
Sebuah interpretasi yang utuh, sebagai landasan dan pemeahaman yang
menyeluruh
Terhadap pemahaman keagamaan ummat muslim, dan juga sebagai tang yang
Mampu menjadi penyangga nilai-nilai kebenaran, yang tdak hanya dari Tuhan,
Tetapi juga kebenaran dari manusia yang mampu untuk dipertanggung jawabkan.
Islam sebagai agama yang mempunyai kebenaran mutlak yang datang dari
Tuhan semesta alam, sebenarnya sudah mulai tercerabut oleh campur tangan dan
Pemikiran manusia yang berbeda-beda, sehingga melahirkan kelompok-kelompok
Yang cenderung arogan, merasa paling benar, dan menganggap kelompok lain
Salah, melahirkan kelompok anarkhis dengan mengatasnamakan jihad f sabilillah,
Sampai dengan sangat ironis, kelompok Islam menghakimi kelompok Islam pula,
Bahkan kelompok Islam tersebut adalah aliran yang sangat sesat, suatu fenomena
Tentang keyakianan yang dibawa keranah social.

A. Epistemologi Manusia dalam Mengimani Tuhan


Epistemologi (Hdari bahasa Yunani, epistēmē, artnya “pengetahuan”,
Dan, logos, artnya “diskursus”) adalah cabang dari flsafat yang berkaitan dengan
Teori pengetahuan.Epistemologi mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan,
Justfkasi, dan rasionalitas keyakinan.Orang yang memiliki keimanan kepada Allah
Harus dibuktkan dengan amal saleh. Inilah yang menjadi patokan bagi seseorang
Untuk menilai orang lain baik atau tdak baik. Nabi mengisyaratkan bahwa
indikator
Keimanan minimal ada 73 macam, yang paling sederhana adalah menyingkirkan
Duri di jalan umum hingga rasa cinta yang tnggi kepada Allah dan rasulnya.
Iman terbentuk karena peran Allah dan manusia. Peran Allah dalam
Pembentukan iman terletak pada karunia-Nya berupa akal dan potensi
kebertuhanan
Yang disebut dengan roh. Karena adanya akal dan roh inilah, manusia mempunyai
Potensi keimanan kepada Allah. Namun, mengingat potensi tersebut harus
Dipersiapkan dengan cara tertentu sehingga menjadi keyakinan, maka iman pun
Membutuhkan peran manusia. Proses pembelajaran, pembiasaan, pengalaman
dan
Indokritnitas yang dilakukan oleh guru, orang tua, orang orang di sekitar serta
Kebiasaan sosial juga bisa menjadi faktor lain yang mempengaruhi pembentukan
Iman. Berikut adalah beberapa contoh peran manusia dalam meningkatan
keimanan
Terhadap Allah,
1. Bergaul dengan orang orang yang salih
Tidak diragukan lagi bahwa berteman dengan orang-orang yang shalih
Adalah sebab meningkatnya iman seseorang karena di dalam bergaul
Dengan mereka seseorang akan sering mendapatkan nasehat dan
Peringatan yang bermanfaat untuk dirinya.
2. Membaca Buku-Buku Islam
Salah satu sumber keimanan adalah ilmu yang kita miliki. Adanya
Kebermanfaatan ilmu membuat iman dan taqwa kita semakin bertambah.
Salah satunya dengan membaca buku-buku islam yang diwariskan ulama
Atau orang berilmu secara benar lainnya. Ilmu Tasawuf Modern, Ilmu
Tauhid Islam, dan Ilmu Kalam dalam Islam bisa juga dipelajari karena
Sebagai bagian dari ilmu yang membentuk pondasi keimanan. Buku islam
Ada juga yang dibuat oleh manusia juga.
3. Mengikut pengajian rutn
Dengan emengikut pengajian kita dapat memperoleh ilmu yang baru, dari
Ustad ustad yang mengisi kajian. Selain itu juga dapat memper erat tali
Persaudaraan dengan pengikut pengajian lain
4. Melakukan diskusi mengenai agama islam Bersama dengan tetangga
Ataupun ustad
Dengan melakukan diskusi, maka kita dapat saling berbagi pengalaman
Dan saling berbagi ilmu, untuk meningkatkan keimanan kepada Allah
SWT.
5. Ajakan dari orang lain
Ajakan dari orang lain untuk melakukan kebaikan ataupun kegiatan baik
Sepert , mengaji,sholat,tadarus, dan lain lain. Ajakan dari orang lain
Sepert ini bisa menjadi cara yang ampuh untuk meningkatkan keimanan
Dengan bantuan manusia
Berikut pula cara meningkatkan keimanan yang berasal dari karunia Allah, antara
Lain,
1. Diturunkannya Kitab Suci Alquran
Dengan diturunkannya kitab suci alquran maka kita semakin yakin bahwa
Allah adalah tuhan yang esa yang menciptakan alam dan seisinya.
2. Adanya bencana alam
Bencana alam yang di turunkan oleh Allah adalah salah satu bukt bahwa
Kita sebagai manusia tdak ada apa apanya dibanding Allah . sehingga
Keimanan kita semakin meningkat untuk menyembah Allah dan mohon
Ampun kepada-Nya.
3. Adanya kematan dan kelahiran
Kematan dan kelahiran tdak dapat diprediksi oleh manusia. Hanya Allah
Lah yang tahu kapan waktu kita mat atau kapan waktu lahirnya seorang
Bayi dimuka bumi ini, maka dari itu kita harus waspada karena umur tdak
Ada yang tahu, sehingga kita menjadi tunduk dan taat kepada aturan yang
Telah dibuat oleh Allah.
Begitu banyak peran dari manusia untuk meningkatkan keimanan kepada Allah
SWT. Sebagai manusia, kita harus saling mengingatkan satu sama lain untuk lebih
Beriman dan bertaqwa kepada allah, selain itu juga ada peran dari Allah juga yang
Dapat meningkatkan keimanan kita. Rencana rencana allah yang tdak kita ketahui
Dan bukt kebesaran allah yang sering ditampakkan membuat kita semakin
Memantapkan hat bahwa Allah adalah tuhan yang menciptakan alam dan
Seisinya.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan data, dapat saya simpulkan bahwa Manusia sudah menjadi
ftrahnya
Untuk bertuhan karena spritualitas merupakan bagian esensial dari keseluruhan
Kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Beratkan adanya keterkaitan antara diri
Seseorang terhadap kejiwaan, Dengan adanya spiritual yang menguatkan dalam
Kepercayaan bertuhan, manusia dapat memperoleh sebuah petunjuk atau arah
Sehingga mempermudah dalam menjalankan kehidupan.
Spiritualitas memberikan arah dan art pada kehidupan, sepert kebahagiaan.
Kebahagiaan akan terwujud apabila ada ketenangan dan kesejahteraan jiwa, hal
Tersebut tmembutuhkan adanya kekuatan non-fsik yang lebih besar dari dirinya
Yaitu Tuhan.
Orang yang memiliki spiritualitas berart orang yang bertndak sesuai hat
Nurani. Dalam konteks individual, ketka seorang mengalami penyakit,
Kehilangan, galau dan stres, kekuatan spiritual dapat membantu individu tersebut
Menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan dengan atau melalui pemenuhan
Kebutuhan spiritual. Dalam konteks bermasyarakat, spiritualitas berperan dalam
Meningkatkan rasa solidaritas antar sesama makhluk sosial, rasa saling
Membutuhkan dan saling menolong satu samalain merupakan dorongan dari
dalam
Diri setap orang.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
Kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
Pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
Mengharapkan kritk dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan
Di atas.
DAFTAR PUSTAKA
 https://buletn.k-pin.org/index..php/arsip-artkel/244-spiritualitas-makna-
danfungsi
 Wahyuddin. Zainul Muhibbin. Moh. Saifullof. Chairul Mahfud. Sukamto.
Khoir Miqdarul. M. Syarifudin. 2019. Pendidikan Agama Islam. Surabaya:
Litera Jannata Perkasa.
 Chusnaqumillaila.(H28 oktober 2016). Mengenal Bagaimana Manusia
Bertuhan. Dikutp 4 September 2019 dari Slideshare:
https://www.slideshare.net/chusnaqumillaila/pendidikan-agama-
islammengenal-bagaimana- manusia-bertuha
 Bagir, Haidar. (H9 september 2019). Tentang Agama Dan Spiritualitas.Dikutp
4 September 2019 dari Mizzan:
http://www.mizan.com/tentang-agama-dan-spiritualitas/

  Zainuddin (H11 November 2013). Mengedepankan Spiritualitas Dalam


Beragama. Dikutp 4 september 2019 dari Uin Maulana Malik Ibrahim
Malang:
https://www.uin-malang.ac.id/r/131101/mengedepankan-spiritualitas-
dalamberagama.html

Anda mungkin juga menyukai