Dibuat :
Bet Rijkiyah
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kami karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini, dan terus dapat menimba ilmu di Universitas STKIP Pangeran Dharma Kusuma
Indramayu.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari,
agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan
negara.
Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat
berharap perbaikan, kritk dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat
kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi saya sendiri umumnya para pembaca makalah ini.
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertan dari spiritualitas sebagai landasan
kebertuhanan.
2. Mengetahui maksud dari manusia memerlukan spiritualitas.
3. Mengetahui eksistensi Tuhan dari pelbagai perspektf.
4. Mengetahui epistemologi manusia dalam mengimani tuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam menjalani kehidupan, setap manusia yang taat akan merasa adanya
Keteriakatan anatara dirinya dengan Tuhannya. Manusia akan merasa dirinya
Dilindungi, di awasi oleh tuhannya sehingga manusia akan menjalani
kehidupannya
Menuju lebih baik dan akan cenderung takut dalam melakukan hal-hal yang
buruk.
Allah SWT menjelaskan dalam surat Asy-Syams ayat 7-10 sebagai berikut:
“Demi jiwa serta penyempurnaan (Hciptaan)nya, maka Allah mengilhamkan
Kepada jiwa itu (Hperilaku) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung
orang
Yang menyucikannya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (HQs. Asy-
Syams/91: 7-10).
Pada ayat di atas dapat di ketahui bahwa Allah menciptakan jiwa kebaikan dan
Keburukan pada setap hamba-Nya. Setap manusia di anjurkan untuk melakukan
Atau menjalankan jiwa kebaikannya untuk berbuat baik kepada siapapun. Jiwa
Kebaikan itu dapat di peroleh dengan selalu beribadah kepada-Nya, memohon
Ampun, dan meminta pertolongan kepada-Nya. Jiwa keburukan itu akan muncul
Apabila melakukan maksiat dan menjalankan larangannya. Melakukan dan
Mengamalkan perbuatan baik dapat membantu memperoleh sebuah ketenangan
dan
Kententraman yang menghasilakn rasa bahagia. Jiwa yang baik dari manusia akan
Mendapatkan kedudukan yang tnggi di sisi Allah.
Manusia memiliki ftrah (Hkesucian jiwa dan rohani) sejak lahir. Sebagaimana
Yang diungkapkan Ibnu Katsir bahwa manusia sejaklahir telah membawa tauhid
Atau paling tdak ia berkecenderungan untuk meng-Esakan tuhannya, dan terus
Mencari untuk mecapai tujuan tersebut. Fitrah inilah yang menjadi landasan
Manusia untuk landasan kebertuhanan.
A. Manusia Memerlukan Spiritualitas
Secara teologis, manusia adalah makhluk Allah yang ditunjuk sebagai hamba
Dan khalifah-Nya di muka bumi, yang diciptakan dari tanah liat sebagai bahan
baku
Jasadnya dan ia memiliki ruh. Allah berfrman:
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
Kedalamnya ruh (Hciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.”
(HQS. Al-Hijr : 29)
Manusia, berjalan di muka bumi yang dibatasi oleh ruang dan waktu
Memang sesungguhnya hidup di alam makna (Hspiritual). Semua manusia
Dicipta dengan ftrah atau tabiat bawaan spiritual. Masalahnya hanyalah
Apakah ftrah itu diaktualkan atau tdak, antara lain lewat berbagai lathan
Spiritual dan asketsme (Hsikap hidup prihatn) yang membersihkan cermin –
Rohaninya. Pada puncaknya kita baru boleh bicara tentang aspek -aspek
Lahir atau “profan” agama, sepert hukum, juga politk, dalam kerangka
Esensi spiritual ini. Lebih jauh lagi, jika tdak dilambari makna -makna
Spiritualnya, concern keduniaan kita yang “profan” itu akan kehilangan
Fungsinya. Malah, sepert makin banyak kita melihat belakangan ini, i a
Jadi sumber kerusakan dan perusakan
Di jaman modern ini, semua aspek kehidupan manusia berubah. Manusia
Cenderung tdak memercayai agama dan selalu berpikir rasional materialisme.
Mereka tdak mempercayai adanya spirit yang ada pada dirinya, karena hal
tersebut
Secara materi tdak pernah ada. Deliar Noer memberikan ciri-ciri modern sebagai
Berikut :
1. Bersifat rasional, yaitu lebih mengutamakan pendapat akal fkiran dari pada
Pendapat emosi, sebelum melakukan pekerjaan selalu dipertmbangkan untung
Ruginya dan pekerjaan tersebut secara logika dipandang menguntungkan.
2. Berfkir untuk masa depan yang lebih jauh, tdak hanya memikirkan
masalah yang
Bersifat sesaat, tetapi juga selalu melihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
3. Menghargai waktu, yaitu selalu melihat waktu adalah sesuatu yang sangat
berharga
Dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
4. Bersikap terbuka, yaitu mau menerima saran, masukan, baik berupa kritk,
gagasan
Dan perbaikan dari manapun.
5. Berfkir objektf, yaitu melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan
kegunaannya
Bagi masyarakat.
Dari ciri-ciri diatas dapat kita lihat bahwa manusia modern telah
kehilangan
Keyakinan-keyakinan metafsis dan eskatologis. Sebab manusia modern lahir dari
Eksistensialisme yang hanya mengakui eksistensi manusia manakala manusia
Tersebut sudah merdeka. Mereka yang sudah sampai kepada tngkatan pemikiran
Positf. Pada tahapan ini manusia sudah lepas dari pemikiran religius dan
pemikiran
Filosofs yang masih global. Mereka telah sampai kepada pengetahuan yang rinci
Tentang sebab-sebab segala sesuatu yang terjadi pada alam semesta ini
Melihat hal tersebut manusia tdak lagi memiliki penopang atau sandaran
Dalam melakukan kehidupan. Mereka tdak tahu lagi harus berkeluh kesah jika
pada
Suatu saat mengalami kegagalan. Di negara maju, banyak sekali ditemukannya
Kasus bunuh diri. Hal ini karena mereka tdak memiliki penopang hidup yang akan
Terus menopang mereka ketka mereka jatuh. Untuk menghentkan hal tersebut
Maka dibutuhkanlah spiritual. Spirit artnya jiwa. Maka spiritualitas
Atau spirituality adalah kejiwaan atau keruhaniahan. Istlah spiritual dapat
Didefnisikan sebagai pengalaman manusia secara umum dari suatu pengertan
akan
Makna, tujuan dan moralitas.
Oleh karena itu, seseorang sering mengatakan agama sebagai spiritualitas.
Karena agama sendiri adalah moral, yaitu moral hamba pada Tuhannya, hamba
Pada dirinya sendiri, dan hamba dengan sesamanya (Hmasyarakat dan
Lingkungan/alam semesta).
Orang yang memiliki spiritualitas berart orang yang bertndak sesuai hat
Nurani. Dalam konteks individual, ketka seorang mengalami penyakit,
Kehilangan, galau dan stres, kekuatan spiritual dapat membantu individu tersebut
Menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan dengan atau melalui pemenuhan
Kebutuhan spiritual. Dalam konteks bermasyarakat, spiritualitas berperan dalam
Meningkatkan rasa solidaritas antar sesama makhluk sosial, rasa saling
Membutuhkan dan saling menolong satu samalain merupakan dorongan dari
dalam
Diri setap orang.
Ya, agama itu spiritualitas. Dari spiritualitas lahir moralitas dan
Rahmat (Hcinta kasih) bagi alam semesta. Maka, meski boleh jadi
Bersinggungan dengan politk, ia tdak boleh dijadikan ideologi, front-
Front konfik akan terbuka: baik dengan pengikut agama yang sama
Maupun pengikut agama dan kelompok lain. Maka agama perlu
Dikembalikan ke posisinya sebagai panduan kegiatan pembersihan hat
Secara terus-menerus, panduan moral dan pendorong amal-amal saleh:
Sebagai rahmat atas semesta alam.
Spiritualitas memberikan ekspresi bahwa ada sesuatu didalam diri kita; yang
Berkaitan dengan perasaan, dengan kekuatan yang datang dari dalam diri kita,
Dengan mengetahui diri terdalam kita. Spiritualitas merupakan sebuah istlah
Dimana banyak orang menginginkannya untuk dapat dimasukan kedalam
Kehidupan kita. Spiritualitas dapat merefeksikan nilai sepert memberikan
Kontribusi kepada umat manusia serta alam semesta. Peran spiritualitas sangat
Berperan pentng bagi kehidupan kita baik terhadap kehidupan berkeluarga,
Beragama bahkan pada kehidupan kerja kita.
Spiritualitas membantu individu dalam menemukan makna dan tujuan
Dalam hidup mereka dan lebih menunjukkan nilai personalnya. Nilai personal ini
Merefeksikan hasrat untuk membuat perbedaan dan membantu untuk membuat
Dunia lebih bermakna. Maka dari itu, memiliki spiritualitas dikehidupan sehari–
hari
Sangat pentng untuk membuat kita menjadi individu yang utuh dan bermakna.
A. Eksistensi Tuhan dari Pelbagai Perspekti
Dalam khazanah pemikiran umat islam diskusi tentang Tuhan adalah
Pembiracaan yang tda pernah tuntas dan selalu menjadi polemik. Itulah
sebabnya
Ilmu yang membicarakan Tuhan disebut dengan ilmu kalam dan pengkajiannya
Disebut dengan mustakallimn karena ilmu yang membicarakan kalam selalu
Diperbicangkan dan diperdebatkan tanpa kata tuntas.
Tuhan dalam bahasa Indonesia disinyalir dari kata tuan yang mengalami
Gejala bahasa paramasual sehingga diberi tembahan bunyi “h” sepert “empas”
Menjadi “hempas”, “embus” menjadi “hempus”.
Untu Tuhan k lebih detail mengulas eksistensi Tuhan dan bagaimana agar dapat
Merasakan kehadiran-Nya, berikut akan diuraikan dari pelbagai tnjauan.
Kajian ini membahas perspektf masyarakat kontemporer terhadap eksistensi
dan Agama dan kaitannya dengan kehidupan prakts manusia. Pembahasan
Menggunakan pendekatan flosofs atau flsafat ke-Tuhanan dengan tujuan untuk
Memperoleh pemahaman secara menyeluruh dan mendasar terhadap hakikat
keberTuhanan dan keberagamaan masyarakat dewasa ini. Eksistensi Tuhan dan
agama
Selalu menjadi perbincangan bahkan menjadi perdebatan sepanjang sejarah umat
Manusia. Perdebatan yang tak kunjung selesai itu telah melahirkan berbagai
Pandangan yang satu dengan lainnya sangat berbeda bahkan bertentangan. Fakta
Belakangan ini menunjukkan bahwa secara teologis ada yang bertuhan dan
Beragama hanya pada tataran teorets tapi tdak dalam tataran prakts (Hatheisme
Prakts/sekularisme), ada yang berlindung di balik ketdak mampuan atau
Kemustahilan manusia mengetahui Tuhan (Hagnotsisme) bahkan ada yang sama
Sekali mengingkari Tuhan dan agama baik secara teorets maupun prakts
(Hatheisme).
Beragama, yang di kenal sebagai ilmu Sosiologi Agama. Objek dari penelitan
Sosiologi agama adalah masyarakat beragama yang memiliki kelompok-kelompok
Keagamaan. Sepert misalnya, kelompok Kristen, Islam, Budha dll. Sosiologi
Agama memang tdak mempelajari ajaran-ajaran moral, doktrin, wahyu dari
agamaagama itu, tetapi hanya mempelajari fenomena-fenomena yang muncul
dari
Masyarakat yang beragama tersebut. Namun demikian, ajaran-ajaran moral,
Doktrin, wahyu dapat dipandang sebagai variabel-variabel yang mempengaruhi
Fenomena-fenomena yang muncul tersebut.
Atas dasar itu kita juga dapat berbicara tentang wahyu sebagai variabel dari
Masyarakat yang beragama, meskipun bukan itu yang menjadi ttk tolaknya. Lain
Halnya dengan perspektf teologi, jika dipandang dari sosiologi, agama tdak
dilihat
Berdasarkan wahyu yang datang dari atas, tetapi dilihat atas dasar pengalaman
Konkrit pada masa kini maupun pada masa lampau. Jadi apa itu agama didasarkan
Pada pengalaman manusia.
Manusia dalam hidupnya senantasa bergumul dengan ketdakpastan akan
Hari esok, keberuntungan, kesehatan dsb. Manusia juga bergumul dengan
Ketdakmampuannya yaitu untuk mencapai apa yang diharapkan, baik yang
bersifat
Sehari-hari maupun yang ideal. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan manusia.
Ketdakmampuan ini terus dialami baik oleh manusia primitf maupun modern.
Misalnya, mengapa manusia harus mat, bagaimana menghindari kematan,
Bagaimana menghindari bencana alam dsb. Dalam ketdakmampuan ini manusia
Mencari pertolongan, juga kepada kekuatan-kekuatan yang ada di luar dunia,
yang
Tidak kelihatan/supranatural.
A. Kesimpulan
Berdasarkan data, dapat saya simpulkan bahwa Manusia sudah menjadi
ftrahnya
Untuk bertuhan karena spritualitas merupakan bagian esensial dari keseluruhan
Kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Beratkan adanya keterkaitan antara diri
Seseorang terhadap kejiwaan, Dengan adanya spiritual yang menguatkan dalam
Kepercayaan bertuhan, manusia dapat memperoleh sebuah petunjuk atau arah
Sehingga mempermudah dalam menjalankan kehidupan.
Spiritualitas memberikan arah dan art pada kehidupan, sepert kebahagiaan.
Kebahagiaan akan terwujud apabila ada ketenangan dan kesejahteraan jiwa, hal
Tersebut tmembutuhkan adanya kekuatan non-fsik yang lebih besar dari dirinya
Yaitu Tuhan.
Orang yang memiliki spiritualitas berart orang yang bertndak sesuai hat
Nurani. Dalam konteks individual, ketka seorang mengalami penyakit,
Kehilangan, galau dan stres, kekuatan spiritual dapat membantu individu tersebut
Menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan dengan atau melalui pemenuhan
Kebutuhan spiritual. Dalam konteks bermasyarakat, spiritualitas berperan dalam
Meningkatkan rasa solidaritas antar sesama makhluk sosial, rasa saling
Membutuhkan dan saling menolong satu samalain merupakan dorongan dari
dalam
Diri setap orang.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
Kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
Pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
Mengharapkan kritk dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan
Di atas.
DAFTAR PUSTAKA
https://buletn.k-pin.org/index..php/arsip-artkel/244-spiritualitas-makna-
danfungsi
Wahyuddin. Zainul Muhibbin. Moh. Saifullof. Chairul Mahfud. Sukamto.
Khoir Miqdarul. M. Syarifudin. 2019. Pendidikan Agama Islam. Surabaya:
Litera Jannata Perkasa.
Chusnaqumillaila.(H28 oktober 2016). Mengenal Bagaimana Manusia
Bertuhan. Dikutp 4 September 2019 dari Slideshare:
https://www.slideshare.net/chusnaqumillaila/pendidikan-agama-
islammengenal-bagaimana- manusia-bertuha
Bagir, Haidar. (H9 september 2019). Tentang Agama Dan Spiritualitas.Dikutp
4 September 2019 dari Mizzan:
http://www.mizan.com/tentang-agama-dan-spiritualitas/