Oleh:
NIP: 10205419920424202105218
September 2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
frekuensi buang air besar (defekasi) lebih dari biasanya/lebih dari 3 kali sehari yang disertai
dengan perubahan konsistensi tinja. disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan
penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis dan faktor lainnya. Berdasarkan
RISKESDAS tahun 2018 insiden kasus diare balita pada daerah DKI Jakarta sebanyak 8.7%.
Menurut profil suku dinas kesehatan Jakarta timur sepanjang tahun 2019 ada 1,973 kasus
dengan incident rate(IR) sebesar 7,17% di wilayah kecamatan Jatinegara dengan tingkat
kasus tertinggi diwilayah Kelurahan Kampung Melayu Kecamatan Jatinegara. Menurut Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2017, DKI Jakarta sendiri angka kejadian diare pada balita cukup
tinggi yaitu 54,23%.2. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela,
Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya
disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella
Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah selain sebagai salah satu kriteria evaluasi
penilaian masa orientasi karyawan baru Puskesmas Kecamatan Jatinegara, juga untuk
mengetahui serta mempelajari lebih jauh mengenai kasus diare hingga penatalaksanaan yang
2
BAB II
STATUS PASIEN
Identitas pasien
No. RM : 03920986
Nama : By. SP
Keluhan Utama :
Keluhan Tambahan :
3 hari sebelum datang ke puskesmas pasien BAB cair sebanyak 3-4x/hari. BAB berwarna
kuning ada ampas, tidak ada lender dan darah, sekali BAB ± sebanyak ¼ gelas. Demam
tinggi naik turun. Batuk berdahak dan pilek. Pasien masih mau menyusu, tidak ada muntah,
3
tidak ada tanda-tanda mimisan atau perdarahan pada gusi. Pasien tampak rewel dan sering
menangis
2 hari sebelum datang ke puskesmas BAB cair 3-4x/hari, warna kuning, ada ampas, tidak ada
1 hari sebelum datang ke puskesmas pasien BAB cair 5-6x/hari, warna kuning, tidak ada
Hari saat datang ke puskesmas sejak pagi pasien tampak lemas dan sesak, sejak semalam
pasien tidak mau tidur dan terus menerus menangis serta tidak mau minum. Saat di bawa ke
Riwayat Pengobatan
Riwayat Kehamilan :
4
ANC teratur di Bidan
Riwayat kelahiran
Pola Makan
ASI Ekslusif
Riwayat Imunisasi :
5
Social kemandirian: menatap wajah ibu/pengasuh (+)
Riwayat Alergi
Riwayat Psikososial
Pemeriksaan Fisik
• Tanda-tanda vital
Suhu : 38.8 oC
Pernapasan : 35 x/menit
6
Antropometri
BB : 3 kg
PB : 48 cm
Status Generalis
Kepala : Normochepal
Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak rontok, ubun-ubun besar cekung (+)
Mata : Cekung (+/+), Edema palpebra (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor , air mata (-/-)
Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-)
Leher
7
Thoraks
Paru
Perkusi : sonor
Jantung
Perkusi : sonor
Absdomen
Palpasi : Abdomen supel, turgor kembali lambat, tidak teraba pembesaran hepar dan
lien
8
Ekstremitas atas
Edema : -/-
Sianosis : -/-
Ekstremitas bawah
Edema : -/-
Sianosis : -/-
Genitalia
normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
9
Resume
An. Perempuan usia 1 Bulan 1 hari BB: 3 kg datang ke UGD Puskesmas diantar oleh
ibunya dengan keluhan BAB cair 5-6x/hari sejak 3 hari sebelum datang ke
puskesmas, febris sejak 3 hari SMRS disertai batuk berdahak, pilek sejak 3 hari
sebelum datang ke puskesmas, tampak rewel, tidak mau minum, dan tampak sesak.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien somnolen, suhu : 38.8oC, nadi : 146
x/menit, pernapasan : 35x/menit, mukosa bibir kering extremitas superior dan inferior
dingin pucat, CRT T>2 detik, turgor kembali dengan lambat.
Assesment
• Diare Akut
• Dehidrasi Berat
• ISPA
Diagnosis
10
Penatalaksanaan
- IVFD NaCl 0.9% 1 jam: 90 cc dalam 1 jam 90 tpm mikro (mulai pukul 16.15
WIB)
- IVFD NaCl 0.9% 5 jam : 210 cc dalam 5 jam 42 tpm mikro (mulai pukul 17.15
WIB)
- Maintanance: IVFD RL 10 kg pertama 3 x 100 = 300 cc/24 jam 12.5 tpm mikro
3. Terapi Medikamentosa :
11
Akral hangat, CRT < 2” RS
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3
kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
B. Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta
berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5
episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes,
diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini
meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare
masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat
proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan
peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara
C. Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis,
keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare pada 25 tahun
13
yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya
diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan virus
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus,
enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria
D. Faktor resiko
- Tidak mencuci tangan sesudah BAB, sesudah membuang tinja atau sebelum masak
- Kurang gizi/malnutrisi
14
- Campak
- Imunodefisiensi/imunosupresi
- Variasi musiman
- Infeksi asimtomatik
E. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik,
sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi karena terdapatnya
bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bahteri usus sehingga
tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi
karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi
sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat
adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui
makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi
usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang,
villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan
meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul
diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan
pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis
15
terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh
virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel
mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat
masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri
ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.
Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu seperti susu,
produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak sesuai kondisi
usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa
macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan
menekan flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika
F. Cara penularan
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang
terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila
G. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis diare akibat virus dan bakteri berbeda. Mula-mula anak cengeng,
gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian timbul diare.Tinja mungkin
disertai lendir dan darah. Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi
dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah
dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut
16
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai maka gejala
dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun
cekung (bayi), selaput lendir bibir, mulut, dan kulit kering. Bila keadaan ini terus berlanjut
maka akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat,
nadi lemah dan tidak teraba, tekanan darah turun, pasien tampak lemah dan kesadaran
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa, bila hal ini terjadi maka pasien akan
tampak pucat, napas cepat dan dalam (Kusmaul). Dehidrasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Pada dehidrasi ringan
terjadikehilangan cairan kurang dari 5%,Pada dehidrasi sedang terjadi kehilangan cairan
antara 5%-10% dan pada dehidrasi berat terjadi kehilangan cairan lebih dari 10%.
Tabel Simtom, gejala klinis dan sifat tinja penderita diare akut karena infeksi usus
17
Bau - Bau tinja Tidak Bau telur Tak anyir
spesifik busuk berbau
Warna Hijau Tidak hijau hijau hijau
kuning berwarna
Leukosit - - + + + -
Sifat lain Tinja
seperti air
cucian
beras
Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi
hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema ( 130m – 150 mEg/L ) dan dehidrasi
hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso –
natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah
dengan anion gap yang normal (8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia.Selain
penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah, kenaikan pCO2. Hal ini akan
kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya
produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi.Keadaan dehidrasi berat
dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa sehingga pada
keadaan asidosis metabolik dapat terjadi hipokalemia.Kehilangan kalium juga melalui cairan
tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan
hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali
pada otot anggota badan dan otot pernapasan.Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian
karena kegagalan pernapasan.Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi
lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya
18
gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel
tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.
19
H. Langkah Diagnosis
Anamnesis
Sudah berapa lama diare berlangsung, berapa kali sehari, warna dan konsistensi
tinja, lendir dan/darah dalam tinja, adanya muntah, anak lemah, kesadaran menurun,
Anak minum ASI atau susu formula, apakah anak makan makanan yang tidak biasa
Apa ada yang menderita diare disekitarnya, dari mana sumber air minum
hari
atau
Vibrio cholerae
Disentri Diare disertai darah
Diare persisten Diare berlangsung selama ≥ 14 hari
Diare dengan gizi buruk Diare jenis apapun yang disertai tanda gizi
buruk
Diare terkait antibiotik Mendapat pengobatan antibiotik oral
spektrum luas
Invaginasi - Dominan darah dan lendir dalam tinja
- Massa intraabdominal
20
- Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
Pemeriksaan fisik
Timbang BB
Menilai dehidrasi
DEHIDRASI DEHIDRASI
RINGAN SEDANG
LIHAT:
KEADAAN UMUM Baik, sadar * Gelisah, rewel * Lesu, lunglai, anak tdk sdr
PERIKSA:
- Makroskopik
21
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh
terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-
garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi
- Mikroskopik
Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit pada
2. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kultur dan tes
22
3. Duodenal intubation (biopsi duodenum), untuk mengetahui kuman penyebab
secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik yang disebabkan
J. Tatalaksana
Prinsip utama tatalaksana diare adalah penggantian cairan serta garam dan mineral yang
hilang melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah cairan yang hilang dan
beratnya muntah serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan. Cairan ini
dapat diberikan baik melalui mulut ataupun melalui infus bila anak mengalami dehidrasi
berat.
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi.
Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi terapi antibiotik spesifik
Obat ini dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus, gangguan
digesti dan absorpsi lainnya. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah
Obat-obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pectin, narit, dan sebagainya, telah
sebagainya, tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi beratnya karena penyebabnya
adalah kehilangan cairan (hipovolemic shock), sehingga pengobatan yang paling tepat yaitu
23
- Berikan cairan lebih banyak dari biasanya
- Bawa anak ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
o Muntah berulang-ulang
o Demam
o Tinja berdarah
- Jika akan diberi larutan oralit di rumah, tunjukkan kepada ibu jumlah oralit yang
diberikan setiap habis buang air besar dan diberikan oralit yang cukup untuk 2 hari
bungkus)
>5 tahun 200-300 cc 800 – 1000 ml/hari ( 4-5
bungkus)
Dewasa 300-400 cc 1200 –2800 ml / hari
24
2. Rencana terapi B (diare dengan dehidrasi ringan/sedang)
timbangan
- Nilai kembali setelah 3 jam klasifikasi derajat dehidrasi lalu tentukan rencana
70 ml/kgBB selama
Bayi (<12 bulan) 1 jam* 5 jam
Anak (sampai 5 tahun) 30 menit* 2,5 jam
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba
- Beri oralit segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam pada bayi
- Periksa kembali bayi setelah 6 jam atau anak setelah 3 jam, klasifikasi dehidrasi
25
Oralit 20 ml/kgBB/jam selama 6 jam
sesuai
K. Komplikasi
- Dehidrasi
- Hipoglikemi
(Suraatmaja, 2005)
pernapasan cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan Kusmaul.Pernapasan ini
- Gangguan elektrolit
26
Hipernatremia
berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau
menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah
lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan
10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus setelah pasien dapat
Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
anak malnutrisi berat dengan edema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari
Laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum
yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan
27
dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak
Hiperkalemia
kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar
dibagi 3 dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak
- Kejang
Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi kejang
karena hipoglikemik, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk,
28
- Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
tidak diatasi dengan segera maka pasien dapat meninggal. (Suraatmaja, 2005)
L. Pencegahan
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan
meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada bayi, kebersihan
perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang aman dan
1. Pemberian ASI
4. Cuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan.
7. Imunisasi campak
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enteric,
termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas panjang
bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi.
Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan enteropatogen dan cara-
M. Prognosis
29
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan
30
DAFTAR PUSTAKA
Feigin, Stadler, Diare : dalam Behrman, Vaughan, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2.
Jakarta : EGC.
Risan,neli amalia, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi ketiga.
World Health Organization. World Health Organizations (WHO) growth standards. 2006
https://perpus.poltekkesjkt2.ac.id/respoy/index.php?p=show_detail&id=4342&keywords=
31