Anda di halaman 1dari 31

Presentasi Kasus

Diare Akut Dengan Dehidrasi Berat dan ISPA

Oleh:

Nama: dr. Rio Geraldy

NIP: 10205419920424202105218

Puskesmas Kecamatan Jatinegara

September 2021
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diare adalah penyakit berbasis lingkungan dimana penderita mengalami pertambahnya

frekuensi buang air besar (defekasi) lebih dari biasanya/lebih dari 3 kali sehari yang disertai

dengan perubahan konsistensi tinja. disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan

penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis dan faktor lainnya. Berdasarkan

RISKESDAS tahun 2018 insiden kasus diare balita pada daerah DKI Jakarta sebanyak 8.7%.

Menurut profil suku dinas kesehatan Jakarta timur sepanjang tahun 2019 ada 1,973 kasus

dengan incident rate(IR) sebesar 7,17% di wilayah kecamatan Jatinegara dengan tingkat

kasus tertinggi diwilayah Kelurahan Kampung Melayu Kecamatan Jatinegara. Menurut Profil

Kesehatan Indonesia tahun 2017, DKI Jakarta sendiri angka kejadian diare pada balita cukup

tinggi yaitu 54,23%.2. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela,

Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya

disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella

flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).

Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah selain sebagai salah satu kriteria evaluasi

penilaian masa orientasi karyawan baru Puskesmas Kecamatan Jatinegara, juga untuk

mengetahui serta mempelajari lebih jauh mengenai kasus diare hingga penatalaksanaan yang

tepat pada pasien di lapangan.

2
BAB II

STATUS PASIEN

Identitas pasien

No. RM : 03920986

Nama : By. SP

Usia : 1 Bulan 1 hari

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Kebon Pala 1 RT 002/RW 006, Kel. Kampung Melayu, Kec.


Jatinegara

Tgl Berobat : 31 Juli 2021 (pukul 16.00 WIB)

ALLOANAMNESA (kepada ibu pasien)

Keluhan Utama :

BAB 5-6 x/hari sejak 3 hari sebelum datang ke puskesmas

Keluhan Tambahan :

Demam, lemas, batuk, pilek, tampak sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang

3 hari sebelum datang ke puskesmas pasien BAB cair sebanyak 3-4x/hari. BAB berwarna

kuning ada ampas, tidak ada lender dan darah, sekali BAB ± sebanyak ¼ gelas. Demam

tinggi naik turun. Batuk berdahak dan pilek. Pasien masih mau menyusu, tidak ada muntah,

3
tidak ada tanda-tanda mimisan atau perdarahan pada gusi. Pasien tampak rewel dan sering

menangis

2 hari sebelum datang ke puskesmas BAB cair 3-4x/hari, warna kuning, ada ampas, tidak ada

lendir dan darah.

1 hari sebelum datang ke puskesmas pasien BAB cair 5-6x/hari, warna kuning, tidak ada

ampas, tidak ada lender dan darah

Hari saat datang ke puskesmas sejak pagi pasien tampak lemas dan sesak, sejak semalam

pasien tidak mau tidur dan terus menerus menangis serta tidak mau minum. Saat di bawa ke

UGD puskesmas pasien tampak gelisah

Riwayat Penyakit Dahulu

 Pasien belum pernah mengalami hal yang seperti ini sebelumnya

 Riwayat kejang demam disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

 Keluarga tidak ada yang menderita hal yang serupa

 Riwayat penyakit atopik, hipertensi dan DM disangkal

Riwayat Pengobatan

 Pasien belum berobat

Riwayat Kehamilan :

4
 ANC teratur di Bidan

 Ibu pasien tidak pernah sakit saat hamil

Riwayat kelahiran

 Cukup bulan (37 minggu)

 Lahir normal, langsung menangis dan tidak biru

 BBL 3400 gram; PB 48 cm

Pola Makan

 ASI Ekslusif

Riwayat Imunisasi :

 BCG : Belum diberikan

 Hepatisis : Hep B0 sudah diberikan sesaat setelah persalinan

 Polio : Belum diberikan

 DPT : Belum diberikan

 Campak : Belum diberikan

 Kesan : imunisasi dasar belum lengkap

Riwayat Tumbuh kembang

 Gerakan kasar : tangan dan kaki bergerak aktif (+)

 Gerakan halus : kepala menoleh ke samping kanan dan kiri (+)

 Komunikasi : bereaksi terhadap bunyi (+)

5
 Social kemandirian: menatap wajah ibu/pengasuh (+)

 Kesan : Tumbuh kembang sesuai usia

Riwayat Alergi

 Alergi udara disangkal

 Alergi susu disangkal

 Alergi makanan disangkal

 Alergi obat disangkal

Riwayat Psikososial

 Tinggal bersama dengan keluarga kecil, 1 rumah berisi 6 orang


 Tinggal di lingkungan padat penduduk
 Terdapat sinar matahari yang masuk ke dalam rumah
 Anak ke-5

Pemeriksaan Fisik

• Keadaan Umum : Tampak Sakit Berat

• Kesadaran : Compos Mentis

• Tanda-tanda vital

Suhu : 38.8 oC

Denyut jantung : 146 x/menit

Pernapasan : 35 x/menit

SpO2 : 89% dengan room air

Tekanan Darah : Tidak dilakukan

6
Antropometri

BB : 3 kg

PB : 48 cm

Status Gizi menurut kriteria Waterlow, WHO 2006

BB/U : < -2 SD  kesan: gizi kurang

PB/U : <-2 SD  kesan: pendek

BB/PB : -2 SD sampai dengan 2 SD  kesan: normal

Status Generalis

Kepala : Normochepal

Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak rontok, ubun-ubun besar cekung (+)

Mata : Cekung (+/+), Edema palpebra (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor , air mata (-/-)

Hidung : Pernapasan cuping hidung (-/-), secret (-/-)

Telinga : Normotia, serumen (-/-)

Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-)

Leher

Tidak terdapat pembesaran KGB.

7
Thoraks

Paru

Inspeksi : Dada simetris

Palpasi : vocal fremitus sama

Perkusi : sonor

Auskultasi : Vesikular, tidak ada whezzing, tidak ada rhonki

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS4

Perkusi : sonor

Auskultasi : BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)

Absdomen

Inspeksi : Perut cembung

Auskultasi : Bising usus meningkat

Palpasi : Abdomen supel, turgor kembali lambat, tidak teraba pembesaran hepar dan
lien

Perkusi : Timpani seluruh abdomen

8
Ekstremitas atas

Akral : dingin pucat

Edema : -/-

Sianosis : -/-

CRT : >2 s / > 2 s

Ekstremitas bawah

Akral : dingin pucat

Edema : -/-

Sianosis : -/-

CRT : >2 s / > 2 s

Genitalia

normal

Anus dan Rektum

Tidak ada kelainan pada anus dan rektum

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Tanggal: 31 Juli 2021 Hasil Nilai Rujukan


Swab Antigen Negatif Negatif

9
Resume

An. Perempuan usia 1 Bulan 1 hari BB: 3 kg datang ke UGD Puskesmas diantar oleh
ibunya dengan keluhan BAB cair 5-6x/hari sejak 3 hari sebelum datang ke
puskesmas, febris sejak 3 hari SMRS disertai batuk berdahak, pilek sejak 3 hari
sebelum datang ke puskesmas, tampak rewel, tidak mau minum, dan tampak sesak.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien somnolen, suhu : 38.8oC, nadi : 146
x/menit, pernapasan : 35x/menit, mukosa bibir kering extremitas superior dan inferior
dingin pucat, CRT T>2 detik, turgor kembali dengan lambat.

Dari hasil lab didapatkan : Swab Antigen negatif

Assesment

• Diare Akut

• Dehidrasi Berat

• ISPA

Diagnosis

Klinis : Diare akut dengan dehidrasi berat dan ISPA

Gizi : Kesan normal

Imunisasi : Imunisasi dasar belum lengkap

Tum-Bang : Sesuai usia

10
Penatalaksanaan

1. Pemberian Oksigen 2 L/menit dengan NK  SpO2 97%


2. Kebutuhan Cairan: BB: 3 kg, usia 1 bulan 1 hari 
 30 ml/kgBB/1 jam
 70 ml/kgBB/5 jam

- IVFD NaCl 0.9% 1 jam: 90 cc dalam 1 jam  90 tpm mikro (mulai pukul 16.15
WIB)

- IVFD NaCl 0.9% 5 jam : 210 cc dalam 5 jam  42 tpm mikro (mulai pukul 17.15
WIB)

- Maintanance: IVFD RL 10 kg pertama 3 x 100 = 300 cc/24 jam  12.5 tpm mikro

3. Terapi Medikamentosa :

- Parasetamol Supp 40 mg (extra)  pukul 16.30 WIB

- Zink tab 20 mg 1x1 (selama 10 hari)

- Parasetamol drop 3x0.3ml bila demam

4. Observasi TTV: Kesadaran, HR, RR, SB dan SpO2 tiap 30 menit


5. Rencana rujuk ke rumah sakit

Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)

Hari/tanggal Subjektif Objektif Assesment Rencana Terapi


Jam
Sabtu, 31 Pasien Kes: CM Diare Akut O2: NK 2 L/menit
Juli 2021 masih HR: 144x/mennit dengan IVFD: NaCL 0.9%
17.15 WIB tampak RR: 31x/menit dehidrasi 210 cc selama 5
lemas SB: 37.1 berat dan jam  42 tpm
dan sesak SpO2: 99% dengan NK 2 ISPA mikro
nafas, L/menit Terapi lain
BAB cair dilanjutkan
(-) Status Generalis: Rencana rujuk

11
Akral hangat, CRT < 2” RS

12
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah

cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200

ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3

kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14

hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

B. Epidemiologi

Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta

kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang

berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5

episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes,

diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini

meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare

masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat

proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan

peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara

langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat.

C. Etiologi

Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis,

keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare pada 25 tahun

13
yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya

diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme

yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.

Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan virus

lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.

Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus,

Compylobacter jejuni, Clostridium defficile, Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas,

Shigelloides, Salmonella spp, Staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia

enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria

phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi,

Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.  

D. Faktor resiko

Perilaku yg menyebabkan penyebaran kuman meningkat :

- Tidak memberikan ASI secara penuh utk 4-6 bulan pertama

- Menggunakan botol susu

- Menyimpan makanan masak pada suhu kamar

- Menggunakan air minum yg tercemar oleh bakteri yg berasal dari tinja

- Tidak mencuci tangan sesudah BAB, sesudah membuang tinja atau sebelum masak

- Tidak membuang tinja dengan benar

Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan tehadap diare :

- Kurang gizi/malnutrisi

14
- Campak

- Imunodefisiensi/imunosupresi

- Umur à 2 tahun pertama rentan

- Variasi musiman

- Infeksi asimtomatik

E. Patofisiologi

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik,

sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi karena terdapatnya

bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bahteri usus sehingga

tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi

karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi

sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat

adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post

reseksi usus serta hipertiroid.

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui

makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi

usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang,

villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan

meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul

diare.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan

pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis

15
terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh

virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel

mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat

masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri

ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu seperti susu,

produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak sesuai kondisi

usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa

macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan

menekan flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika

akan berkembang bebas.

F. Cara penularan

Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang

terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila

tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.

G. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis diare akibat virus dan bakteri berbeda. Mula-mula anak cengeng,

gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian timbul diare.Tinja mungkin

disertai lendir dan darah. Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi

dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah

dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut

meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

16
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai maka gejala

dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun

cekung (bayi), selaput lendir bibir, mulut, dan kulit kering. Bila keadaan ini terus berlanjut

maka akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat,

nadi lemah dan tidak teraba, tekanan darah turun, pasien tampak lemah dan kesadaran

menurun, diuresis berkurang.

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai

dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa, bila hal ini terjadi maka pasien akan

tampak pucat, napas cepat dan dalam (Kusmaul). Dehidrasi dapat diklasifikasikan

berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Pada dehidrasi ringan

terjadikehilangan cairan kurang dari 5%,Pada dehidrasi sedang terjadi kehilangan cairan

antara 5%-10% dan pada dehidrasi berat terjadi kehilangan cairan lebih dari 10%.

Tabel Simtom, gejala klinis dan sifat tinja penderita diare akut karena infeksi usus

(Sumber : Gray dkk., 1979)

Simtom dan gejala rotavirus E.coli E.coli Salmonell Shigella V.cholera


entero- enteroinvas a e
toksikgeni if
k
Mual dan muntah Dari - - + jarang jarang
permulaan
Panas + - + + + -
Sakit tenesmus Kadang- Tenesmus Tenesmus Tenesmu kolik
kadang kolik kolik s kolik
pusing pusing
Gejala lain Sering hipotensi Bakteriemi Dapat
distensi a, ada
abdomen toksemia kejang
sistemik

Volume sedang banyak sedikit sedikit sedikit Sangat


banyak
Frekuensi Sampai sering sering sering Sering Hampir
10/lebih sekali terus
menerus
Konsistensi berair berair kental berlendir kental berair
Mukus jarang + + + sering flacks
Darah - - + Kadang sering

17
Bau - Bau tinja Tidak Bau telur Tak anyir
spesifik busuk berbau
Warna Hijau Tidak hijau hijau hijau
kuning berwarna
Leukosit - - + + + -
Sifat lain Tinja
seperti air
cucian
beras
Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi

hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema ( 130m – 150 mEg/L ) dan dehidrasi

hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso –

natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah

diare hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.

 Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik

dengan anion gap yang normal (8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia.Selain

penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah, kenaikan pCO2. Hal ini akan

merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya

meningkatkan eksresi CO2 melalui paru (pernapasan Kussmaul). Untuk pemenuhan

kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya

produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi.Keadaan dehidrasi berat

dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara

bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.

 Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa sehingga pada

keadaan asidosis metabolik dapat terjadi hipokalemia.Kehilangan kalium juga melalui cairan

tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan

hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali

pada otot anggota badan dan otot pernapasan.Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian

karena kegagalan pernapasan.Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi

lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya

18
gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel

tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.

19
H. Langkah Diagnosis

Anamnesis

 Sudah berapa lama diare berlangsung, berapa kali sehari, warna dan konsistensi

tinja, lendir dan/darah dalam tinja, adanya muntah, anak lemah, kesadaran menurun,

rasa haus, rewel, kapan terakhir kencing.

 Jumlah cairan yang masuk selama diare

 Anak minum ASI atau susu formula, apakah anak makan makanan yang tidak biasa

 Apa ada yang menderita diare disekitarnya, dari mana sumber air minum

 Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak

Didasarkan pada keadaan


Diare cair akut - Diare lebih dari 3 kali/hari berlangsung < 14

hari

- Tidak mengandung darah


Kolera - Diare air cucian beras yang sering, banyak

dan cepat menimbulkan dehidrasi berat,

atau

- Diare dengan dihidrasi berat selama terjadi

KLB kolera atau

- Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk

Vibrio cholerae
Disentri Diare disertai darah
Diare persisten Diare berlangsung selama ≥ 14 hari
Diare dengan gizi buruk Diare jenis apapun yang disertai tanda gizi

buruk
Diare terkait antibiotik Mendapat pengobatan antibiotik oral

spektrum luas
Invaginasi - Dominan darah dan lendir dalam tinja

- Massa intraabdominal

20
- Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Pemeriksaan fisik

 Timbang BB

 Perhatikan tingkat kesadaran anak

 Cari tanda-tanda dehidrasi ringan, sedang, berat

 Tanda invaginasi ( massa intraabdominal, tinja hanya lendir dan darah)

Menilai dehidrasi

Tabel 2. Penilaian derajat dehirasi pada diare akut

PENILAIAN DIARE TANPA DIARE DIARE DEHIDRASI BERAT

DEHIDRASI DEHIDRASI

RINGAN SEDANG

LIHAT:

KEADAAN UMUM Baik, sadar * Gelisah, rewel * Lesu, lunglai, anak tdk sdr

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa * Haus * Malas minum, tdk bs mnm

PERIKSA:

Turgor kulit Kembali cepat * Kembali lambat * Kembali sangat lambat

% TURUN BB <5% 5 – 10 % > 10 %

Estimasi def.cairan 50 % 50 – 100 % > 100 %

Rencana pengobatan Rawat di rumah Rehidrasi: rawat rmh Rawat inap

I. Pemeriksaan Penunjang atau rawat

Sumber : Sandhu 200115.


1. Pemeriksaan tinja

- Makroskopik

21
 Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh

enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran gastrointestinal.

 Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi

bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang

menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica,

B. coli, dan T. trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur

dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E. histolytica darah sering

terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-

garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi

dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.

- Mikroskopik

 Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang

menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja

menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi

sitokin seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, C. difficile, Y.

enterocolitica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau

P. shigelloides. Leukosit yang ditemukan umumnya adalah PMN kecuali

pada S. typhii mononuklear.

 Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic

Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit pada

tinja, KLB diare dan pada penderita immunocompromised.

2. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit

(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kultur dan tes

kepekaan terhadap antibiotik.

22
3. Duodenal intubation (biopsi duodenum), untuk mengetahui kuman penyebab

secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik yang disebabkan

Giardiasis, Strongyloides, dan protozoa yang membentuk spora.

J. Tatalaksana

Prinsip utama tatalaksana diare adalah penggantian cairan serta garam dan mineral yang

hilang melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah cairan yang hilang dan

beratnya muntah serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan. Cairan ini

dapat diberikan baik melalui mulut ataupun melalui infus bila anak mengalami dehidrasi

berat.

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi.

Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi terapi antibiotik spesifik

diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.

Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti anti

spasmodik/spasmolitik tidak dianjurkan untuk dipakai, karena akan memperburuk keadaan.

Obat ini dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus, gangguan

digesti dan absorpsi lainnya. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah

kembung dan dehidrasi bertambah berat.

Obat-obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pectin, narit, dan sebagainya, telah

terbukti tidak bermanfaat. Obat-obat stimulans seperti adrenalin, nikotinamide dan

sebagainya, tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi beratnya karena penyebabnya

adalah kehilangan cairan (hipovolemic shock), sehingga pengobatan yang paling tepat yaitu

pemberian cairan secepatnya.

1. Rencana terapi A (diare tanpa dehidrasi)

- Pengobatan diare di rumah

23
- Berikan cairan lebih banyak dari biasanya

o Oralit, cairan RT (air tajin, sup, yogurt, air)

- Berikan makanan à cegah kurang gizi

o ASI, susu formula yg biasa diberikan

o Sari buah segar (pisang : kalium)

o Makanan tambahan selama & setelah diare (2 mg)

- Bawa anak ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau

menderita sebagai berikut :

o Buang Air besar cair lebih sering

o Muntah berulang-ulang

o Rasa haus yang nyata

o Makan atau Minum sedikit

o Demam

o Tinja berdarah

- Jika akan diberi larutan oralit di rumah, tunjukkan kepada ibu jumlah oralit yang

diberikan setiap habis buang air besar dan diberikan oralit yang cukup untuk 2 hari

Umur Jumlah oralit tiap Jumlah oralit yang

BAB disediakan di rumah


< 1 tahun 50-100 cc 400 ml /hari ( 2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 cc 600 – 800 ml/ hari ( 3-4

bungkus)
>5 tahun 200-300 cc 800 – 1000 ml/hari ( 4-5

bungkus)
Dewasa 300-400 cc 1200 –2800 ml / hari

24
2. Rencana terapi B (diare dengan dehidrasi ringan/sedang)

- Upaya rehidrasi oral (URO)

- Oralit untuk 3 jam pertama

< 1 tahun 1-5 tahun >5tahun Dewasa


Ada timbangan 75 cc/kgBB
Tidak ada 300 cc 600 cc 1200 cc 2400 cc

timbangan

- Tunjukkan pada ibu cara pemberian oralit

- Berikan tablet zink selama 10 hari

- Nilai kembali setelah 3 jam  klasifikasi derajat dehidrasi lalu tentukan rencana

terapi yang sesuai (A/B/C)

3. Rencana terapi C (diare dengan dehidrasi berat)

- Beri cairan intravena secepatnya

Umur Pemberian pertama Pemberian

30 ml/kgBB selama berikutnya

70 ml/kgBB selama
Bayi (<12 bulan) 1 jam* 5 jam
Anak (sampai 5 tahun) 30 menit* 2,5 jam
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba

- Beri oralit segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam pada bayi

atau 1-2 jam pada anak dan beri tablet zinc.

- Periksa kembali bayi setelah 6 jam atau anak setelah 3 jam, klasifikasi dehidrasi

kemudian pilih rencana terapi yang sesuai

- Bila tidak tersedia fasilitas pemberian cairan intravena, rehidrasi dilakukan

dengan pipa nasogastrik

25
 Oralit 20 ml/kgBB/jam selama 6 jam

 Evaluasi penderita setiap 1-2 jam

 Muntah, kembung, tidak perbaikan dalam 3 jam à rujuk untuk pengobatan IV

 Sesudah 6 jam klasifikasi dehidrasi kemudian pilih rencana terapi yang

sesuai

K. Komplikasi

- Dehidrasi

- Hipoglikemi

- Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)

Asidosis metabolik terjadi karena beberapa hal, yakni :

 Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses

 Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga

benda keton tertimbun dalam tubuh.

 Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan

 Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal

 Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

(Suraatmaja, 2005)

Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan yakni

pernapasan cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan Kusmaul.Pernapasan ini

merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk mempertahankan

pH darah. (Suraatmaja, 2005)

- Gangguan elektrolit

26
 Hipernatremia

Penderita diare dengan natrium plasma >150 mmol/L memerlukan

pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium

secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat

berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau

nasogastik meenggunakan oralitadalah cara terbaik dan paling aman.

Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan

0,45% saline – 55 dextrose selama 8 jam.Hitung kebutuhan cairan

menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah

8 jam. Bila normallanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjtukan 8 jam

lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan

gunakan 0,18% saline – 5% dextrose, perhitungkan untuk 24 jam.Tambahkan

10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus setelah pasien dapat

kencing.Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan.Lanjutkan

pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti.

 Hiponatremia

Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya

mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremia (Na < 130

mol/L).hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada

anak malnutrisi berat dengan edema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari

hampir semua anak dengan hiponatremia.Bila tidak berhasil, koreksi Na

dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu memakai Ringer

Laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum

yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan

27
dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak

boleh melebihi 2 mEq/L/jam.

 Hiperkalemia

Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian

kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit

dengan monitor detak jantung.

 Hipokalemia

Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar

K : jika kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hari

dibagi 3 dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak

boleh bolus) diberikan dalam 4 jam.

Dosisnya : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan

dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 - kadar K terukur x BB

x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB)

Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan

fungsi ginjal dan aritmia jantung.Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan

kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan

yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.

- Kejang

Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi kejang

sebelum atau selama pengobatan rehidrasi.Kejang tersebutdapat disebabkan oleh

karena hipoglikemik, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk,

hiperpireksia, hiponatremia atau hipernatremia.

28
- Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan

sirkulasi darah berupa renjatan/syok hipovolemik.Akibatnya perfusi jaringan

berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat.Kemudian dapat

mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan penurunan kesadaran dan bila

tidak diatasi dengan segera maka pasien dapat meninggal. (Suraatmaja, 2005)

L. Pencegahan
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan

meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada bayi, kebersihan

perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang aman dan

imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu :

1. Pemberian ASI

2. Perbaikan makanan pendamping ASI

3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum

4. Cuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan.

5. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis

6. Pembuangan tinja yang aman

7. Imunisasi campak

Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enteric,

termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas panjang

bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi.

Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan enteropatogen dan cara-

cara mengurangi penularan. (Behrman, 2000)

M. Prognosis

29
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi

antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan

morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan

mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia.

30
DAFTAR PUSTAKA

Feigin, Stadler, Diare : dalam Behrman, Vaughan, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2.

Jakarta : EGC.

Herman,diki pribadi. Pediatri Praktis edisi 3. Bandung. 2007

Juffrie, Mohammad. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Ikatan Dokter Anak

Indonesia : Jakarta. 2010 

Pedoman Tatalaksana Diare. Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pdf.

Risan,neli amalia, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi ketiga.

Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD. 2005

World Health Organization. World Health Organizations (WHO) growth standards. 2006

https://perpus.poltekkesjkt2.ac.id/respoy/index.php?p=show_detail&id=4342&keywords=

31

Anda mungkin juga menyukai