Anda di halaman 1dari 28

KETERKAITAN PEMBANGUNAN WILAYAH DENGAN

PENERAPAN ALAT ANALISIS POTENSI WILAYAH

Ditulis oleh :

M. Farhan Armanda –30.0196

M. Raihan Fachrurozy - 30.1352

Muhammad Rafif Akbar– 30.0623

Okta Agus Wahyudi– 30.0833

Pretty P.C. Dowa - 30.1149

Fahrul Wazdy – 29.0537

Kelas : G-3

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Keterkaitan Pembangunan
Wilayah Dengan Penerapan Alat Analisis Wilayah” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Analisis Potensi Wilayah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang keterkiatan gejala-gejala yang ada dalam analisis potensi wilayah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membagi informasi dan
juga sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Jatinangor, 20 September 2021


Penulis
DAFTAR ISI

COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah6

1.3 Tujuan Penulisan 6

BAB II PEMBAHASAN 7
2.1 Konsep Pembangunan Wilayah 7
2.2 Alat Analisis WIlayah 9

2.3 Penerapan Alat Analisis wilayah 16

2.4 Detail Aspek Fisik,Ekonomi,Kependudukan20

2.5 Keterkaitan Gejala Analisis Potensi Wilayah 24

BAB III PENUTUP 25


3.1 Kesimpulan 25
DAFTAR PUSTAKA 27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisis potensi wilayah adalah segala sesuatu yang dimiliki (Sumber Daya Alam dan
Sumber Daya Manusia) suatu wilayah baik yang telah di mobilisir maupun yang belum di
mobilisir yang bisa mendukung upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk di wilayah yang
bersangkutan dan atau wilayah lain. Jadi bisa dikatakan bahwa analisis potensi wilayah dapat di
artikan sebagai pengkaji secara ilmiah rincian semua kekayaan atau sumber daya baik fisik dan
non fisik pada wilayah tertentu sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kekuatan
tertentu.
Sementara itu, untuk menganalisis potensi wilayah dan daerah dengan baik, perlu melihat
dahulu definisi masing-masing istilah tersebut. Analisis dapat didefinisikan sebagai upaya
mengkaji suatu fenomena atau gejala secara ilmiah. Sedangkan potensi memiliki makna sebagai
sebuah kekayaan baik segi fisik maupun non fisik yang belum diolah. Jika potensi yang sudah
diolah dinamakan kemampuan dan kekuatan. Lalu wilayah sendiri adalah kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait pada yang batas sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif berkaitan dengan oeraturan oemerintah yang mengatur batas-batas wilayah atau
daerah dari sisi kewenangan untuk memerintah di daerah tersebut, contohnya adalah wilayah
administratif kabupaten, kota, atau provinsi. Sedangkan di segi aspek fungsional arti dari wilayah
sendiri adalah upaya manusia untuk membatasi wilayah berdasarkan kepentingan manusia,
seperti munculnya berbagai kawasan, seperti kawasan hutan lindung atau kawasan budidaya
atau kawasan lainnya.
Mengingat betapa pentingnya analisis potensi wilayah dan daerah dilakukan, selanjutnya
dapat dijabarkan tujuan analisis ini dilakukan, yaitu :
1. Untuk dapat mengenali potensi dan kekuatan serta kelemahan wilayah dan daerah
dalam pembangunan wilayah dan daerah;
2. Untuk memberikan dasar yang logis dan valid bagi perencanaan pembangunan
wilayah dan daerah yang akan dilakukan;
3. Untuk dapat mengidentifikasikan modal dasar wilayah dan daerah dalam melakukan
perencanaan pembangunan.
Berdasarkan kedudukan Analisis Potensi Wilayah yang sudah dijelaskan di atas,
selanjutnya dapat dijabarkan ruang lingkup atau cakupan analisis potensi wilayah yang
mencakup seluruh aspek potensi dalam perencanaan yang komprehensif yang berarti mecakup
fisik, ekonomi, kependudukan dalam ruang lingkup wilayah. Analisis potensi wilayah juga
mencakup analisis potensi dan kekuatan wilayah tersebut, dan mencakup rentang waktu masa
lalu, masa kini, dan kemungkinan masa yang akan datang.
Seluruh aspek potensi dalam perencanaan yang komprehensif ini mencakup segi fisik,
ekonomi, kependudukan dalam ruang lingkup wilayah. Dimana detail aspek fisik terdiri atas
yang alami (sumber daya alam) dan buatan ( sumber daya buatan) serta kondisi fisik lingkungan.
Dalam teori ekonomi, prinsip efisiensi dibagi menjadi dua yaitu efisiensi produksi dan efisiensi
alokasi. Efisiensi produksi dicapai dengan meminimukan biaya untuk menghasilkan satu unit
output. Sedangkan efisiensi alokasi adalah suatu kondisi dimana dalam suatu produksi barang
sama dengan biaya marginalnya. Dalam proses perencanaan dan pengembangan wilayah, aspek
ekonomi berperang cukup penting untuk mengalokasikan sumber daya lebih efisien dan efektif
baik dalam perspektif jangka panjang maupun jangka pendek. dan salah satu aspek sosial budaya
yang penting adalah aspek kependudukan dan interaksi kependudukan. Aspek kependudukan
merupakan informasi yang mendasar terkait dengan perkembangan suatu wilayah. Faktor
kependudukan juga dijadikan sebagai sebuah indikator efektif dalam pembangunan wilayah,
seperti penduduk terkait dengan perkembangan suatu wilayah. Di sisi lain faktor kependudukan
sering sekali menjadi hambatan atau masalah dalam pembangunan, terutama yang berkaitan
dengan degradasi sumber daya alam di lingkungan hidup. Dan ada banyak kasus,kerusakan
sumber daya lingkungan di sebabkan oleh tekanan penduduk.
Analisis potensi wilayah ini melihat dari aspek rona fisik dan juga social ekonomi. Rona
fisik yang dimaksud adalah mencakup lokasi daerah yang relative maupun absolut, luasan
wilayah, bentuk lahan, kondisi topografi, kondisi lahan, dan kondisi fisik lainnya. Dalam rona
social ekonomi, analisis potensi wilayah dapat dilakakukan dengan menggabungkan potensi dari
rona fisik dengan kependudukan yang ada. Maka dari itu, penulis akan membahas terkait gejala-
gejala antara pembangunan daerah dengan alat analisis wilayah.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merusumuskan beberapa


masalah yaitu :
1.2.1 Bagaimana konsep-konsep pembangunan wilayah ?
1.2.2 Apa saja alat analisis wilayah dalam aspek fisik,ekonomi dan
kependudukan ?
1.2.3 Bagaimana penerapan alat analisis wilayah ?
1.2.4 Bagaimana detail fisik aspek fisik,ekonomi dan kependudukan dalam
analisis potensi wilayah ?
1.2.5 Bagaimana keterkaitan pembangunan wilayah dengan alat analisis
potensi wilayah ?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah diatas, maka penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.3.1 Untuk mengetahui konsep-konsep pembangunan wilayah.
1.3.2 Untuk mengetahui alat analisis wilayah dalam aspek fisik,ekonomi
dan kependudukan.
1.3.3 Untuk mengetahui penerapan alat analisis wilayah.
1.3.4 Untuk mengetahui detail aspek fisik,ekonomi dan kependudukan
dalam analisis potensi wilayah.
1.3.5 Untuk mengetahui keterkaitan pembangunan wilayah dengan
penerapan alat analisis wilayah.
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Konsep-konsep Pembangunan

Pembangunan wilayah secara umum sering disebut pembangunan ekonomi regional


dalam konteks perekonomian makro, misalnya pembangunan ekonomi daerah baik provinsi
maupun kabupaten kota. Dalam konteks operasional pembangunan berdimensi wilayah
terkait dengan kegiatan pembangunan yang dilakukan pada kawasan tertentu yang
merupakan wilayah pembangunan. Konsep wilayah dapat diklasifikasikan menjadi wilayah
homogen, wilayah fungsional dan wilayah perencanaan. Wilayah homogen adalah wilayah
yang dicirikan oleh adanya faktor-faktor dominan yang homogen pada suatu wilayah
tertentu.

Pembangunan wilayah adalah upaya mencapai pembangunan berimbang (balance


development). Isu pembangunan wilayah atau daerah berimbang yaitu tidak mengharuskan
adanya kesamaan tingkat pembangunan antar daerah (equally developed), juga tidak
menuntut pencapaian tingkat industrialisasi wilayah atau daerah yang seragam, juga bentuk-
bentuk keseragaman pola dan struktur ekonomi daerah, atau juga tingkat pemenuhan
kebutuhan dasar (self sufficiency) setiap wilayah atau daerah. Pembangunan yang
berimbang adalah terpenuhinya potensipotensi pembangunan sesuai dengan kapasitas
pembangunan setiap wilayah atau daerah yang beragam (Murry, 2000).

Konsep pembangunan berbasis wilayah yang dikaji, dikembangkan dan diterapkan di


Indonesia. Hal ini berdasarkan pertimbangan karakteristik Indonesia yang beragam sehingga
lebih pas jika dikembangkan sesuai dengan kebutuhan wilayah masing-masing.
Pembangunan berdimensi wilayah atau berbasis wilayah, dalam konteks ekonomi makro
sering disebut sebagai pembangunan ekonomi regional. Konsep inilah yang sering diusung
dalam implementasi otonomi daerah, yang lebih berfokus pada pembangunan ekonomi
daerah masing-masing, di tingkat provinsi maupun kabupaten kota.

Tujuan pembangunan wilayah menurut Bagdja Muljarijadi antara lain sebagai berikut.
a) Membentuk “institusi” baru yang mendukung perekonomian daerah.
b) Mengembangkan industri alternatif.
c) Meningkatkan kapasitas pekerja untuk menghasilkan produk yang lebih baik.
d) Mencari pasar yang lebih luas.
e) Ada transfer teknologi.
f) Membuka peluang investasi bagi para pengusaha.
Berdasarakan UU No 24/1992, khususnya pasal 3, termuat tujuan penataan ruang, yakni
terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya.
Sedanngkan sasaran penataan ruang adalah :
(1) Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dan sejahtera.
(2) Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan buatan dengan
memperhatikan sumberdaya manusia.
(3) Mewujudkan keseimbangan kepentingan antara kesejahterraan dan keamanan.
(4) Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara
berdayaguna, berhasilguna dan tepatguna untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia.
(5) Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak
negatif terhadap lingkungan.

Pendekatan pengembangan wilayah dapat membantu dalam menentukan kebijakan dan


mekanisme dalam menerjemahkan fungsi pengembangan tersebut menjadi fungsi sektoral
tertentu untuk referensi berbagai badan pemerintahan untuk berbagai bidang fokus,
termasuk:
1. Ekonomi : pertumbuhan pendapatan, kenaikan gaji, neraca komersial regional,
produksi, kapasitas utang, modal, mobilisasi sumber daya, kapasitas keuangan
bersama, hubungan pasar, rantai nilai, efisiensi dan pemasaran geografis
2. Sosial : pengentasan kemiskinan, partisipasi publik, pembangunan kohesi, kesetaraan
gender, keragaman, pendidikan, kesehatan dan gizi
3. Budaya: Pembaruan Pusat Sejarah, penyelamatan dan pelestarian kawasan sejarah dan
arkeologi, pelestarian dan promosi budaya daerah, promosi tradisi dan pengetahuan
kuno
4. Administratif : pembangunan solidaritas sosial, pelatihan, fungsionalitas, rekayasa
ulang, daya saing dan pembangunan kelembagaan
5. Manajemen : Pengambilan keputusan, definisi prioritas, negosiasi, advokasi dan
kemitraan strategis
6. Politik : stabilitas, penyelesaian konflik, pengurangan dampak hukum, otonomi daerah,
definisi partisipasi kebijakan nasional, pemikiran strategis, intelijen, pengaruh dan
kemitraan politik untuk pembangunan
7. Fisik : Infrastruktur, peralatan dan layanan, pengelolaan lahan, pengkondisian spasial
dan sistem informasi geografis)
8. Lingkungan : Konservasi kawasan lindung dan penyangga, penggunaan sumber daya
alam secara berkelanjutan, pembersihan badan air yang tercemar, pengelolaan kualitas
lingkungan dan pengelolaan limbah padat.
Rostow membagi proses pembangunan ini menjadi lima tahap, yaitu tahap masyarakat
tradisional, prakondisi lepas landas, lepas landas, bergerak kedewasaan, dan jaman konsumsi
masal yang tinggi.

1.2 Alat Analisis Wilayah Dalam Aspek Fisik,Ekonomi dan Kependudukan

Alat analisis digunakan untuk memecahkan sebuah masalah. Dan alat analisis dibagi
menjadi dua metode. Ada metode penelitian kuantitatif yang artinya metode penelitian ini
berdasarkan filsafat positivism, dimana metode ini digunakan untuk meneliti sesuatu pada
populasi atau sampel tertentu. Sedangkan metode penelitian kualitatif adalah jenis metode
penelitian yang berdasarkan pada sebuah filsafat postpositivisme, dimana digunakan untuk
meneliti saat kondisi obyek secara alamiah.
a. Analisis Wilayah dalam Aspek Fisik
Hasil studi analisis fisik dan lingkungan ini akan menjadi masukan dalam penyusunan
rencana tata ruang maupun rencana pengembangan wilayah dan/atau kawasan (rencana tindak,
rencana investasi, dan lain-lain), karena akan memberikan gambaran kerangka fisik
pengembangan wilayah dan/atau kawasan.Secara garis besar tata cara analisis kelayakan fisik
atau dikenal juga sebagaistudi kesesuaian lahan wilayah dan/atau kawasan.
Pengumpulan data yang dibutuhkan dalam aspek analisis fisik dan lingkungan dalam analisis
fisik dan pedoman ini adalah:
1. Klimatologi : Data iklim berdasarkan hasil pengamatan pada stasiun pengamat di
wilayah yang bersangkutan dan/atau daerah sekitarnya, meliputi:
- Curah hujan
- Hari hujan
- Intensitas hujan
- Temperature rata-rata
- Kelembaban relative
- Kecepatan dan arah angina
- Lama penyinaran (durasi) matahari
Data klimatologi ini dapat diperoleh pada stasiun meteorologi dan geofisika
diwilayah dan/atau kawasan atau daerah sekitarnya yang terdekat, atau
padakabupaten dalam bentuk laporan, atau dapat juga diperoleh pada Badan
Meteorologi dan Geofisika Pusat di Jakarta.Kedalaman data adalah pengamatan
selama 10 tahun (bila tersedia). Bila datayang diperoleh tidak mencapai
kedalaman tersebut, sebaiknya dikumpulkan data semaksimum yang tersedia.
2. Topografi
Data topografi berupa peta topografi dengan skala terbesar yang tersedia,
yang dapat diperoleh pada instansi: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (BAKOSURTANAL), Badan Pertanahan Nasional (BPN), Direktorat
Topografi -TNI Angkatan Darat, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya
Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan instansi terkait
lainnya.
Dari peta topografi dapat diturunkan beberapa peta yang berkaitan
denganbentuk bentang alam dan kemiringannya, yakni peta morfologi dan
petakemiringan lereng/lahan, yang dalam hal ini dikelompokkan sebagai peta
data,karena penganalisisan berikutnya berpijak pada peta morfologi dan
kemiringanlereng ini, bukan peta topografi yang merupakan data mentahnya.
3. Geologi
Untuk mengetahui kondisi geologi regional wilayah dan/atau kawasan
perencanaan dan daerah sekitarnya, maka diperlukan data fisiografi daerah
yanglebih luas. Fisiografi ini akan memperlihatkan gambaran umum kondisi
fisik secararegional baik menyangkut morfologi, pola pembentuknya, pola aliran
sungai,serta kondisi litologi dan struktur geologi secara umum. Gambaran umum
kondisigeologi atau fisiografi ini dapat dilihat pada Peta Geologi Indonesia Data
geologiyang diperlukan dalam analisis aspek fisik dan lingkungan terdiri dari
tiga bagian,yakni :
- Data geologi umum
Data geologi umum ini diperlukan untuk mengetahui kondisi fisik
secara umum,terutama pada batuan dasar yang akan menjadi tumpuan
dan sumber dayaalam wilayah ini, serta beberapa kemungkinan
bencana yang bisa timbul akibatkondisi geologinya atau lebih dikenal
dengan bencana alam beraspek geologi. Data geologi umum wilayah
perencanaan dan sekitarnya yang diperlukan padaanalisis kelayakan
fisik kawasan ini adalah peta dan data geologi, dalam skalaterbesar
yang tersedia. Data geologi ini mencakup stratigrafi dan
uraianlitologinya, struktur geologi, serta penampang-penampang
geologi. 
- Data geologi wilayah
Khusus untuk wilayah dan/atau kawasan perencanaan perlu dilakukan
telaahangeologi lebih terinci, disesuaikan dengan skala penelitian yang
dilakukan, yangdiperoleh berdasarkan peta geologi umum dan
dilakukan pengecekan dilapangan.Peta geologi wilayah ini memuat
semua unsur geologi seperti yang dikehendakipada geologi umum,
hanya lebih terinci yang kemungkinan akan berbeda daripeta geologi
umum, karena dilakukan penelitian pada skala lebih besar.
Perencanaan ini lebih bersifat geologi tinjau yang berpegang pada
geologi umum,perencanaan ini lebih bersifat geologi tinjau yang
berpegang pada geologi umum,dan lebih menekankan pada rincian
karakteristik litologi dan struktur geologinya,dan lebih menekankan
pada rincian karakteristik litologi dan struktur geologinya,dan tentunya
dengan tidak mengabaikan stratigrafi serta unsur-unsur geologidan
tentunya dengan tidak mengabaikan stratigrafi serta unsur-unsur
geologi lainnya.
- Data geologi permukaan.
Geologi permukaan adalah kondisi geologi tanah/batu yang ada di
permukaandan sebarannya baik lateral maupun vertikal hingga
kedalaman batuan dasardan sebarannya baik lateral maupun vertikal
hingga kedalaman batuan dasarserta sifat-sifat keteknikan tanah/batu
tersebut, dalam kaitannya untuk menunjangserta sifat-sifat keteknikan
tanah/batu tersebut, dalam kaitannya untuk menunjangpengembangan
kawasan.
Tujuan analisis ini dilakukan, yaitu :
1.Untuk dapat mengenali potensi dan kekuatan serta kelemahan wilayah dan daerah
dalam pembangunan wilayah dan daerah;
2.Untuk memberikan dasar yang logis dan valid bagi perencanaan pembangunan wilayah
dan daerah yang akan dilakukan;
3.Untuk dapat mengidentifikasikan modal dasar wilayah dan daerah dalam melakukan
perencanaan pembangunan.

b. Analisis Wilayah dalam Aspek Ekonomi


Cara megetahui atau menghitung alat analisis wilayah dalam aspek ekonomi yang akan
ditampilkan adalah perangkat yang sederhana dan biasa digunakan dalam pembuatan
perencanaan pembangunan, antara lain LQ; COR; Shift Share.

1. LQ (Location Quotient)
LQ adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai
tambah sebuah sektor di suatu daerah (Kabupaten/Kota) terhadap sumbangan nilai
tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Dengan kata lain,
LQ dapat menghitung perbandingan antara share output sektor i di kota dan share output
sektor i di provinsi:

X
ri
X
LQi=.............................................................................................................(1)
r
X
ni
X
n

dengan X = output (PDRB); r = regional; dan n = nasional.


LQi > 1 mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektor basis (B),
sedangkan LQi < 1 disebut sektor nonbasis (NB).
Ada beberapa keunggulan dari metode LQ, antara lain
1. Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung
2. Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data historis
untuk mengetahui trend.
Beberapa kelemahan Metode LQ adalah
1. Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan
bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sama dengan
produktivitas tiap pekerja dalam industri-industri nasional.
2. Berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi.

2. COR (Capital Output Ratio)


Konsep capital-output ratio (COR) atau sering juga disebut koefisien modal
menunjukkan hubungan antara besarnya investasi (modal) dan nilai output. Konsep
COR tersebut dikenal melalui teori yang dikemukakan oleh Harrod-Domar.
Konsep COR ada 2 macam, yaitu average capital-output ratio (ACOR) dan
incremental capital-output ratio (ICOR). ACOR menunjukkan hubungan antara stok
modal yang ada dan aliran output lancar yang dihasilkan. ICOR menunjukkan
perbandingan antara kenaikan tertentu pada stok modal (delta K) dan kenaikan output
atau pendapatan (delta Y). ICOR dapat digambarkan sebagai delta K/delta Y, atau
dirumuskan sebagai berikut
ICOR=dK/dY........................................................................................(2)

Konsep COR dapat diterapkan tidak hanya pada perekonomian secara


keseluruhan, tetapi juga di berbagai sektor perekonomian. Besarnya COR tergantung
pada teknik produksi yang digunakan. Pada sektor yang teknik produksinya bersifat padat
modal, COR-nya akan tinggi. Sebaliknya, sektor dengan teknik produksi padat karya,
COR-nya akan rendah. Sektor-sektor seperti transportasi, telekomunikasi, perhubungan,
perumahan, dan industri barang modal akan mempunyai COR sektoral yang relatif tinggi.
Nilai COR yang tinggi pada sektor-sektor tersebut disebabkan oleh modal besar yang
dibutuhkan untuk menghasilkan setiap output yang diinginkan. Dengan kata lain, sektor-
sektor tersebut merupakan sektor yang menggunakan teknik produksi yang bersifat lebih
padat modal dibandingkan sektor-sektor lain. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
jika sektor-sektor tersebut memiliki nilai COR yang tinggi1.
Sebaliknya, COR di sektor pertanian, industri barang konsumsi manufaktur
(misalnya tekstil atau rokok), dan industri jasa pada umumnya relatif rendah. Nilai COR
yang rendah tersebut merupakan konsekuensi dari teknik produksi yang relatif padat
karya. Kebutuhan modal industri padat karya tidak seperti sektor- sektor yang
menggunakan teknik produksi yang padat modal. Nilai COR keseluruhan dari suatu
negara adalah rata-rata dari semua rasio sektoral tersebut.

3. Shift-Share

Analisis shift–share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran


dan peranan perekonomian di daerah.Metode itu dipakai untuk mengamati struktur
perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor
didaerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang
lebihtinggiataunasional.

Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur


perekonomian daerah dalam kaitannya dengan peningkatan perekonomian daerah yang
bertingkat lebih tinggi.Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban
pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di
atasnya.

c. Analisis Wilayah dalam Aspek Kependudukan


Analisis kependudukan memiliki beberapa aspek yang perlu dikaji untuk digunakan dalam
perencanaan wilayah. Adapun aspek tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Sebaran Penduduk : Persebaran penduduk erat kaitannya dengan kondisi wilayah.
Dalam artian lain, persebaran penduduk yang terdapat pada wilayah selalu mengacu
pada pengembangan wilayah atau regional development (Firman, T, 1996). Oleh
sebab itu, persebaran penduduk pada tiap wilayah mencerminkan karakteristik khas
pada keruangan tertentu.
2. Kepadatan Penduduk : Kepadatan penduduk merupakan suatu kondisi dimana pada
suatu wilayah terdapat kesenjangan antara jumlah penduduk yang ada dengan daya
dukung dan daya tampung wilayah tersebut (over population). Secara teoritis,
kepadatan penduduk dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi penduduk (jumlah
penduduk) yang menempati tiap satuan luasan (km2 ) pada wilayah tertentu
(Darsyah, M. Y., & Wasono, R, 2013). Dari pernyataan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kepadatan penduduk merupakan suatu kondisi dalam fenomena
demografi yang dengan variable utamanya selalu berkaitan erat dengan satuan
luasan (km2 ).
3. Dinamika Penduduk : Dinamika kependudukan merupakan suatu pengkajian erat
kaitannya dengan satuan waktu. Hal ini dikarenakan penduduk selalu mengalami
perubahan secara temporal. Perubahan tersebut sangat erat hubungannya
dipengaruhi proses kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan
penduduk (migrasi) (Waluya. B). Oleh karena itu, dalam kajian demografis istilah
dinamika kependudukan sering dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk.
4. Komposisi Penduduk : Gambaran kondisi penduduk pada suatu wilayah dengan
didasarkan pada kriteria tertentu merupakan definisi dari komposisi penduduk. Hal
ini sejalan dengan pendapat Saidi Rili (1983) dan Mantra (2000) dalam Waluya, B
yang menyatakan bahwa komposisi penduduk menggambarkan struktur/susunan
kondisi kependudukan yang sama. Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa
komposisi penduduk selalu dikaitkan dengan keberadaan atribut/variable sebagai
penggambaran fenomena demografis pada keruangan tertentu. Berdasarkan jenis
atributnya, komposisi penduduk dibagi menjadi tiga. Komposisi penduduk
didasarkan atas kondisi geografis (lokasi), biologis (jenis kelamin dan usia), dan
kondisi sosial (status perkawinan, identitas sosial, pendidikan, mata pencaharian,
dll) (Waluya, B). Beberapa atribut di atas merupakan kunci dasar dalam analisa
kependudukan.
5. Kualitas Penduduk : Kualitas penduduk adalah keadaan penduduk dilihat dari
beberapa aspek meliputi tingkat pendidikan, kesehatan, dan daya belinya. Penduduk
yang berkualitas jika memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, sehat jasmani rohani,
dan kaya/kebutuhan terpenuhi. Dalam upaya pembangunan pada dasarnya
mengusakan penungkatan kualitas penduduk. Suatu wilayah yang penduduknya
besar tetapi jika kualitasnya rendah maka tidak memberikan apa-apa bahkan dapat
cenderung merugikan. Hal ini dikarenakan penduduk yang bodoh, sering sakit, dan
miskin tetap harus mendapatkan makanan dan pelayanan berbagai fasilitas yang
lebih tinggi dari pada biasanya.
6. Pelayanan Penduduk : Pelayanan penduduk adalah proses pemenuhan kebutuhan
melalui aktivitas orang lain secara langsung. Namun pada dasarnya juga berarti
sebuah aktivitas atau kegiatan dari pihak satu ke pihak lainnya untuk memberikan
manfaat. Adanya pelayanan ini akan menjadi salah satu ukuran dalam kepuasan dan
kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya kepuasan dan kesejahteraan masyarakat pun
juga akan menjadi capaian pembangunan wilayah. Pelayanan penduduk ini dapat
dibagi menjadi pelayanan pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.
7. Perilaku Penduduk : Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap
lingkungannya. Perilaku penduduk memberikan kontribusi dalam pembangunan
dan perencanaan wilayah. Hal ini dapat memberikan dukungan maupun sebagai
faktor pelemah terkait perencanaan pengembangan wilayah yang ada.
8. Kegiatan Penduduk : Kegiatan penduduk merupakan sekumpulan tindakan yang
dilakukan setiap hari untuk mencapai tujuan kehidupan setiap individu. Kegiatan ini
meliputi kegiatan sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Selain itu juga
meliputi aspek mata pencaharian penduduk. Hal ini akan dianalisis sebagai dasar
penentuan perencanan yang sesuai dengan keadaan dan karakteristik penduduk
yang tinggal pada suatu daerah.
9. Partisipasi Penduduk : Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan
yang berkaitan dengan keadaaan lahiriahnya. Hal ini menjadi pendukung yang
penting dalam pencapaian tujuan perencanaan pembangunan wilayah. Partisipasi
ini baik secara lisan ataupun tindakan akan sama-sama memiliki kontribusi.
Kebijakan terkait perencanaan wilayah ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat
sehingga ketika partisipasi masyarakat semakin tinggi maka semakin besar
ketercapaian tujuan perencanaan wilayah

1.3 Penerapan Alat Analisis Wilayah

1. Analisis Location Quotient

Metode LQ adalah metode yang membandingkan porsi lapangan kerja/jumlah


produksi/nilai tambah untuk sektor tertentu di suatu wilayah dibandingkan dengan porsi
lapangan kerja/jumlah produksi/nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional. Tujuan
metode LQ ini untuk mengidentifikasi sektor unggulan(basis) dalam suatu wilayah

Teknik analisis location quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui


kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Cara ini tidak atau belum memberi
kesimpulan akhir. Kesimpulan yang diperoleh baru merupakan kesimpulan sementara yang
masih harus dikaji dan ditilik kembali melalui teknik analisis lain yang dapat menjawab apakah
kesimpulan sementara di atas terbukti kebenarannya.

Walaupun teknik ini tidak memberikan kesimpulan akhir, namun dalam tahap pertama
sudah cukup memberi gambaran akan kemampuan daerah yang bersangkutan dalam sektor yang
diamati.Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu
sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih
luas.

2. Analisis Tipologi Klassen

Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan
struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi
daerah berdasarkan dua indikator utama yaitu pertumbuhan ekonomi pada sumbu vertikal dan
rata-rata pendapatan perkapita pada sumbu horizontal.

Berdasarkan kriteria tersebut daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat kuadran
wilayah, diantaranya:

Kuadran 1. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh yaitu daerah yang memiliki
tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibanding rata-
rata kabupaten/kota.

Kuadran 2. Daerah berkembang yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan


tinggi tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibanding rata-rata
kabupaten/kota.
Kuadran 3. Daerah Maju tapi tertekan, yaitu daerah yang memiliki pendapatan
perkapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding
dengan rata-rata kabupaten/kota.

Kuadran 4. Daerah relatif tertinggal yaitu daerah yang memiliki tingkat


pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding dengan rata-rata
kabupaten/kota.

3. Analisis Linkage System

Analisis linkage system merupakan analisis yang mempelajari adanya


hubungan/keterkaitan antara forward linkage dan backward linkage ekonomi
kerakyatan. Keterkaitan tersebut meliputi :

 Keterkaitan ke belakang (backward linkage), yaitu keterkaitan ekonomi kerakyatan


dengan penyedia input produksi (keterkaitan penyerapan tenaga kerja dan keterkaitan
dengan penyediaan bahan baku dan peralatan produksi) beserta sektor pendukung
ekonomi kerakyatan.
 Keterkaitan ke depan (forward linkage), yaitu keterkaitan masyarakat dengan pengguna
output produksi (keterkaitan pemasaran produk ekonomi kerakyatan) beserta wilayah
tujuan pemasaran.

4. Analisis SWOT dan Telaah IFAS – EFAS

Analisis SWOT digunakan dalam menginterpretasikan wilayah perencanaan, khususnya


pada kondisi yang sangat kompleks, faktor eksternal dan internal memegang peran yang sama
pentingnya. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui inventarisasi faktor
potensi (strenght) ,masalah (weakness) ,peluang (opportunities) danancaman (threats) dari
pengembangan ekonomi kerakyatan yang akan dilakukan atau untuk mengetahui arah
pengembangan ekonomi kerakyatan (Wicaksono et al., 2001). SWOT secara harfiah merupakan
akronim yang terdiri dari konsep/kata:

 S (strenght/kekuatan) : suatu kondisi atau keadaan yang dimiliki dan dianggap


merupakan hal yang sudah baik
 W (weakness/kelemahan) : suatu keadaan atau kondisi yang dianggap memiliki
kelemahan atau masalah
 O(opportunity/kesempatan/peluang) : suatu keadaan atau kondisi yang ada atau
yang akan terjadi di dalam dan di sekitar daerah yang dianggap berpeluang untuk
digunakan dalam pengembangan potensi
 T (threat/ancaman/hambatan) : suatu keadaan atau kondisi yang ada atau yang
akan terjadi di dalam atau di sekitar daerah yang dianggap dapat menghambat atau
mengancam pengembangan potensi.

RUANG LINGKUP WILAYAH FORMAL DAN INFORMAL

 WILAYAH FORMAL
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, wilayah adalah ruang yan merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkaan
administratif dan/ aspek fungsional.
Dapat disimpulkan, wilayah adalah area di permukaan bumi yang dibatasi oleh
kenampakan tertentu yang bersifat khas dan membedakan wilayah tersebut dengan
wilayah lainnya. Misalnya, wilayah hutan berbeda dengan wilayah pertanian, wilayah
kota berbeda dengan perdesaan.

 WILAYAH FUNGSIONAL
Wilayah formal ditandai dengan karakteristik khasnya, sebaliknya wilayah non formal ini
ditandai dengan adanya interaksi antara komponen atau lokasi di dalamnya,. Interaksi ini
biasanya bersifat ekonomi dan paling sering terjadi di pusat wilayah. Oleh karena itu,
wilayah-wilayah yang ada di sekitarnya berfungsi untuk mendukung kegiatan di pusatnya
tersebut.
Contoh dari wilayah fungsional ini adalah Jabodetabek. Wilayah Jabodetabek dapat
dikatakan sebagai wilayah fungsional karena memiliki pusat kegiatan di Jakarta.
Sementara Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang berada di sekitar Jakarta berfungsi
mendukung kegiatan utama yang terjadi di Jakarta.
1.4 Detail Aspek Fisik,Ekonomi dan Kependudukan
a. Detail Aspek Fisik

Sumber daya fisik terdiri atas yang alami (sumber daya alam) dan yang buatan (sumber
daya buatan) serta kondisi fisik lingkungan. Keberadaan sumber daya fisik tersebut
mempunyai peranan penting. Pertama, efisiensi dan produktivitas dapat dipenuhi dengan
adanya alokasi sumber daya fisik wilayah dilakukan secara tepat, sehingga peruntukan
berbagai kawasan dapat sesuai dengan kemampuan dan kesesuaiannya. Oleh karena itu,
peruntukan kawasan budidaya pertanian misalnya, haruslah dilakukan pada lokasi yang tepat
(teori lokasi), serta harus ditunjang oleh kemampuan dan kesesuaian fisik lahan yang cukup.

Kedua, unsur fisik dapat memenuhi tujuan keadilan dan keberimbangan hanya jika
alokasi sumberdaya fisik dapat bermanfaat bagi wilayah yang bersangkutan dan memberikan
dampak positif bagi wilayah di sekitarnya. Dalam hal ini, disparitas antar wilayah dapat
dikurangi bila sumberdaya yang terdapat pada wilayah yang tertinggal dapat dialokasikan
dan memberikan manfaat pada wilayah yang bersangkutan. Dengan demikian, fenomena
seperti backwash effect dan lingkaran perangkat kemiskinan (the virious circle) dapat
dihindari oleh wilayah yang tertinggal.

Ketiga, tujuan untuk menjaga keberlanjutan (sustainability), hanya mungkin dicapai bila
alokasi sumber daya fisik wilayah dilakukan dengan cara bijaksana sesuai dengan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, unsur fisik penataan ruang harus
diperlakukan sesuai dengan daya dukung, daya tampung dan potensi wilayah.

Secara umum sumber alam diklasifikasikan atas sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui (non renewable resources) dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui
(renewable resources). Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (sumber daya stok)
bersifat exhaustable seperti logam, minyak bumi, mineral, dan gas adalah sumber daya
dengan supply terbatas. Eksploitasi sumber daya ini akan menurunkan cadangan dan
ketersediaanya.
b. Detail Aspek Ekonomi dan Keuangan
Mengingat keterbatasan/kelangkaan (scarcity) dan ketidakmerataan sumber daya,maka
setiap potensi sumber daya yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hal ini
mengandung arti bahwa setiap sumber daya harus dimanfaatkan seefisien dan seefektif
mungkin. Dalam teori ekonomi, prinsip efisiensi dibagi menjadi dua jenis yaitu: efisiensi
produksi dan efisiensi alokasi. Efisiensi produksi dicapai dengan meminimukan biaya untuk
menghasilkan satu unit output. Sedangkan efisiensi alokasi adalah suatu kondisi dimana
dalam suatu produksi output, sumber daya yang dialokasikan adalah maksimum dan harga
produksi barang sama dengan biaya marginalnya. Dalam proses perencanaan dan
pengembangan wilayah, aspek ekonomi berperan penting unuk mengalokasikan sumber
daya secara lebih efektif dan efisien baik dalam perspektif jangka pendek maupun jangka
panjang.

Struktur ekonomi di suatu daerah dapat menjadi indikator daya saing daerah. Daya saing
yang tinggi dapat dijadikan dasar oleh para investor untuk menanamkan modalnya di daerah
tersebut. Berarti daya saing yang tinggi akan menyebabkan daya tarik investasi yang tinggi
pula.

Peningkatan daya saing daerah dapat dilakukan dengan cara memberdayakan potensi
daerah semaksimal mungkin. Setiap komunitas/ daerah wilayah mempunyai potensi lokal
yang unik yang dapat membantu atau menghambat pengembangan ekonominya.
Pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal diyakini dapat meningkatkan daya saing
daerah, dan pada akhirnya dapat meningkatkan daya tarik investasi. Pertumbuhan ekonomi
di suatu daerah dapat dilihat dari aspek-aspek berikut ini:

1. Bertambah banyaknya lapangan usaha


2. Meningkatnya nilai PDRB
3. Bertambahnya sumber-sumber pendanaan pembangunan, tidak tergantung dari
sumber pendanaan dari pemerintah pusat,
4. Bertambahnya sektor-sektor produktif di daerah tersebut, sehingga masyarakat tidak
lari ke luar daerah untuk mengembangkan usahanya;
5. Bertambahnya perbankan/lembaga keuangan yang beroperasi di daerah tersebut,
6. Bertambahnya dunia usaha sejalan dengan bertambahnya sector-sektor produktif yang
berkembang di daerah tersebut.
7. Berkembangnya ekonomi sumber daya alam, artinya semakin banyak sektor produktif
yang mengelola sumber daya alam secara langsung (sektor primer)

Pada sisi lain di era globalisasi, (global economy competitiveness), peningkatan daya
saing daerah menjadi krusial, mengingat keberhasilan (kelangsungan hidup) komunitas
ditentukan oleh kemampuannya beradaptasi terhadap perubahan yang cepat dan
meningkatnya kompetisi pasar. Setiap daerah perlu mengidentifikasi dan menganalisis
potensi wilayah terutama berbasis keunggalan lokal. Hal ini disebabkan oleh:

1. Setiap komunitas/daerah/wilayah mempunyai potensi lokal yang unik yang dapat


membantu atau menghambat pengembangan ekonominya.
2. Untuk membangun daya saing tiap komunitas/daerah diperlukan pemahaman dan
tindakan yang didasarkan atas kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dimiliki. Hal ini dimaksudkan agar daerahnya bisa menarik kegiatan bisnis, kehadiran
pekerja dan lembaga yang menunjang

Daya saing dapat diukur dengan beberapa indikator:

1. Struktur Ekonomi: komposisi ekonomi, produktivitas, outpur dan nilai tambah, serta
tingkat investasi asing atau domestic. Beberapa teknik analisis yang biasa digunakan
location quotient (LQ), shift-share analysis, economic hase analysis, regional income
indicators dst.
2. Potensi Wilayah yang non tradeable seperti lokasi, prasarana, sumber daya alam,
amenity, biaya hidup dan bisnis, citra daerah.
3. Sumber daya manusia: kualitas SDM yang mendukung kegiatan ekonomi
4. Kelembagaan: konsistensi kebijakan pemerintah/pemerintah daerah, perilaku
masyarakat serta budaya yang mendukung produktivitas.
c. Detail Aspek Sosial Budaya dan Kependudukan

Salah satu aspek sosial budaya yang paling penting adalah kependudukan. Aspek
kependudukan dan interaksi kependudukan (mobilitas penduduk) merupakan informasi yang
mendasar terkait dengan perkembangan suatu wilayah. Perkembangan suatu wilayah
berimplikasi terhadap pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Faktor kependudukan juga
dijadikan sebagai indikator yang efektif dalam pembangunan suatu wilayah, seperti
penduduk terkait dengan perkembangan ekonomi suatu wilayah dan migrasi ke luar maupun
dalam wilayah. Di sisi lain faktor penduduk juga seringkali menjadi faktor utama dari
berbagai masalah dalam pembangunan, terutama berk dengan degradasi sumber daya. alam
dan lingkungan hidup. Di banyak kasus, kerusakan sumber daya alam dan lingkungan pada
kenyataannya banyak terkait dengan tekanan penduduk. Informasi tentang proyeksi
kependudukan menjadi penting, terutama terkait dengan memproyeksi tingkar degradasi
sumber daya alam dan lingkungan hidup. Data kependudukan juga sering dijadikan sebagai
patokan kinerja pembangunan suatu wilayah. Seperti pertumbuhan ekonomi suatu wilayah,
dinilai efektif jika pertumbuhannya berada di atas pertumbuhan penduduk, dan sebaliknya
pertumbuhan ekonomi dinilai kurang efektif jika berada di bawah pertumbuhan penduduk.

Secara agregat struktur demografi suatu wilayah dapat mempengaruhi pembangunan


wilayah, seperti struktur usia penduduk dapat berimplikasi terhadap pola dan struktur
konsumsi, produktivitas, ketersediaan lapangan pekerjaan dan sebagainya. Struktur
kependudukan berdasarkan status seperti penduduk kawasan perdesaan, perkotaan, hingga
suku/golongan, asli/pendatang, dan berdasarkan kesejahteraan seperti miskin/kaya, serta
berdasarkan pendidikan dan gender akan menentukan produktivitas, hingga preferensi sosial
masyarakat di suatu wilayah. Dengan demikian maka informasi kependudukan dan aspek-
aspeknya menjadi penting untuk diperhatikan, karena dapat berimplikasi pada
pembangunan.

Berbicara aspek kependudukan sama halnya dengan membahas aspek sumber daya
manusia. Sumberdaya manusia, indikator operasionalnya antara lain pengetahuan,
ketrampilan, kompetensi, etos kerja/sosial, pendapatan/produktivitas, kesehatan dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM/HDI). Sumberdaya manusia merupakan fokus tujuan dari
semua kegiatan yang ada; pembangunan ekonomi, pembangunan fisik dan sebagainya yang
telah dilaksanakan, tanpa adanya kesiapan dari manusianya sendiri maka pembangunan
tersebut akan berakhir sia-sia. Pembangunan manusia merupakan suatu proses untuk
memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk (a process of enlarging people's choice). Pada
konsep itu manusia ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end), bukan alat, cara
atau instrumen pembangunan sebagaimana yang dilihat oleh model formal modal manusia
(human capital formation) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk
mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, ada empat
hal yang perlu diperhatikan yaitu produktivitas, pemerataan, keberlanjutan dan
pemberdayaan. Perhatian pembangunan bukan hanya pada upaya untuk meningkatkan
kapabilitas manusia (melalui intervensi masyarakat) saja, tetapi juga pada upaya-upaya
pemanfaatan kapabilitas tersebut.

2.5 Keterkaitan Pembangunan Wilayah Dengan Penerapan Alat Analisis Wilayah

Berdasarkan kedudukan Analisis Potensi Wilayah Dan Daerah yang sudah di kemukakan
pada bagian terdahulu, selanjutnya dapat di jabarkan ruang lingkup atau cakupan Analisis
Potensi Wilayah dan Daerah, seperti berikut ini

1. Mencakup seluruh aspek potensi dalam perencanaan yang komprehensif (rational


comprebensive planning), berartin mencakup fisik dan ideologi,politik, social, budaya
pertahan keamanan (ipolkosbudhankam)
2. Mencakup analisis potensi dan kekuatan wilayah dan daerah
3. Mencakup rentang waktu masa lalu, masa kini, dan kemungkinan masa dating

Dalam ’Rational Comprebensive Planning’, Maka semua data dan informasi terkait dengan
wilayah/daerah dan penyelenggaraan pemerintahan (pembangunan) baik internal wilayah/daerah
maupun dalam lebih luas (eksternal) harus dikumpulkan, diolah dan menjadi pertimbangan
dalam perencanaan teknokratiknya. Oleh karena itu cakupan analisis potensi wilayah dan
daerah,juga meliputi :

1. Aspek fisik/Lingkungan (alami dan buatan)


2. Aspek social budaya dan kependudukan
3. Aspek ekonomi dan keungan
4. Aspek idiologi dan Politik
5. Aspek Pertahanan dan Keamanan
6. Aspek Kebijakan (Hukum dan Peraturan Perundangan yang telah ada)
7. Aspek kelembagaan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perencanaan pembangunan wilayah ditujukan untuk mengupayakan keserasian dan
keseimbangan pembangunan antar daerah sesuai dengan potensi alamnya dan memanfaatkan
potensi tersebut secara efisien, tertib dan aman. Pembangunan wilayah adalah upaya mencapai
pembangunan berimbang. Pembangunan berimbang adalah terpenuhinya potensi" pembangunan
sesuai dengan kapasitas pembangunan setiap wilayah atau daerah yang beragam.
Analisis potensi wilayah juga mencakup analisis potensi dan kekuatan wilayah tersebut, dan
mencakup rentang waktu masa lalu, masa kini, dan kemungkinan masa yang akan datang. Dalam
proses perencanaan dan pengembangan wilayah, aspek ekonomi berperan cukup penting untuk
mengalokasikan sumber daya lebih efisien dan efektif baik dalam perspektif jangka panjang
maupun jangka pendek. dan salah satu aspek sosial budaya yang penting adalah aspek
kependudukan dan interaksi kependudukan.
Alat analisis digunakan untuk memecahkan sebuah masalah. Dan alat analisis dibagi menjadi
dua metode. Ada metode penelitian kuantitatif yang artinya metode penelitian ini berdasarkan
filsafat positivism, dimana metode ini digunakan untuk meneliti sesuatu pada populasi atau
sampel tertentu. Sedangkan metode penelitian kualitatif adalah jenis metode penelitian yang
berdasarkan pada sebuah filsafat postpositivisme, dimana digunakan untuk meneliti saat kondisi
obyek secara alamiah.
Untuk mengetahui sektor-sektor yang sedang berkembang di suatu wilayah kabupaten
dengan laju pertumbuhan perekonomian di wilayah provinsi sertadengan sektor-sektornya, dan
mengamati penyimpangan-penyimpangan dan perbandingan - perbandingantersebut. Sehingga
kita bisa mengetahui shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian kabupaten jika
kabupaten tersebut memperoleh sebuah hasil yang sesuai dengan kedudukannya dengan
keunggulan kompetitif dari suatu sector dalam kabupaten tersebut. Alat Analisis Wilayah
Terdiri dari:

• Analisis Location Quotient


• AnalisisTipologi Klassen
• Analisis Linkage System
• Analisis SWOT dan Telaah IFAS – EFAS

Sumber daya fisik terdiri atas yang alami (sumber daya alam) dan yang buatan (sumber daya
buatan) serta kondisi fisik lingkungan. Keberadaan sumber daya fisik tersebut mempunyai
peranan penting. Pertama, efisiensi dan produktivitas dapat dipenuhi dengan adanya alokasi
sumber daya fisik wilayah dilakukan secara tepatKedua, unsur fisik dapat memenuhi tujuan
keadilan dan keberimbangan hanya jika alokasi sumberdaya fisik dapat bermanfaat bagi wilayah
yang bersangkutan dan memberikan dampak positif bagi wilayah di sekitarnya. Ketiga, tujuan
untuk menjaga keberlanjutan (sustainability).

Struktur ekonomi di suatu daerah dapat menjadi indikator daya saing daerah. Daya saing
yang tinggi dapat dijadikan dasar oleh para investor untuk menanamkan modalnya di daerah
tersebut. Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dapat dilihat dari aspek-aspek bertambah
banyaknya lapar gan usaha, meningkatnya nilai PDRB, bertambahnya sumber-sumber
pendanaan pembangunan, tidak tergantung dari sumber pendanaan dari pemerintah pusat,
bertambahnya sektor-sektor produktif di daerah tersebut, sehingga masyarakat tidak lari ke luar
daerah untuk mengembangkan usahanya, dan berkembangnya ekonomi sumber daya alam,
artinya semakin banyak sektor produktif yang mengelola sumber daya alam secara langsung
(sektor primer)

Dalam apek kependudukan, data kependudukan sering dijadikan sebagai patokan kinerja
pembangunan suatu wilayah seperti pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dinilai efektif jika
pertumbuhannya berada di atas pertumbuhan penduduk, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi
dinilai kurang efektif jika berada di bawah pertumbuhan penduduk. Aspek kependudukan sama
halnya dengan membahas aspek sumber daya manusia. Pembangunan manusia merupakan suatu
proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk (a process of enlarging people's choice).
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, ada empat hal yang perlu
diperhatikan yaitu produktivitas, pemerataan, keberlanjutan dan pemberdayaan.

DAFTAR PUSTAKA

Tjokroamidjojo,Bintoro,PerencanaanPembangunan,GunungAgung,Jakarta,1981.

Wirosuhardjo,Kartomodkk.(eds.),KebijakanKependudukandanKetenagakerjaandiIndonesia,
Lembaga Penerbit FE UI, 1986.

Darsyah, M. Y., & Wasono, R. (2013). Pendugaan IPM pada Area Kecil di Kota Semarang
dengan Pendekatan Nonparametrik. In Proceedings of the National Seminar on
StatisticsDiponegoroUniversity, Semarang. Damayanti, A., & Hidayat, F. (2017). Dinamika
Penduduk Dan Kebutuhan Air. JURNAL GEOGRAFI, 2(2), 49-70. Firman, T. (1996).
Urbanisasi, Persebaran Penduduk dan Tata Ruang di Indonesia. Journal of Regional and City
Planning, 7(21), 66-72

Adisasmita, Rahardjo, 2008, “Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori”, Graha ilmu,
Yogyakarta

https://123dok,com/document/zkx63rmy-makalah-analisis-potensi-wilayah-indonesia.html
(7) (DOC) ALAT ANALISIS POTENSI DAERAH | Fathista V I S T A R A N I DwiOctaviani -
Academia.edu. (n.d.). Retrieved September 13, 2021, from
https://www.academia.edu/23231850/ALAT_ANALISIS_POTENSI_DAERAH

PengertiansertaPerbedaan Wilayah Formal dan Fungsional. (n.d.). from


https://www.kompas.com/skola/read/2021/08/04/140317969/pengertian-serta-perbedaan-
wilayah-formal-dan-fungsional

Konsep Wilayah dan Perwilayahan | Geografi Kelas 12. (n.d.). from


https://www.ruangguru.com/blog/konsep-wilayah-dan-perwilayahan

Anda mungkin juga menyukai