Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MATEMATIKA

FUNGSI DAN PERANAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

DOSEN PENGAMPU :
Dr. LAILA HAYATI, S.Pd.,M.Si
ULFA LU'LUILMAKNUN, S.Pd., M.Pd.

DI SUSUN OLEH:

MARLINA SEPTIANA E1R109093

JIHAN FAHIRA E1R019076

LULU LIWALIDYA ` E1R019087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTASKEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan, kesehatan serta pengetahuan sehingga
makalah ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Pengembangan Kurikulum Matematika. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang materi Fungsi dan
Peranan Pengembangan kurikulum.
Terlepas dari semua itu, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun kami perlukan untuk memperbaiki makalah ini. Sehingga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi gambaran ataupun
menjadi referensi kita dalam mengenal dan mempelajari Peluang.

Mataram, 27 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2

BAB 1 ................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ................................................................................................ 4

A. Latar Belakang ......................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4

BAB II ................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ................................................................................................... 5

A. Fungsi Pengembangan Kurikulum ........................................................... 5

B. Peranan Pengembangan Kurikulum ......................................................... 8

C. Kurikulum Matematika Sekolah .............................................................. 9

BAB III ............................................................................................................... 13

PENUTUP........................................................................................................... 13

A. Simpulan ................................................................................................. 13

B. Saran ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan suatu pedoman dalam pendidikan. Kurikulum


meruakan satuaun komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan
pendidikan . Kurikulum di Indonesia sendiri beberapa kali mengalami perubahan-
perubahan yang disesuikan dengan kebutuhan pada generasi tersebut. Hal itu, satuan
pendidikan memiliki kebebasan dalam menerpakann suatu kurikulum tersebut sesuai
atuaran yang di berlakukan. Pembangunan pendidikan yang baik akan tercapai jika
perencanan pendidikan yang baik pula. Dengan adanya kurikulum ini menjadi
panduan tim pengajar dalam berkegiatan untuk keperluan dunia pendidikan.
Kurikulum memiliki peran yang sangat stategis, dalam setiap
perkembangannya. Bagaimana fungsi dari pengembangan kurikulum sendiri
merupakan suatu hal yang perlu di pahami oleh sutuan pendidikan. Karena adanya
perubahan-perubahan dalam kurikulum, hal tersebut tentu kita harus tau juga
bagaiman atau hal apayang membedakan kurikulum satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, kami tertarik untuk membuat makalah ini
yang berjudul “Fungsi dan Peranan Peranan Pengembangan Pendidikan”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yakni,
1. Sebutkan dan jelaskan fungsi pengembangan kurikulum
2. Bagaimana pernan pengembangan kurikulum
3. Apa dan bagaiman kurikulum matematika sekolah

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan yakni:
1. Menyebutkan dan menjelaskan fungsi pengembangan kurikulum
2. Menjelaskan bagaimana peranan pengembangan kurikulum
3. Menjelaskan apa dan bagaimana kurikulum matematika sekolah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi Pengembangan Kurikulum

Menurut McNeil (1990) isi kurikulum memiliki empat fungsi, yaitu (1) fungsi
pendidikan umum (common and general generation) (2) suplementasi
(supplementation) (3) eksplorasi (eksploration) (4) keahlian (specialization).

1. Fungsi pendidikan umum (common and general education)


Fungsi pendidikan umum (common and general education), yaitu fungsi
kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik dan
bertanggung jawab. Kurikulum harus memberikan pengalaman belajar kepada
setiap peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam kehidupan,
memahami setiap hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan makhluk
sosial. Dengan demikian, fungsi kurikulum ini harus diikuti oleh setiap siswa pada
jenjang dan level atau jenis pendidikan mana pun.
2. Suplementasi (supplementation)
Setiap peserta didik memiliki perbedaan baik dilihat dari perbedaan
kemampuan, perbedaan minat, maupun perbedaan bakat. Kurikulum sebagai alat
pendidikan seharusnya dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai
dengan perbedaan tersebut. Dengan demikian, setiap anak memiliki kesempatan
untuk menambah kemampuan dan wawasan yang lebih baik sesuai dengan minat
dan bakatnya. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata
harus terlayani untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal; sebaliknya
siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata juga harus terlayani sesuai
dengan kemampuannya.
3. Eksplorasi (exploration)
Fungsi eksplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat menemukan
dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa. Melalui fungsi ini
siswa diharapkan dapat belajar sesuai dengan belajar tanpa adanya paksaan.
Namun demikian, proses eksplorasi terhadap minat dan bakat siswa bukan
pekerjaan yang mudah. Adakalanya terjadi pemaksaan dari pihak luar, misainya
para orang tua, yang sebenarnya anak tidak memiliki bakat dan minat terhadap
bidang tertentu, mereka dipaksa untuk memilihnya hanya karena alasan-alasan
tertentu yang sebenarnya tidak rasional. Oleh sebab itu para pengembang
kurikulum mesti dapat menggali rahasia keberbakatan anak yang kadang-kadang
tersembunyi.
4. Keahlian (spesialization)
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan
keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. Dengan demikian,
kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian, misalnya
perdagangan, pertanian, industri atau disiplin akademik. Bidang-bidang semacam
itu yang diberikan sebagai pilihan, yang pada akhirnya setiap peserta didik
memiliki keterampilan-keterampilan sesuai dengan bidang spesialisasinya. minat
dan bakatnya, sehingga memungkinkan mereka akan Untuk itu pengembangan
kurikulum harus melibatkan para spesialis untuk menentukan kemampuan apa
yang harus dimiliki setiap siswa sesuai dengan bidang keahliannya.

Memerhatikan fungsi-fungsi di atas, maka jelas kurikulum berfungsi untuk


setiap orang atau lembaga yang berhubungan baik langsung maupun tidak
langsung dengan penyelenggaraan pendidikan.
Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak berpedoman kepada kurikulum,
maka tidak akan berjalan dengan efektif, sebab pembelajaran adalah proses yang
bertujuan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan
untuk mencapai tujuan; sedangkan arah dan tujuan pembelajaran beserta
bagaimana cara dan strategi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan itu
merupakan komponen penting dalam sistem kurikulum.
Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan
program sekolah. Dengan demikian, penyusunan kalender sekolah, pengajuan
sarana dan prasarana sekolah kepada dewan sekolah, penyusunan berbagai
kegiatan sekolah baik yang menyangkut kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan-
kegiatan lainnya, harus didasarkan pada kurikulum.
Bagi pengawas, kurikulum akan berfungsi sebagai panduan dalam
melaksanakan supervisi. Dengan demikian, dalam proses pengawasan para
pengawas akan dapat menentukan apakah program sekolah termasuk pelaksanaan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tuntutan
kurikulum atau belum, sehingga berdasarkan kurikulum itu juga pengawas dapat
memberikan saran perbaikan.
bagi orang tua kurikulum adalah sebagai pedoman untuk memberikan bantuan
baik bagi penyelenggaraan program sekolah, maupun membantu putra/putri
mereka belajar di rumah sesuai dengan program sekolah. Melalui kurikulum orang
tua akan mengetahui tujuan yang harus dicapai serta ruang lingkup materi
pelajaran.
Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar. Melalui
kurikulum siswa akan memahami apa yang harus dicapai, isi atau bahan pelajaran
apa yang harus dikuasai, dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan. Berkaitan dengan fungsi kurikulum, Alexander Inglis ( dalam
Hamalik, 1990) mengemukakan enam fungsi kurikulum untuk siswa:

a) Fungsi penyesuaian, yang dimaksud adalah bahwa kurikulum harus dapat


mengantar siswa agar mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial
masyarakat. Kehidupan masyarakat tidak bersifat statis, akan tetapi dinamis,
artinya kehidupan masyarakat selalu berubah dan berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Oleh sebab itu, siswa harus dapat beradaptasi dalam
kehidupan masyarakat yang cepat berubah.
b) Fungsi integrasi, dimaksudkan bahwa kurikulum harus dapat
mengembangkan pribadi siswa secara utuh. Kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotor harus berkembang secara terintegrasi. Kurikulum bukan
hanya diharapkan dapat mengembangkan kemampuan intelektual atau
kecerdasan saja, akan tetapi juga harus dapat membentuk sikap sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku di masyarakat, serta dapat memberikan
keterampilan untuk dapat hidup di lingkungan masyarakatnya.
c) Fungsi diferensiasi, yang dimaksud adalah bahwa kurikulum harus dapat
melayani setiap siswa dengan segala keunikannya. Siswa adalah organisme
yang unik, yakni memiliki perbedaan-perbedaan, baik perbedaan minat,
bakat, maupun perbedaan kemampuan. Dapat dipastikan di dunia ini tidak
akan ada manusia yang sama. Walaupun keadaan fisik mungkin ada yang
sama, akan tetapi belum tentu dilihat dari faktor psikologisnya juga sama.
d) Fungsi persiapan, mengandung makna bahwa kurikulum harus dapat
memberikan pengalaman belajar bagi anak baik untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maupun untuk kehidupan di
masyarakat. Bagi anak yang memiliki potensi untuk belajar pada jenjang
yang lebih tinggi, maka kurikulum harus membekali mereka dengan berbagai
pengetahuan yang diperlukan agar mereka dapat mengikuti pelajaran pada
level pendidikan di atasnya; namun bukan itu saja, kurikulum juga harus
membekali mereka agar dapat belajar di masyarakat, bagi mereka yang tidak
memiliki potensi untuk melanjutkan pendidikannya.
e) Fungsi pemilihan, adalah fungsi kurikulum yang dapat memberikan
kesempatan kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan bakat dan
minatnya. Kurikulum harus bersifat fleksibel, artinya menyediakan berbagai
pilihan program pendidikan yang dapat dipelajari.
f) Fungsi diagnostik, adalah fungsi untuk mengenal berbagai kelemahan dan
kekuatan siswa. Melalui fungsi ini kurikulum berperan untuk menemukan
kesulitan-kesulitan dan kelemahan yang dimiliki siswa, di samping
mengeksplorasi berbagai kekuatan-kekuatan sehingga melalui pengenalan itu
siswa dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

B. Peranan Pengembangan Kurikulum

Peran merupakan suatu hal yang di lakukan atau dijalani,tujuan sesuatu yang
dicapai. Peranan pengembangan kurikulum anatara lain
1. Peranan Konservatif
Sekolah merupakan suatu institusi sosial yang memiliki peranan yang sangat
stategis dalam menanamkan dan memebentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-
nilai yang berlaku dalam masyarakat yang masih masih relevan. Peranan
konservatif merupakan salah satu hal instrument untuk mentransmisikan dan
menafsirkan warisan sosial budaya kepada didik atau generasi muda. Pada
hakikatnya peranan konservatif memposisikan kurikulum yang berorientasi ke
masa lampau. Keterkaitan kita satu sama lain yang menjadikan kita mahluk sosial
menjadi suatu hal yang penting dalam mempengaruhi dan mengajarkan perilaku
generasi muda atau dalam hal ini siswa, sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup
dalam masyarakat.
2. Peranan Kritis dan Evalusi
Peranan kristis dan evaluasi yang dimaksudkan kurikulum dapat secara kritis
menilai dan juga mengevalusi keberadaan kebudayaan nenek moyang untuk
mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan yang kurang baik,
maka anak muda pada generasi terbaru dapat memilih mana unsur yang dapat
diterapkan dan dilestarikan dan mana unsur kebudayaan yang bisa diabaikan.
Nilai kebudayaan senantiasa selalu mengalami suatu perubahan dan tak luput juga
berdampak budaya tersebut menjadi hilang. Dengan adanya prinsip ini,
dikurikulum aktif berpatisipasi dalam memfilter sosial, maksudnya nilai-nilai
sosial yang tidak sesuai lagi dengan suatu generasi tersebut dapat dihilangkan atau
di modifikasi.
3. Peran kreaktif
Peran kreaktif maksudnya kurikulum harus mampu menciptakan kreasi-
kreasi baru dalam kaitannya, misalkan dengan kebudayaan yang berkembang
dalam masyarkat sehingga kebudayaan tersebut lebih sesui dengan
perkembangan jaman dan tuntutann masyarakatnya. Kurikulum harus mampu
mengandung hal-hal yan baru sehingga dapat memmbantu siswa dalam
mengembangkan kemmapuan atau potensi yang mereka miliki agar dapat
beperan aktif dala kehidupan sosial.

C. Kurikulum Matematika Sekolah

Sejak awal kemerdekaan Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum,
termasuk kurikulum matematika. Pada awal kemerdekaan, matematika disebut dengan
Ilmu Pasti dan Berhitung untuk jenjang Sekolah Dasar dan Ilmu Pasti untuk jenjang
SMP dan SMA. Di dalamnya terdapat berhitung, alajabar, ilmu ukur ruang dan ilmu
ukur sudut, keempat-empatnya masih berdiri sendiri dan baru pada kurikulum 1975
melebur menjadi satu dan dinamakan matematika. Pengajaran matematika di Indonesia
memliki perubahan besar semenjak tahun 1975, karena pada kurikulum 1975
dimasukkan pembelajaran matematika modern. Perubahan berturut-turut setelah
kurikulum 1975 adalah kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 1999, kurikulum
2006 dan kurikulum 2013.
Adapun karakteristik dari masing-masing kurikulum akan dijabarkan pada
pembahasan di bawah ini.
1. Kurikulum 1975
Pada tahun 1975, terjadi perubahan yang sangat besar dalam pengajaran
matematika di Indonesia yang ditandai dengan masuknya pembelajaran matematika
modern ke dalam kurikulum 1975. Matematika modern tersebut memiliki
karakteristik sebagai berikut.
a. Terdapat topik-topik baru, seperti himpunan, geometri bidang dan ruang,
statistika dan probabilitas, relasi, system numerasi kuno, dan penulisan
lambang bilangan nondesimal.
b. Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan
ke pengajaran yang lebih mengutamakan pengertian.
c. Soal-soal yang diberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan
masalah daripada yang bersifat rutin.
d. Ada kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara Sekolah Dasar
dan Sekolah Lanjutan.
e. Terdapat penekanan kepada struktur.
f. Program pengajaran pada matematika modern lebih memperhatikan
adanya keberagaman antar siswa.
g. Terdapat upaya-upaya penggunaan istilah yang lebih tepat.
h. Adanya pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru
kepengajaran yang berpusat pada siswa.
i. Sebagai akibat dari pengajaran yang lebih berpusat pada siswa, maka
metode mengajar yang lebih banyak digunakan adalah penemuan dan
pemecahan masalah dengan teknik diskusi.
j. Terdapat upaya agar pengajaran matematika dilakukan dengan cara yang
menarik, misalnya melalui permainan, teka-teki, atau kegiatan lapangan.

Teori belajar yang digunakan pada kurikulum ini adalah teori belajar dari Thorndike,
aliran psikologis perkembangan seperti teori Pieget, serta aliran tingkah laku dari
Skinner dan Gagne.
2. Kurikulum 1984
Perubahan dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 tidak terlalu banyak baik
dari sisi materi maupun sisi pengajaran. Perbedaan utama dengan kurikulum
sebelumnya, pada kurikulum 1984 terdapat materi pengenalan computer. Hal ini
terlihat dari penggunaan alat-alat canggih seperti komputer dan kalkulator yang
memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dalam proses belajar matematika seperti
penggunaan pola-pola bilangan maupun grafik.
3. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994 terdapat penekanan khusus pada jenjang Sekolah Dasar.
Penekanan ini merupakan penekanan yang diberikan pada penguasaan bilangan,
termasuk di dalamnya berhitung. Implikasi dari perubahan ini adalah digunakannya
teori belajar dari Skinner. Pada jenjang SLTP dan SMU teori belajar yang digunakan
masih sama seperti sebelumnya yaitu dalam proses belajar mengajar masih bersifat
campuran dengan dominasi pada penerapan aliran psikologi perkembangan.
4. Kurikulum 1999
Pada kurikulum 1999, beberapa dari bagian dari pokok bahasan himpunan di
SLTP dan teori graf di SMU dihilangkan. Selain dari hal tersebut, sebagian besar
dari materi kurikulum 1999 hampir sama dengan kurikulum 1994. Dengan demikan
teori belajar yang digunakan pada kurikulum 1999 masih sama dengan yang
digunakan pada implementasi kurikulum sebelumnya.
5. Kurikulum 2006 (KTSP)
Pada tahun 2006 terjadi perubahan pada kurikulum sebelumnya, perubahan
ini dinamakan oleh masyarakat dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Adapun ciri-ciri kurikulum pendidikan matematika pada tahun ini adalah
sebagai berikut :
a. Dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu.
b. Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.
c. Terdapat penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan berfikir logis, kritis, dan kreatif serta kemampuan
mengkomunikasikan matematika.
d. Cakupan materi sekolah dasar meliputi : bilangan, geometri dan pengukuran,
pengolahan data, pemecahan masalah dan penalaran serta komunikasi.
e. Cakupan materi untuk SLTP meliputi : bilangan, aljabar, geometri dan
pengukuran, peluang dan statistika, pengolahan data, pemecahan masalah dan
penalaran serta komunikasi.
f. Cakupan materi untuk SMU meliputi : aljabar, geometri dan pengukuran,
trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan
masalah dan penalaran serta komunikasi.
g. Mencakup kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator hasil pencapaian
belajar.
h. Kemampuan pemecahan masalah dan penalaran serta komunikasi bukan
merupakan pokok bahasan tersendiri, melainkan harus dicapai melalui proses
belajar dengan mengintegrasikan topik-topik tertentu yang sesuai.
6. Kurikulum 2013
Pada kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan
standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan siswa, tujuan pendidikan nasional,
dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya
yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Untuk mencapai
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki peserta didik pada setiap
tingkat kelas atau program yang menjadi landasan pengembangan Kompetensi
Dasar, dirumuskan Kompetensi Inti. Kompetensi Inti tersebut adalah sebagai berikut
:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.
2. Kompetensi Inti-1 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial.
3. Kompetensi Inti-1 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan.
4. Kompetensi Inti-1 (KI-4) untuk kompetensi inti sikap keterampilan.
Dalam kurikulum 2013, proses pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa agar lebih mampu dalam
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi / menalar dan
mengomunikasikan. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi lebih baik dan memiliki kecakapan (soft skill) dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari siswa yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Fungsi Pengembangan Kurikulum ada 4, yaitu fungsi pendidikan umum,
suplementasi, eksplorasi dan keahlian. Dari fungsi fungsi kurikulum tersebut
dapat di simpulkan bahwa kurikulum berfungsi untuk setiap orang atau lembaga
yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan
pendidikan. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar.
Ada 6 fungsi kurikulum untuk siswa: Fungsi penyesuaian, Fungsi integrasi,
Fungsi diferensiasi, Fungsi persiapan, Fungsi pemilihan, Fungsi diagnostic.
Peran merupakan suatu hal yang di lakukan atau dijalani,tujuan sesuatu yang
dicapai. Peranan pengembangan kurikulum anatara lain ; Peranan Konservatif,
Peranan Kritis dan Evalusi, dan Peran kreaktif.
Pengajaran matematika di Indonesia memliki perubahan besar semenjak
tahun 1975, karena pada kurikulum 1975 dimasukkan pembelajaran matematika
modern. Perubahan berturut-turut setelah kurikulum 1975 adalah kurikulum 1984,
kurikulum 1994, kurikulum 1999, kurikulum 2006 dan kurikulum 2013.

B. Saran

Komponen pendidikan hendaknya memiliki kemauan yang tinggi dan


tindakan nyata untuk melaksanakan serta mewujudkan pengembangan kurikulum
melalui program pembelajaran yang terencana, dengan selalu memperhatikan
tujuan pendidikan nasional. Ketika proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum
maka akan tercipta sumber daya manusia berupa peserta didik yang unggul dan
berguna di tengah tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Chaminsijatin lise,fendy hardian p.(2020). Telah Kurikulum.Malang:UMMPress.


Purba,. B.P., dkk.(2021) Kurikulum dan Pembelajaran. Medan : Yayasan Kita Menulis.
Sanjaya, wina.(2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan(KTSP). Jakarta: PRENADAMEDIA GRUP.
Yogi Anggraena, 2018, Pengembangan Kurikulum Matematika Pada Era Digital di
Indonesia, Jurnal Procedings Seminar Nasional & Kongres Himpunan Pengembang
Kurikulum Matematika Indonesia (HIPKIN), hal 71-75.

Anda mungkin juga menyukai