Anda di halaman 1dari 22

INDIKATOR DAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SERTA TUJUAN

PEMBELAJARAN

Makalah

Disusun untuk menyelesaikan


tugas mata kuliah perencanaan pengajaran matematika

DOSEN PEMBIMBING : Dra. Erni Maidiyah, M.Pd

Oleh:

Kelompok 11

1. M.Taisir (1906103020068)

2. Siswa (1906103020073)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Perencanaan pembelajaran yang bermutu merupakan langkah awal terlaksananya
proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Perencanaan pembelajaran direalisasikan
pada pengembangan silabus dan RPP. Pengembangan silabus dan RPP merupakan
penjabaran lebih lanjut dari Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang
di dalamnya memuat indikator, kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran, dan
penilaian. Keempat hal inilah yang nantinya dapat mengantarkan peserta didik
mencapai kemampuan minimal yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan.
Salah satu dari pengembangan silabus adalah merumuskan indikator.
Merumuskan indikator harus merujuk kepada Kompetensi Dasar sesuai dengan mata
pelajaran tertentu. Kegiatan merumuskan indikator menjadi kewajiban bagi guru agar
terlaksana proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Indikator memiliki kedudukan
yang sangat strategis dalam mengembangkan pencapaian kompetensi dan berfungsi
sebagai:

1. Pedoman dalam merumuskan tujuan pembelajaran


2. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran
3. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran
4. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar

Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan


perilaku yang dapat diukur yang mencakup kognitif (pengetahuan), sikap (afektif) dan
keterampilan (psikomotor). Indikator dikembangkan sesuai dengan (a) karakteristik
peserta didik, (b) mata pelajaran,  (c) satuan pendidikan, (d) potensi daerah dan
dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Agar  proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru
dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan
tegas. Oleh karena itu, melalui tulisan yang sederhana ini akan dikemukakan secara
singkat tentang apa dan bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran. Dengan harapan
dapat memberikan pemahaman kepada para guru dan calon guru agar dapat merumuskan
tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas dari mata pelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya..

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hakikat pembelajaran ?
2. Apa definisi dari tujuan pembelajaran ?
3. Apa manfaat merumuskan tujuan pembelajaran ?
4. Bagaimana caramerumuskan tujuan pembelajaran ?
5. Apa definisi dari Indikator ?
6. Apa alasan pengembangan indikator ?
7. Bagaimana mekanisme pengembangan indikator ?

C. Tujuan
1. Mengetahui hakikat dari pembelajaran
2. Mengetahui pengertian dari tujuan pembelajaran
3. Mengetahui manfaat dari merumuskan tujuan pembelajaran
4. Mengetahui bagaimana cara merumuskan tujuan pembelajaran yang baik
5. Mengetahui pengertian dari indikator
6. Mengetahui alasan pengembangan indikator
7. Mengetahui mekanisme pengembangan indikator

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini memberikan kontribusi keilmuan pada bidang pendidikan tata busana
dalam bidang kajian pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
Memberikan manfaat bagi mahasiswa dalam merumuskan indikator dan tujuan
pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

BAB II
Pembahasan

A. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari
siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-
buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan
perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer.
Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan
sebagainya.
Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruangan saja. Sistem pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar dikelas atau disekolah, karena diwarnai
oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk
membeljarkan peserta didik. Berbagai rumusan yang ada pada dasarnya berlandaskan
pada  teori tertentu.
1. Mengajar adalah Upaya Menyampaikan Pengetahuan Kepada Peserta Didik/Siswa di
Sekolah
Rumusan ini sesuai dengan pendapat dalam teori pendidikan yang
mementingkan mata ajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Dalam rumusan
tersebut terkandung konsep-konsep sebagai berikut:
a. Pembelajaran merupakan persiapan dimasa depan
Masa depan kehidupan anak ditentukan oleh orang tua. Mereka yang
dianggap paling      mengetahui apa dan bagaimana kehidupan itu. Itu sebabnya,
orang tua berkewajiban menentukan akan dijadikan apa peserta didik. Sekolah
berfungsi mempersiapkan mereka agar mampu hidup dalam masyarakat yang
akan datang.
b. Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan
Penyampaian pengetahuan dilaksanakan dengan menggunakan metode
imposisi, dengan cara menuangkan pengetahuan kepada siswa. Umumnya guru
menggunakan metode “formal step” dari J.Herbart berdasarkan asas asosiasi dan
reproduksi atas tanggapan/kesan.
c. Tinjauan utama pembelajaran ialah penguasaan pengetahuan
Pengetahuan sangat penting bagi manusia. Barang siapa menguasai
pengetahuan, maka dia dapat berkuasa : “Knowledge is power”. Pengetahuan
bersumber dari perangkat mata ajaran yang disampaikan di sekolah. Para pakar
yang mendukung teori ini berpendapat, bahwa mata ajaran berasal dari
pengalaman-pengalaman orang tua, masa lampau yang berlangsung sepanjang
kehidupan manusia.
d. Guru dipandang sebagai orang yang sangat berkuasa
Peranan guru sangat dominan. Dia menentukan segala hal yang dianggap
tepat untuk disajikan kepada para  siswanya. Guru dipandang sebagai orang
yang serba mengetahui, berarti guru adalah yang paling pandai. Dia
mempersiapkan tugas-tugas, memberikan latihan-latihan dan menentukan
peraturan dan kemajuan tiap siswa.
e. Siswa selalu bersikap dan bertindak pasif
Siswa dianggap sebagai tong kosong, belum mengatahui apa-apa. Dia
hanya menerima apa yang diberikan oleh gurunya. Siswa bersikap sebagai
pendengar, pengikut, pelaksana tugas.
f. Kegiatan pembelajaran hanya berlangsung dalam kelas
Pembelajaran dilaksanakan dalam batas-batas ruangan kelas saja,
sedangkan pembelajaran di luar kelas tak pernah dilakukan.
2. Mengajar adalah Mewariskan Kebudayaan Kepada Generasi Muda Melalui
Lembaga Pendidikan Sekolah
a. Pembelajaran bertujuan membentuk manusia berbudaya
Peserta didik  hidup dalam pola kebudayaan masyarakatnya. Manusia
berbudaya adalah manusia yang mampu hidup dalam pola tersebut.
b. Pembelajaran berarti suatu proses pewarisan
Para siswa dipandang ssebagai keturunan orang tua dan orang tua adalah
keturunan neneknya dan seterusnya, demikian terjadi proses turun-temurun.
Dengan sendirinya apa yang dimiliki oleh nenek moyang pada masa lampau itu
harus diwariskan kepada turunan berikutnya
c. Bahan pembelajaran bersumber dari kebudayaan
Yang termasuk kebuayaan adalah kebiasaan orang berfikir dan berbuat
seperti : kehidupan keluarga, cara menyediakan makan, bahasa, pemerintahan,
ukuran moral, kepercayaan keagamaan dan bentuk-bentuk ekpresi seni.
d. Siswa sebagai generasi muda ahli waris kebudayaan
Generasi muda berfungsi sebagai ngenerasi penerus. Mereka perlu
dipersiapkan sedemikian rupa agar benar-benar siap melanjutkan hasil kerja
yang telah dicapai oleh generasi yang ada sekarang. Kebudayaan yang
diwariskan kepada mereka harus dikuasai dan dikembangkan, sehingga mereka
menjadi warga masyarakat yang lebih berbudaya.
3. Pembelajaran adalah Upaya Mengorganisasi Lingkungan untuk Menciptakan
Kondisi Belajar bagi Peserta Didik
a. Pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku peserta
didik
b. Kegiatan pembelajaran berupa perorganisasian lingkungan
c. Peserta didik sebagai suatu organisme yang hidup
4. Pembelajaran adalah Upaya mempersiapkan Peserta Didik untuk Menjadi Warga
Masyarakat yang Baik
a. Tujuan pembelajaran
b. Pembelajaran berlangsung dalam suasana kerja
c. Peserta didik/ siswa sebagai calon warga negara yang memiliki potensi untuk
bekerja
d. Guru sebagai pemimpin dan pembimbing bengkel kerja
5. Pembelajaran adalah Suatu Proses Membantu Siswa Menghadapi Kehidupan
Masyarakat Sehari-hari
a. Tujuan pembelajaran ialah mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat
b. Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam hubungan sekolah dan masyarakat
c. Siswa belajar secara aktif dan Guru juga bertugas sebagai komunikator
B. Tujuan Pembelajaran
B.1. Pengertian Tujuan Pembelajaran
Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh
B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962
yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak
pada tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas  hampir  di seluruh
lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia.
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan
bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.  Kemp (1977)
dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu
pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan
yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik
(2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai
tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi
semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa : (1) tujuan pembelajaran adalah
tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi
yang spesifik.  Yang menarik untuk digarisbawahi  yaitu dari pemikiran Kemp dan
David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam
bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan
pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).
Selain daripada itu, M.Sobry Sutikno dalam bukunya Belajar Dan Pembelajaran
mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran ialah sebagai berikut:
1. Pengumpulan pengetahuan
2. Penanaman konsep dan kecekatan
3. Pembentukan sikap dan perbuatan
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran tersebut dapat memberikan manfaat
tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002)
Mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: (1) Memudahkan
dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga
siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara  lebih mandiri; (2) Memudahkan
guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3) Membantu memudahkan guru
menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan guru
mengadakan penilaian.
Tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri.
Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dan
dikembangkan dan diapresiasi. Tujuan ( goals ) adalah rumusan yang luas mengenai
hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Tujuan pembelajaran memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya : dalam
situasi bermain peran;
2. Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat
diamati;
3. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya pada
peta pulau jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-
kurangnya tiga gunung utama.
4. Tujuan merupakan dasar untuk mengukur hasi pembelajaran, dan juga menjadi
landasan untuk menentukan  isi pelajaran dan metode mengajar. Berdasarkan isi
dan metode itu selanjutnya ditentukan kendisi-kondisi kegiatan pembelajaran
yang terkait dengan tujuan tingkah laku tersebut, tujuan merupakan tolak ukur
terhadap keberhasilan pembelajaran. Karena itu perlu disusun suatu deskripsi
tentang cara mengukur tingkah laku.

B.2. Manfaat Tujuan Pembelajaran


Salah satu kunci keberhasilan dalam belajar adalah adanya tujuan yang jelas. 
Tujuan biasanya menentukan hasil yang akan Anda capai.  Rasulullah s.a.w. pernah
bersabda bahwa setiap amal perbuatan itu tergantung pada niat/tujuannya dan bahwa
hasil yang akan diperoleh orang yang bekerja tersebut akan sesuai dengan niat/tujuan
yang ingin dicapainya.
Tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan.
Artinya, tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga,
dan sebagai arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Komponen
ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Kalau
diibaratkan, tujuan pembelajaran adalah jantungnya, dan suatu proses pembelajaran
terjadi manakala terdapat tujuan yang harus dicapai.
Tujuan jangka pendek adalah sesuatu yang ingin Anda capai segera.  Contoh
tujuan belajar jangka pendek adalah menyelesaikan pekerjaan rumah Anda dan
berhasil baik dalam ujian esok hari.  Tujuan jangka panjang adalah sesuatu yang akan
ingin Anda capai di suatu saat nanti.  Contoh tujuan jangka panjang adalah menulis
makalah atau lulus dalam matakuliah.
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu,
baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4
(empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar
kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara  lebih
mandiri;
2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran;
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.

B.3. Merumuskan Tujuan Pembelajaran


Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, saat ini
telah terjadi pergeseran dalam perumusan tujuan pembelajaran. W. James Popham dan
Eva L. Baker (2005) mengemukakan pada masa lampau guru diharuskan menuliskan
tujuan pembelajarannya dalam bentuk bahan yang akan dibahas dalam pelajaran,
dengan menguraikan topik-topik atau konsep-konsep yang akan dibahas selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada masa lalu ini
tampak lebih mengutamakan pada pentingnya penguasaan bahan bagi siswa dan pada
umumnya yang dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
guru (teacher-centered). Namun seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang
dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran yang semula lebih memusatkan pada
penguasaan bahan, selanjutnya bergeser menjadi penguasaan kemampuan siswa atau
biasa dikenal dengan sebutan penguasaan kompetensi atau performansi. Dalam
praktik pendidikan di Indonesia, pergeseran tujuan pembelajaran ini terasa  lebih
mengemuka sejalan dengan munculnya gagasan penerapan Kurikulum  Berbasis
Kompetensi.
Selanjutnya, W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menegaskan bahwa
seorang guru profesional harus merumuskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk
perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh
siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran.
Berbicara tentang perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada
umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai
tujuan pembelajaran. Bloom mengklasifikasikan perilaku individu ke dalam tiga ranah
atau kawasan, yaitu:
1. Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar, di dakamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis), memadukan
(synthesis), dan penilaian (evaluation);
2. Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya
mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian
(valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization);
dan
3. Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular
system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari : kesiapan (set), peniruan
(imitation, membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan  menciptakan
(origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru
untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.
Dalam sebuah perencanaan pembelajaran tertulis (written plan/RPP), untuk
merumuskan tujuan pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi
harus memenuhi beberapa kaidah atau kriteria tertentu. W. James Popham dan Eva L.
Baker (2005)  menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan
pembelajaran, yaitu:
1. Preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang
penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara
membelajarkannya;
2. Analisis taksonomi perilaku sebagaimana dikemukakan oleh Bloom di atas.
Dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan
menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah
seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah
psikomotor.
Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus
terkandung dalam tujuan pembelajaran, yaitu :
1. Perilaku terminal,
2. Kondisi-kondisi dan
3. Standar ukuran.
Hal senada dikemukakan Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan
pembelajaran sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu:
1. Menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa
selama belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir pelajaran;
2. Perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat
mendemonstrasikan perilaku tersebut; dan
3. Perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan
minimum yang dapat diterima.
Berkenaan dengan perumusan tujuan performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno,
2008) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas: (1) tujuan harus
menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik; (2)
menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang
hadir pada  waktu anak didik berbuat; dan (3) menyebutkan kriteria  yang digunakan
untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan.
Telah dikemukakan di atas bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara
jelas. Dalam hal ini Hamzah B. Uno (2008) menekankan pentingnya penguasaan guru
tentang tata bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat
tergambarkan konsep dan proses berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan
idenya tentang pembelajaran.
Pada bagian lain, Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis
penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD.
A = Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid  dan sasaran didik lainnya),
B = Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar),
C = Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan
dapat tercapai,
D = Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima)

C. Indikator
C.1. Pengertian Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran,
satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional
yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian
mata pelajaran (Mulyasa, 2007:139). Dalam Panduan Pengembangan Indikator
(2010: 3) dan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 juga menyatakan bahwa
indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran.Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Ciri-Ciri Indikator :
1. Konsisten dengan standar kompetensi mata pelajaran,
2. Dinyatakan dengan jelas,
3. Dapat diukur dengan jelas,
4. Realistik dan dapat dilakukan,
5. Sesuai dengan tingkat berfikir peserta didik, dan
6. Dapat dicapai dalam kurun waktu yang tersedia.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja
operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat
kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. Indikator
memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan pencapaian
kompetensi berdasarkan SK-KD karena indikator sebagai pedoman dalam
mengembangkan materi pembelajaran.
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan: (1) tuntutan
kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD; (2)
karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; dan (3) potensi dan
kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan
indikator, yaitu: (1) indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator;
dan (2) indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis
soal yang di kenal sebagai indikator soal.
Fungsi lain dari indikator adalah sebagai pedoman dalam merancang dan
melaksanakan penilaian hasil belajar. Indikator menjadi pedoman dalam merancang,
melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar, Rancangan penilaian memberikan
acuan dalam menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator
penilaian. Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada indikator
pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan SK dan KD.
Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat
kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan
minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional. Sekolah dapat
mengembangkan indikator melebihi standar minimal tersebut. Tingkat kompetensi
dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam SK dan KD.

C.2. Alasan Pengembangan Indikator


Pengembangan indikator sangat bermanfaat bagi pendidik maupun peserta
didik, beberapa manfaat yang dapat diperoleh antara lain (Materi Workshop
Penulisan Bahan Perkuliahan 2B, 2007) :
2. Memberikan arah bagi pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan
yang diharapkan,
3. Memandu pendidik untuk merencanakan pembelajaran, menyelenggarakan
dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar,
4. Memandu peserta didik untuk belajar dan membantu menentukan prioritas-
prioritas,
5. Memungkinkan pendidik untuk menganalisa tingkat efektifitas
pembelajaran yang diselenggarakan,
6. Menunjukkan kepada peserta didik tentang sistem nilai yang dilakukan,
7. Memandu peserta didik untuk melakukan penilaian mandiri,
8. Membuat pembelajaran lebih fokus dan terorganisir,
9. Sebagai basis menganalisis tingkat berfikir kognitif yang diharapkan dari
peserta didik, dan
10. Memberikan model kepada peserta didik untuk mengembangkan tujuan
pembelajaran.

C.3. Mekanisme Pengembangan Indikator


1. Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam SK dan KD.
Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat
kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan
minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional. Sekolah dapat
mengembangkan indikator melebihi standar minimal tersebut.
Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang
digunakan dalam SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga
bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata
kerja pada tingkat pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun
penerapan. Tingkat penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang
diinginkan.
Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan penekanan
aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan.
Pengembangan indikator harus mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi yang
digunakan SK dan KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol, maka indikator
yang dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan.
Dalam mengembangkan indikator dari KD ada dua langkah yang dapat
digunakan.
a. Menganalisis tingkat kompetensi yang digunakan pada KD
Langkah ini dilakukan dengan cara melihat tingkat kompetensi yang
terdapat pada Kompetensi dasar. Kriteria yang dapat dilakukan dengan
menganalisis kata kerja operasional (KKO) yang digunakan oleh KD
tersebut. Apabila tingkat kompetensi pada KD sampai pada level C2
(penerapan) maka indikator yang dikembangkan harus mencapai kompetensi
C2. Hal ini untuk memenuhi tututan minimal dari kompetensi yang dijadikan
acuan untuk mencapai standar nasional. Namun, tidak tertutup kemungkinan
bagi pendidik untuk mengembangkan indikator melebihi kompetensi yang
ada pada KD karena sesuai dengan penetapan SNP bahwa pendidik dan
sekolah dapat menyesuaikan kompetensi yang hendak dicapai berdasarkan
potensi anak didik.
Ketika mengembangkan indikator dengan cara ini ada hal yang perlu
diperhatikan yaitu pendidik harus menghindari penggunakaan tingkat
kompetensi yang tumpang tindih. Tingkat kompetensi yang digunakan harus
dilakukan secara hirarkis yaitu mulai dari tingkat kompetensi termudah
hingga tersulit. Maka, jika tingkat kompetensi tersebut harus dimulai dari C1,
C2 hingga C6. Apabila tingkat kompetensi diawali dengan C2, kompetensi
berikutnya sebaiknya ke C3 dan tidak dibenarkan kembali ke C1.
Contoh Pengembangan Indikator Berdasarkan Analisis Tingkat
Kompetensi Pada KD
Kelas KD Tingkat Indikator Tingkat
/ Kompetensi Kompetensi
jenjang
V/ SD Membandingkan C2 1. mengidentifikasigagasa C1
isi dua teks yang n inti dari dua teks yang C1
dibaca dengan dibaca. C2
membaca 2. menjelaskan isi dari
sekilas masing-masing teks yang
dibaca.
3. membandingkan isi dua
teks yang dibaca

b. Menganalisis Indikator berdasarkan tingkat UKRK kompetensi pada


KD
Safari (2008: 29-31) menyatakan bahwa indikator terbagi atas dua yaitu
indikator sangat penting dan indikator penunjang. Membedakan antara
indicator penting dan penunjang ditentukan berdasarkan tingkat UKRK pada
indicator tersebut. Dengan itu, UKRK dapat dijadikan kiteria dalam memilih
dan memilah ketepatan indicator yang akan dijadikan indicator penting atau
indicator penunjang.
UKRK merupakan akronim dari Urgensi, Kontinuitas, Relevansi,
Keterpakaian. Urgensi adalah tingkat kepentingannya. Maka urgensi
dimaknai bahwa indicator tersebut penting dikuasai oleh peserta didik.
Kontinuitas adalah berkelanjutan, yang juga bermakna bahwa indicator
tersebut akan menjadi dasar bagi indicator selanjutnya atau akan mempunyai
hubungan dengan indicator pada tingkat lanjut. Relevansi bermakna bahwa
indicator tersebut mempunyai hubungan dengan mata pelajaran lain.
Keterpakaian berimplikasi bahwa indicator tersebut memiliki nilai yang
aplikatif dalam kehidupan social dan bermasyarakat peserta didik.
Merujuk pada pendapat Safari, Wardhani (2008: 11-17)
mengklasifikasikan indicator ke dalam tiga tingkatan, yaitu indicator kunci,
indicator pendukung, dan indicator pengayaan. Berikut ini dipaparkan ketiga
indicator tersebut.
Pertama,  indikator kunci merupakan indicator yang sangat memenuhi
criteria UKRK. Kompetensi yang dituntut pada indicator kunci adalah
kompetensi minimal yang terdapat pada KD. Hal ini bermakna bahwa
indicator kunci memiliki sasaran untuk mengukur ketercapaian standar
minimal dari KD. Oleh karena itu, indicator kunci harus dinyatakan secara
tertulis dalam pengembangan RPP dan harus teraktualisasi dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga kompetensi minimal yang harus
dikuasai siswa tercapai berdasarkan tuntutan KD mata pelajaran.
Kedua,  Indikator pendukung merupakan indicator yang membantu
peserta didik memahami indicator kunci. Indikator pendukung ini dinamakan
indicator prasyarat (Wardhani, 2008: 13) yang berarti kompetensi yang
sebelumnya telah dipelajarai siswa, berkaitan dengan indicator kunci yang
dipelajari.
Ketiga, Indikator pengayaan sesuai dengan makna pengayaan, indicator
pengayaan meruakan indicator yang mempunyai tuntutan kompetensi yang
melebihi dari tuntutan kompetensi dari standar minimal KD. Pembuatan
indicator pengayaan tidak selalu harus ada dalam setiap pengembangan
indicator. Indikator pengayaan akan dirumuskan oleh pendidik apabila
potensi peserta didik memiliki kompetensi yang lebih tinggi dari dan perlu
peningkatan yang baik dari standar minimal KD.
Yang harus diingat oleh pendidik dalam melakukan penilaian adalah
indicator yang harus diujikan kepada siswa adalah indicator kunci. Indikator
kunci tidak boleh terabaikan oleh pendidikan dalam pelaksanaan penilaian,
karena ndikator inilah yang menjadi tolah ukur dalam mengukur ketercapaian
kompetensi minimal siswa berdasarkan KD. Di samping itu, pencapaian
komptensi minimal ini merupakan pencapaian yang berstandar nasional.
Akan halnya dengan indicator pendukung dan indicator pengayaan di dalam
melakukan penilaian disesuaikan dengan tingkat kebutuhan pemahaman
peserta didik terhadap indicator kunci yang telah diberikan.
Contoh pengembangan indicator bedasarkan tingkat UKRK
Kelas/ KD Indikator Klasifikasi
semeste Indikator
r
IV/2 8.3 Membuat 1. menyebutkan pengertian pantun Pendukung
pantun anak 2. menuliskan empat ciri-ciri pantun Pendukung
yang menarik 3. membuat pantun anak Kunci
tentang bertema(persahabatan, ketekunan, pengayaan
berbagai tema kepatuhan, dll.) sesuai dengan
(persahabatan, ciri-ciri pantun
ketekunan, 4. membuat pantun anak yang berupa
kepatuhan, dll.) talibun (persahabatan, ketekunan,
sesuai dengan kepatuhan, dll.) sesuai dengan
ciri-ciri pantun ciri-ciri pantun

2. Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah


Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran,
peserta didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian.
Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, karakteristik penilaian
kelompok mata pelajaran adalah sebagai berikut.
Kelompok Mata Pelajaran Mata Pelajaran Aspek yang Dinilai
Al-Qur’an Hadits Pendidikan Agama Afektif dan Kognitif
Kewarganegaraan dan Pendidikan
Kepribadian Kewarganegaraan Afektif dan Kognitif
Jasmani Olahraga dan Psikomotorik, Afektif, dan
Kesehatan Penjas Orkes Kognitif

Estetika Seni Budaya Afektif dan Psikomotorik


Afektif, Kognitif, dan/atau
Ilmu Pengetahuan dan Matematika, IPA, IPS Psikomotorik sesuai karakter
Teknologi Bahasa, dan TIK. mata pelajaran

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari


mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam
mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari
aspek mendengar, membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata
pelajaran matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus
melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan
mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada
dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK serta KD masing-
masing mata pelajaran.
Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik
yang unik dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan
gaya belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu mengakomodir
keragaman tersebut. Peserta didik dengan karakteristik unik visual-verbal atau
psiko-kinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga
kompetensi siswa dapat terukur secara proporsional.
Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan
indikator karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu
yang melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi.
Termasuk sekolah bertaraf internasional dapat mengembangkan indikator dari SK
dan KD dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar
internasional yang digunakan. Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi
pertimbangan dalam mengembangkan indikator.
a. Menganalisis Kebutuhan dan Potensi
Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis
untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator.
Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta
didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara
optimal. Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan
kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya.
Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu
sekolah di masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil
analisis potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum
melalui pengembangan indikator.
b. Merumuskan Indikator
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan
sebagai berikut:
2) Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indicator
3) Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang
dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus
mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan
melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan
peserta didik.
4) Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
5) Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu
tingkat kompetensi dan materi pembelajaran.
6) Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran
sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
7) Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator
penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.
3. Mengembangkan Indikator Penilaian
Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih lanjut dari indikator
(indikator pencapaian kompetensi). Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk
dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta didik maupun evaluator di
sekolah. Dengan demikian indikator penilaian bersifat terbuka dan dapat diakses
dengan mudah oleh warga sekolah. Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes
dan non-tes harus sesuai dengan indikator penilaian.
Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan
dengan indikator (indikator pencapaian kompetensi). Rumusan indikator
penilaian memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan
menjadi instrumen penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau
penilaian hasil karya atau produk, termasuk penilaian diri.
BAB III
Penutup

Kesimpulan
Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran
(Mulyasa, 2007:139).
Alasan pengembangan indikator adalah karena pengembangan indikator sanngatlah
bermanfaat bagi pendidik dan juga peserta didik. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh
antara lain : (1) Memberikan arah untuk mencapai tujuan pembelajaran; (2) Membantu
menentukan prioritas pembelajaran; (3) Dapat menganalisa tingkat efektifitas pembelajaran;
(4) Pembelajaran dapat lebih fokus dan lain sebagainya. Dalam mengembangkan indikator
terdapat beberapa mekanisme yang dilakukan, seperti : (1) Menganalisis tingkat kompetensi
dalam SK dan KD; (2) Menganalisis karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
(3) Mengembangkan indikator penilaian.
Tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri.
Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan
dan diapresiasi. Tujuan ( goals ) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan
yang diinginkan. Manfaat dari tujuan pembelajaran adalah (1) Memudahkan dalam
menjelaskan maksud dari kegiatan belajar mengajar; (2) Memudahkan memilih bahan ajar;
(3) Memudahkan menentukan media pembelajaran; (4) Memudahkan dalam mengadakan
penilaian.
Dalam menyusun tujuan pembelajaran dapat menggunakan format ABCD, sehingga
pendidik dapat lebih mudah mengingat dan mudah untuk mengaplikasikannya. Format
ABCD adalah
A = Audience
B = Behavior
C = Condition
D = Degree
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya


Dr. Halimah, M.Pd. Telaah Kurikulum. Medan: Perdana Publishing, 2010
Dr. Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
M. Sobry Sutikno. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Prospect
M.V. Sri Hartini H.S. Pengembangan Indikator Dalam Upaya Mencapai Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia Di Sekolah Menengah Atas Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT.Remaja Rosda
karya.
Muslich, Mansur. 2009.  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : PT. BumiAksara.
Hamzah B. Uno. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Nilasari, Khurnia Eva. Konsep Merumuskan Indikator Dari Kompetensi Dasar. Diunduh pada
tanggal 01 Oktober 2016 pada pukul 19.45. Diunduh pada link berikut
http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=435:konsep-merumuskan-indikator-dari-
kompetensi-dasar&catid=41:top-headlines&Itemid=158
Omar Hamalik. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung:
Bumi Aksara
W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo.
W. James Popham dan Eva L. Baker.2005. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terj. Amirul
Hadi, dkk). Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai