Anda di halaman 1dari 24

SAP 9

9.1 Pengertian dan Fungsi Kewirakoperasian

Pada Seminar Nasional tentang Kurikulum Kewirausahaan Koperasi tanggal 5,6,7


Oktober 1993 di Kampus IKOPIN Jatinangor, mendalam telah didiskusikan 3 istilah yang
muncul selama seminar, yaitu cooperative entrepreneur, kewirausahaan koperasi dan
kewirakoperasian.Mengingat bahwa entrepreneurship dalam koperasi tidak hanya
menyangkut usaha koperasi tetapi meliputi pula member entrepreneurship, manajer en-
preneurship, bureaucratic entrepreneurship dan catalytic entrepreneurship, maka pada
akhirnya disepakati istilah kewirakoperasian sebagai istilah baku kewirausahaan koperasi.
Diskusi tersebut pada akhirnya merumuskan definisi yang mencakup aspek-aspek intrinsik
dan manajerial dari dalam hakikat koperasi yang memiliki prinsip-prinsip identitas dan
dasar etika yang terkait dengan prinsip-prinsip itu.

Kewirakoperasian adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif
dalam mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegangan
teguh pada prinsip identitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata
serta peningkatan kesejahteraan bersama. Dari definisi tersebut terkandung beberapa unsur
yang patut diperhatikan:

a. Kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara


koperatif Ini berarti wirakop (orang yang melaksanakan kewirakoperasian) harus
mempunyai keinginan untuk memajukan organisasi koperasi, baik itu usaha koperasi
maupun usaha anggotanya. Usaha itu harus dilakukan secara koperatif dalam arti
setiap kegiatan usaha koperasi harus mementingkan kebutuhan anggotanya
b. Tugas utama wirakop adalah mengambil prakarsa inovatf artinya berusaha mencari
menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan bersama
(Drucker, 1988. h.30). Bertindak inovatif tidak hanya dilakukai pada saat memulai
usaha tetapi juga pada saat usaha itu berjalan, bahkan pada saat usaha koperasi
berada dalam kemunduran. Pada saat memulai usaha agar koperasi dapat tumbuh
dengan cepat dan menghasilkan. Kemudian pada saat usah akoperasiberjalan, agar
koperasi paling tidak dapat mempertahankan eksistensi usaha koperasi yang sudah
benalan dengan lancar Perihal yang lebih penting adalah tindakan inovatif pada saat
1
usaha koperasi berada dalam kemunduran (stagnas). Pada saat itu wirakop diperlukan
agar koperasi berada pada siklus hidup yang baru
c. Wirakop harus mempunyai kebranian mengambil risiko. Karena dunia penuh
dengan ketidakpastian, sehingga hal hal yang diharapkan kadang-kadang tidak sesuai
dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Oleh karena dalam menghadapisituasi
semacam itu diperlukan seorang wirausaha yang mempunyai kemampuan mengambil
risiko. Tentu saja pengambilan risiko ini dilakukan dengan perhitungan-perhitungan
yang cermat. Pada koperasi risiko-risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian
sedikit terkurangi oleh orientasi usaha yang lebih banyak di pasar internal. Pasari
nternal memungkinkan setiap usaha menjadi beban koperasi dan anggotanya karena
koperasi adalah milik anggota. Oleh karena itu secara nalar tidak mungkin anggota
merugikan koperasinya. Kalaupun teriadi kerugian dalam kegiatan operasional, maka
risiko tersebut akan ditanggung bersama-sama, sehingga risiko per anggota menjadi
relatif kecil. Tetapi bila orientasi usaha koperasi banyak ke pasar eksternal seperti
KUD, maka risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian akan mempunyai bobot
yang sama dengan risiko yang dihadapi oleh pesaingnya. Dalam kondisi ini tugas
wirakop lebih berat dibanding dengan wirakop yang lebih banyak orientasinya
dipasar internal
d. Kegiatan wirakop harus berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi, yaitu
anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Kepentingan anggota
harus diutamakan agar anggota mau berpartisipasi aktif terhadap koperasi. Karena itu
wirakop bertugas meningkatkan pelayanan dengan jalan menyediakan berbagai
kebutuhan anggotanya.
e. Tujuan utama setiap wirakop adalah memenuhi kebutuhan nyata anggota cukup berat
karena banyak pihak yang berkepentingan di lingkungan koperasi, seperti anggota,
perusahaan koperasi, karyawan, masyarakat di sekitarnya, dan lain-lain. Seorang
wirakop terkadang dihadapkan pada masalah konflik kepentingan di antara masing
masing pihak. Bila ia lebih mementingkan usaha koperasi, otomatis ia harus
berorientasi di pasar eksternal dan hal ini berarti mengurangi nilai terhadap
pelayanan anggota. Sebaliknya bila orientasinya di pasar internal dengan

2
mengutamakan kepentingan anggota, maka yang menjadi korban adalah
pertumbuhan koperasi .
f. Kewirausahaan dalam koperasi dapat dilakukan oleh anggota, manajer, birokrat yang
berperan dalarn pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang yang peduli terhadap
pengembangan koperasi Keempat jenis wirakop ini tentunya mempunyai kebebasan
bertindak dan insentif yang berbeda-beda yang selanjutnya menentukan tingkat
efektivitas yang berbeda-beda pula
Fungsi Kewirakoperasian
Dipandang dari fungsi atau kegiatan seorang wirakop, jenis kewirakoperasian
dibedakan rnenjadi 3 jenis, yaitu kewirakoperasian rutin, kewirakoperasian arbitrase dan
kewirakoperasian inovatif (Ropke, 1992). Ketiga jenis kewirakoperasian ini mempunyai
fungsi dan kegiatan yang berbeda.

a. Kewirakoperasian Rutin
Kewirakoperasian rutin diarahkan pada kegiatan rutin organisasi usaha (koperasi)
seperti produksi, pemasaran, personalia, keuangan, administrasi. dan lain-lain. Program-
program telah disusun dan dilaksanakan. Tugas wirakop hanyalah meluruskan
mengendalikan sesuatu agar berjalan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
Dalam pengertian lain, tugas wirakop yang bersifat rutin berhubungan erat dengan
alokasi faktor produksi. Dalam alokasi sumberdaya kadang-kadang terjadi
penyimpangan dari hal yang direncanakan semula, dan penyimpangan ini perlu
diluruskan. Jadi pada dasarnya kegiatan wirakop dalam halini hanyalah menyelesaikan
permasalahan yang terjidi dalam aktivitas rutin sehari-hari. Kewirausahaan rutin
merupakan gambaran literature manajemen yang berfungsi sebagai pemecahan masalah.
Karena beberapa alasan sumber-sumber langka diterapkan secara salah atau
permasalahan timbulkarena penerapan yang salah atas sumber daya. Oleh karena itu
diperlukan beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan dalam
penerapan. Melalui metoda ini, standar prestasi atau keseimbangan yang lalu dapat
diperoleh kembali. Kewirausahaan rutin berhubungan dengan kesempatan-kesempatan
tertentu yang dapat dirasakan dan dievaluasi dengan tepat. Suatu fungsi kewirausahaan
dapat tercapai karena pengalokasian kembali sumber-sumber yang akan membentuk
keseimbangan Oleh karena itu para wirausah sebagai seorang manajer yang berfungsi
3
mengambil keputusan mengenai koordinasi alat-alat yang dimiliki. Manajer akan
bertindak berdasarkan peluang yang diketahuinya untuk kemudian mengelola faktor
faktor produksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kewirakoperasian rutin mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Kegiatan berhubungan dengan evaluasi dan koreksi bila teriadi misalokasi sumber
daya. Tindakan ini disebut pemecahan masalah.

2) Manajer (wirakop) mempunyai informasi yang banyak tentang sumberdaya. Tujuan


dan resiko yang dihadapi. Wrausaha dapat bertindak berdasarkan informasi yang
akurat mengenai sumber-sumber dan hasil akhir (tujuan), serta setiap keputusan
yang telah mempertimbangkan risiko.

3) Rendahmya tingkat ketidakpastian memungkinkan wirausaha (wirakop) mampu


memaksimumkan tujuan (misalnya memaksimumkan profit atau pengembangan
usaha para anggota koperasi.

b. Kewirakoperasian Arbitrage

Arbitrase di sini dimaksudkan sebagai keputusan yang diambil dari dua kondisi
yang berbeda dan keputusan itu memberikan peluang yang menguntungkan. Tugas
utama dari wirakop dalam hal ini mencari peluang yang menguntungkan dari dua
kondisi berbeda. Misalnya ketidaksesuaian permintaan dan penawaran suatu pasar akan
menciptakan peluang bagi seseorang (wirausaha) untuk membeli dengan murah dan
menjual dengan mahal. Jika harga input di daerah A secara ekonomis lebih murah
dibanding di daerah B, maka wirakop yang jeli akan mendatangkan inputdari daerah A
Kondisi lain, jika harga output di daerah C lebih tinggi daripada daerah D, maka wrakop
yang jeli akan menjual di daerah C sepanjang memberikan tambahan keuntungan
baginya. Oleh karena itu, guna memperoleh keberhasilan dalam kondisi ini, wirakop
harus mempunyai informasi yang banyak tentang lingkungan dan pasar yang hendak
dituju dan memanfaatkan informasi ini untuk kemajuan koperasi. Kewirakoperasian
rutin mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Wirakop mempunyai informasi yang banyak tentang perbedaan harga barang -barang
tertentu bila ia beli saatini dan dijual pada waktu yang akan datang

4
2) Inti kewirakoperasian terdiri dari penemuan dan pelaksanaan peluang yang
menguntungkan yang sampai saat ini belum dikenali dan direalisasikan. Peluang
tersebut merupakan hasil ketidakseimbangan yang disebabkan perbedaan permintaan
dan penawaran.

c. Kewirakoperasian Inovatif
Inovatif mencari, memanfaatkan dan menemukan sesuatu yang baru. Wirakop
berarti yang inovatif ber wirakop yang selalu tidak puas dengan kondisi yang ada. Ia
selalu berusaha menemukan dan akan memanfaatkan peluang yang diperoleh. Ia sangat
diperlukan terutama pada kondisi di mana perusahaan (termasuk koperasi) mengalami
stagnasi. Ia juga diperlukan oleh perusahaan atau koperasi ying menghadapi masalah
ketidakpastian yang serius dalam lingkungan yang dinamis. Schumpeter telah
membuktikan bahwa para innovator merupakan promotor utama perkembangan
ekonomi. Inovasi tidak hanya sekedar memperkenalkan teknik dan produk baru, tetapi
juga membuka pasar dan sumber pengadaan (perbekalan), peningkatan teknik
manajemen dan metoda-metoda distribusi baru Kewirausahaan (kewirakoperisian)
inovatif biisanya tidak menimbulkan masalah, artinya meskipun keuntungan yang
diperoleh oleh inovator akan dikikis oleh para peniru, namun pengurangan ini akan
menyebabkan inovator memperkenalkan inovasi versi terbaru atau peluang baru. Jadi
kegiatan inovatif akan menghasilkan dorongan tertentu bagi kegiatan inovitif baru

9.2 Tipe-Tipe Kewirakoperasian


Dalam organisasi koperasi terdapat pengelola (dan atau manajer), anggota dan
karyawan. Manajer memang kerkompeten dalam kewirausahaan koperasi, demikian juga
anggota karena anggota sebagai pemilik.Sedangkan karyawan, kendatipun bisa menjadi
seorang wirakop, tetapi semua keputusan pada akhirnya diputuskan oleh rnanajer beserta
para anggotanya. Oleh karena itu karyawan koperasi tidak terlalu berkompeten dalam
kewirausahaan koperasi. Ada lagi pihak yang berkompeten dalam pengembangan koperasi
kendatipun ia tidak rnenjadi anggota atau pengelola koperasi yaitu birokrat dan katalis.
Birokrat adalah orang atau lembaga yang diberi wewenang oleh pemerintah dalam
mengembangkan gerakan koperasi (dalam hal ini Departemen Koperasi beserta
jajarannya). Sedangkan katalis adalah orang yang berminat mengembangkan koperasi
5
kendatipun ia tidak terjun langsung dalam orgasnisasi koperasi. Oleh karena itu,
kewirakoperasian dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu Kewirakoperasian anggota,
kewirakoperasian rnanajer, kewirakoperasian birokrat dan kewirakoperasian katalis.
a. Kewirakoperasian Anggota
Anggota sebagai pemilik koperasi dapat nenjadi wirakopbila ia mampu menemukan
memanfaatkan peluang yang ada untuk pertumbuhan koperasi. Tetapi emungkinan sangat
lemah mengingat kebanyakan kemampuan anggota dalam inovasi masih sangat rendah.
Keterbatasan hak karena setiap tindakan harus memperhatikan anggota nya dan motivasi
yang rendah. Anggota koperasi di Indonesia pada umumnya mempunyai tingkat
pendidikan yang rendah sehingga tingkat kemampuan dalam menemukan sesuatu baru
sangat terbatas Di samping itu, kendatipun anggota akan kemampuan yang tinggi tetapi
motivasi untuk berprestasi di bidang koperasi menjadi sangat rendah sebab manfaat dari
hasil inovasi anggota yang dinikmati hanya sebagian kecil oleh anggota yang
bersangkutan dan sebagian besar dinikmati oleh anggota lainnya, anggota potensial atau
bahkan para pesaing koperasi. Dalam kondisi sepertini anggota yang rasional akan
memanfaatkan peluang sebut untuk kepentingan diri sendiri dengan jalan bekerja di luar
koperasi
b. Kewirakoperasian Manajer
Pada koperasi yang mengangkat manajer sebagai pelaksana dan penanggungjawab
kegiatan operasional koperasi tentu sangat mengharapkan perubahan yang memberikan
keuntungan. Tetapi kendala yang dihadapi oleh manajer adalah keterbatasan-kebebasan
untuk bertindak. Keterbatasan ini karena manaler di samping dibebani peningkatan
pertumbuhan usaha koperasi tetapi juga dibebani peningkatan pelayanan tehadap
anggotanya. Kedua hal tersebut kadang terjadi kontradiksi. Bila manajer menginginkan
meningkatkan pertumbuhan koperasi, maka ia harus berorientasi ke pasar eksternal
(melayani kebutuhan nonanggota) dan ini berarti mengurangi nilai pelayanan terhadap
anggotanya. Sebaliknya bila manajer menginginkan peningkatan pelayanan terhadap
anggota (misal dengan memberikan harga pelayanan yang lebih rendah dibanding
dengan harga pasar, maka ia tidak akan dapatmeningkatkan pertumbuhan koperasi
Dalam kondisi seperti ini, kendatipun manajer mempunyai kemampuan dan motivasi

6
yang tinggi untuk mengembangkan organisasi koperasi, tetap saja ia menghadapi
hambatan yang besar yang harus dilewatinya
c. Kewirakoperasian Birokrat
Birokrat adalah pihak yang secara tidak langsung berhubungan dengan
pengembangan gerakan koperasi. Setiap kegiatannya memang diharapkan untuk
memacu perkembangan koperasi. Tetapi untuk melaksanakannya, ia terbelenggu oleh
aturan-aturan yang telah ditetapkan dan setiap turut campur birokrat tersebut dalam
organisasi koperasi belum tentu sesuai dengan keinginan anggota koperasi. Dengan
demikian, kendatipun mempunyai kemampuan dan kemauan yang tinggi dalam
mengembangkan koperasi, tetap saja kewirakoperasiannya terbatas.
d. Kewirakoperasian Katalis
Katalis di sini diartikan sebagai pihak yang berkompeten terhadap pengembangan
koperasi kendatipun ia tidak mempunyai hubungan langsung dengan organisasi koperasi
Para katalis ini jelas mempunyai kemampuan yang tinggi dan motivasi yang tinggi
kendatipun insentif yang diterimanya kadang-kadang kecil. Di samping itu ia juga
mempunyai kebebasan bertindak karena ia berada di luar organisasi koperasi dan tidak
terikat oleh aturan-aturan organisasi koperasi tersebut. Seorang katalis biasanya adalah
seorang altruis, yaitu orang yang mementingkan kebutuhan orang lain. Dalam konteks
ini pada dasarnya seorang katalislah yang mempunyai kemampuan dalam membantu
pertumbuhan gerakan koperasi.

9.3 Tugas-Tugas Kewirakoperasian


Tugas kewirakoperasian adalah menciptakan keunggulan bersaing koperasi
dibanding dengan organisasi usaha pesaingnya. Keunggulan tersebut dapat diperoleh
melalui:

a. Mendudukkan Koperasi sebagai Penguasa yang Kuat di Pasar.


Bila para petani bersatu rnembentuk koperasi maka koperasi tersebut rnempunyai
kedudukan yang kuat di pasar. Bila masing-masing koperasi primer yang anggotanya
para petani tersebut membentuk koperasi ditingkatatasnya (koperasi sekunder maka
koperasi yang terbentuk akan mempunyai posisi yang kuat dipasar yang lebih luas.
Demikian seterusnya, bila antarkoperasi sekunder membentuk koperasi tersier dan
7
antarkoperasi tersier membentuk koperasi di tingkat atasnya lagi, maka koperasi akan
mempunyai kedudukan yang kuat dalam pasar yang sangat luas. Dengan kata lain
kekuatan dalam penawaran di pasar dapat diperoleh melalui integrasi vertikal ke hulu
atau ke hilir. Integrasi vertikalini sangat dimungkinkan bagikoperasi karena para petani
anggota koperasi menguasai input/bahan baku untuk keperluan produksi di tingkat
atasnya Tugas wirakop dalam hal ini adalah meningkatkan efisiensi koperasi melalui
integrasi vertikal tersebut.
b. Kemampuan Dalam Mereduksi Biaya Transaksi
Tugas wirakop yang kedua ini adalah menekan biaya transaksi. Biaya transaksi
biaya di luar biaya produksi yang timbul karena adanya transaksi transaksi kontrak
biaya pencarian informasi biaya kontrak, biaya monitoring kontrak transaksi dilanggar
dan biaya risiko yang mungkin timbul sebagai akibat teriadinya transaksi. Kemungkinan
menekan biaya transaksi pada koperasi dapat dilakukan karena:
1) Informasi yang berguna untuk pengembangan koperasi banyak tersebar luas di
antara para anggota- anggota.
2) Kontrak antara anggota dengan koperasinya tidak perlu dilakukan karena adalah
pemilik koperasi .
3) Terdapatnya kontrol sosial dalam koperasi tidak perlu manajemen biaya
monitoring dalam jumlah yang besar.
4) Risiko ketidakpastian dapat mudah direduksi karena ada pasar internal koperasi.
c. Pemanfaatan Interlinkage Market
Interinkage market adalah hubungan transaksi antar pelaku ekonomi. Seorang
produsen membutuhkan input dari penghasil input (rumah tangga konsumen) dan
membutuhkan modal dari pemberi kredit. Bila produsen menghasilkan pendapatan itu
akan digunakan untuk membeli input membayar utang dan mungkin ditabung. Bila
penghasil input membentuk koperasi, misalnya koperasi penjualan, para produsen
membentuk koperasi produsen dan para pemberi kredit mendirikan koperasi simpan
pinjam, maka transaksi antara koperasi penjualan dengan koperasi produsen, koperasi
penjualan dengarn koperasi simpan pinjam dan koperasi produsen dengan koperasi
simpan pinjam akan dapat mengurangi biaya transaksi tersebut karena koperasi akan
terhindar dari sistem ijon dan rentenir. Kemungkinan ini bisa diraih mengingat misi

8
koperasi tidak sepenuhnya memperoleh kentungan yang banyak tetapi juga mempunyai
misi sosial yang saling menguntungkan di Tugas wirakop dalam hal ini menciptakan
keria sama antara pelaku dalam interinkage market tersebut.
d. Pemanfaatan Trust Capital
Hal ini Trust capital secara sederhana diartikan sebagai pengumpulan modal. Hal
dimungkinkan terjadi pada koperasi karena usaha yang tadinya dilakukan lainnya oleh
para anggotanya sekarang dikelola secara bersama-sama dengan anggota lainnya.
Semakin banyak anggota semakin besar modal yang dapat dikumpulkan dan semakin
kuat kedudukan modal usaha koperasi sehingga kemampuan koperasi dalam bersaing
dengan pesaingnya semakin kuat. Tugas wirakop dalam hal ini adalah mengelola modal
tersebut secara efisien dan meningkatan peranan anggota dalam meningkatkan
partisipasi intensif dalam pemanfaatan jasa pelayanan koperasi dan partisipasi
kontributif dalam pembentukan permodalan yang baru
e. Pengendalian Ketidakpastian
Upaya pengendalian ketidakpastian sangat dimungkinkan mengingat adanya pasar
internal pada koperasi. Kalaupun ada kerugian karena muncul risiko dalam kegiatan
operasionalnya, maka risiko ini akan ditanggung bersama-sama, sehingga biaya risiko
per anggota menjadi rendah. Koperasi adalah milik anggota dan anggota memanfaatkan
jasa yang ditawarkan oleh koperasinya. Oleh karena koperasi milik anggota. maka
secara rasional tidak mungkin para anggota akan merugikan koperasinya sendiri dalam
transaksinya. Hanya saja ini bisa teriadi jika koperasi memberikan pelayanan yang
sesuai dengan kebutuhan anggotanya. anggotanya Tugas wirakop dalam hal ini adalah
meningkatkan pelayanan terhadap dengan jalan menyediakan barang-barang atau jasa-
jasa yang dibutuhkan oleh anggotanya.
f. Penciptaan Inovasi
Inovasi pada koperasi sangat dimungkinkan mengingat banyak pihak yang
terhadap pertumbuhan koperasi. Tugas wirakop dalam hal ini menciptakan inovasi
inovasi baru yang menguntungkan bagi koperasi dan anggotanya Inovasi-inovasi yang
berasal dari anggota atau manajer sangat diperlukan oleh koperasi pada saat koperasi
mengalami stagnasi. Untuk membangkitkan kembali koperasi dari kelesuan diperlukan
wirakop yang altruistis dan andal. Dikatakan altruistis karena seorang wirakop harus

9
lebih mementingkan kepentingan orang lain dibanding dirinya. Sedangkan wirakop
yang andal sangat diperlukan karena koperasi mempunyai dua misi seperti yang
dikemukakan di atas.
g. Pengembangan Manfaat Partisipasi
Keunggulan koperasi dapat diperoleh melalui partisipasi baik partisipasi
kontributif dalam penyerahan keuangan dan pengambilan keputusan, maupun partisipasi
intensif dalam hal pemanfaatan pelayanan peningkatan koperasi. Tentu saja bila
partisipasi intensif mengalami meningkat, partisipasi kontributif dalam hal penyerahan
keuangan juga akan meningkat. Tugas wirakop dalam hal ini adalah meningkatkan
partisipasi intensif para anggota koperasi dengan jalan menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan anggotanya.
h. Menciptakan Economies of Scale
Economies of scale adalah penghematan pada koperasi yang ditimbulkan oleh
penambahan kapasitas produksi. Penghematan tersebut sangat dimungkinkan karena
penambahan anggota berarti bertambahnya kapasitas bahan baku bertambah, dan
koperasi dapat membeli bahan dalam jumlah besar. Pembelian dalam jumlah besar akan
menurunkan harga beli perunit bahan, sehingga biaya perunit output pada akhirnya
dapat ditekan. Tugas wirakop adalah menciptakan economies of scale dan
mengendalikan produksi pada tingkat produksi yang optimal. Produksi dicapai pada saat
koperasi berproduksi dengan biaya rata-rata jangkapanjang yang paling rendah.

9.4 Prasyarat Keberhasilan Wirausaha Koperasi


Koperasi sebagai unit usaha yang bergerak di bidang ekonomi dan sosial pada
dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu membantu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, yang mempakari sasaran utama pembangunan ekonomi. pertumbuhan ekonomi
yang diarahkan pada peningkatan produktivitas Pembangunan ekonomi itu sendiri
produktivitas dan pendapatan masyarakat dan pendapatan ini hanya mungkin dicapai bila
faktor-faktor produksi yang dikombinasikan dengan cara baru. artinya mengubah
Perubahan yang meningkatkan produktivitas hanya dapat dilakukan melalui dua jalan
(Ropke, 1985, h 30), yaitu:

10
a. Melalui kegiatan inovatif (penciptaan pengetahuan baru dan penerapannya), dan

b. Melalui kegiatan peningkatan kegiatan keria (berprestasi lebih banyak dalam satuan
waktu kerja tetap dan atau waktu kerja yang diperpanjang)

Masing-masing kemungkinan itu merupakan syarat yang memadai dan perlu bagi
pertumbuhan ekonomi. Kemungkinan pertama berkaitan dengan menaikan pendapatan
perkapita oleh sebab adanya peralihan ke arah penggunaan teknologi yang produktive,
pembuatan dan penyebaran barang-barang baru, struktur organisasi yang baru dan
keterampilan baru. Sedangkan emungkinan kedua secara implisit terkandung dalam tipe
inovasi ala Scumpeter tentang proses kegiatan kerja yang meliputi:

a. Pembuatan serta pemapanan produk-produk baru atau mutu produk yang

b. Penggunaan metode produksi baru

c. Menciptakan tata laksana baru dibidang industri

d. Pembuatan prasarana baru, dan

e. Pencarian sumber pembelian baru

Hakikat dari fungsi wirausaha (termasuk wirakop adalah melihat dan menerapkan si
kemungkinan-kemungkinan baru dibidang ekonomi. Fungsi ini disebut fungsi inovatif.
Secara subtansi dan organisatoris, fungsi inovatif dapat dijabarkan dalam berbagai bidang
kegiatan, seperti:

a. Mengenal keuntungan atau manfaat benefit dari kombinasi kombinasi baru


b. Evaluasi keuntungan (benefit) yang terkandung dalam kombinasi baru itu
c. Pembiayaan
d. Teknologi, perencanaan, dan pembangunan tempat-tempat produksi
e. Pengadaan, pendidikan dan memimpin tenaga kerja Negosiasi dengan pemerintah
badan resmi yang berwenang. dan
f. Negosiasi dengan pemasok dan pelanggan.
Dari ketujuh fungsi tersebut tidak mungkin seorang wirausaha koperasi mampu
melaksanakan semuanya secara efektif. Seorang wirausaha koperasi dapat
mengombinasikannya dengan berbagai kemungkinan yang dapat dijangkau oleh
11
kemampuannya. Tetapi yang lebih penting dan rnenentukan adalah apakah seorang
wirausaha koperasi berhasil mempengaruhi dan mengorganisir proses pembauran tersebut
sehingga teciptakombinasi baru. Seorang wirausaha melihat tanggungjawab utama dalam
pelaksanaan segala fungsi walaupun hanya beberapa fungsi yang dilaksanakan olehnya
sedang fungsi lainnya diserahkan pada yang lain. Hal ini dapat dipahami karena
bagaimanapun seorang wirausaha mempunyai kemampuan yangterbatas, ia masih tetap
membutuhkan orang lain sebagai sumberi nformasi yang dapat mendukung gagasannya.

Dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, seorang wirausaha koperasi dihadapkan


pada kendala sebagai berikut:

a. Kemungkinan bertindak inovatif tidak selalu merupakan kemungkinan yang


diizinkan menurut hukum. Jadi inovator tidak mempunyai hakuntuk menerapkan
tindakan inovatif
b. Kemungkinan inovatif yang diperbolehkan harus ditemukan dan kemudian
dilaksanakan penerapannya. Untuk itu diperlukan kemampuan (kompetensi) baik
personal maupun organisatoris
c. Kalaupun kemungkinan inovasi tertentu tidak terlarang dan masih dalam rangka
kesanggupan seseorang atau kelompok, maka perseorangan atau kelompok itu perlu
memiliki motivasi untuk menerapkan inovasi itu
Wirausaha koperasi merupakan fungsi dari hak-hak bertindak (property right =PR)
kesanggupan atau kemampuan (competency= c) dan kemauan atau motivasi untuk
berprestasi (motivation =M). Jika digambarkan dalam sebuah fungsi, maka terlihat sebagai
berikut: I= f (PR. C. M),

I= kegiatan inovasi
PR= Kebebasan bertindak
C= Kompetensi
M= Motivasi

Ketiga faktor penentu keberhasilan inovasi seorang wirausaha koperasi dijelaskan sebagai
berikut:

a. Hak Bertindak

12
Hak bertindak merupakan kemungkinan bertindak dalam kelompok kelompok yang
tidak terlarang yang rneliputi berbagai pembatasan normatif terhadap tindakan di samping
peraturan-peraturan hukum abstrak yang dikodifikasikan.juga nilai-nilai sosialbudaya,
etika, agama, ketentuan-ketentuan kongkret dan peraturan-peraturan pihak pengemban
kekuasaan politik. Bila diterjemahkan dalan bahasa ekonomi, hak bertindak yang terlarang
bertalian dengan biaya dan keuntungan tertentu. Hak bertindak mempengaruhi arus
manfaat yang diharapkan dari kemungkinan bertindak dan mempengaruhi nilai sumber
daya yang diperlukan untuk pelaksanaannya. Perubahan hak bertindak selalu mencakup
pembagian baru arus manfaat yang bertalian dengan kemungkinan tertentu dan dengan
demikian berarti juga pembagian baru sumber ekonomi Perubahan hak bertindak karena
rangsangan tindakan wirausaha, akan mempengaruhi terjadinya inovatif, berarti akan
mempengaruhi juga produktivitas faktor-faktor yang dikerahkan imbalan terhadap faktor-
faktor itu danpembagian pendapatan atau kekayaan personal. Bila para wirausaha
(termasuk wirausaha di bidang koperasi diberikan sepanjang merugikan pihak kebebasan
bertindak (dalam arti kebebasan bertindak merangsang pertumbuhan lain) akan banyak
muncul inovasi inovasi baru yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya
kebebasan untuk inovasi-inovasi baru sulit muncul ke permukaan.

b. Kemampuan (Kompetensi)
Keberhasilan penerapan kombinasi.kombinasi baru dalam suatu Kecenderungan
bertalian dengan peningkatan kemampuan personal dan organisatoris. tergantung dari
ndividu atau organisasi untuk meningkatkan kemampuannya. Sangat tergantung
rangsangan ekonomis dan harapan untuk dapat menerapkan peningkatan kemampuannya
ke dalam tindakan-tindakan inovatif yang nyata. Namun hal ini juga ditentukan oleh
bentuk-bentuk hak bertindak yang ada. Dengan demikian hak bertindak juga
mempengaruhi orang-orang untuk meningkatkan kemampuannya, yang kalau dilihat dalam
jangka panjang menjadi dasar yang menentukan potensi pembangunan ekonomi.
Kebebasan untuk niengadakan pembauran pakan syarat yang diperlukan, tetapi belum
memadai untuk dapat mendorong kegiataninovasi. Perilaku inovasimemerlukan
kemampuan wirausaha dalam mengembangkan dan menerapkan gagasan-gagasan baru di
lingkungannya, Karena itu perilakuinovasi sangat tergantung darikemampuan,

13
keterampilan, pengalaman, intuisi, kreativitas, dan motivasi dalam artikemauan untuk
berprestasi atau untuk menerapkan berlakunya sesuatu yang baru.

c. Motivasi untuk Berprestasi


Motivasi menyebabkan suatu peristiwa mempunyai nilai, baik nilai yang positif
maupun negatif. Segala aspek yang ada kaitannya dengan motivasidalam situasi yang
dialami akan mengandung kadar tuntutan. Kadar tuntutan yang ditimbulkan oleh situasi
memberikan motivasi untuk melakukan tindakantertentu. Misalnya, seseorang terdorong
untuk melakukan suatukegiatan karena ada insentif yang diterimaatas kegiatan tersebut.
Semakin tinggi insentif yang diterima akan semakin besar motivasi untuk melaksanakan
suatu tindakan Bagi wirausaha koperasi, kiranya yang paling penting adalah motivasi-
motivasi dalam pencapaian hasil yaitu hasil kegiatan usaha perusahaan koperasi dan hasil
kegiatan usaha perusahaan anggotanya. Tentu saja makin tinggi hasil yang diperoleh akan
semakin besar dorongan untuk rnelakukan suatu tindakan.

Kiranya tidak mudah untuk menjadi seorang wirausaha koperasi mengingat ada tiga
faktor di atas kadang-kadang membatasi gerak langkahnya, yaitu kemampuan (kompetensi
kemauan (motivasi dan kebebasan bertindak seorang wirausaha koperasi akan berhasil
melaksanakan misinya bila ketiga faktor tersebut dimilikinya, artinya jika mempunyai
kemampuan, kemauandan kebebasan bertindak. Kebebasan bertindak di sini dimaksudkan
kebebasan untuk melakukan kegiatan tertentu sepanjang tidak merugikan orang lain. Bila
mempunyai kemauan dan kernampuan saja tanpa disertai kebebasan bertindak, seorang
wirakop tidak akan pernah berhasil. Bila mempunyai kemampuan dan diberi kebebasan
untuk bertindak tetapitidak mempunyai kemauan untukmelaksanakan nya, tidak akan
berhasil melaksanakan misinya Demikian halnyajika kemauan dan diberi kebebasan
bertindak tetapi tidak punyai kemampuan untuk melaksanakan suatu tindakan, wirausaha
koperasi sepertiinijuga tidak akan berhasildalam menjalankan misinya.

SAP 10

10.1 Mentaati Sendi-Sendi Dasar Koperasi

14
Dalam UU No. 12 tahun 1967 Tentang Pokok-Pokok Perkoperasian diatur
mengenai sendi-sendi dasar Koperasi Indonesia. Ada tujuh sendi dasar Koperasi Indonesia,
yaitu:
1) Sifat keanggotaanya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia.
Suka rela mengandung arti kemauan dan kehendak sendiri tanpa adanya paksaan atau
pengaruh dari orang lain. Menjadi anggota koperasi sebaiknya timbul dari kesadaran
diri sendiri, sehingga dapat menolong dirinya sendiri juga dapat menolong orang
lain. Terbuka berarti bahwa koperasi sebagai organisasi ekonomi bersifat terbuka dan
demokratis, bukan untuk suatu golongan tertentu, tetapi untuk semua warga negara
Indonesia.
2) Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan demokrasi dalam
koperasi.
Hal ini mencerminkan demokrasi dalam kehidupan koperasi. Koperasi didirikan
bersama berarti milik bersama dan untuk kepentingan bersama pula. Setiap anggota
memiliki hak dan kewajiban yang sama, baik dalam perencanaan maupun keputusan
yang diambil dalam rapat anggota.
3) Pembagian sisa hasil usaha sesuai dengan jasa masing-masing anggota.
Pembagian itu diatur sesuai dengan jasa yang diberikan oleh anggota koperasi.
Makin banyak jasa yang diberikan kepada koperasi makin besar ia menerima
kembali jasa itu.
4) Adanya pembatasan atas bunga modal.
Ada pembagian kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Sesuai dengan fungsi ekonomi, koperasi mengutamakan kesejahteraan hidup para
anggotanya. Modal dalam koperasi, yang walaupun merupakan unsur yang tidak
dapat diabaikan sebagai faKtor produksi dipergunakan untuk kesejahteraan anggota-
anggotanya dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan uang (profit motive).
5) Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Sesuai dengan fungsi ekonomi, koperasi mengutamakan kesejahteraan hidup para
anggotanya. Di samping itu, karena koperasi adalah organisasi yang berwatak sosial,
maka tidak boleh melupakan kepentingan umum, yaitu harus turut membantu
pembangunan masyarakat yang sedang berlangsung.

15
6) Usaha dan ketata-laksanaanya bersifat terbuka.
Koperasi didirikan dan diusahakan oleh para anggota. Oleh karena itu, segala gerak
dan kepengurusan koperasi harus sepengetahuan serta terbuka untuk seluruh anggota.
7) Swadaya, swakerta, dan swasembada sebagai pencerminan percaya pada diri sendiri.
Prinsip percaya pada diri sendiri merupakan modal utama dalam mendorong setiap
cipta, karya, dan karsa koperasi. Koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat harus
mampu berswasemdaya (berusaha sendiri), berswakarya (membuat sendiri) dan
berswasembada (mencukupi kebutuhan sendiri). Prinsip dasar di atas dapat pula
disebut sebagai prinsip individualitas dan solidaritas. Individualitas adalah kesadaran
akan harga diri, sedangkan solidaritas ialah setia bersekutu atau setia kawan. Dengan
demikian, setiap anggota koperasi dengan modal percaya diri sendiri akan mampu
mengatasi dan meningkatkan taraf hidupnya.

10.2 Tipe-Tipe Pengawasan Koperasi

Dalam pengawasan terdapat beberapa tipe pengawasan. Fungsi pengawasan dapat


dibagi dalam tiga macam tipe, atas dasar fokus aktivitas pengawasan, antara lain
Pengawasan Pendahuluan (Preliminary Control), Pengawasan Pada Saat Kerja
Berlangsung (Cocurrent Control), dan Pengawasan Umpan Balik (Feedback Control).

1) Pengawasan Pendahuluan (Preliminary Control)

Prosedur-prosedur pengawasan pendahuluan mencakup semua upaya manajerial


guna memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya
dibandingkan dengan hasil-hasil yang direncanakan. Dipandang dari sudut prespektif
demikian, maka kebijaksanaan-kebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman untuk
tindakan masa mendatang. Tetapi, walaupun deminikan penting untuk membedakan
tindakan menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan dan implementasinya. Merumuskan
kebijakan-kebijakan termasuk dalam fungsi perencanaan sedangkan tindakan
mengimplementasi kebijaksanaan merupakan bagian dari fungsi pengawasan.

2) Pengawasan Pada Waktu Kerja Berlangsung (Concurrent Control)

16
Concurrent control terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang
mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka. Direction (arahan) berhubungan
dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk
mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode-metode serta
prosedur-prosedur yang tepat dan mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Proses memberikan pengarahan bukan saja
meliputi cara dengan apa petunjuk-petunjuk dikomunikasikan tetapi ia meliputi juga
sikap orang-orang yang memberikan penyerahan.

3) Pengawasan Umpan Balik (Feed Back Control)

Sifat khas dari metode-metode pengawasan feedback (umpan balik) adalah bahwa
dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi
tindakan-tindakan masa mendatang. Adapun sejumlah metode pengawasan umpan
balik yang banyak dilakukan yaitu:

a. Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)


b. Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis).
c. Pengawasan Kualitas (Quality Control)
d. Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation)

10.3 Metode Pengawasan Koperasi

Metode pengawasan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai berikut.

1) Metode Pengawasan Kualitatif, yaitu metode pengawasan yang digunakan manajer


dalam pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen, yaitu untuk mengawasi performance
organisasi secara keseluruhan dan untuk mengawasi sikap performance para
karyawan. Teknik pengawasan kualitatif yang sering digunakan adalah

a. Pengamatan.
b. Inspeksi secara teratur.
c. Laporan baik lisan maupun tertulis.
d. Evaluasi pelaksanaan kegiatan, yang dilihat dari pelaporan.
e. Diskusi antar manajer maupun bawahannya tentang pelaksanaan kegiatan.
17
2) Metode Pengawasan Kuantitatif, dalam mengadakan pengawasan ini yang bersifat
kuantitatif, sebagian besar digunakan data-data maupun metode kuantitatif untuk
mengukur dan memeriksa kuantitas maupun kualitas output. Metode pengawasn
kuantitatif meliputi beberapa cara antara lain:

a. Anggaran
b. Audit (rencana dan biaya)
c. Analisis biaya
d. Analisis rasio maupun bagan
e. Teknik yang berhubungan dengan waktu dan pelaksanaan kegiatan.

Pengawasan dilakukan dengan bermaksud untuk menjaga kestabilan dan


keseimbangan dalam organisasi. Untuk menjaga kestabilan dan keseimbangan perusahaan
seorang manajer harus selalu mengadakan perbaikkan mengenai apa yang dilakukan,
merrubah standar yang sudah digunakan untuk mngukur pelaksanaan kegiatan kalau perlu
mengadakan perubahan dan perbaikan dengan teknik serta metode pengawasan.

10.4 Manajemen Koperasi

Hendrojogi (2007:56) mengatakan bahwa manajemen koperasi melibatkan empat


unsur yaitu: Anggota, Pengurus, Manajer, Dan Karyawan. Seorang manajer dituntut dapat
menciptakan suasana yang dapat mendorong para karyawan agar mempertahankan
produktifitas yang tinggi. Karyawan merupakan penghubung antara manajemen dan
anggota pelanggan.

Kurnadi (2004:64) mengemukakan bahwa manajemen koperasi pada dasarnya dapat


ditelaah dari tiga sudut pandang yaitu organisasi, proses dan gaya. Dari sudut pandang
organisasi, manajemen koperasi pada prinsipnya terbentuk dari tiga unsur: Anggota,
Pengurus, dan Karyawan. Selain itu dapat dibedakan struktur atau alat perlengkapan
organisasi yang sepintas adalah sama yaitu: Rapat Anggota, Pengurus, dan Pengawas.
Untuk itu, hendaknya dibedakan antara fungsi organisasi dan fungsi manajemen. Fungsi
pengawas seperti yang ada pada alat kelengkapan organisasi koperasi pada hakekatnya
adalah merupakan perpanjangan tangan dari para anggota untuk mendampingi pengurus
dalam melakukan fungsi kontrol sehari-hari terhadap jalanya roda organisasi dan usaha
18
koperasi. Berhasil dan tidaknya koperasi salah satunya tergantung pada kerja sama ke tiga
unsur organisasi tersebut dalam mengembangkan organisasi dan usaha koperasi yang dapat
memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya pelayanan kepada anggotanya.

Dari sudut pandang proses, manajemen koperasi lebih mengutamakan demokrasi


dalam mengambil keputusan stragis koperasi. Istilah satu orang satu suara (one man one
vote) sudah menjadi harga mati dalam organisasi koperasi. Karena itu, manajemen
koperasi sering dipandang kurang efisien, kurang efektif dan sangat mahal. Terakhir
ditinjau dari sudut pandang gaya manajemen (managemen style), manajemen koperasi
menganut gaya partisipatif (partisipation management), dimana posisi anggota ditempatkan
sebagai subyek dan manajemen yang aktif dalam mengendalikan manajemen
perusahaanya.

Widiyawati (2002:71) mengemukakan bahwa sistem manajemen di lembaga koperasi


harus mengarah kepada manajemen partisipatif yang didalamnya terdapat kebersamaan,
keterbukaan sehingga setiap anggota koperasi baik yang turut dalam pengelolaan ataupun
diluar kepengurusan (anggota biasa), memiliki rasa tanggung jawab tanggung jawab dalam
menyelenggarakan organisasi tersebut. Tamba (2001:47) mengemukakan badan usaha
koperasi di Indonesia memiliki manajemen koperasi yang dianut berdasarkan perangkat
organisasi koperasi, yaitu: Rapat Anggota, Pengurus, Pengawas dan Pengelola. Telah
diuraikan sebelumnya bahwa watak manajemen koperasi ialah gaya manajemen
partisipatif. Pola umum manajemen partisipatif mengambarkan adanya interaksi antar
unsur dalam manajemen koperasi, terdapat pembagian tugas (job description), pada
masing-masing unsur tersebut. Damikian pula setiap unsur manajemen memiliki lingkup
keputusan (dicision area) yang berbeda. Meski demikian masih ada lingkup keputusan
yang dilakukan secara bersama (shared decision areas).

Tamba (2001:48) menjelaskan bahwa lingkup keputusan masing-masing unsur


manajemen koperasi sebagai berikut:

1. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam menetapkan


kebijakan umum dibidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi. Kebijakan

19
yang sifatnya sangat strategis dirumuskan dan ditetapkan pada forum Rapat
Anggota. Umumnya, Rapat Anggota diselenggarakan sekali setahun.

2. Pengurus dipilih dan diberhentikan oleh Rapat anggota. Dengan demikian,


pengurus dapat dikatakan sebagai pemegang kuasa rapat anggota dalam
mengoperasionalkan kebijakan-kebijakan strategi yang telah ditetapkan Rapat
Anggota. Penguruslah yang mewujudkan arah kebijakan kebijakan strategis yang
menyangkut organisasi maupun usaha.

3. Pengawas mewakili anggota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan


kebijakan yang dilaksanakan oleh pengurus. Pengawas dipilih dan diberhentikan
dalam Rapat Anggota. Oleh sebab itu, dalam struktur organisasi koperasi posisi
pengawas dan pengurus adalah sama.

4. Pengelola adalah tim manajemen yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus
untuk melaksanakan teknis operasional bidang usaha. Hubungan pengelola usaha
(managing director) dengan pengurus koperasi adalah hubungan kerja atas dasar
perikatan dalam bentuk perjanjian atau kontrak kerja.

Koperasi lazimnya seperti organisasi yang lain membutuhkan manajemen yang baik
agar tujuan yang telah digariskan koprasi tersebut dalam rapat anggota dapat tercapai
sesuai denga harapan. Hal yang membedakan manajemen koperasi dengan manajemen
umum terletak pada unsur-unsur manajemen koperasi yaitu rapat anggota, pengurus dan
pengawas. Adapun tugas masing-masing dapat diperinci sebagai berikut: Rapat Anggota
bertugas untuk menetapkan anggaran dasar, membuat kebijakan umum, mengangkat dan
memberhentikan pengurus dan pengawas.

Pengurus koperasi bertugas memimpin koperasi dan usaha koperasi sedangkan


pengawas tugasnya mengawasi jalanya koperasi, unuk koperasi yang usahanya banyak dan
luas pengurus dimungkinkan mengangkat manajer dan karyawan. Manajer dan karyawan
tidak harus anggota koperasi dan seyogyanya memang diambil dari luar koperasi sehingga
pengawasanya lebih mudah Mereka berkerja karena ditugasi oleh pengurus, maka mereka
juga bertanggung jawab kepada pengurus. Dalam manajemen koperasi maka tidak terlepas

20
dari perencanaan, pembagian kerja, pengarahan, dan pengawasan. Lebih jelasnya diuraikan
sebagai berikut:

1) Perencanaan

Perencanaan merupakan proses dasar manajemen dalam perencanaan manajer


memutuskan apa yang harus dilakukan, kapan harus dalakukan, bagaimana melakukan,
dan siapa ynag harus melakukan. Setiap organisasi memerlukan perencanaan, baik
organisasi yang bersifat kecil maupun besar sama saja membutuhkan perencanaan
namun dalam pelaksanaanya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan melihat
bentuk tujuan dan luas organisasi yang bersangkutan.

Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang fleksibel, sebab perencanaan akan
berbeda dalam situasi yang terus barubah dari waktu-kewaktu. Apabila perlu dalam
pelaksanaanya diadakan perencanaan kembali sehingga semakin cepat tercapainya
tujuan koperasi tersebut. Ada empat tahap dasar perencanaan, yaitu: (1) menetapkan
tujuan dan serangkaian tujuan, (2) merumuskan keadaan saat ini, (3) mengidentifikasi
segala kemudahan dan hambatan, (4) mengembangkan rencana atau serangkaian
kegiatan untuk pencapaian tujuan. Perencanaan yang dibuat oleh perusahaan yang satu
dengan perusahaan lainya belum tentu sama perbedaan tersubut terjadi karena tipe
organisasi yang berbeda, jangka waktu yang digunakan, tipe manajer yang yang
mengelola perusahaan.

Secara garis besar ada dua tipe tipe perencanaan strategis mencakup proses
pemilihan tujuan organisasi, penentuan strategis, kebijaksanaan dan program untuk
menjamin bahwa tujuan organisasi dapat dicapai. Sedangkan rencana operasional
menguraikan lebih rinci bagaimana rencana-rencana strategis akan dicapai.

Perencanaan daalam koperasi sama dengan organisasi lainya perlu dikelola dengan
baik agar dapat dicapai tujuan akhir seefektif mungkin fungsi perencanaan merupakan
fungsi manajemen yang sangat penting karena merupakan dasar dari fungsi manajemen
yang lain. Agar tujuan akhir koperasi dapat dicapai maka koperasi harus membuat
rencana yang baik dengan melalui beberapa langkah dasar pembuata rencana yaitu
menentukan tujuan organisasi, mengajukan alternatif cara mencapai tujuan tersebut, dan

21
kemudian alternatif-alternatif tersebut harus dikaji satu persatu sebelum diputuskan
alternatif mana yang sangat baik mendukung untuk mencapai tujuan tersebut. Tipe
rencana yang dapat diambil dalam koperasi dapa bermacam-macam tergantung pada
jangka den kebutuhan organisasi koperasi.

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal,


mengelompokan, mengatur dan membagi tugas masing-masing unsur-unsur yang ada
agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efisien. Pelaksanaan proses pengorganisasian
akan menggambarkan struktur organisasi yang menunjukan aspek-aspek penting seperti:
pembagian kerja, departementalisasi, bagan organisasi, rantai perintah dan kesatuan
perintah, tingkat hirarki manajemen, saluran komunikasi dan sebagainya.

Sebagai pengelola koperasi pengurus senantiasa berhadapan dengan beragam


masalah yang mesti diselesaikan denga sesegerah mungkin, salah satu masalah yang
paling sulit adalah masalah yang timbul dari internal koperasi tersebut yaitu
keterbatasan. Ketarbatasan yang dimaksud adalah pengetahuan sebab seorang pengurus
harus diangkat oleh dari anggota sehingga tidak menjamin dia merupakan anggota yang
cukup profesional di bidan pengelolaan koperasi tersebut.  Dengan kemampuan yang
terbatas ditambah tingkat pendidikan yang terbatas pengurus perlu mengangkat
keryawan yang bertugas membantunya dalam mengelola koperasi agar pekerjaan
koperasi dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan.

Masuknya berbagai pihak yang ikut membantu pengurus mengelola usaha koperasi
semakin kompleks pula struktur organisasi tersebut. Pemilihan bentuk struktur koperasi
harus disesuaikan dengan jenis usaha, volume usaha, maupun luas pasar dan produk
yang dihasilkan

3) Pengarahan

Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang sagat penting sebab setiap anggota


yang berkerja didalam suatu organisasi mempunyai kepentingan yang berbeda-beda.
Agar kepentingan tersebut tidak berbenturan maka pemimpin harus berperan
mengarahkan agar dapat mencapai tujuan organisasi.
22
Seorang karyawan dapat menunjukan prestasi kerja yang baik apabila memperoleh
motivasi disinilah tugas pemimpin untuk memberikan motivasi kepada keryawanya agar
mereka menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai sepaya manajer atau pimpinan perusahaan dapat memberikan pengarahaan yang
baik pertama-tama yang harus diperhatikan pimpinan harus mempunyai
kemampuan untuk memimpin perusahaan dan pandai mengadakan komunikasi vertikal.

4) Pengawasan

Pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk membuat semua kegiatan


perusahaan sesuai dengan rencana. Proses pengawasan dapat dilakukan dengan melalui
beberapa tahap, yaitu menetapkan standar, membandingkan kegiatan yang dilaksanakan
dengan standar yang sudah ditetapkan, mengukur penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi, dan yang terjadi mengambil tindakan koreksi apabila diperlukan. Setiap
perusahaan-perusahaan melakukan pengawasan dengan tujuan agar pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Ada beberapa alasan mengapa perusahaan menghendaki adanya pengawasan yang


baik. Alsan-alasan tersebut antara lain:

a) Manajer dapat lebih cepat mengantisipasi perubahan lingkungan,


b) Perusahaan yang lebih besar akan lebih muda dikembalikan,
c) Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anggota organisasi dapat dikurangi.

DAFTAR PUSTAKA

23
Hendar dan Kusnadi. 2005. Ekonomi Koperasi Edisi 2. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI.

Republik Indonesia. 1967. Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 Tentang Pokok-Pokok


Perkoperasian. Sekretarian Kabinet. Jakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. 1995. Akuntansi Untuk Koperasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ninik Widiyanti. 2002. Manajemen Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin Sitio dan Tamba Halomoan. 2001. Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga

24

Anda mungkin juga menyukai