Anda di halaman 1dari 15

Oct 15, '07 12:00 AM

CONTOH PROPOSAL BIMBINGAN DAN KONSELING


untuk
KORELASI PERLAKUAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DAN

KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SAMUDRA KULON

KECAMATAN GUMELAR KABUPATEN BANYUMAS

A. Latar Belakang Masalah


Dalam proses pendidikan, semua stakeholder yang terkait dengan proses tersebut

mempunyai peran dan tanggungjawab sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Masing-masing

peran tersebut harus berjalan secara sinergis saling melengkapi sehingga membentuk sustu

sistem yang harmonis. Dari peran-peran yang ada, peran guru bimbingan dan konseling

sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan

apa yang diharapkan. Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh

manusia memiliki pengertian yang khas. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang

dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara

dan bahan agar idividu tersebut mampu mandiri dalam memecahakan masalah-masalah yang

dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan

pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli kepada yang bermuara pada

teratasinya masalah yang dihadapi klien. Dengan bimbingan dan konseling tersebut, siswa

akan melakukan aktifitas belajar sesuai dengan apa yang telah ditentukan, atau telah diatur

dalam suatu aturan (norma). Sebagaimana dikemukakan oleh Moeliono (1993: 208) bahwa

disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma.

Upaya peningkatan pendidikan berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sumber

daya manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menunjang

keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh suatu bangsa. Tidak sedikit pakar dari
berbagai cabang ilmu pengetahuan di dunia ini mempunyai pendapat demikian. Frederick

Harbison (1961 dalam Todaro, 1999 : 455) yang menyatakan bahwa:

Sumber daya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal
fisik dan sumber daya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya bersifat
pasif. Manusia yang merupakan agen-agen aktif akan mengumpulkan modal,
mengeksploitasikan sumber daya alam, membangun berbagai macam organisasi
sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional. Dengan
demikian jika suatu negara tidak segera mengembangkan keahlian dan pengetahuan
rakyatnya, maka Negara tersebut tidak akan dapat mengembangkan apa pun.

Pendapat di atas dapat dilihat kebenarannya dari kondisi penanganan pendidikan di

berbagai Negara dengan kondisi kemajuan kehidupan sosial ekonominya. Negara yang

terkenal melimpah dengan kekayaan sumber daya alam tetapi kurang memperhatikan

pengembangan sumber daya manusia melalui sistem pendidikan yang dapat mendorong

peningkatan kualitas sumber daya manusia akan kalah tingkat kemakmurannya jika

dibandingkan dengan Negara yang kurang beruntung dalam hal kekayaan sumber daya alam

tetapi berhasil mengembangkan sistem pendidikan yang dapat berperan untuk mendorong

peningkatan kualitas sumber daya alam.

Pada umumnya manusia yang beradabsetidak-tidaknya memiliki common sense

tentang pendidikan, bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

kehidupan manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh

aspek keidupan dan penghidupan (Mikarsa, 2004: 2). Pendidikan mempunyai pengaruh yang

dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan

berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang

setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai

dengan tahap perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosio budaya

di mana dia hidup (Ibid, 2).

Pendidikan merupakan fenomena manusia yang sangat kompleks. Karena sifatnya

yang kompleks itu, maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari berbagai sudut
pandang, seperti dari sudut pandang psikologi, sosiologi dan antropologi, ekonomi, politik,

komunikasi dan sebagainya. Manusia dituntut untuk mampu memperkembangkan dan

menyesuaikan diri terhadap masyarakat. Untuk itu manusia telah dilengkapi dengan berbagai

potensi baik yang berkenaan dengan keindahan dan ketinggian derajad kemanusiaan maupun

berkenaan dengan dimensi kemanusiaannya yang memungkinkan untuk memenuhi tuntutan

kemanusiaannya.

Menurut Priyatno (1999, 25) pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai

pribadi-pribadi yang pendiriannya matang, dengan kemampuan sosial yang menyejukan,

kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketaqwaan yang dalam. Dalam proses pendidikan

banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-anak, remaja, dan pemuda yang

menyangkut dimensi kemanusiaan mereka.

Lebih lanjut Priyanto mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para

siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik

sekalipun. Hal tersebut juga disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa

banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak

boleh dibiarkan begitu saja, termasuk perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk

melakukan aktifitas belajar sesuai apa yang dibutuhkan, diatur, atau diharapkan. Apabila para

siswa tersebut belajar sesuai dengan kehendak sendiri dalam arti tanpa aturan yang jelas,

maka upaya belajar siswa tersebut tidak dapat berjalan dengan efektif. Apalagi tantangan

kehidupan sosial dewasa ini semakin kompleks, termasuk tantangan dalam mengalokasikan

waktu. Dalam hal ini jika pengaturan waktu berdasarkan kesadaran sendiri maupun arahan

pihak lain tidak dilakukan dengan disiplin maka semuanya akan menjadi kacau. Demikian

pula dengan kedisiplinan siswa dalam melakukan aktifitas belajar dipadukan aktifitas lain

dalam kehidupan sehari-hari. Disinilah perlakuan guru bimbingan dan konseling diperlukan

untuk mendampingi mereka.


Pelayanan guru bimbingan dan konseling hendaknya berjalan secara efektif

membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannnya dan mengatasi

permasalahannya termasuk membimbing para siswa untuk berperilaku disiplin. Disinilah

dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran. Dan

pelayanan bimbingan dan konseling merupakan peran yang dilakukan oleh guru bimbingan

dan konseling dalam mengatasi berbagai permasalahan siswa dalam kegiatan belajar

mengajar. Permasalahan tersebut mencakup permasalahan yang terjadi di lingkungan sekolah

maupun di luar lingkungan sekolah. Manfaat bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh

guru bimbingan konseling cukup penting bagi seorang siswa untuk mengatasi berbagai

permasalahan termasuk dalam mengatasi permasalahan pribadi siswa.

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan

belajar siswa.

2. Sejauh korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan

belajar siswa terjadi.

C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling

dengan kedisiplinan belajar siswa.

b. Untuk mengetahui sejauh korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling

dengan kedisiplinan belajar siswa terjadi.

2. Kegunaan Penelitian
a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan

terutama dikaitkan dengan hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka

penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang

strategis dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.

D. Tinjauan Teori

1. Kedisiplinan Belajar Siswa Dalam Proses Pendidikan

Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan

bersama (yang melibatkan orang banyak). Menurut Moeliono (1993: 208) disiplin artinya

adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain

sebagainya. Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan

aktifitas belajar ( Ibid: 849). Dengan demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan)

dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan

belajar mengajar.

Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan)

siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang

meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian,

kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas

siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah,

yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.

Salah satu pengertian pendidikan yang sangat umum dikemukakan oleh Driyarkara

(1980 dalam Mikarsa, 2004:2) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya

memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani harus diwujudkan

dalam seluruh proses atau upaya pendidikan.


Dalam Dictionary of Education dikemukakan bahwa pendidikan adalah (1) proses

dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk dan tingkah laku

lainnya di dalam masyarakat di mana dia hidup (2) proses sosial dimana sesorang diharapkan

pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah),

sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan

kemampuan individu yang optimum.

G. Thomson (1957 dalam Mikarsa, 2004: 1.2) menyatakan bahwa pendidikan adalah

pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap

dalam kebiasaan-kebiasaan pemikiran, sikap-sikap, dan tingkah laku. Sedangkan Crow and

Crow (1960 dalam Mikarsa, 2004) menyatakan bahwa “harus diyakini bahwa fungsi utama

pendidikan adalah bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan

keinginan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga dia memperoleh kepuasan

dalam seluruh aspek kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diberikan beberapa ciri atau unsur umum

dalam pendidikan yaitu :

1. Pendidikan harus memiliki tujuan, yang pada hakekatnya adalah pengembangan potensi

individu yang bermanfaat bagi kehidupan pribadinya maupun warga-negara atau negara

lainnya.

2. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan upaya yang disengaja dan

terencana yang meliputi upaya bimbingan, pengajaran, dan pelatihan.

3. Kegiatan tersebut harus diwujudkan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat

yang lazim disebut dengan pendidikan formal, informal, dan non-formal.

2. Perlakuan Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Proses Pendidikan

Tilaar (1999 dalam Mikarsa 2004: 1.3) merumuskan hakekat pendidikan sebagai

suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat,


membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global. Agar

pendidikan dapat berhasil sesuai dengan tujuan diperlukan berbagai sarana atau sumberdaya

seperti bangunan sekolah, buku/materi pelajaran, guru, dan sarana pendukung lainnya.

Berkaitan dengan guru, sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam proses pendidikan

banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-anak, remaja, dan pemuda yang

menyangkut dimensi kemanusiaan mereka. Lebih lanjut Priyanto mengemukakan bahwa

permasalahan yang dialami oleh para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski

dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut juga disebabkan oleh karena sumber-

sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam hal

ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah adalah

menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-

tujuan perkembangannnya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan

kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan kesana. Disinilah dirasakan

perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran. Dan pelayanan

bimbingan dan konseling merupakan peran yang dilakukan oleh guru bimbingan dan

konseling.

Priyanto (1999, 30) menyatakan bahwa keberadaan pelayanan bimbingan dan

penyuluhan berperan untuk :

1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya

menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan;

2. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.

Dalam Penjelasan PP Nomor 29 Tahun 1990 menyebutkan bahwa :

1. Bimbingan dalam rangka menemukan siswa dimaksudkan untuk membantu siswa

mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya.


2. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan untuk membantu siswa

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, serta alam yang ada.

3. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan mempersiapkan diri untuk

langkah yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah menengah serta kariernya

di masa depan.

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu

pekerjaan yang tugas dan ruang lingkupnya cukup penting dalam mendukung keberhasilan

pendidikan. Lebih jauh, mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja, dan

pemuda sebagian besar berada di luar sekolah, dan lagi pula bahwa permasalahan yang

dialami manusia tidak hanya terdapat disekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling

perlu menjangkau daerah-daerah yang lebih luas di luar sekolah.

Anak-anak, para remaja, dan pemuda bahkan orang-orang dewasa dalam keluarga,

dalam lembaga-lembaga kerja, dan dalam organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakatan

pada umumnya mempunyai kemungkinan untuk menghadapi masalah dalam kehidupan dan

dalam rangka mengupayakan pengembangan manusia seutuhnya. Sudah barang tentu upaya

tersebut tidak terhindar dari berbagi sumber rintangan dan kegagalan sehingga

penyelenggaraannya perlu dilakukan secara luas dan mendalam mencakup segenap segi

kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat . Pengajaran di kelas-kelas saja tidak

cukup memadai untuk menjawab tuntutan penyelenggaraan pendidikan yang luas dan

mendalam.

Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia

memiliki pengertian yang khas. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan

oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan bahan

agar idividu tersebut mampu mandiri dalam memecahakan masalah-masalah yang

dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan


pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli kepada yang bermuara pada

teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Pengertian konseling sering digunakan istilah penyuluhan, padahal istilah penyuluhan

telah terlanjur digunakan secara luas di masyarakat untuk pengertian - pengertian yang tidak

begitu relevan dengan makna konseling yang sebenarnya . Untuk tidak menimbulkan

keracunan di antara istilah – istilah provesional dalam bidang bimbingan dan konseling, dan

sekaligus untuk memurnikan pengertian konseling itu sendiri maka istilah yang hendaknya

dipakai dalam pengembangan dan gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia adalah

istilah konseling.

Konsepsi bimbingan dan konseling mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

Pada awalnya istilah bimbingan berdiri dan tidak mengandung di dalamnya pengertian

konseling. Bimbingan dan konseling dipakai secara bersamaan dan yang satu memuat yang

lain. Perkembangan selanjutnya istilah konseling berdiri sendiri sekaligus memuat pengertian

bimbingan.

Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan umum untuk membantu individu untuk

mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, minat, dan nilai-

nilai serta terpecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh klin. Salah satu tujuan umum

bimbingan dan koseling adalah membantu individu agar dapat mandiri dengan ciri mampu

memahami dan menerima diri sendiri dan lingkunganya, membuat keputusan dan rencana

yang realistis, mengarahkan diri sendiri dengan keputusan dan rencananya itu serta pada

akhirnya mewujudkan diri sendiri. Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait

pada arah perkembangan klin dan masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan-tujuan khusus

Bimbingan dan konseling merupakan penjabaran dari tujuan umum yang dikaitkan dengan

permasalahan klin baik yang menyangkut perkembangan maupun kehidupannya.


Sesuai dengan tuntutan keilmuan dan prosedur pelaksanaannya, bimbingan dan

konseling diselenggarakan menurut berbagai azas, yaitu asas kerahasiaan, kesukarelaan,

keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, ahli

tangan, dan tut wuri handayani. Asas-asas tersebut perlu terlaksana dengan baik demi

kelancaran penyelenggaraan serta tercapainya tujuan bimbingan dan konseling yang

diharapkan.

Mohammad Surya dan Rahman Natawijaya dalam bukunya yang berjudul Pengantar

Bimbingan dan Penyuluhan (1992:160-161) menyatakan bahwa kegiatan bimbingan dan

penyuluhan di sekolah dapat dikelompokan menjadi jenis layanan pengumpulan data,

pemberian informasi, penempatan, penyuluhan, alih tangan, penilaian dan tindak lanjut.

Pengumpulan data adalah kegiatan dalam bentuk pengumpulan, pengolahan, dan

penghimpunan berbagai informasi tentang siswa beserta latar belakangnya dengan tujuan

untuk memperoleh pemahaman yang obyektif terhadap siswa dalam membantu mencapai

perkembangan yang optimal.

Pemberian informasi adalah kegiatan dalam bentuk pemberian informasi kepada

dengan tujuan agar para siswa memiliki informasi yang memadai baik informasi tentang

dirinya maupun informasi tentang lingkungan sebagai bantuan dalam membuat keputusan

secara tepat.

Penempatan adalah kegiatan membantu para siswa agar memperoleh wadah yang

sesuai dengan potensi yang dimiliki dengan tujuan untuk memperoleh prestasi sesuai

potensinya sehingga akan mendapatkan wadah yang tepat untuk mengembangkan segala

kemampuan pribadinya.

Penyuluhan adalah kegiatan dalam bentuk layanan untuk menghadapi masalah-

masalah pribadi melalui teknik penyuluhan dan pemberian bantuan lainnya. Tujuan layanan
ini adalah agar pada akhirnya siswa dalam menghadapi permasalahan mampu untuk

memecahkan sendiri.

Alih tangan adalah kegiatan layanan dalam bentuk pelimpahan kepada pihak yang

lebih mampu dan berwenang apa bila masalahan yang ditangani itu di luar kemampuan dan

kewenangan petugas pemberi bantuan terdahulu seperti ke dokter umum/spesialis untuk

pemeriksaan kesehatan, ke psikolog untuk pemeriksaan kondisi psikologi, dan lain

sebagainya.

Penilaian dan tindak lanjut adalah kegiatan layanan dalam bentuk penilaian

keberhasilan usaha bimbingan yang telah diberikan yang juga dapat berfungsi untuk menilai

keberhasilan program pendidikan secara keseluruhan.

Dengan pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut, sebenarnya jika dilakukan dengan baik

sesuai dengan kondisi permasalahan siswa, keberhasilan guru bimbingan konseling sangat

bermanfaat untuk mengantar siswa menyelesaikan pendidikan dengan baik. Masalah-masalah

tersebut sangat luas dan kompleks cakupannya termasuk ke masalah pribadi siswa. Dengan

layanan penyuluhan sebagai contoh, merupakan kegiatan dalam bentuk layanan untuk

menghadapi masalah-masalah pribadi melalui teknik penyuluhan dan pemberian bantuan

lainnya dengan tujuan agar pada akhirnya siswa dalam menghadapi permasalahan mampu

untuk memecahkan sendiri. Layanan ini diintegrasikan dengan layanan lainnya akan

menghasilkan keterpaduan yang baik termasuk dalam mengatasi permasalahan pribadi siswa.

Menurut Nasution (1992) pelayanan bimbingan dan penyuluhan mempunyai beberapa

fungsi. Fungsi-fungsi tersebut adalah :

a. Fungsi pencegahan

Pelayanan bimbingan dan penyuluhan dapat berfungsi pencegahan, artinya merupakan

usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi ini layanan nyang diberikan

berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat
perkembangannya. Hal tersebut dapat ditempuh melalui progam bimbingan yang sistematis

sehingga hal – hal yang dapat menghambat seperti kesulitam belajar, kekurangan informasi,

masalah social dan sebagainya dapat di hindari.

Beberapa kegiatan bimbingan yang dapat berfungsi pencegahan, antara lain :

1) Progam orientasi, yang memberi kesempatan kepada para siswa untuk lebih mengenal

sekolah sebagai lingkungannya yang baru. Dalam program ini dapat disampaikan

berbagai informasi seperti: kurikulum, cara-cara belajar, fasilitas belajar, hubungan

social, tata tertib sekolah, informasi pekerjaan, dan sebagainya.

2) Program bimbingan karir, yang membantu para siswa untuk memperoleh pemahaman

diri dan lingkungan yang lebih baik serta mengembangkannya ke arah pencapaian karier

yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita, dan kemampuan.

b. Fungsi penyaluran.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah para siswa perlu dibantu agar

memperoleh prestasi yang sebaik-baiknya. Untuk itu setiap siswa hendaknya mendapatkan

kesempatan untuk mengembangkan, sesuai dengan keadaan pribadinya masing-masing,

(seperti bakat, minat, kebutuhan, kecakapan, dan sebagainya).

Dalam hubungan ini bimbingan dan penyuluhan membantu siswa mendapatkan

kesempatan penyaluran pribadinya masing-masing. Melalui fungsi penyaluran, bimbingan

dan penyuluhan mengenali masing-masing siswa secara perorangan , dan kemudian

membantunya dalam penyaluran kea rah kegiatan atas program yang dapat menunjang

tercapainya perkembangan yang optimal.

Bentuk kegiatan bimbingan dan penyuluhan dalam fungsi ini misalnya, bantuan dalam:

1) memperoleh jurusan yang tepat;

2) menyusun program belajar;

3) perkembangan bakat dan minat;


4) perencanaan karier.

c. Fungsi Penyesuaian

Yang dimaksud dengan fungsi penyesuaian adalah bahwa pelayanan bimbingan dan

penyuluhan berfungsi membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya.

Dengan demikian, adanya kesesuaian antara pribadi siswa dan sekolah sebagai lingkungan

merupakan sasaran fungsi ini.

Fungsi penyesuaian mempunyai dua arah. Arah pertama, adalah bantuan kepada para siswa

agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah. Arah kedua, adalah bantuan

dalam mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan keadaan siswa.

E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

serta sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teori

Bab ini memuat pembahasan pengertian Disiplin Siswa dan Peran Guru BK dikaitkan dengan

Proses Pendidikan.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini membahas variabel penelitian, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode

pengumpulan data serta metode analisis.

Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi mengenai deskripsi dari obyek yang diteliti dan analisis data serta pembahasan.

Bab V : Penutup

Merupakan bab yang berisi mengenai kesimpulan yang diperoleh dan saran yang diberikan

berdasarkan hasil penelitian.


F. Metode Penelitian
1.Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel yang akan dibahas terdiri dari variabel bebas (X) dan

variabel terikat atau terpengaruh (Y) . Variabel bebas (X) yaitu variabel perlakuan guru BK.

Sedangkan variabel terpengaruh (Y) adalah kedisiplinan belajar siswa, variabel penelitian

tersebut dioperasionalkan lagi dengan indikator variabel sebagai berikut :

a. perlakuan guru BK:

1) intensitas pelaksanaan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh guru BK;

2) kualitas baik/buruknya pelaksanaan fungsi-fungsi guru BK terhadap peserta didik;

b. kedisiplinan belajar siswa:

1) tingkat kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah.

2) tingkat keteraturan siswa dalam membagi waktu untuk belajar di sekolah, belajar di rumah,

dan melakukan kegiatan lain secara teratur dan proporsional.

2. Penentuan Sampel
Sampel penelitian berupa para siswa kelas IV di SD Negeri 1 Samudra Kulon

Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Dari siswa-siswa yang ada di lingkungan

Kecamatan Gumelar tempat lokasi penelitian, penulis memilih SD Negeri 1 Samudra Kulon

sebagai sampel/lokasi penelitian karena kemudahan akses penelitian dalam mengambil data-

data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi lapangan dan wawancara

langsung terhadap para responden terpilih yang terdiri dari siswa yang ada pada sekolah

tersebut.

3.Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini secara umum adalah data primer dan data

sekunder yang berupa data-data dalam proses pendidikan dan hasil pendidikan yang telah

tersedia di lokasi penelitian.Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung dari sumber data tetapi melalui media perantara. Dengan kata lain, data yang

diperoleh penulis merupakan hasil dari dokumen yang dalam hal ini adalah dokumen

pendidikan di lokasi penelitian.

4. Metode Analisis
Metode analisis akan dilakukan dengan analisis deskriptif yaitu dengan

mendeskripsikan data-data hasil penelitian untuk menghasilkan suatu kesimpulan mengenai

penelitian yang dilakukan. Jika memungkinkan, analisis deskriptif tersebut dapat juga

didukung dengan analisis kuantitatif dengan tabulasi data hasil penelitian yang dilakukan

penulis.

Anda mungkin juga menyukai