Anda di halaman 1dari 3

Kontribusi Pemuda Kreatif Sebagai Ujung Tombak Perekonomian di Pusaran Pandemi

Sudah satu setengah tahun lamanya dunia diterjang pandemi COVID-19. Indonesia tak luput
menjadi sasaran, bahkan merupakan salah satu negara yang terkena dampak cukup besar. Korban
terus berjatuhan dan akhir-akhir ini jumlahnya semakin meningkat. Rumah sakit penuh, obat-obatan
dan oksigen semakin langka. Sejak pandemi melanda pada Maret 2020 silam, pemerintah telah
menerapkan banyak kebijakan untuk menanggulangi penyebaran COVID-19. Di antaranya
pemberlakuan protokol kesehatan, pembelajaran jarak jauh, Work From Home (WFH), PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar), hingga yang sedang diterapkan sekarang, yaitu PPKM
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Namun, kebijakan-kebijakan tersebut
mengakibatkan terhambatnya mobilitas masyarakat, sehingga berdampak ke segala aspek
kehidupan, termasuk aspek ekonomi.

Akibat adanya pembatasan mobilitas, masyarakat lebih banyak berada di dalam rumah,
sehingga banyak yang tidak bisa bekerja. Beberapa dari mereka yang memiliki toko atau usaha
mengalami penurunan omzet. Hal itu berujung pada penurunan pendapatan, bahkan pemecatan
tenaga kerja. Survei dari Badan Pusat Statistik (08/2020) menyatakan jumlah pengangguran meroket
sebanyak 2,56 juta orang, sehingga totalnya menjadi 9,77 juta orang. Hal tersebut menjadi penyebab
peningkatan jumlah kemiskinan di kalangan masyarakat. Pendapatan yang kian anjlok
mengakibatkan masyarakat golongan bawah mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pokok. Sedangkan masyarakat golongan menengah ke atas membatasi pembelian
barang-barang kebutuhan sekunder. Akibatnya terjadi penurunan daya beli dan konsumsi
masyarakat yang berefek terhadap jumlah permintaan domestik. Padahal selama ini konsumsi
rumah tangga menjadi pijakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia lantaran kontribusinya yang
besar terhadap pertumbuhan ekonomi (Purwanto, 2021). Seiring dengan surutnya jumlah
permintaan, jumlah penawaran juga ikut anjlok. Penurunan pendapatan mengakibatkan pemilik
modal mengerem investasi, sehingga terjadi penyusutan investasi dan kegiatan pendanaan di
banyak perusahaan. Banyak perusahaan mengalami penurunan produksi, lalu berhenti berproduksi.
Selain itu produktivitas pekerja atau buruh juga mengalami kontraksi (Wuryandani, 2020).

Di sisi lain, sekolah dan perkuliahan yang dilakukan secara jarak jauh melalui online
membuat pergerakan para pemuda terbatasi. Padahal banyak hal di luar perkuliahan yang mampu
dilakukan para pemuda sebagai agen perubahan, untuk ikut berkontribusi dalam kemajuan negara di
masa pandemi ini. Kondisi seperti ini mengingatkan kita pada zaman sebelum Indonesia merdeka.
Saat itu, kemiskinan meningkat. Aktivitas warga bersama para pemuda Indonesia terkekang. Banyak
korban berjatuhan saat masa penjajahan. Situasi saat itu hampir mirip dengan kondisi sekarang,
hanya penyebabnya berbeda. Terasa miris sekali. Hari Kemerdekaan Indonesia, yang biasanya
dirayakan dengan upacara pengibaran sang saka merah putih dan meriahnya berbagai lomba, justru
dibayangi suasana mencekam. Lalu, apakah kita akan pasif dan hanya pasrah di pusaran pandemi
ini? Tentu saja tidak. Hanya saja, bukan menghadapi dengan cara melawan kebijakan pemerintah,
tetapi melakukan terobosan kreatif dan inovatif serta tetap mendukung penerapan protokol
kesehatan.

Pemuda adalah aset bangsa. Pemuda berperan sebagai agent of change, agent of
development, agent of control dan moral force dimana mereka diharapkan dapat membawa
berbagai perubahan serta pembangunan untuk bangsa ini (Cahyono, 2019). Pemuda merupakan
ujung tombak perjuangan dan generasi penerus bangsa. Pemuda dituntut untuk dapat berpikir kritis
dan melihat suatu hal secara keseluruhan, menyadari penyimpangan dalam hal-hal kecil yang
biasanya tidak disadari oleh banyak kalangan. Sehingga, peran pemuda sangatlah penting dan tidak
akan lepas dari segala permasalahan yang terjadi di negeri ini.

Berbeda dengan masa sebelum Indonesia merdeka, dimana teknologi masih belum
secanggih zaman sekarang. Disaat pandemi para pemuda masih memiliki peluang untuk menjadi
agen perubahan dengan adanya teknologi maju dan serba canggih. Jika mereka melihat sisi
positifnya, sistem pembelajaran online dan kebijakan untuk tetap di rumah saja memberi para
pemuda lebih banyak waktu. Para pemuda bisa mengarahkan waktu tambahan untuk membantu
negara dalam menghadapi pandemi dengan cara kreatif dan efektif. Hal itu sebagai bentuk bela
negara di masa pandemi. Salah satunya dengan berkontribusi membantu perkonomian yang sedang
terjun bebas saat ini. Teknologi masa kini yang dapat kita manfaatkan adalah media sosial. Di masa
sekarang, media sosial merupakan salah satu platform yang digemari, baik oleh kalangan tua
maupun para milenial. Dengan bantuan media sosial, kita dapat membentuk sebuah jejaring sosial
yang saling peduli senasib dan sepenanggungan, seperti membuat suatu komunitas beranggotakan
masyarakat serta program yang melibatkan beberapa pemuda dari berbagai latar belakang
pendidikan. Para pemuda bisa membantu mengedukasi dan mengkampanyekan usaha kecil dan
mikro (UMKM) disertai protokol kesehatan melalui sosial media maupun webinar kepada
masyarakat sebagai solusi bagi orang-orang yang kehilangan pekerjaan.

Wirausaha adalah seseorang yang inovatif, kreatif dan mampu mewujudkan kreatifitas agar
meningkatkan kesejahteraan diri di lingkungan dan masyarakat (Raymond W. Y. Kao, 1995).
Sehingga berwirausaha merupakan salah satu solusi untuk menangani krisis ekonomi. Berdasarkan
data dari Kementerian Koperasi dan UMKM RI (2018), UMKM menyerap jauh lebih banyak tenaga
kerja dalam negeri, yaitu sekitar 97% dari total tenaga kerja nasional. Sedangkan usaha besar hanya
menyerap kurang lebih 3%. Selain itu, UMKM memberikan kontribusi hingga 61,07% terhadap total
Pendapatan Domestik Bruto Indonesia atau senilai Rp8.573,89 triliun rupiah.

Pada masa pandemi COVID-19, UMKM yang dijalankan dapat mengambil konsep berupa
bisnis online. Melalui komunitas dan program tersebut, pemuda dapat berperan dalam
pembangunan UMKM sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Pemuda berlatar belakang
mahasiswa ekonomi dapat bertindak dengan menerapkan teori dan ilmu yang mereka miliki untuk
meningkatkan daya beli konsumen terutama bagi UMKM sekitar yang sedang lesu. Mahasiswa
kedokteran dapat membuat suatu tim satgas COVID-19 bagi masyarakat yang akan mendirikan
usaha kecil dan mikro di komunitas. Mereka berperan melakukan edukasi terkait COVID-19 dan cara
untuk tetap menjaga protokol kesehatan selama menjalani kegiatan usaha, dibarengi dengan
pemantauan melalui sosial media yang bertujuan untuk menyampaikan ke pihak terkait apabila ada
pelaku UMKM yang melapor mengalami gejala COVID-19 ke sosial media tim satgas COVID-19.
Sedangkan mahasiswa jurusan spesifik lainnya yang berhubungan dengan bisnis pembuatan suatu
produk atau barang konsumsi seperti desain, tataboga, teknik atau bisnis, dapat mengadakan
webinar informatif untuk mengedukasi dan memberikan inspirasi terkait kegiatan produksi UMKM di
setiap bidang. Mereka juga bisa memandu cara memanfaatkan internet dan sosial media untuk
membantu para anggota komunitas yang belum melek teknologi.

Cara-cara di atas dapat pula dilengkapi dengan membuat suatu sistem donasi online untuk
masyarakat yang terdampak pandemi dan ingin bertahan dengan mendirikan suatu usaha, namun
tidak memiliki modal cukup. Platform donasi tersebut kemudian dapat disebarkan melalui sosial
media, sehingga memungkinkan masyarakat seluruh Indonesia melihat dan ikut membantu melalui
donasi. Dana yang terkumpul akan diserahkan kepada masyarakat kecil untuk dijadikan modal
usaha. Kemudian UMKM tersebut didaftarkan dan dijalankan secara online. Dengan diterapkannya
hal-hal tersebut, para pemuda dapat membantu mengembangkan UMKM dan memotivasi
masyarakat untuk tetap berwirausaha di tengah kondisi pandemi yang semakin memburuk.

Di dalam komunitas, para pemilik usaha dapat saling belajar dan bertukar informasi sambil
mempromosikan produk mereka. Mereka juga dapat saling membeli produk antar anggota
komunitas, sehingga terbentuk sebuah pemasaran bersama antar UMKM. Namun, kunci untuk
mendorong suksesnya program tersebut tidak terlepas dari gerakan untuk membeli produk-produk
lokal. Para pemuda dapat memanfaatkan sosial media untuk mempromosikan produk-produk lokal
milik komunitas kepada para pengikut dan menjabarkan testimoni produk yang berkualitas sambil
mengedukasi mengenai pentingnya membeli produk lokal. Ketika permintaan produk sudah semakin
meningkat, secara bertahap pemasaran dapat ditingkatkan dari level lokal, ke level nasional, bahkan
internasional.

Dengan begitu kondisi ekonomi Indonesia yang kian menyusut dapat diperbaiki secara
perlahan namun pasti, berkat keterlibatan para pemuda bangsa. Para pemuda Indonesia diharapkan
mampu menjadi ujung tombak bangsa, terutama saat kritis seperti sekarang. Sehingga Indonesia
dapat terus maju dan berkembang bahkan dalam menghadapi kejamnya pandemi COVID-19 yang
belum jelas kapan berakhir. Inilah saatnya para pemuda ambil peran untuk mendobrak krisis
ekonomi yang membayangi negeri ini.

Anda mungkin juga menyukai