Anda di halaman 1dari 6

1

Studi Kelayakan Teknis Penempatan Pembangkit Listrik


Tenaga Gelombang Laut-Sistem Bandulan (PLTGL-SB)
di Kepulauan Riau
Fivin Erfianti, Mukhtasor, dan Rudi Walujo Prastianto
Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: mukhtasor@oe.its.ac.id

Abstrak— Energi gelombang laut merupakan salah satu energi atau dikenal dengan istilah Pembangkit Listrik Tenaga
alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi Gelombang Laut Sistem Bandul (PLTGL-SB). PLTGL-SB
ketergantungan manusia terhadap sumber energi. Gelombang sebelumnya didesain berbentuk ponton dan di dalamnya
laut merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan di daerah kepulauan seperti terdapat sejumlah peralatan utama, seperti bandul, pemindah
Kepulauan Riau. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang_Laut- gerak bandul menjadi gerak putar, transmisi putaran, roda gila
Sistem Bandulan (PLTGL-SB) merupakan salah satu alat (fly wheel) dan dinamo. Setelah melakukan beberapa kali
konversi gelombang menjadi listrik. Pada tugas akhir ini,
percobaan dan perubahan desain akhirnya PLTGL-SB didesain
dilakukan studi kelayakan teknis untuk penempatan Pembangkit
Listrik Tenaga Gelombang Laut-Sistem Bandulan (PLTGL-SB) dengan bentuk segi delapan. Selain PLTGL-SB ponton segi
di Kepulauan Riau. Dari hasil analisa dapat dihitung potensi delapan ada juga PLTGL-SB produksi Neptune dan Wello
energi gelombang di lima titik lokasi yang sudah dipilih. Hasil Penguin.
perhitungan potensi energi gelombang untuk masing-masing titik
yaitu, titik 1 (Bintan) = 4.01 kW/m, titik 2 (Bintan) = 5.87 kW/m,
. Sedangkan untuk PLTGL-SB produksi Neptune alat ini
titik 3 = 7.13 kW/m, titik 4 = 6.06 KW/m dan titik 5 = 9.87 kW/m. memerlukan gelombang 1 m sampa 1,5 m untuk beroperasi.
Berdasarkan analisa kelayakan lokasi dengan kosep desain, Kedalanman air untuk penyebaran 50-75 m Wello Penguin
daerah yang paling cocok ditempatkan untuk PLTGL-SB adalah PLTGL-SB yang mempunyai ukuran yang besar dan bisa
titik 5 yang berada di wilayah Natuna, dengan PLTGL-SB
ponton segi delapan dan PLTGL-SB produksi Neptune. mengasilkan listrik 500kW/m. Tinggi gelombang yang
dibutuhkan untuk beroperasi minimal 1,5 m dan dengan
Kata Kunci—Energi, gelombang, listrik, PLTGL-SB. kedalaman minimal 30m untuk perairan yg memiliki iklim
gelombang ringan
I. PENDAHULUAN Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Pengkajian dan

D engan pertumbuhan jumlah penduduk


perkembangan teknologi yang semakin meningkat
membuat manusia menjadi semakin tergantung pada sumber
dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pemerintah Norwegia sejak
tahun 1987, terlihat bahwa banyak daerah-daerah pantai yang
berpotensi sebagai pembangkit listrik bertenaga ombak.
energi. Hal ini yang menyebabkan terjadinya krisis energi di Ombak yang bisa dianggap potensial untuk membangkitkan
dunia dan membuat para ahli berfikir untuk menemukan energi energi listrik adalah gelombang ini tidak pecah hingga sampai
terbarukan agar tidak tergantung lagi dengan energi fosil. di pantai. [2].
Selain persediaannya yang semakin menipis dan tidak ramah Potensi tingkat teknologi saat ini diperkirakan bisa
lingkungan, energi fosil juga memerlukan waktu yang lama mengonversi per meter panjang pantai menjadi daya listrik
untuk bisa menghasilkan energi tersebut kembali. sebesar 20-35 kW (panjang pantai Indonesia sekitar 80.000
Gelombang laut merupakan salah satu energi alternatif yang km, yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau, dan sekitar 9.000
dapat digunakan untuk mengurangi ketergantungan manusia pulau-pulau kecil yang tidak terjangkau arus listrik nasional,
terhadap sumber energi fosil yang kian hari semakin berkurang dan penduduknya hidup dari hasil laut). Dengan perkiraan
jumlahnya karena memerlukan waktu yang lama untuk bisa potensi semacam itu, seluruh pantai di Indonesia dapat
menghasilkan energi tersebut. Energi gelombang laut menghasilkan lebih dari 2~3 Terra Watt Ekuivalensi listrik,
merupakan energi alternatif yang cukup menjanjikan bahkan tidak lebih dari 1% panjang pantai Indonesia (~800
dibandingkan dengan sumber daya energi alternatif lain seperti km) dapat memasok minimal ~16 GW atau sama dengan
angin dan panas matahari (solar). [1] pasokan seluruh listrik di Indonesia tahun ini [3].
Teknologi pembangkit listrik tenaga gelombang laut di Kepulauan Riau merupakan salah satu daerah yang sebagian
Indonesia pertama kali dikembangkan pada tahun 2002 oleh besar wilayahnya adalah lautan dan kondisi gelombangnya
Zamrisyaf (Staf Puslitbang PLN), menggunakan sistem bandul, berpotensi untuk dijadikan listrik. Selain itu, sebagian besar
2

penduduk yang tinggal di wilayah pesisir, masih banyak Berikut merupakan tabel perbandingan data gelombang
daerah di Kepulauan Riau yang listriknya belum mencukupi BMKG dengan data gelombang di lapangan.
kebutuhan penduduknya
Tabel 1. Perbandingan Tinggi gelombang signifikan antara
gelombang dari data BMKG dengan data lapangan kondisi
Hs
Jam Hs Pengukuran
II. URAIAN PENELITIAN Tanggal
(WIB)
BMKG
(m)
(m)
A. Studi Literatur 22/11/2012 17.00 0,512 0,15
Tahap pertama dari pengerjaan penelitian ini adalah studi 22/11/2012 18.00 0,512 0,249
literatur dan teori-teori mengenai energi gelombang laut. Studi 22/11/2012 19.00 0,512 0,248
literatur dilakukan dengan mengumpulkan berbagai bahan 22/11/2012 20.00 0,512 0,248
22/11/2012 21.00 0,504 0,248
acuan dari jurnal, buku, tugas akhir dan website.
22/11/2012 22.00 0,504 0,246
B. Pengumpulan Data 22/11/2012 23.00 0,496 0,249
Pengumpulan data-data untuk pengerjaan penelitian ini 23/11/2012 00.00 0,496 0,105
meliputi data penduduk, batimetri, elektrifikasi dan data 23/11/2012 01.00 0,488 0,138
gelombang dari BMKG dari tahun 2004 sampai 2012. Pada 23/11/2012 02.00 0,488 0,168
23/11/2012 03.00 0,496 0,157
penelitian ini dipilih lima titik lokasi untuk perhitungan potensi
23/11/2012 04.00 0,496 0,106
energi gelombang. Lima titik lokasi ini terletak di Bintan (Titik
23/11/2012 05.00 0,496 0,206
1 dan Titik 2), Tanjung Pinang (Titik 3 dan Titik 4) dan 23/11/2012 06.00 0,496 0,199
Natuna (Titik 5). 23/11/2012 07.00 0,496 0,205
23/11/2012 08.00 0,496 0,17
23/11/2012 09.00 0,488 0,166

Dari hasil perbandingan pengukuran gelombang di lapangan


dengan data gelombang dari BMKG hasilnya tidak sesuai.
Untuk nilai mana yang benar masih belum diketahui. Oleh
karena itu, untuk memastikan penyebab ketidaksesuaian masih
diperlukan data yang lebih komprehensif yang menunjukkan
beberapa kondisi gelombang di lapangan. Oleh karena data
BMKG sudah banyak dipakai oleh para ahli, maka untuk
perhitungan potensi energi gelombang pada Tugas Akhir ini
diasumsikan memakai data gelombang BMKG.
D. Perhitungan Potensi Energi Gelombang Laut
Untuk perhitungan potensi energi gelombang pada titik 1
sampai titik 5 dipakai rumus dari rujukan [4].
P = 0.42 * Hs² * Tp [1]
Gambar 1. Peta Titik-Titik lokasi penelitian
H 1/10 = 1.27 H S
[2]

C. Melakukan pengukuran gelombang di lapangan dan Tp = 2 m2 [3]


pengolahan data m4
Pengolahan data mencakup data gelombang, data batimetri, Untuk mendapatkan parameter tinggi gelombang dan periode
data listrik, data penduduk. Data gelombang dibuat menjadi umumnya digunakan momen spektral yang diberikan pada
waverose agar terlihat daerah mana yang lebih banyak terjadi urutan ke-n dengan :
gelombang tinggi. Sedangkan pengukuran gelombang di
lakukan di desa Tanjung Semokol, Kabupaten Karimun 
mn = [4]
 S ( )d
n
dengan menggunakan alat ADCP Nortek AWAC.
0
Pengukuran gelombang di lapangan dilakukan di desa
Tanjung Semokol di kecamatan Moro kabupten Karimun. 0.0081 g 2   3.11  [5]
S ( )   exp 2 4 
Pengukuran gelombang dilakukan selama 24 jam. Tetapi, dari 5  H S  
hasil pengukuran tinggi gelombang secara langsung hasilnya
sangat jauh berbeda dengan data gelombang dari BMKG.
3

Dimana, Tabel 3.Potensi energi gelombang laut setiap bulan pada tahun 2004 sampai
2012 di Titik 2 (Bintan)
Hs = tinggi gelombang signifikan (m)
Tp = periode puncak (s) P
mn = momen spectra ke n Bulan (KW/m
)
S(ω) = densitas spektra 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

ω = frekuensi gelombang (rad/s) Januari


-
7.72 6.21 8.63 6.99 10.79 6.23 4.87 7.26
-
february 2.93 4.99 5.17 7.39 3.81 3.01 4.85 3.60

E. Mencari Lokasi yang cocok untuk Penempatan PLTGL-SB -


Maret 3.84 1.75 1.65 4.54 1.53 5.32 4.82 3.62

Setelah didapat potensi energi gelombang lalu dicari lokasi April


-
1.07 0.53 1.33 0.51 1.16 4.67 4.80 0.97

yang cocok berdasarkan kondisi gelombang, kondisi listrik, Mei 0.45 0.57 0.40 0.45 0.56 0.33 5.07 4.79 0.69

dan data batimetri. Juni 0.96 0.86 0.77 0.49 0.61 0.55 5.07 4.74 1.10

Juli 1.42 1.19 1.71 0.99 1.12 0.99 5.02 4.71 1.62

F. Mencocokkan Lokasi yang sudah dipilih dengan konsep Agustus 1.71 1.24 2.05 1.51 1.17 0.92 5.01 4.67 1.62

desain PLTGL-SB September 1.18 1.23 1.31 0.96 0.89 0.75 4.96 4.67 1.69
-
Setelah di dapat lokasi yang berpotensi lalu mencocokkan Oktober 2.05 1.12 1.22 0.90 0.62 0.57 4.97 4.64

lokasi dengan konsep desain PLTGL-SB dengan analisa November 3.43 3.32 1.68 2.97 2.64 3.60 4.92 4.62
-

kelayakan sebelumnya. Desember 6.18 5.64 9.24 5.97 5.95 3.82 4.91 4.59
-

G. Penarikan Kesimpulan Dari Hasil Analisis Tabel 4. Potensi energi gelombang laut setiap bulan pada tahun 2004 sampai
Menarik kesimpulan dari hasil yang didapat serta saran 2012 di Titik 3 (Tanjung Pinang)
P
untuk pengembangan di masa depan. Bulan
(KW/m)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

III. HASIL ANALISIS DAN DISKUSI Januari - 9.63 7.46 10.35 8.25 13.55 7.44 5.88 8.69

A. Hasil Perhitungan Potensi Energi Gelombang Laut -


february 3.59 6.06 6.38 9.04 4.71 3.62 5.82 4.35

Untuk perhitungan potensi energi gelombang laut Maret - 4.62 2.15 1.99 5.39 1.39 6.31 5.82 4.40

menggunakan data gelombang dari BMKG dari Mei 2004 April - 1.28 0.64 1.59 0.62 1.33 5.54 5.79 1.18
sampai September 2012. Hasil perhitungan untuk tiap-tiap Mei 0.67 0.76 0.51 0.59 0.71 0.38 6.06 5.77 0.85
Titik lokasi sebagai berikut: Juni 1.36 1.10 1.00 0.61 0.76 0.67 6.00 5.77 1.35

Juli 1.91 1.48 2.17 1.24 1.45 1.19 6.00 5.72 2.00
Tabel 2. Potensi energi gelombang laut setiap bulan pada tahun 2004 sampai
2012 di Titik 1 (Bintan) Agustus 2.21 1.57 2.67 1.62 1.50 1.11 6.00 5.71 1.79
P September 1.59 1.51 1.59 1.14 1.08 0.94 5.94 5.71 1.21
Bulan
(KW/m)
-
Oktober 2.45 1.36 1.53 1.08 0.75 0.67 5.95 5.65
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-
November 4.17 4.01 2.10 3.53 3.21 4.09 5.89 5.65
-
Januari 5.37 5.96 5.73 4.65 6.99 4.12 3.34 4.83 -
Desember 7.39 6.87 10.90 7.08 8.42 4.43 5.88 5.61
-
february 1.93 3.31 3.39 4.80 2.43 2.01 3.32 2.44
- Tabel 5. Potensi energi gelombang laut setiap bulan pada tahun 2004 sampai
Maret 2.64 1.15 1.10 3.07 1.03 3.62 3.29 2.36
2012 di Titik 4 (Tanjung Pinang)
- P
April 0.73 0.36 0.91 0.34 0.80 3.19 3.30 0.66 Bulan
(KW/m)
Mei 0.30 0.32 0.23 0.39 0.33 0.22 3.51 3.25 0.43 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Januari - 8.36 6.51 9.01 6.96 11.50 6.35 4.99 7.34


Juni 0.61 0.48 0.42 0.27 0.64 0.33 3.47 3.25 0.67
february - 3.20 5.33 5.76 7.94 4.24 3.15 4.96 3.76
Juli 0.80 0.68 0.96 0.57 0.43 0.57 3.47 3.22 0.97
Maret - 4.04 1.94 1.77 4.65 1.63 5.36 4.96 3.87
Agustus 0.80 0.68 1.15 0.85 0.65 0.53 3.43 3.20 0.84 -
April 1.12 0.58 1.40 0.56 1.22 4.71 4.91 1.02
September 0.66 0.71 0.74 0.54 0.51 0.43 3.42 3.17 0.58 Mei 0.74 0.74 0.49 0.58 0.66 0.33 5.08 4.90 0.76
-
Oktober 1.43 0.74 0.76 0.58 0.39 0.37 3.39 3.17 Juni 1.29 1.08 1.00 0.57 0.72 0.63 5.07 4.90 1.22
- Juli 1.87 1.40 2.05 1.18 1.39 1.06 5.07 4.87 1.79
November 2.28 2.22 1.11 1.96 1.79 2.46 3.38 3.13
- Agustus 2.07 1.50 2.56 1.87 1.44 1.00 5.06 4.85 1.66
Desember 4.20 3.99 6.27 4.00 3.94 2.64 3.35 3.13
September 1.56 1.41 1.65 1.15 1.00 0.88 5.01 4.85 1.09

Oktober 2.11 1.22 1.42 0.96 0.63 0.57 5.01 4.82 -

November 3.66 3.55 1.90 3.11 2.78 3.34 5.00 4.82 -

Desember 6.39 6.03 9.21 6.00 6.07 3.70 4.99 4.80 -


4

Tabel 6. Potensi energi gelombang laut setiap bulan pada tahun 2004 sampai Berdasarkan dari data peta batimetri dapat diketahui lokasi
2012 di Titik 5 (Natuna)
P
Titik 1, Titik 2 dan Titik 3 memiliki kedalaman 20 m
sedangkan kedalaman Titik 4 sekitar 30 m. Kedalaman Titik 5
Bulan
(KW/m)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
menggunakan data primer, yaitu 60 m.
Januari - 14.15 10.44 15.92 11.54 21.22 12.14 6.44 11.60

february - 5.28 8.28 9.65 15.65 6.95 5.47 6.31 6.76 c. Kondisi gelombang
Maret - 7.98 3.07 3.53 8.66 3.00 8.90 6.18 6.55 Untuk melihat tinggi gelombang dominan yang terjadi dari
April - 2.17 1.05 2.74 1.12 2.54 7.24 6.04 1.58 tahun 2004 sampai 2012. Data tinggi gelombang di olah
Mei 0.58 0.56 0.50 0.65 1.83 1.39 7.68 5.90 0.98 menjadi waverose dengan menggunakan WRPLOT. Berikut
Juni 2.41 0.58 0.29 0.71 1.34 1.03 7.46 5.76 2.38 merupakan hasil dari pengolahan data menggunakan
Juli 1.61 1.50 2.37 1.71 1.25 2.64 7.33 5.69 2.34
WRPLOT.
Agustus 3.02 1.95 3.43 2.04 0.86 3.25 7.15 5.53 1.92

September 0.64 1.68 2.60 1.58 2.47 2.77 7.00 5.40 1.54

Oktober 4.03 2.47 3.27 3.84 1.77 2.13 6.93 5.27 -

November 6.81 6.99 3.75 6.65 5.79 7.60 6.73 5.14 -

Desember 11.01 11.69 17.17 10.82 10.75 7.17 6.58 5.02 -

B. Analisa Kelayakan
a. Kelistrikan
Kondisi Kelistrikan di Kabupaten Bintan dan Natuna (lokasi
titik1, titik 2 dan titik 5) memang belum mengalami defisit
listrik tapi berada dalam kondisi siaga, kondisi siaga berarti
kebutuhan listrik memadai namun masih memerlukan listrik
Gambar 3. Waverose tinggi gelombang di Titik 1
tambahan. Sedangakan di Tanjung Pinang (lokasi titik 2 dan 3)
kondisi listriknya adalah defisit, yang berarti kebutuhan listrik
tidak memadai dan masih membutuhkan listrik tambahan. Jadi
lima titik lokasi ini
melihat dari kondisi kelistrikan, di
masih memerlukan energi listrik tambahan.
Tabel 2.
Kondisi Kelistrikan di Lokasi Penelitian
Kapasitas Daya Beban
Terpasang Mampu Puncak
Lokasi Status
(MW) (MW) (MW)
Bintan 5.46 4.35 4.05 Siaga
Tanjung
45.76 31.3 35.6 Defisit
Pinang
Natuna 4.57 2.95 2.77 Siaga
Gambar 4. Waverose tinggi gelombang di Titik 2
b. Batimetri

Gambar 2. Peta Batimetri Bintan dan Tanjung Pinang


5

Gambar 5. Waverose tinggi gelombang di Titik 3 Tabel 9.


Penyesuaian lokasi dengan konsep desain pada PLTGL-SB
ponton segidelapan
Parameter
Lokasi Tinggi
Batimetri
Gelombang
Titik 1  
Titik 2  
Titik 3  
Titik 4  
Titik 5  

b. PLTGL-SB produksi Neptune


PLTGL-SB produksi Neptune bisa bekerja denga tinggi
gelombang minimal 1 m. PLTGL-SB ini bisa menghasilkan
listrik sebesar 25kW/m sampai 75kW/m per ponton. PLTGL-
SB. Kedalaman yang dibutuhkan untuk penyebran adalah 50 m
sampai 75 m.
Gambar 6. Waverose tinggi gelombang di Titik 4
Tabel 10.
Penyesuaian lokasi dengan konsep desain pada PLTGL-SB
produksi Neptune
Parameter
Lokasi Tinggi
Batimetri
Gelombang
Titik 1  
Titik 2  
Titik 3  
Titik 4  
Titik 5  

c. PLTGL-SB Wello Penguin


PLTGL-SB Wello Penguin bisa bekerja dengan tinggi
gelombang minimal 1,5 m. PLTGL-SB ini bisa menghasilkan
listrik sebesar 500kW/m dan mempunya ukuran yang besar.
Gambar 7. Waverose tinggi gelombang di Titik 5 Kedalaman yang dibutuhkan untuk penyebaran adalah 30 m
untuk daerah yang mempunyai iklim gelombang ringan.
Berdasarkan dari pengolahan data gelombang, dominan Tabel 4.11 Penyesuaian lokasi dengan konsep desain pada
PLTGL-SB Wello Penguin
gelombang yang terjadi di semua titik adalah gelombang yang
Parameter
tingginya 1 m sampai 1,5 m.
Lokasi Tinggi
Batimetri
Gelombang
Titik 1  
C. Pencocokan Lokasi Dengan Kosep Desain Titik 2  
Ada tiga konsep desain PLTGL-SB yang akan dicocokkan Titik 3  
dengan tiap-tiap lokasi. Titik 4  
a. PLTGL-SB ponton segidelapan Titik 5  
PLTGL-SB ponton segi delapan bisa bekerja denga tinggi
gelombang minimal 0,5 m. PLTGL-SB ini bisa menghasilkan
listrik sebesar 1kW/m sampai 5kW/m per ponton. PLTGL-SB
ini memiliki ukuran lebar 3 m dan tinggi 2.5 m. Untuk
masalah kedalaman laut, PLTGL-SB ini tidak memiliki nilai IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
nominal tapi tentunya harus dua kali lebih tinggi dari tinggi 1. Potensi energi gelombang laut yang telah dilakukan
alat tersebut. berdasarkan data gelombang BMKG di beberapa titik
lokasi, didapat potensi energi gelombang yang dihasilkan
di setiap titik seperti berikut :
a. Titik 1 (Bintan) : 4.01 kW/m
b. Titik 2 (Bintan) : 5.87 kW/m
6

c. Titik 3 (Tanjung Pinang) : 7.13 kW/m


d. Titik 4 (Tanjung Pinang) : 6.06 kW/m
e. Titik 5 (Natuna) : 9.97 kW/m
2. Dari hasil perhitungan ini dapat diketahui lokasi yang
paling berpotensi adalah Titik 3 dan Titik 5.
3. Berdasarkan pencocokkan lokasi dengan kosep desain,
lokasi yang paling banyak memenuhi kriteria konsep
desain Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut-
Sistem Bandulan (PLTGL-SB) adalah titik 5 yang berada
di Natuna.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis F.E ingin menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Ir.
Mukhtasor, M.Sc., Ph.D. dan Bapak Dr. Eng. Rudi Walujo
Prastianto, ST., MT., yang selalu memberikan bimbingan dan
ilmu-ilmu yang bermanfaat selama pengerjaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Akbar, S., 2012, Studi Optimasi Kemiringan Lambung Ponton PLTGL-
SB (Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut-Sistem Bandulan)
Akibat Beban Gelombang Laut, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
[2] Puspita, Rani Ratna., 2010, Studi Perancangan Sistem Konversi Energi
Laut Tipe OWC di Pantai Pengambengan, Tugas Akhir, Jurusan Teknik
Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
[3] Sarjono Eko, 2009, “Pembangkit Listrik Tenaga Ombak
Dikembangkan”, http://www.alpensteel.com/article/52-106-energi-laut-
ombak gelombangarus/537gelombang-laut-dikaji-jadi-energi-
listrik.html diakses pada tanggal 18 September 2012.
[4] EPRI, 2009, Wave Energy Forecasting Accuracy as a Function of
Forecast Time Horizon: EPRI-WP-013, October 2009

Anda mungkin juga menyukai