Anda di halaman 1dari 36

TUGAS MATA KULIAH AUDITING INTERNAL

DOSEN PENGAMPU:
Eko Supriyanto Hadi, S.E., Ak., CA., AAAI-J., M.M.

Disusun Oleh :

Achmad Irwanto-2011

Ai Widayati - 2011070609

PROGRAM S 1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERBANAS INSTITUTE

Bekasi

2021
Kata Pengantar

Puji dan Syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah Internal Audit dengan baik dan tepat waktu.
Penulisan makalah ini dibuat sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas kelompok mata
kuliah Internal Audit tentang “Pekerjaan Lapangan1”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Eko Supriyanto Hadi,


S.E.,AK.,CA.,AAAI-J.,MM. selaku dosen mata kuliah Internal Audit yang telah
memberikan tugas makalah ini sehingga penulis mendapat tambahan wawasan terkait
pekerjaan lapangan 1.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
penulis sangat terbuka terhadap segala kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata Penulis berharap agar makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri.

Bekasi, 01 September 2021

Penulis

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 1
1.3 TUJUAN 2
1.4 MANFAAT 2
BAB II 3
PEMBAHASAN3
2.1 PROSES DAN TUJUAN PEKERJAAN LAPANGAN 3
2.1.1 Proses Pekerjaan Lapangan 3
2.1.2 Tujuan Pekerjaan Lapangan 3
2.2 PEMBUATAN STRATEGI UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN LAPANGAN 4
2.3 TIM AUDIT DENGAN PENGARAH MANDIRI 7
2.4 AUDIT BERHENTI-KEMUDIAN-LANJUT 8
2.5 CONTROL SELF-ASSESSMENT 9
2.6 BAGIAN-BAGIAN PEKERJAAN LAPANGAN 10
2.7 AUDIT SMART 13
2.8 PENGUKURAN KINERJA 14
2.9 PENGEMBANGAN STANDAR 15
2.10 PENGGUNAAN TOLOK UKUR 15
2.11 EVALUASI 17
2.12 ASPEK-ASPEK OPERASI 18
2.13 PENGUJIAN 18
2.13.1 Tujuan Umum Pengujian 18
2.13.2 Tujuan Khusus Pengujian 19
2.13.3 Merencanakan Pengujian 19
2.14 PENDEFINISIAN STANDAR KINERJA ATAU KRITERIA 20
2.15 PENDEFINISIAN POPULASI PENGUJIAN 20
2.16 METODOLOGI PENGAMBILAN SAMPEL YANG AKAN DILAKUKAN 21
2.17 TEKNIK-TEKNIK PEMERIKSAAN TRANSAKSI -TRANSAKSI ATAU PROSES – PROSES TERPILIH 21
BAB III 31
PENUTUP 31

iii
3.1 KESIMPULAN 31
3.2 SARAN 31
Daftar Pustaka 31

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Auditor internal berperan penting dalam suatu perusahaan salah satunya adalah
memberikan keyakinan objektif dan konsultasi untuk memberi nilai tambah untuk sebuah
perusahaan dan meningkatkan operasi perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi
mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko kecukupan control dan
pengelolaan organisasi (Sawyer,2006). Dari penjelasan tersebut dapat diambil beberapa poin
yaitu internal audit mempunyai tugas untuk meyakinkan perusahaan untuk memberikan
penilaian-penilaian objektif terhadap perusahaan tersebut. Artinya auditor harus mampu
meyakinkan perusahaan bahwa yang disarankan oleh auditor itu benar dan akan membawa
keuntungan bagi perusahaan.

Untuk meyakinkan perusahaan tentunya auditor harus meyakinkan diri dengan


memberikan bukti yang konkret, untuk memberikan bukti yang konkret itu maka diperlukan
pekerjaan lapangan. Pekerjaan lapangan sendiri adalah sebuah proses untuk mendapatkan
kayakinan secara sistematis dengan mengumpulkan bahan bukti secara objektif mengenai
operasi entitas, mengevaluasinya dan melihat apakah operasi tersebut memenuhi standar,
dengan pekerjaan lapangan auditor melakukan penelaahan untuk mengumpulkan, menyusun,
mencatat, dan mengevaluasi bahan bukti audit (Sawyer,2006). Hal ini dilakukan karena
auditor tidak dapat memberikan keyakinan dengan hanya mengaudit kegiatan operasi dalam
skala kecil, juga tidak dapat hanya mengamati sebuah proses dan memberikan keputusan
tanpa sumber dan bukti yang jelas, juga harus dapat memandang operasi secara menyeluruh
tidak hanya melihat dari unit-unit tertentu. Selain itu dalam melakukan pekerjaan lapangan
juga membutuhkan perhatian dan perencanaan yang sistematis dan teratur, karena hal ini
menentukan keberhasilan dari pekerjaan lapangan itu sendiri.

Pekerjaan lapangan ini adalah tindak lanjut dari proses survey pendahuluan dan
program audit. Proses pekerjaan lapangan adalah sebuah hal yang tidak boleh dilewatkan
oleh auditor karena hal ini bertujuan untuk menghindari adanya bias atau ketidakjelasan
dalam mengaudit perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pekerjaan lapangan dan apa tujuan dari pekerjaan lapangan ?

1
2. Bagaimana pembuatan strategi pekerjaan lapangan?

3. Apa itu tim audit dengan pengarahan mandiri?

4. Apa yang dimaksud dengan audit berhenti kemudian lanjut?

5. Apa yang dimaksud control self assessment?

6. Bagaimana bagian-bagian dari pekerjaan lapangan?

7. Apakah audit SMART itu?

8. Apa tujuan dari evaluasi audit?

9. Apa itu pengukuran kinerja, pengembangan standar, penggunaan tolok ukur dan
evaluasi?

10. Bagaimana Teknik-teknik Pemeriksaan transaksi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui proses dan tujuan pekerjaan lapangan

2. Untuk mengetahui pembuatan strategi pekerjaan lapangan

3. Untuk mengetahui definisi dari tim audit dengan pengarahan mandiri

4. Untuk mengetahui maksud dari audit berhenti kemudian lanjut

5. Untuk mengetahui definisi dari control self assessment

6. Untuk mengetahui bagian-bagian dari pekerjaan lapangan

7. Untuk mengetahui audit SMART

8. Untuk mengetahui tujuan dari evaluasi audit

9. Untuk mengetahui pengukuran kinerja, pengembangan standar, penggunaan tolok


ukur dan evaluasi

10. Untuk mengetahui teknik-teknik pemeriksaan audit

1.4 Manfaat

Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk memberikan manfaat kepada para pembaca dalam
menambah pengetahuan, wawasan maupun sebagai referensi mengenai pekerjaan lapangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses dan Tujuan Pekerjaan Lapangan

2.1.1 Proses Pekerjaan Lapangan

Pekerjaan Lapangan (Field Work) merupakan proses untuk mendapatkan keyakinan secara
sistematis dengan mengumpulkan bahan secara objektif mengenai entitas, mengevaluasinya,
dan:

(1.) melihat apakah operasi tersebut memenuhi standar yang diterima dan mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan; dan

(2.) menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen.

Istilah “Proses yang sistematis” mengimplikasikan langkah-langkah audit terencana


yang dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan audit. Istilah tersebut juga memiliki makna
bahwa Auditor Internal akan menerapkan persyaratan profesional dalam melakukan audit,
serta menerapkan penelaahan yang tepat saat mengumpulkan, menyusun, mencatat, dan
mengevaluasi bahan bukti audit.

“Persyaratan Profesional” berarti kebebasan penuh dari segala bias yang akan
mempengaruhi pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti. Bebas dari bias dicapai
melalui independensi dan objektivitas, baik dalam kenyataan maupun presepsi. Objektivitas
nyata muncul dari perilaku mental yang tidak memihak, perilaku yang mendasarkan pada
pengetahuan dan menilai bukti benar-benar murni dalam kenyataannya tanpa memandang
orang yang menyediakannya. Penilaian seperti ini harus dicapai tanpa memperdulikan
perasaan, prasangka, opini, dan kepentingan, serta tekanan dari pihak-pihak eksternal.

2.1.2 Tujuan Pekerjaan Lapangan

Tujuan Pekerjaan Lapangan adalah untuk membantu pemberiaan keyakinan dengan


melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sesuai tujuan audit yang
ingin dicapai. Seorang Auditor yang professional seharusnya tidak terlibat dalam audit asal-
asalan. Mereka harus memahami bahwa mereka:
1. Tidak dapat memberikan keyakinan dengan mengaudit operasi secara sempit.
2. Tidak dapat mengamati sebuah proses dan seenaknya memutuskan apakah proses tersebut
baik atau buruk.
3. Harus memandang operasi tersebut dalam bentuk unit-unit pengukuran dan standar.

3
2.2 Pembuatan Strategi untuk Melakukan Pekerjaan Lapangan

Tahapan persiapan untuk melakukan pekerjaan lapangan membutuhkan perhatian dan


perencanaan yang sama sepert halnya persiapan audit keseluruhan. Pada tahap ini, survey
pendahuluan telah diselesaikan dan program audit telah disiapkan. Auditor harus
mengarahkan perhatian mereka ke pekerjaan itu sendiri dan bagaimana melakukannya.
Bagian-bagian dari rencana strategis akan mencakup:
1. Kebutuhan Pegawai.
Penting untuk merencanakan jumlah dan kualifikasi staf yang akan melakukan
audit. Hal ini mencakup pengidentifikasian keahlian, pengalaman, dan disiplin ilmu
yang dibutuhkan untuk melakukan audit dengan layak. Juga termasuk sumber daya
internal dari aset-aset ini dan pekerjaan tertentu yang akan mereka kerjakan. Hal-hal
khusus yang juga penting adalah pengidentifikasian dukungan ahli yang dibutuhkan
dari staf pendukung seperti ahli statistik, ahli aktuaria, dan ahli TI yang canggih.
2. Kebutuhan sumber daya diluar.
Bila staf audit yang ada tidak memiliki keahlian khusus, maka harus didapat
dari sumber diluar perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah keahlian di bidang
produksi, ekonomi, kesehatan, pekerjaan sosial, psikologi, pendidikan, dan analisis
operasi, juga kebutuhan sumber dari luar dan kemitraan. Sumber-sumber tersebut
harus diidentifikasi dan dibuat estimasi seberapa besar penggunaan sumber-sumber
ini akan dibutuhkan, dan mungkin, dibuat estimasi biaya kapan dan dimana jasa-jasa
ini akan dibutuhkan serta kesesuaiannya dengan anggaran.
3. Pengorganisasian staf audit.
Sebuah rencana organisasi dari fungsi lini audit dibutuhkan disini. Rencana
tersebut harus diidentifikasi sebagai rencana berbentuk kecil (dengan lapisan supervisi
yang terbatas), atau gemuk (banyak lapisan supervisi) tergantung pada kompleksitas
kerja dan rentang kontrol yang dibutuhkan. Rencana tersebut harus mengidentifikasi
bagian mana dari organisasi audit yang akan melakukan jenis audit yang berbeda,
seperti audit keuangan, efisiensi, efektivitas, keamanan asset, dan ketaatan serta
rencana struktur audit seperti: Berdasarkan fungsi, produk, lokasi, atau organisasi.
Jika audit membutuhkan dukungan staf audit khusus, aspek organisasi audit ini harus
dirancang untuk keahlian khusus yang dibutuhkan beserta jumlahnya.
4. Wewenang dan tanggung jawab.

4
Bagian ini terkait dengan struktur komando dari tim audit. Hal ini berkaitan erat
dengan bagian sebelumnya dan mendefinisikan berbagai aspek tanggung jawab
seperti manajemen personalia, fungsi-fungsi teknis, aspek administrasi, dan hal-hal
yang berhubungan dengan fiskal. Hal ini juga mencakup alur wewenang yang
berkaitan dan secara khusus menggambarkan otorisasi yang didelegasikan ke setiap
lini dan staf dalam audit.

5. Struktur pekerjaan lapangan.


Pada bagian ini, urutan program audit direncanakan. Aktivitas yang berurutan
saling berhubungan untuk meyakinkan bahwa terdapat susulan alur kerja. Jadi, staf
yang ditugaskan pada aktivitas tertentu tidak harus menunggu auditor lainnya
menyelesaikan aktivitasnya. Sistem analitis seperti Teknik Evaluasi dan Penelaahan
Program (Program Evaluation and Review Technique-PERT) bisa digunakan.
Aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi dalam sebuah diagram dengan simbol-simbol
yang berhubungan untuk menunjukan tahapan. Penghubungan harus mencakup
estimasi waktu yang dibutuhkan untuk aktivitas tersebut dan juga bisa mencakup
biayanya. Prosedur ini dibutuhkan untuk bagian strategis selanjutnya.
6. Waktu Pelaksanaan pekerjaan lapangan.
Proses membuat struktur pekerjaan lapangan memunculkan waktu pelaksanaan
pekerjaan lapangan.
7. Metode Pekerjaan Lapangan.
Ada 6 metode yang biasa digunakan dalam pekerjaan lapangan yang akan
dijelaskan dalam bab ini, yakni:
1. Observasi
2. Konfirmasi
3. Verifikasi
4. Investigasi
5. Analisis
6. Evaluasi

Penting bagi auditor untuk menentukan metode atau metode-metode yang akan paling
banyak digunakan dalam proses pekerjaan lapangan.

5
8. Metode Pendokumentasian.
Bagian ini melibatkan akumulasi bahan bukti dan penyiapan kertas kerja.
Bagian ini membutuhkan antisipasi hasil-hasil metode pekerjaan lapangan dan juga
penggunaan akhir dari audit. Meskipun dibutuhkan kecermatan dalam
pendokumentasian, jika terdapat kemungkinan litigasi atau tindakan hukum, bahan
bukti tersebut harus dalam bentuk yang secara hukum bisa digunakan dan ditangani
oleh metode yang dapat diterima secara hukum.
9. Penyiapan laporan.
Struktur laporan seringkali dirancang pada awal proses audit. Survey
pendahuluan sering kali akan mengidentifikasi hal-hal penting yang akan menjadi
arah audit. Survey juga akan memberikan beberapa indikasi mengenai hal-hal yang
akan ditemukan. Di sisi lain, beberapa penugasan audit dikhususkan untuk memeriksa
hal-hal aktivitas, atau kondisi-kondisi khusus. Dalam hal ini, pengorganisasian audit
mungkin memberikan kerangka laporan audit.
Struktur Makro dari laporan harus direncanakan. Hal ini merupakan tahapan
penyajian temuan-temuan audit dan kerangka kasar dari bagian-bagian laporan.
Begitu pula Struktur Mikro laporan atau metode penyajian setiap temuan audit, harus
direncanakan. Tidak Semua temuan akan menjadi bagian dari temuan yang lengkap.
Dalam beberapa kasus, bagian-bagian seperti latar belakanh, criteria, dan dampak
mungkin dipinggirkan. Bahkan dalam banyak kasus, laporan direncanakan hamper
selesai pada tahap awal audit.
Laporan harus dirancang dengan mempertimbangkan pembaca dan pengguna.
Pertimbangan kemampuan dan tanggapan pembaca haruslah menjadi perhatian utama
dalam rancangan dan isinya. Mungkin saja bahwa lebh dari satu laporan akan
digunakan oleh pejabat eselon operasi di organisasi atau pada saat bahan-bahan
tertentu disajikan. Bahan-bahan yang rinci yang dibutuhkan oleh pejabat eselon
operasi mungkin akan menjadi bacaan yang tidak penting bagi manajemen.

10. Rencana kontijensi.


Hanya sedikit aktivitas yang akan berjalan sesuai rencana. Oleh karena itu,
rencana harus menyediakan kontijensi. Rencana harus memuat kondisi terbaik yng
bisa dicapai, yang biasa, dan yang terburuk.
Kontijensi harus diantisipasi dan kerangka harus disiapkan untuk situasi-
situasi seperti:
1. Kekurangan Staf (Karena Sakit, Ditarik dari penugasan, pindah dll).
6
2. Tidak ada bahan-bahan yang bisa diaudit.
3. Indikasi bahwa kondisi proyek tidak material.
4. Indikasi mendadak tentang adanya kecurangan atau kejahatan.
5. Halangan yang material dari klien.
6. Kerusakan komputer atau masalah perangkat lunak.
7. Campur tangan manajemen puncak.
8. Penarikan sumber daya audit.
9. Kemajuan pekerjaan yang mungkin akan melebihi anggaran.
Audit harus direncanakan sehingga situasi diatas yang mungkin terjadi memiliki
alternative tindakan yang bisa diambil, dengan mempertimbangkan situasi yang biasa
atau yang buruk.

2.3 Tim Audit dengan Pengarah Mandiri

Tim dengan pengarahan mandiri terpisah dari bentuk manajemen


tradisional yang beranggotakan direktur, wakil direktur, asisten direktur, supervior,
manajer, dan karyawan. Tim tersebut merupakan sebuah unit operasional, yang sering
kali terdiri dari ahli-ahli dalam berbagai bidang audit, dan memiliki kepemimpinan
dalam rotasi atau dasar-dasar lainnya. Tim tersebut membuat keputusan sendiri, sering
kali bersama ahli yang bersama pimpinan tim memberikan keahlian dan bantuan
dalam proses pengambilan keputusan.
Eksperimen awal dengan prosedur tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perbaikan dalam produktivitas, kualitas audit, dan layanan pelanggan yang melebihi
penghematan dan perampingan struktur audit. Tim tersebut menerima tanggung jawab
atas pekerjaannya dan berbagi tanggung jawab bila terjadi kegagalan termasuk pula
penghargaan dan bonus untuk pekerjaan yang bagus. Fakta bahwa tim bekerja sangat
erat dengan klien cenderung memperkuat hubungan auditor dengan klien. Akan tetapi
hal ini bukan berarti terlepas sama sekali dari manajemen puncak pada organisasi
audit. Harus terdapat resolusi mengenai tujuan-tujuan dasar organisasi, independensi,
pekerjaan audit yang tidak bagus dan pengambilan keputusan yang tidak memadai.
Kenaikan Gaji Audit untuk jenjang karir audit yang normal tidak berlaku di
sini. Kenaikan Gaji hanya diberikan untuk kinerja audit khusus yang dilakukan seperti
fungus audit biasa berupa pembuatan program, pelaporan, penjadwalan jenis
pemerikasaan audit, dan kepemimpinan. Filosofi kuno tentang pengadministrasian
gaji, yaitu bahwa organisasi harus membagi penghematan biaya dari inovasi dengan
para karyawannya yang memungkinkan hal tersebut terjadi, diterapkan disini. Juga,

7
kejadian tidak biasa bisa menghasilkan bonus. Misalnya penghematan biaya yang
besar dan penemuan kecurangan yang besar. Jadi, untuk beroperasi secara efektif, tim
tersebut harus beranggotakan orang-orang yang tidak egois dan sepakat untuk berbagi
kepemimpinan.
Beberapa masalah yang dihadapi sehubungan dengan adanya inovasi ini
adalah:
1. Kurangnya umpan balik positif dari manajer.
2. Kurangnya umpan balik korektif dari manajer.
3. Sulit mencapai konsensus/ resolusi konflik.
4. Tidak ada titik focus pertanggungjawaban.
5. Adanya kesulitan dalam kebijakan perekrutan, pemberhentian, dan
promosi.
6. Keengganan mencari pedoman.
7. Definisi kewenangan yang tidak jelas.
8. Tidak ada penghubung eksternal yang resmi.
9. Tidak ada jalur yang jelas untuk kebutuhan pelatihan.
10. Tidak ada jenjang karir yang jelas.
11. Tidak ada sistem jaminan mutu yang jelas.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan ini, organisasi terus menggunakan konsep
tersebut, khususnya bila tim berukuran cukup besar (sekitar delapan anggota).
Pembimbing (yang mungkin membimbing lebih dari satu tim) diberi banyak tanggung
jawab administratif. Karena lebih besarnya produktivitas dan efektivitas yang dimiliki
tim maka tim audit seperti ini dianggap sebagai asset operasional baru yang potensial.

2.4 Audit Berhenti-Kemudian-Lanjut

Teknik “audit berhenti-kemudian-lanjut” membantu menghilangkan audit


dengan pengembalian yang rendah yang melewati proses penyaringan awal. Konsep
dasar di balik pendekatan berhenti-kemudian-lanjut adalah untuk memberdayakan
auditor lapangan untuk menghentikan audit selama survei pendahuluan, atau pada
waktu-waktu lainnya, jika tidak ada indikasi adanya risiko-risiko yang substansial
atau tidak ada temuan-temuan penyimpangan potensial. Hasil penerapan audit
berhenti-kemudian-lanjut adalah peningkatan efisiensi audit dan bisa melakukan 13
atau 14 audit setiap tahun dan bukan 10 seperti yang direncanakan semula.
Kelebihannya adalah:

8
1. Memaksa tujuan aktivitas audit untuk memuaskan sumber dayanya pada hal-hal
berisiko tinggi dan aktivitas-aktivitas dari perusahaan
2. Memungkinkan fleksibilitas auditor untuk berhenti-kemudian-lanjut, guna
mengurangi atau meningkatkan lingkup audit, dan memotivasi auditor untuk fokus
pada aktivitas-aktivitas perusahaan.
3. Meningkatkan jumlah audit di atas cakupan audit minimum, karena auditor
melakukan lebih banyak audit dengan jangka waktu yang lebih pendek setiap
tahun.

2.5 Control Self-Assessment

Control Self Assessment merupakan inovasi yang relatif baru yang sedang
diterapkan oleh banyak organisasi berukuran besar untuk mendukung, dalam beberapa
kasus untuk menggantikan proses audit internal mereka. Pendukung teknik ini
berhati-hati untuk menyatakan bahwa tidak ada niat untuk menggantikan sepenuhnya
fungsi audit internal. Teknik baru ini pentingn dan bisa diterapkan. Jadi, Bab 10
ditujukan khusus untuk hal ini, namun karena hal ini berkaitan erat dengan pekerjaan
lapangan, maka bab ini juga akan sedikit dibahas.
Audit internal telah lama mengenal konsep audit partisipatif (participative
auditing) sebuah proses yang menerapkan berbagai tingkat kemitraan dengan auditor
dan klien. Audit tersebut diterapkan untuk mendapatkan informasi yang terbukti sulit
untuk dikumpulkan oleh staf audit tradisional. Control self-assessment memperbaiki
kekurangan ini dengan menggunakan staf untuk mengevaluasi aspek-aspek kontrol
internal ini berdasarkan apa yang mereka lihat, alami, dan praktikkan.
Metode yang digunakan adalah mengembangkan semacam pertemuan yang
dilakukan staf audit, tetapi terdiri dari karyawan klien yang akan mengevaluasi dan
mengukur aspek-aspek “lunak” dari kontrol internal. Mereka juga berusaha
mengidentifikasi penyebab masalah dan aktivitas perbaikan yang mungkin.
Selama pertemuan tersebut terdapat diskusi tentang tujuan utama yang
diberikan unit usaha klien dan tentang tujuan pendukung. Perbedaan yang ada
menjadi peluang perbaikan. Peserta dijamin kerahasiaannya dengan penggunaan
papan ketik yang mengirimkan opini dan tanggapan tanpa identitas. Tahap pelaporan
ini sering kali dilakukan menggunakan grafik-grafik yang berhubungan dengan tujuan
utama dan tujuan dasar.

9
2.6 Bagian-bagian Pekerjaan Lapangan

Tujuan-tujuan Audit
Tujuan operasi adalah hasil-hasil yang ingin dicapai manajer operasi, misalnya:

 Mendapatkan barang yang tepat di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat,
dan dengan harga yang tepat.
 Hanya menerima produk-produk dari pemasok yang memenuhi spesifikasi dan
tercakup dalam jumlah yang dipesan.
 Memroses klaim asuransi dengan segera, benar, dan sesuai kebijakan.
Prosedur-prosedur operasi dirancang untuk melihat apakah tujuan-tujuan operasi
akan tercapai. Misalnya:
 Adanya spesifikasi barang yang jelas dan eksplisit.
 Penggunaan metode statistik yang sesuai dalam menentukan jumlah yang
diterima.
 Operasi inspeksi teknis
Tujuan tujuan audit terkait dengan tujuan –tujuan operasi, namun memiliki
maksud yang berbeda. Tujuan-tujuan audit dirancang untuk menentukan apakah
tujuan –tujuan operasi tertentu telah dicapai. Tujuan audit dicapai dengan
menerapkan prosedur-prosedur audit untuk menentukan apakah prosedur-prosedur
operasi berfungsi sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan-tujuan operasi.
Tujuan operasi ditetapkan oleh manajemen. Tujuan-tujuan audit ditetapkan oleh
auditor. Prosedur-prosedur audit adalah sarana-sarana yang digunakan auditor
untuk memenuhi tujuan- tujuan auditnya.
Prosedur-prosedur audit adalah sarana-sarana yng digunakan auditor untuk
memenuhi tujuan-tujuan auditnya. Prosedur-prosedur audit merupakan langkah-
langkah dalam proses audit yang menjadi pedoman bagi auditor dalam
melaksanakan penelaahan yang direncanakan, berdasarkan tujuan-tujuan yang
ditetapkan.

Tujuan-tujuan audit harus ditunjukan untuk setiap hal yang perlu dilakukan
auditor. Semua prosedur audit haruslah relevan dengan tujuan audit. Sebuah
prosedur audit mungkin terlihat cocok untuk audit sebuah operasi tertentu, tetapi
jika tidak dirancang untuk melaksanakan tujuan audit yang telah disetujui, maka
akan sedikit manfaatnya dalam membantu memenuhi misi audit.

Tampilan 6-1 menunjukkan hubungan antara tujuan-tujuan dan prosedur-


prosedur operasi serta tujuan-tujuan dan prosedur-prosedur audit dalam beberapa
kegiatan pembelian, pemrosesan klaim, dan penerimaan.

10
Tampilan 6-1
Tujuan dan Prosedur (Operasi Vs Audit)
Tujuan-tujuan operasi Prosedur-prosedur operasi Tujuan-tujuan Audit Prosedur-prosedur Audit
Pembelian Departemen pengguna, bukan Untuk menentukan apakah pesanan Telaah sampel pesanan pembelian
Untuk mendapatkan Barang departemen pembelian, harus pembelian dikeluarkan hanya untuk untuk melihat apakah pesanan
yang tepat. menyiapkan surat permintaan yang pembelian produk-produk yang pembelian didukung oleh surat
disetujui, yang menyebutkan memang dibutuhkan organisasi. permintaan yang disetujui dan apakah
produk-produk yang dibutuhkan. ciri-ciri barang yang dibeli, dalam surat
pesanan barang, sesuai dengan
kebutuhan organisasi.
Untuk mendapatkan barang Si pembeli harus membuka Untuk menentukan apakah Untuk Sampel yang dipilih, verifikasi
dengan harga yang tepat. penawaran yang kompetitif untuk penawaran yang kompetitif benar- bukti-bukti dilakukannya penawaran,
semua pembelian di atas jumlah benar diminta dan apakah kegagalan dan apakah penjelasan atas gagalnya
yang ditentukan, jelaskan secara untuk mendapatkan penawaran telah penawaran adalah wajar.
tertulis bila gagal mendapatkan dijelaskan, apakah pesanan
penawaran. pembelian benar secara matematis
dan disetujui dengan layak. Untuk
menentukan apakah pesanan
pembelian dilakukan dengan layak.

Pemesanan Klaim Semua klaim dimasukan dalam Untuk menentukan apakah semua Telaah sampel klaim yang telah dibayar
Untuk memproses klaim daftar. Pemrosesan diawasi klaim yang diterima telah untuk menentukan apakah sudah
dengan segera melalui laporan periodik. dimasukan dalam daftar dan diawasi dimasukan dalam daftar dan apakah
selama siklus pemrosesan dan telah diproses dalam waktu yang wajar.
apakah manajemen telah waspada Periksa akurasi dan ketepatan waktu
akan adanya penangguhan yang laporan ke manajemen tentang
tidak wajar. pemrosesan klaim.

11
Tampilan 6-1 (Lanjuatan)
Tujuan dan Prosedur (Operasi Vs Audit)
Tujuan-tujuan operasi Prosedur-prosedur operasi Tujuan-tujuan Audit Prosedur-prosedur Audit

12
Untuk memroses klaim dengan Manajemen menspesifikasikan Untuk menentukan apakah klaim Untuk sampel terpilih, tentukan
benar. langkah-langkah yang akan sah telah dibayar sesuai jumlah apakah pembayaran benar secara
diambil dalam memeriksa klaim, terutang. matematis, memenuhi kebijakan,
termasuk perbandingannya dengan menunjukan bukti penilaian jika
kebijakan. Juga membentuk sistem diperlukan, dan memiliki bukti
penelaahan dan tingkat penelaahan dan persetujuan.
persetujuan, tergantung nilai
klaim.

Penerimaan Manajemen melakukan Untuk menentukan apakah hanya Telaah sampel laporan penerimaan
Hanya menerima barang-barang perhitungan, penimbangan, dan barang-barang yang dipesan yang yang representatif untuk mencari
yang dipesan. pengukuran produk yang diterima diterima, dan dalam jumlah sesuai bukti perhitungan, penimbangan,
dan menandatanganinya. Prosedur pesanan. dan pengukuran. Bandingkan
pengambilan sampel yang khusus catatan gudang dengan kuantitas
diperbolehkan jika layak. yang terdapat dalam laporan
penerimaan.

Hanya menerim barang-barang Manajemen melakukan inspeksi Untuk menentukan bahwa hanya Untuk sampel-sampel terpilih,
yang memenuhi spesifikasi. barang yang dipesan, bandingkan produk-produk dengan kualitas telaah bukti inspeksi. Telaah bukti
sampel barang yang diterima yang disyaratkan yang diterima, dan pengambilan barang-barang yang
dengan spesifikasinya. Semua bahwa produk yang ditolak sudah ditolak. Analisis catatan bahan sisa
perubahan atas spesifikasi harus dikembikan dan dibebankan ke untuk menentukan apakah produk-
dikirim segera ke departemen pemasok. produk berkualitas rendah telah
inspeksi penerimaan. dipesan dan diterima.

13
2.7 Audit SMART

Konsep audit SMART dikembangkan oleh operasi audit pada Carolina Power and
Light, salah satu perusahaan publik terbesar di Amerika Serikat. SMART merupakan
singkatan dari Selective Monitoring and Assessment of Risk and Trends (Pengawasan dan
penentuan selektif atas risiko dan tren). Metode ini merupakan gabungan penentuan risiko
dan audit analitis. Hal ini dimaksudkan untuk mencerminkan efektivitas sistem kontrol
internal dan memungkinkan auditor untuk dengan segera mengidentifikasi masalah-masalah
yang potensial, tren yang tidak menguntungkan dan fluktuasi-fluktuasi yang tidak normal.

Metode ini menggunakan "Indikator- indikator kunci" sebagai elemen dasar dari proses audit.
Terdapat empat tahap yaitu:

1. Pemilihan bidang-bidang kunci untuk pengawasan dan penentuan.

2. Pengembangan indikator-indikator kunci untuk pengawasan dan penentuan.

3. Implementasi.

4. Pemeliharaan teknik-teknik audit SMART.

Pemilihan bidang – bidang kunci untuk pengawan atau penentuan didasarkan pada kriteria-
kriteria berikut ini:

1. Risiko-risiko yang dihadapi organisasi

2. Lingkungan control (lemah)

3. Perubahan atau inisiatif – inisiatif baru

4. Bidang – bidang masalah yang diketahui

5. Kemampuan menggunakan teknik audit berbantuan computer secara efektif dari segi
biaya

6. Mutu informasi

7. Likuiditas asset/potensi kecurangan

8. Kontrak-kontrak utama

9. Manajemen (kekuatan dan focus)

10. Pengawasan aktivitas oleh yang lain

14
Indicator –indikator kunci untuk pengawasan dan penentuan akan “…focus pada sistem,
proses organisasi, atau control kunci atas bidang keuangan, operasional, manajerial, dan
teknologi informasi . karakteristik –karakteristiknya adalah :

 Penuh makna

 Tepat waktu

 Sensitivitas

 Keandalan

 Dapat diukur

 Praktis

Alat dan teknik yang digunakan adalah yang sering diterapkan dalam audit analitis seperti
pengamatan periodic, analisis statistic, analisis regresi, dan lain-lain. Prosedur –prosedur
yang mungkin diterapkan adalah penggunaan jumlah moneter, kuantitas, rasio, atau
presentase. Frekuensi pengukuran harus dilakukan cukup sering untuk memberikan
kewaspadaan awal atas masalah yang terjadi.

Pemeliharaan teknik-teknik audit SMART mencakup tiga elemen :

 Penugasan aktivitas –aktivitas audit SMART ke masing-masing anggota tim

 Mengupayakan pendokumentasian yang layak dan penyimpanan tersentralisasi

 Evaluasi periodic atas aktivitas audit

 Pertimbangan penggunaannya selama proses perencanaan audit tahunan.

2.8 Pengukuran Kinerja

Untuk melakukan pemeriksaan yang berarti, auditor mencari unit pengukuran dan
kemudian standar. Standar bisa ditemukan pada intruski pekerjaan, arahan organisasi,
anggaran, spesifikasi produk, praktik industri, standar minimum control internal, GAAP,
kontrak-kontrak, praktik-praktik bisnis yang wajar, atau bahkan dalam tabel perkalian.
Jadi, dengan membandingkan temuan mereka dengan standar, mereka bisa membuat
kesimpulan yang objektif.

15
2.9 Pengembangan Standar

Auditor Internal semakin lama semakin dalam masuk ke dalam arus operasi.
Mereka mulai mengevaluasi fungsi-fungsi manajemen yang belum memiliki standar.
Pada saat mereka melakukan ini, mereka merasa perlu menemukan standar yang
otoritatif, atau membuat standar bersama klien. Hal ini mungkin bukanlah hal yang
sederhana, namun jika dilakukan dengan cermat, maka menghasilkan temuan audit yang
sebelumnya dikira berada diluar kemampuan auditor. Standar harus sesuai dengan
tujuan-tujuan operasi yang diperiksa. Untuk hal- hal yang bersifat teknis, standar harus
divalidasi oleh seorang ahli yang secara teknis memiliki kualifikasi sebelum diterima
oleh manajemen klien.

Bila tidak ada standar maka auditor akan membuatnya. Kemudian, untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa standar tersebut wajar dan relevan ,
mereka meminta wakil local dari dewan keamanan nasional( national safety council)
untuk menelaah standar tersebut. Standar yang sudah divalidasi dibahas dengan
manajemen klien dan diterima. Auditor kemudian bisa dengan yakin menggunakan
standar tersebut untuk dibandingkan dengan hasil pengukuran mereka.

Metode lainnya yang dapat diterapkan adalah bekerjasama dengan klien untuk
mengembangkan standar control keselamatan.

2.10 Penggunaan Tolok Ukur

Tolok ukur adalah pemilihan praktik-praktik terbaik yang dilakuakan oleh organisasi-
organisasi lainnya atau oleh bagian-bagian organisasi itu sendiri yang dimaksudkan untuk
membantu dalam pencapaian tujuan. Pengembangan tolok ukur biasanya merupakan hasil
dari proses belajar. Arthur Andersen dikabarkan melakukan studi “praktik-praktik global
terbaik (global best practice) yang mengidentifikasi sebelas tindakan yang tepat untuk
menentukan aktivitas-aktivitas yang akan meningkatkan upaya organisasi. Aktivitas-aktivitas
ini dikelompokkan kedalam empat tahap yaitu :

1. Analisis proses-proses audit

 Identifikasi dan buat pemetaan atas proses-proses audit internal

 Bangun hubungan dengan unit-unit audit internal lainnya yang dikenal


kualitas dan kemajuannya.

 Melakukan penelitian documenter.

16
 Menghadiri konferensi yang membahas perkembangan-perkembangan terbaru.

2. Merencanakan Studi

 Definisikan lingkup studi tolok ukur; identifikasikan penggunaan yang harus


tercakup.

 Identifikasikan mitra yang akan dijadikan tolok ukur; minta izin untuk
melakukan kunjungan.

 Buat metodologi untuk mendapatkan data-data baru.

3. Laksanakan studi

 Identifikasi, pahami, dan analisis praktik-praktik terbaik.

 Identifikasi dan analisis kesenjangan antara kinerja yang ada dengan yang
potensial dikembangkan

4. Dapatkan pemahaman

 Organisasi, terapkan, dan gabungkan praktik-praktik terbaik.

 Kalibrasi ulang dan tingkatkan proses

Studi ini mengidentifikasi delapan praktik terbaik aktivitas audit internal sebagai
berikut:

1. Pahami pelanggan sehingga harapan mereka dapat dipenuhi.

2. Pandang audit internal sebagai usaha yang menguntungkan atau sebagai lini jasa
organisasi.

3. Gunakan konsep-konsep kualitas untuk meningkatkan proses-proses audit, termasuk


penerapan ukuran-ukuran kinerja.

4. Audit bisnis tersebut (operasi) dan juga kontrolnya untuk membantu memaksimalkan
kinerja organisasi.

5. Lakukan peran baru bagii auditor internal sebagai agen perubahan organisasional.

6. Komunikasi secara rutin dalam aktivitas audit internal dan dengan pelanggan serta
pihak-pihak yang berkepentingan (shareholders).

7. Integrasikan masalah-masalah teknologi dan penerpannya dalam proses-proses audit.

8. Tekankan pentingnya kepuasan staf professional dalam audit internal.

17
Penggunaan tolok ukur mungkin telah menjadii penting akibat adanya dinamika dalam
bidang audit internal dan kebutuhan semua organisasi audit untuk mengetahui
perkembangan terbaru yang membuat fungsi tersebut menjadi semakin penting dan lebih
bernilai bagi manajemen perusahaan dan pemerintah. Penggunaan tolok ukur adalah
proses audit yang diterapkan pada disiplin ilmu audit internal secara utuh untuk
mengidentifikasi metode-metode yang inovatif dan produktif dan akan menghasilkan
operasi audit internal yang lebih efisien.

Penggunaan tolok ukur dapat digunakan untuk meningkatkan semua tingkatan fungsi
audit internal. Tolok ukur bisa diterapkan ke filosofi dasar hubungan audit internal
dengan organisasi, ke organisasi darii fungsi audit, ke proses perencanaan, termasuk
penentuan risiko dan proses evaluasi diri; ke pekerjaan lapangan, termasuk metode-
metode pemeriksaan dan evaluasi ; ke proses pelaporan ; dan ke hubungan dengan audit
eksternal dan dewan komisaris. Hal penting yang perlu diingat adalah bahwa perubahan
tidak hanya dilakukan untuk menggunakan metode-metode baru, tetapi juga untuk
menghasilkan perbaikan yang substansial dalam operasi audit.

2.11 Evaluasi

Pengukuran melalui perbandingan dengan standar merupakan satu dari dua tahap
pekerjaan lapangan. Setelah pengukuran dilakukan, auditor internal kemudian harus
mengevaluasi temuan-temuan mereka untuk mencapai pertimbangan professional.
Evaluasi dimaksudkan untuk mencapai pertimbangan yang benar secara matematis,
dan untuk menyatakan pertimbangan tersebut dalam hal apa yang diketahui. Evaluasi
jarang digunakan untuk menentukan nilai moneter, tetapi lebih pada menemukan hal-hal
sejenis dalam istilah-istilah yang lebih dikenal, seperti ketepatan waktu pemrosesan faktur,
atau akurasi matematisnya, atau akurasi dalam pemeriksaan penerimaan. Namun, evaluasi
melibatkan lebih dari sekedar perbandingan ukuran dengan standar. Hal ini membutuhkan
pertimbangan baik pada standar maupun pada hasil-hasil perbandingan. Hal ini juga
membutuhkan penerapan konsep yang kongruen dalam standar dan proses pengukuran.
Konotasi numerik memungkinkan pengukuran dan evaluasi, dua hal kunci pada
pekerjaan lapangan, untuk menelusuri jejak audit dengan penuh keselarasan. Evaluasi
numerik mencerminkan kemampuan untuk mengubah data mentah menjadi penilaian yang
beralasan.
Karena auditor internal menerapkan standar operasional disepanjang pekerjaan
lapangannya, maka auditor internal seharusnya tidak gagal dalam mengevaluasi standar itu
sendiri. Kenyataan bahwa standar telah ditetapkan dan disetujui sebagai kriteria kinerja
18
yang baik tidak berarti standar tersebut tidak bisa dinilaii ulang. Standar yang dibuat
kemarin bisa jadi tidak bisa diterapkan lagii hari ini. Perubahan kondisi mungkin
membutuhkan hukum, kontrak, regulasi, prosedur, atau intruksi yang baru atau yang
direvisi. Standar juga harus dievaluasi kelayakan dan kecukupannya dalam mengukur
kemajuan terhadap tujuan dan sasaran organisasi, dan keterterapan standar untuk kondisi
saat ini.
Evaluasi, dalam audit, artinya menimbang apa yang telah dianalisis dan
menentukankecukupan, efisiensi, dan efektivitasnya evaluasi mencerminkan kesimpulan
yang dihasilkan auditor berdasarkan fakta-fakta yang telah dikumpulkan.

2.12 Aspek-Aspek Operasi

Pengukuran yang dilakukan auditor internal biasanya akan diarahkan ke tiga aspek
penting organisasi, yaitu kualitas, biaya, dan jadwal. Contoh yang sederhana, misalkan
auditor sedang memeriksa kontrol atas operasi pembelian. Termasuk dalam pengukurannya
adalah:

a. Kualitas, Tentukan apakah pesanan pembelian telah disetujui dengan semestinya dan
mengandung semua spesifikasi dan persyaratan yang dibutuhkan.

b. Biaya. Tentukan apakah daftar para pemasok yang memberi penawaran telah disetujui
oleh penyedia departemen pembelian.

c. Jadwal. Tentukan apakah tanggal saat barang dibutuhkan tercantum dalam pesanan
pembelian dan apakah tanggal tersebut sesuai dengan yang diminta oleh organisasi
pengguna.

2.13 Pengujian

2.13.1 Tujuan Umum Pengujian

Auditor mencapai tujuan audit melalaui proses yang dikenal sebagai pengujian.
Pengujian berarti menempatkan aktivitas atau transaksi dalam percobaan dengan memilih
beberapa bukti dan menentukan kualitas atau karakteristik inheren mereka.

Bagi auditor internal, pengujian berarti pengukuran hal-hal yang representative dan
perbandingan hasilnya dengan standar atau kriteria yang ditetapkan. Tujuannya adalah untuk
memberi auditor dasar bagi pembentukan opini audit.

Pengujian audit biasanya mencakup evaluasi transaksi, catatan, aktivitas, fungsi, dan
asersi dengan memeriksa semua atau sebagainya. Dalam dunia yang kompleks saat ini,

19
pemeriksaan entitas keseluruhan secara rinci biasanya tidak praktis atau tidak ekonomis.
Tetapi pengujian bila dipandang sebagai menempatkan sesuatu ke bahan bukti, bukan berarti
pemeriksaan yang tidak menyeluruh. Pengujian adalah setiap aktivitas yang memberi auditor
bukti yang cukup untuk mendukung opini audit. Teknik audit berbantuan computer dalam
kondisi-kondisi tertentu dapat menguji keseluruhan populasi. Perangkat lunak tersebut
melakukan pengujian dan pengecualiaan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya guna pemeriksaan audit.

2.13.2 Tujuan Khusus Pengujian

Pengujian audit terdiri dari metode pemeriksaan, perbandingan, analisis, dan evaluasi
data data, materi, dan transaksi berdasarkan beberapa jenis standar atau kriteria. Tujuan
khusus proses pengujian adalah untuk menentukan:

a. Validitas, yaitu kelayakan, Keaslian, kewajaran

b. Akurasi, yaitu kuantitas, kualitas, klasifikasi.

c. Ketaatan dengan prosedur, regulasi, hukum yang berlaku, dan lain-lain.

d. Kompetensi control, yaitu tingkat kenetralan risiko.

Pengujian harus bertanggung jawab untuk memenuhi satu atau lebih tujuan-tujuan diatas,
tergantung pada arahan, baik implisit atau eksplisit, yang dinyatakan organisasi audit dalam
membuat penugasan proyek audit.

Kesimpulannya pengujian membantu dalam menentukan apakah sesuatu hal sudah sesuai
dengan apa yang seharusnya atau standarnya.

2.13.3 Merencanakan Pengujian

Seperti halnya bagian-bagian substantive dari proses audit, pengujian harus

diawali dengan perencanaan. Rencana tersebut harus diformalkan dengan

dokumentasi dan harus mencakup:

a. Pendefinisian tujuan pengujian

b. Pengidentifikasian jenis pengujian untuk mencapai suatu tujuan

c. Pengidentifikasian kebutuhan pegawai yang mencakup : keahlian dan disiplin ilmu


yang dimiliki, kualifikasi pengalaman, dan jumlah

d. Penentuan urutan proses pengujian


20
e. Pendefinisian standar atau kriteria

f. Pendefinisian populasi pengujian

g. Keputusan metodologi pengambilan sampel yang akan dilakukan

h. Pemeriksaan transaksi atau proses terpilih

Empat bagian pertama diatas merupakan perluasan dari perencanaan strategis yang
dibahas sebelumnya. Namun empat bagian terahir membutuhkan pembahasan lebih
lanjut.

Penggunaan Teknik audit berbantuan computer telah menggantikan banyak pengujian manual
tradisional. Perangkat lunak secara otomatis menggunakan kesluruhan populasi sebagai
sampel, mengidentifikasi hal-hal yang akan dihasilkan auditor jika seluruh populasi diuji.

2.14 Pendefinisian Standar Kinerja atau Kriteria

Standar kerja atau kriteria bisa berbentuk eksplisit dan implisit. Berbentuk eksplisit
bila dinyatakan secara jelas dalam arahan., intruksi pekerjaan, spesifikasi, atau hukum.
Intruksi bisa dinyatakan dalam kategori, misalnya, rentang waktu tidak boleh melebihi lima
hari, atau bahwa penawaran kompetitif harus diperoleh untuk semua pembelian melebihi
$1.000, atau bahwa kerugian produksi harus ditolak jika tingkat kesalahan melebihi lima
persen, atau bahwa anggaran iklan boleh melebihi satu persen dari proyeksi penjualan.

Standar bersifat implisit bila manjemen mungkin telah menetapkan tujuan dan
sasaran, atau sedang mengupayakan penetapannya, tetapi tidak menyatakan secara eksplisit
bagaimana mencapainya. Dalam hal ini, auditor, setelah menelaah tujuan dan sasaran dan
menentukan control yang ditetapkan atau dibutuhkan, perlu berkonsultasi dengan manajemen
mengenai apa yang dianggap sebagai kinerja yang memuaskan. Melakukan pengujian tanpa
menyepakati unit pengukuran dan standar yang dapat diterima akan menghasilkan pekerjaan
dan argument yang sia-sia. Tidak ada pengukuran yang bermakna tanpa standar yang
disepakati; tanpa pengukuran, pekerjaan lapangan hanya meraba-raba dan tanpa fakta yang
jelas.

2.15 Pendefinisian Populasi Pengujian

Populasi yang akan diuji harus dipertimbangkan sesuai tujuan audit. Jika tujuannya
adalah memberi opini atas transaksi yang terjadi sejak audit terakhir, total transaksi
mencerminkan populasi. Pada kondisi ini, manajemen tidak tertarik pada apa yang terjadi di

21
masa lampau. Perhatian dipusatkan pada saat ini dan masa depan. Apakah sistem bekerja
dengan semestinya?

Jika tidak, bagaimana kita memperbaikinya?

Dalam kedua kondisi, auditor harus mencari bukti-bukti untuk mendukung kewajaran
jumlah dan materialitas transaksi yang terlibat, bukti-bukti tersebut misalnya pesanan
pembelian, memo penerimaan, faktur, bukti penagihan, tiket pengiriman, pesanan took,
penolakan barang, slip penjualan, kontrak, tiket perjalanan, cetak biru, perubahan
pesanan,dan daftar muatan kapal.

Auditor harus menentukan karakter dan lokasi populasi untuk mengetahui apakah ada
dokumen yang hilang dan memutuskan rencana pemilihan yang tepat. Bagaimana dokumen
disimpan? Apakah disusun secara acak? Apakah tanda terima akan diganti untuk semua hal
yang dihapus dari dokumen? Apakah ada control yang bai katas dokumen? Apakah transaksi
disusun berdasarkan nilai atau kualitas lainnya? Diambil menggunakan Teknik
terkomputerisasi? Apa yang harus dilakukan untuk dokumen-dokumen yang hilang.

2.16 Metodologi Pengambilan Sampel yang Akan Dilakukan

Pemilihan sampel harus mengikuti rencana yang paling sesuai dengan tujuan audit:
baik melalui petimbangan maupun menggunakan metode statistik. Pemilihan yang paling
andal dilakukan berdasarkan daftar yang terpisah dari catatan transaksi itu sendiri. Dengan
car ini, auditor memiliki keyakinan yang lebih baik bahwa hal-hal yang dihilangkan dari
dokumen tidak akan dilewatkan.

2.17 Teknik-Teknik Pemeriksaan Transaksi -Transaksi atau Proses – proses Terpilih

Auditor memeriksa dokumen, transaksi, kondisi, dan proses untuk mendapatkan


fakta-fakta dan untuk mencapai kesimpulan. Istilah pemeriksaan mencakup baik pengukuran
maupun evaluasi. Auditor memiliki banyak Teknik untuk membantu mereka mencapai
tujuannya.

Definisi dari setiap judul hanya relevan untuk pemeriksaan audit dan bukan untuk
penggunaan umum. Dari enam bentuk pekerjaan lapangan, lima Teknik pertama bisa
dianggap sebagai bagian dari proses pengukuran. Teknik terahir, mengevaluasi, memberi
makna pada informasi yang dikumpulkan auditor.

22
Auditor memiliki banyak teknik untuk membantu mereka mencapai tujuannya.
Adapun teknik – teknik tersebut yaitu, :
a. Mengamati
Bagi auditor mengamati berarti melihat, memerhatikan, tidak melewatkan hal-
hal yang dianggap penting. Hal ini mengimplikasikan diterapkannya pandangan yang
berhati-hati dan berpengetahuan pada orang, fasilitas, proses, dan barang-barang. Hal
ini juga berarti pemeriksaan visual yang memiliki tujuan, memiliki nuansa
perbandingan dengan standar dan suatu pandangan yang relative.
Mengamati berbeda dari menganalisis karena analisis berarti menetapkan,
Menyusun, dan mengintrepretasikan data. Mengamati di sisi lain, berarti melihat dan
membuat catatan dan pertimbangan. Pengamatan ini dapat dilakukan atas catatan
dokumen, diagram, bagan, dan lain-lain. Karena semua prosedur audit, termasuk
mengamati, Sebagian besar berisi pengukuran, maka observasi yang layak merupakan
salah satu Teknik audit yang paling sulit.
Mengamati penting untuk dilakukan dan biasanya diterapkan sebelum Teknik-
teknik lainya. Biasanya observasi harus dikonfirmasi kebenarannya dengan
melakukan analisis atau investigasi. Hal ini berlangsung pada saat survei pendahuluan
Ketika auditor mencoba untuk lebih memahami lingkungan pabrik dan alur kerja serta
sistem dan proses. Tetapi observasi juga dapat dilakukan saat mengajukan pertanyaan
dan saat wawancara, saat auditor mencatat reaksi dan tingkah laku orang yang
ditanya. Observasi juga dapat berlangsung saat auditor memperoleh kesan mengenai
tempo pekerjaan. Fasilitas penugasan staf, serta tata letak dan kondisi pabrik atau
kantor.
Observasi dapat bermanfaat untuk menemukan praktik-praktik penyimpanan
dokumen atau alur kerja yang mengarah pada upaya yang tidak perlu atau berbelit-
belit. Observasi yang didasari pada pengetahuan bisa memberikan pandangan yang
tajam, namun auditor harus berhati-hati saat menggunakan observasi untuk
kondisiyang mengandung defisiensi. Jika pemeriksaan visual dilaporkan tanpa
dikonfirmasi terlebih dahulu, maka harus dengan jelas dinyatakan sebagai observasi
dan kesan-kesan.
Contoh :
Setiap orang mengetahui kasus penawaran yang diwarnai kolusi karena perusahaan
yang mengundang penawaran untuk suatu pekerjaan melakukan rapat secara rahasia dan
memutuskan siapa yang akan menang. Ini dikenal sebagai kelompok pecundang- untuk
sebuah pekerjaan yang seharusnya memiliki biaya sekitar £100.000 mereka sepakati
23
bahwa empat perusahaan akan menawarkan £125.000 dan satu perusahaan hanya
menawarkan £120.000. Bisa diduga, perusahaan menawarkan harga terendah
mendapatkan pekerjaan tersebut dan membagi keuntungan dengan para anggota
kelompok, atau dengan rela menjadi pihak yang kalah pada penawaran selanjutnya.
Tentu saja, aksi- aksi kelompok pecundang tidak mudah untuk dijalankan. Hal ini
membutuhkan hubungan komunikasi lewat telepon secara diam-diam, argument
mengenai berapa yang harus ditawarkan, biaya ekstra yang harus disembunyikan, dan
tidak ketinggalan, giliran siapa yang harus menang.
Auditor internal secara kebetulan menemukan satu kelompok pecundang yang
melibatkan kontraktor karpet yang dengan cerdik melakukan penipuan terhadap
serangkaian usaha restoran. Tiga kontraktor karpet terlibat, dua diantaranya lebih
memiliki bisnis pada daerah perumahan ketimbang pada pekerjaan komersial. Mereka
memberikan kertas surat bertuliskan nama perusahaan mereka ke satu-satunya pesaing
mereka. Bila kedua perusahaan diminta mengikuti tender untuk kebutuhan karpet
komersial, maka mereka cukup mengirim rinciannya ke kontraktor yang menjadi
pesaing. Si kontraktor pesaing akan menyesuaikan penawarannya sendiri dan kemudian
mengajak dua karyawan mengikuti tender, berpura-pura sebagai wakil dari dua
kontraktor lainnya. Si kontraktor pesaing akan mengirimkan tiga penawaran, masing-
masing disertai dengan surat bertuliskan nama perusahaan masing-masing, dan
memenangkan setiap kontrak, pada harga yang berlebihan.
Dua kontraktor karpet untuk daerah perumahan sekali-sekali menerima “uang
pemanis” dan penipuan ini tidak akan pernah terdeteksi kalau saja mereka tidak ceroboh
dan auditor tidak waspada. Kontraktor karpet komersial menggunakan kata-kata yang
berbeda dan format surat yang berbeda untuk ketiga penawaran, tetapi menggunakan
mesin cetak yang sama. Meskipun kebanyakan huruf ketikan sangat terlihat mirip, tetapi
terdapat beberapa huruf yang memiliki ciri yang berbeda. Misalnnya huruf kecil “m” bisa
memiliki garis datar di ketiga kaki, dua kaki, atau tidak sama sekali. Lainnya adalah huruf
kecil “g” dengan lekukan dikanan yang kadang-kadang mengarah kebawah, keatas, atau
ke samping. Semua penawaran memiliki karakteristik cetakan yang sama.
Setelah menemukan kemiripan ini, auditor menggali lebih dalam dan menemukan
penipuan tersebut. Auditor juga berpendapat bahwa kesamaan dalam tanda tangan, kertas,
cap pos, amplop, dan tampilan alamat pada amplop akan membantu menemukan kelompok
pecundang seperti ini.

b. Mengajukan pertanyaan
24
Mengajukan pertanyaan mungkin merupakan teknik yng paling pervasive bagi
auditor yang menelaah operasi. Pertanyaan diajukan selama audit dan bisa secara
lisan ataupun tulisan.
Pertanyaan lisan adalah yang paling sering digunakan namun mungkin yang
paling sulit dikemukakan. Perolehan informasi bisa menjadi suatu seni tersendiri.
Mendapatkan fakta tanpa membuat klien marah kadang bukanlah tugas yang mudah.
Jika klien merasa dicecar atau meras diperiksa silang, mereka cenderung bertahan dan
enggan berperan menyingkap kebenaran. Informasi yang mereka berikan bisa jadi
salah atau kurang lengkap, jawaban mungkin malah tidak keluar sama sekali. Jika
auditor memahami pandangan kebanyakan klien terhadap mereka yang dipandang
sebagai ancaman potensial bagi posisi mereka dan bisa mengubah sikap mereka untuk
mengurangi ketakutan, peluang untuk mendpatkan informasi yang berguna akan
meningkat.
Pada saat yang sama, perahatian auditor akan perasaan klien seharusnya tidak
menghalangi mereka untuk terus mendapatkan fakta. Untuk itu auditor seharusnya
tidak mengajukan pertanyaan yang hanya akan dijawab terbatas. Pertanyaan seperti
“apakah anda selalu mengunci pintu gudang?” biasanya hanya akan menghasilkan
respon yang alternative, betul atau tidak. Pertanyaan seperti “ bagaimana cara anda
menjaga gudang?” bisa menghasilkan jawban yang lebih memuaskan dan lebih
lengkap. Jika keputusan audit tergantung pada jawaban-jawaban atas pertanyaan lisan,
maka ada aturan yang bagus untuk diikuti: Konfirmasikan informasi dengan
menanyakan hal yang sama paling tidak kepada dua orang.
Contoh : auditor internal, dengan mnelaah kertas kerja tahun sebelumnya menemukan
bahwa pemeriksaan mendadak atas kas telah menyingkap kecurangan di masa lalu,
tetapi ada waktu-waktu tertentu hal tersebut tidak dilakukan. Auditor memutuskan
untuk menyiapkan waktu guna menghitung register kas klien dan mesin penukar koin
yang secara bersama-sama melibatkan dana kas kecil sebesar $700. Pemeriksaan
mendadak atas kas menemukan bahwa terdapat kekurangan kas sebesar $60.
Pada pagi berikutnya karyawan yang bertanggung jawab untuk dana tersebut
mengembalikan uang sebesar $60 tersebut yang “secara tidak sengaja terbawa ke
rumah”. Auditor kemudian melakukan audit yang lebih rinci dan menemukan lebih
banyak uang yang hilang.
Setelah auditor melaporkan temuan mereka ke manajemen, si karyawan
mengembalikan uang kas sebesar $1.200 dab cek sebesar $2.200 yang dikatakannya
dari penjualan bulan sebelumnya. Karyawan tersebut mengatakan telah, “meletakkan
25
uang tersebut dibawah tempat tidur untuk mengamankannya dan lupa kalau ada uang
disana”.
Auditor mengetahui bahwa karyawan tersebut dapat melakukan kecurangan karena
kurangnya pemisahan tugas. Karyawan tersebut bertanggung jawab menerima
pendapatan dari penjualan sekaligus melakukan tugas pembukuan.
Dalam audit tahun sebelumnya manajer operasi telah diinformasikan mengenai risiko
menugaskan satu karyawan untuk melukan dua pekerjaan sekaligus dantelah berjanji
untuk melakukan pengecekan yang lebih sering untuk memastikan pendeteksian awal
atas kekurangan. Hal ini tidak dilakukan secara konsisten, dan si karyawan bisa
memanfaatkan celah akibat kelemahan control tersebut.
Selanjutnya auditor menemukan bahwa sebanyak $7.500 telah diambil oleh si
karyawan. Karyawan tersebut dikenakan tuduhan pencurian besar-besaran dan
dipecat. Manajer berjanji untuk melakukan pemeriksaan mendadak atas kas dimasa
datang untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.
Pertanyaan-pertanyaan kadang bisa menjadi cara yang paling memuaskan
untuk menentukan seberapa baik atau seberapa buruk suatu aktivitas dilakukan.
Pengujian mengenai apakah suatu jasa bisa diterima tergantung pada operasi teknis,
yang hanya teknisi yang memenuhi syarat untuk mengevaluasi sejauh mana jasa atau
produk memenuhi ekspektasi atau standar mereka sendiri.
Pertanyaan – pertanyaan bisa ditanyakan dengan mengingat dua tujuan: untuk
membantu auditor dan membantu klien. James Binns mengusulkan suatu kuesioner
“Prosedur operasi standar” yang dirancang untuk membantu keduanya. Teorinya
didasarkan pada pernyataan bahwa manual prosedur yang biasa terlalu berlebihan,
tidak selalu mudah dibaca dan dipahami dan mustahil diingat.

c. Menganalisis
Menganalisis, berarti memeriksa secara rinci. Artinya kita memecah entitas
yang kompleks ke dalam bagian-bagian kecil untuk menentukan karakteristiknya
yang sebenarnya. Istilah ini juga berarti melihat lebih dalam beberapa fungsi,
aktivitas, atau sekelompok transaksi dan menetukan hubungannya masing- masing.
Analisis dimaksudkan untuk mengetahui kualitas, penyebab, dampak, motif,
dan kemungkinan – kemungkinan, seringkali sebagai fasilitator bagi penelitian
selanjutnya atau sebagai dasar pertimbangan.
Dengan menganalisis suatu akun, auditor yang memeriksa catatan keuangan
memisahkan, menyususn, dan memecahkan masing –masing bagian yang membentuk
26
akun tersebut. Dengan cara ini auditor dapat mengetahui bagian mana yang
signifikan, bagian mana yang sering terjadi, bagian mana yang sering terjadi, bagian
mana yang kurang, yang membutuhkan perhatian lebih lanjut, dan bagian yang
seharusnya tidak muncul.
Auditor internal memeriksa operasi juga melakukaan hal yang sama. Prinsip-
prinsipnya tidak berbeda, yang berbeda hanya subjeknya. Auditor bisa mengetahui
hubungan yang signifikan dan membuat yang tepat atas masing-masing bagian yang
membentuk aktivitas yang mereka periksa dengan melihatnya melalui mikroskop
audit. Sebaliknya, bila entitas diperiksa sebagai satu kesluruhan, pikiran tidak bisa
menangkap hubungan yang rumit antarbagian yang berbeda yang membentuk sebuag
fungsi yang kompleks atau suatu populasi yang besar.
Dalam mengaudit operasi, subjek bisa terbentang dalam spectrum yang luas;
begitu pula jenis-jenis analisisi yang mungkin digunakan auditor internal modern
dalam membuat evaluasi. Auditor bisa membuat daftar sampel pesanan pembelian
dalam lembar kerja dan menganalisis penawaran yang dilakukan, satu –satunya
sumber pembelian yang ada, persetujuan, data masa lampau untuk pembelian-
pembelian tertentu, rute pengangkutan, analisis biaya, jadwal, persiapan pesanan
pembelian yang akurat, keputusan membeli atau memproduksi sendiri, dan lain-
lain.penggunaan metode kecerdasan buatan (artificial intelligent) bisa membantu.
Setiap bagian bisa dianalisis oleh divisi dengan memecahnya ke dalam bagian-
bagian kecil, mengobservasi tren, membuat perbandingan, dan mengisolasi transaksi
atau kondisi yang abnormal. Auditor melakukannya dengan menyusun data dalam
lembar kerja, memverifikasi validitas data tersebut dan mengevaluasi hasil-hasilnya.
Inilah seninya menjadi seorang auditor. Auditor bergerak kea rah audit internal yang
modern, jaug dari sekadar analisis atas akun, saat mereka menerapkan teknik-teknik
ini untuk memeriksa operasional. Analisis yang tepat seperti ini, kemampuan untuk
mengisolasi, mengidentifikasi, mengkuantifikasi, dan mengukur membuat hasil-hasil
audit menjadi bermanfaat, andal dan tidak diragukan kebenarannya.
d. Memverifikasi
Memverifikasi, berarti mengonfirmasi kebenaran, akurasi, keaslian, atau
validitas sesuatu. Cara ini paling sering digunakan untuk mendapatkan kebenaran
fakta ataurincian dalam suatu akun atau laporan. Hal ini mengimplikasikan upaya
yang disengaja untuk menentukan akurasi atau validitas beberapa laporan atau tulisan
dengan mengujinya, seperti membandingkannya dengan fakta yang diketahui, dengan
data asli, atau dengan suatu standar.
27
Verifikasi mencakup konfirmasi dan perbandingan; pernyataan dari
seseorang dikonfirmasi melalui pembahasan dengan orang-orang lain, atau satu
dokumen dibandingkan dengan satu atau lebih dokumen lain yang valid. Verifikasi
juga mencakup konfirmasi, yang artinya menghapuskan semua keraguan melalui
validasi independen oleh pihak-pihak objektif.
Auditor memverifikasi suatu juarnal akuntansi dengan membandingkan
dengan rincian pendukung. Mereka memverifikasi jumlah terutang dengan
mengofirmasikannya ke kreditor. Mereka memverifikasi persetujuan dengan
menanyakan petunjuk yang mengatur tentang tingkat persetujuan dan
membandingkan tanda tangan persetujuan dengan yang tertera pada kartu tanda
tangan. Mereka juga memverifikasi bahwa persetujuan dibaut berdasarkan kesesuaian
dengan kondisi yang disyaratkan. Mereka memverifikasi kelayakan pembelian dengan
meyakinkan diri mereka sendiri bahwa :
 Ketentuan untuk barang barang yang dibeli, dibuat oleh seseorang yang tidak
bertugas sebagaii pembeli.
 Jumlah barang yang diproses tidak melebihi barang-barang yang dibutuhkan
dalam penagihan bahan baku atau permintaan bahan baku.
 Barang – barang dibeli tepat waktu, tetapi tidak terlalu mendahului jadwal
kebutuhan dengan mengacu pada jadwal produksi atau jadwal kontruksi dan
pada ketentuan ambang batas persediaan.
 Barang –barang yang dipesan benar-benar diterima dan sesuai dengan
spesifikasi (dengan mengacu pada memo penerimaan, dengan mengunjungi
gudang, atau dengan memeriksa produk akhir).
Memverifikasi tidak Cuma memiliki karakteristik sendiri tetapi juga mengandung
karakteristik dari teknik-teknik lain yang digunakan auditor.

e. Menginvestigasi
Menginvestigasi, merupakan istilah yang secara umum diterapkan pada
pelaksanaan tanya jawab untuk menemukan fakta-fakta yang tersembunyi dan
mencari kebenaran. Hal ini mengimplikasikan penelusuran informasi yang sistematis
yang diharapkanauditor bisa ditemukan atau perlu diketahui. Cara ini mencakup, tapi
tidak terbatas pada, penyidikan investigasi yang menyelidiki lebih dalam dan
ekstensif dengan maksud mendeteksi kesalahan..
Auditor bisa menginvestigasi, tapi menginvestigasi berbeda dengan
mengaudit. Audit mengandung objektivitas. Investigasi berarti berupaya mencari
28
bahan bukti atas terjadinya kesalahan. Oleh karena itu, investigasi memiliki lebih
banyak petunjuk dibandingkan analisis dan verifikasi, yang berarti penelaahan data
memiliki karakteristik yang relative tidak diketahui sampai diperiksa. Investigasi
diartikan sebagai cara menangani suatu kondisi yang mencurigakan.
Penyelidikan secara khusus terkait dengan kejahatan, disini auditor harus
berhati-hati untuk tidak melewati kewenangannya. Penyelidikan seringkali melibatkan
pertimbangan hukum dan criminal. Setelah mendapatkan beberapa bukti atas
terjadinya kejahatan, auditor harus melaporkannya ke orang yang berpengalaman
mengenai masalah tersebut. Auditor yang tidak memerhatikan peringatan semacam ini
bisa melanggar hak seseorang dan membuat organisasi mereka dituntut atas terjadinya
pencemaran nama baik, fitnah, pembunuhan karakter, melakukan kejahatan, atauu
pengenaan hukuman penjara yang keliru. Oleh karena itu dalam masalah tersebut
sebaiknya auditor menghubungi bagian keamanan oragnisasi atau oenasihat hukum.
f. Mengevaluasi
Mengevaluasi berhubungan dengan melibatkan estimasi nilai. Dalam audit, hal
ini berarti menuju suatu pertimbangan. Artinya menimbang apa yang telahdianalisis
dan menentukan kecukupan, efisiensi, dan efektivitasnya. Hal ini merupakan langkah
yang berada di antara analisis dan verifikasi di satu sisi dan opin audit di sisi yang
lain. Hal ini mencerminkan kesimpulan yang dihasilkan auditor berdasarkan fakta-
fakta yang telah dikumpulkan.
Evaluasi mengimplikasikan pertimbangan professional, dan merupakan
rangkaian yang berjalan melewati kesluruhan proses audit. Pada tahap pemeriksaan
audit, auditor harus mengevaluasi suatu risiko khusus, risiko menghilangkan suatu
aktivitas dari penelaahan mereka, dibandingkan dengan biaya pemeriksaannya (risiko
audit). Dalam program audit mereka, auditor harus mengevaluasi perlunya pengujian
rinci sebagai penggantii survey atau penelusuran (walk-trough). Dalam prosedur
pengambilan sampel, audtor harus mengevaluasi ketetapan dan tingkat keyakinan
yang dibutuhkan untuk mencapai keandalan sampel yang mereka yakin dibutuhkan.
Penemuan fakta tanpa evaluasi menjadi fungsi yang klerikal. Evaluasi yang
layak mengangkat audit darii sekedar pengecekkan rinci ke penilaian manajemen. Hal
ini menjadi bagian dari tanggung jawab konsultasi auditor internal. Auditor terlebih
dahulu mengobservasi fakta-fakta melalui kacamata mereka, hal ini merupakan
verifikasi, dan kemudian mengevaluasinya dari sudut pandang menejemen.
Tidak ada auditor yang bisa menjadi professional seutuhnya tanpa
mengevaluasi setiap hal yang diaudit dari segi tujuan dan standar.
29
Evaluasi jelas membutuhkan pertimbangan. Auditor yang berpengalaman
yaitu auditor veteran dalam kebanyakan pemeriksaan audit, sering melakukan
penelaahan draft laporan pengamat yang bijak atas tidnakan dan tujuan organisasi
mengevaluasi temuan-temuan audit intuitif dan biasanya benar. Tetap auditor yang
sudah berpengalaman seperti ini tetap memperoleh manfaat dari pendekatan yang
terstruktur dan terorganisasi dalam mengevaluasi temuan. Misalnya, dalam
mengevaluasi penyimpangan dari norma kegagalan mencapai standar mereka bisa
menyakan diri mereka pertanyaan berikut ini :
 Seberapa signifikan penyimpangan ini?
 Siapa atau apa yang telah atau akan dirugikan?
 Seberapa buruk bahayanya?
 Apakah penyimpangan tersebut menghalangi organisasi atau suatu fungsi darii
pencapaian tujuan dan sasarannya?
 Mengapa dan bagaimana penyimpangan terjadi?
Jelasnya auditor harus memikirkan bagaimana meringankan penyakit begitu mereka
mendiagnosis. Untuk mempertimbangkan usulan mereka secara terorganisasi, mereka
mungkin menanyakan diri mereka pertanyaan berikut:
 Tindakan apa yang akan paling praktis dan ekonomis untuk memulihkan
kerusakan tersebut?
 Tujuan – tujuan apa yang harus kita ingat dalam merekomendasikan tindakan
perbaikan ?
 Apa yang seharusnya diupayakan manajemen untuk dicapai dalam memulai
tindakan perbaikan?
 Pilihan –pilihan apa yang tersedia? Bagaimana kesesuaiannya dengan tujuan?
 Alternative tentative apa yang telah dipilih dan sisi merugikan apa yang
diperkirakan?
Auditor tidak hanya bertugas menyarankan tindakan perbaikan kepada manajemen,
tetapi juga menunjukkan cara agar tindakan tersebut tetap berjalan dengan baik.

30
BAB III

1. PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Pekerjaan Lapangan (field work) adalah proses untuk mendapatkan keyakinan secara
sistematis dengan mengumpulkan bahan bukti secara objektif mengenai operasi entitas,
mengevaluasinya, dan melihat apakah operasi tersebut memenuhi standar yang dapat
diterima dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan menyediakan informasi
untuk pengambilan keputusan manajemen. Tujuan Pekerjaan Lapangan adalah untuk
membantu pemberian keyakinan dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada
di program audit, sesuai tujuan audit yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan daripada
Pekerjaan Lapangan yang dilaksanakan maka disusunlah rencana-rencana strategis serta
31
pemilihan metode-metode tertentu yang ada dalam rencana strategis pekerjaan lapangan.
Bagian-bagian rencana strategis pekerjaan lapangan adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Pegawai.
2. Kebutuhan Sumber daya dari luar.
3. Pengorganisasian staf audit.
4. Wewenang dan tanggungjawab.
5. Struktur pekerjaan lapangan.
6. Waktu Pelaksanaan pekerjaan lapangan.
7. Metode Pekerjaan Lapangan.
8. Metode pendokumentasian.
9. Penyiapan laporan.
10. Rencana kontijensi.

3.2 Saran

Dengan makalah ini mampu membantu kita untuk lebih mengetahui gambaran pekerjaan
lapangan, tujuan pekerjaan lapangan, strategis pekerjaan lapangan dan metode-metode
yang biasa di lakukan auditor internal dalam melakukan pekerjaan lapangan.

Daftar Pustaka

Sawyer, Lawrence B. Mortimer A Dittenhofer., dan James H Scheiner. (2006). Audit Internal
Sawyer (Edisi 5, Buku 1). (Desi Adriani, Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat

32

Anda mungkin juga menyukai