Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

‘‘REKAYASA PONDASI I’’


Dosen :

Ir. Paulus Lebang, ST. MT

Di Susun Oleh :

Aldo Marcellino
4519041064
KELAS V/ B

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang“Rekayasa
Pondasi I” ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai bahan bahan struktur baja. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Makassar. 23 September 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB I    PENDAHULUAN


1.1  Pengertian Pondasi..................................................................................................... 1
1.2  Fungsi Pondasi........................................................................................................... 2

BAB II   PEMBAHASAN


2.1  Jenis-jenis Pondasi…................................................................................................. 3
2.2  Pondasi dangkal......................................................................................................... 4
2.3  Pondasi dalam............................................................................................................ 5
2.4  Beban Bangunan........................................................................................................ 6

BAB III  PENUTUP


3.1  Saran........................................................................................................................... 8
3.2  Kesimpulan................................................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Pondasi

Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi


untuk menempatkan. bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke
tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement
pada system strukturnya.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok
untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk
diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.

Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:


1. Keadaan tanah pondasi
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
3. Keadaan daerah sekitar lokasi
4. Waktu dan biaya pekerjaan
5. Kokoh, kaku dan kuat
Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi, berbagai
parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air tanah
mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak terendam air
meskipun jenis tanah sama.
Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai kuat
dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang akan
digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat akan
dibangunnya bangunan tersebut.
Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan
dengan benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian
sekitarnya.

1
1.2 Fungsi Pondasi
Pondasi dari suatu bangunan khususnya pada bangunan gedung adalah suatu konstruksi dari
bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah atas bagian bangunan
yang terletak di bawah permukaan tanah berfungsi meneruskan beban atau gaya di atasnya
dan termasuk berat pondasi ke tanah di bawahnya.

Sehingga pondasi yang merupakan bagian dari konstruksi bangunan harus memenuhi


beberapa persyaratan, antara lain :
1.      Cukup kuat untuk mencegah/menghindarkan timbulnya patah geser yang
disebabkan muatan tegak ke bawah.
2.      Dapat menyesuaikan terhadap kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan
tanah antara lain, tanah mengembang, tanah menyusut, tanah yang tidak
stabil, kegiatan pertambangan dan gaya mendatar dari gempa bumi.
3.      Menahan gangguan dari unsur-unsur kimiawi di dalam tanah baik organic
maupun anorganik.
4.      Dapat menahan tekanan air yang mungkin terjadi.
Suatu konstruksi pondasi yang tidak cukup kuat dan kurang memenuhi persyaratan
tersebut diatas, dapat menimbulkan kerusakan pada bangunannya. Akibat yang
ditimbulkan oleh kerusakan ini, memerlukan perbaikan dari bangunannya bahkan
kemungkinan terjadi seluruh bangunan menjadi rusak dan harus dibongkar.

Tanah tempat konstruksi pondasi diletakkan harus cukup kuat. yang di dasarkan
atas kekuatan tanah atau daya dukung tanah. Letak tanah kuat untuk konstruksi pondasi pada
masing-masing tempat, tidak sama. Pada tanah yang baik dapat dipasang konstruksi pondasi
dangkal kedalaman tanah yang kuat antara 70-100 cm dibawah permukaan tanah. Akan tetapi
pada tanah lunak harus dipasang konstruksi pondasi dalam, dengan kedalaman 20 m atau
lebih dari permukaan tanah keadaan ini tergantung pada jenis susunan tanah setempat.

2
1.3 Langkah Kerja Pemasangan Pondasi Batu Kali

a.       Menyiapkan bahan dan alat-alat dan letakan pada tempat pekerjaan.


b.      Mengontrol kedudukan profil pondasi dan memasang benang dari profil satu kelainnya.
c.       Hamparkan adukan/spesi untuk mulai memasang batu kali.
d.      Permukaan batu kali yang rata dipasang menghadap kearah luar.
e.       Apabila terdapat sela-sela/rongga antara susunan batu kali satu dengan yang lainnya maka
rongga tersebut di isi batu pecahan.
f.       Usahakan untuk susunan batu kali yang besar dipasang pada lapisan bagian bawah.
g.      Siar/adukan batu kali satu dengan batu kali lainnya tidak berimpit atau dibuat
berselang saling (zig-zag).
h.      Permukaan pasangan pondasi dibagian atas agar dibuat rata dan mendatar.
i.        Isi dengan adukan/spesi pada cela-cela antara susunan batu kali satu dengan
lainnya agar pasangan pondasi tidak keropos.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Pondasi

Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan. Karena
pondasi berfungsi sebagai penahan seluruh beban ( hidup dan mati ) yang berada di atasnya
dan gaya – gaya dari luar. Pada pondasi tidak boleh terjadi penurunan pondasi setempat 
ataupun penurunan pondasi merata melebihi dari batas – batas tertentu.
Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah disekitar bangunan
tersebut, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat yang mendukung
pondasi.Pondasi pada tanah miring lebih dari 10 %, maka pondasi bangunan tersebut harus
dibuat rata atau dibentuk tangga dengan bagian bawah dan atas rata.

3
Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Pondasi dangkal
2.      Pondasi dalam

2.2. Pondasi dangkal


Pondasi dangkal adalah pondasi yang digunakan pada kedalaman 0.8 – 1 meter. Karena daya
dukung tanah telah mencukupi. Jenis –  jenis pondasi dangkal :

2.2.1 Pondasi rollag bata


Pada awalnya pondasi rollag bata merupakan pondasi yang diaplikasikan untuk menopang
berat beban pada bangunan.Namun, pada saat ini pondasi rollag bata telah lama
ditinggalkan.Selain mahal, pemasangannya pun membutuhkan waktu yang lama serta tidak
memiliki kekuatan yang bisa diandalkan. Akan tetapi, pondasi ini tetap digunakanuntuk
menahan beban ringan, misalnya pada teras

2.2.2 Pondasi batu kali


Pondasi batu kali sering kita temuin pada bangunan – bangunan rumah tinggal.Pondasi ini
masih digunakan, karena selain kuat, pondasi ini pun masih termasuk murah.Bentuknya yang
trapesium dengan ukuran tinggi 60 – 80 Cm, lebar pondasi bawah 60 – 80 Cm dan lebar
pondasi atas 25 – 30 Cm.
Bahan lain yang murah sebagai alternatif pengganti pondasi batu kali adalah memanfaatkan
bongkaran bekas pondasi tiang pancang ( Bore Pile ) atau beton bongkaran jalan.Bekas
bongkaran tersebut cukup kuat digunakan untuk pondasi, sebab mutu beton yang digunakan
ialah K-250 s/d K-300.Permukaannya yang tajam dan kasar mampu mengikat adukukan
semen dan pasir.Bila dibandingkan dengan pondasi rollag bata, tentu bongkaran bekas beton
jauh lebih kuat.Ukurannya rata – rata 30 x 30 Cm.

2.2.3 Pondasi sumuran
Pondasi sumuran atau cyclop beton menggunakan beton berdiameter 60 – 80 Cm dengan
kedalaman 1 – 2 meter.Di dalamnya dicor beton yang kemudian dicampur dengan batu kali
dan sedikit pembesian dibagian atasnya.Pondasi ini kurang populer sebab banyak
kekurangannya, di antaranya boros adukan beton dan untuk ukuran sloof haruslah besar.Hal
tersebut membuat pondasi ini kurang diminati.

4
2.2.4 Pondasi plat beton lajur
Pondasi palt beto lajur sangat kuat, sebab seluruhnya terdiri dari beton bertulang tetapi
harganya lebih mahal dibandingkan dengan pondasi batu kali.Ukuran lebar pondasi lajur ini
sama dengan lebar bawah dari pondasi batu kali, yaitu 70 Cm. Sebab fungsi pondasi plat
beton lajur adalah pengganti pondasi batu kali.

2.2.5 Pondasi bor mini / Strauss pile


Pondasi bor mini atau strauss pile ini digunakan pada kondisi tanah yang jelek, seperti bekas
empang atau rawa yang lapisan tanah kerasnya berada jauh dari permukaan tanah.Pondasi ini
bisa digunakan untuk rumah tinggal sederhna atau bangunan dua lantai.Kedalamannya 2 – 5
meter.Ukuran diameter pondasi mulai dari 20, 30 dan 40 Cm. Pengerjaannya dengan mesin
bor atau secara manual. Di atas pondasi bor mini ada blok beton ( pile cap ). Pile cap ini
merupakan media untuk mengikat kolom dengan sloof.

2.3 Pondasi dalam


Di pakai untuk bangunan bertanah lembek, bangunan berbentang lebar (memiliki jarak kolom
lebih dari 6 meter), dan bangunan bertingkat.

2.2.6 Bore pile
Bore pile adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 meter.Digunakan untuk pondasi
bangunan – bangunan tinggi.Sebelum memasang bore pile, permukaan tanah dibor terlebih
dahulu dengan menggunakan mesin bor. Hingga menemukan daya dukung tanah yang  sangat
kuat untuk menopang pondasi.Setelah itu tulang besi dimasukan kedalam permukaaan tanah
yang telah dibor, kemudian dicor dengan beton.Pondasi ini berdiameter 20 Cm keatas.Dan
biasanya pondasi ini terdiri dari 2 atau lebih yang diatasnya terdapat pile cap.

2.2.7 Tiang pancang / Paku bumi


Tiang pancang pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya sja yang membedakan bahan
dasarnya.Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan langsung
ketanah dengan menggunakan mesin pemancang.Karena ujung tiang pancang lancip
menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang tidak memerlukan proses pengeboran.

5
2.4 Beban bangunan
Untuk mengetahui berat bangunan perlu diketahui fungsi ruang di dalam rumah serta elemen
struktur dan arsitektur apa saja yang digunakan. Elemen struktur dan arsitektur tersebut
adalah elemen yang ada di atas pondasi dan pondasinya sendiri, seperti berat atap, berat
dinding, berat perabotan, dan berat pondasi.
Berat bangunan adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Berat bangunan tersebut
harus dapat disalurkan oleh pondasi ke permukaan tanah keras. Contohnya, bila sebuah
rumah dilengkapi dengan perpustakaan, maka beban yang dihitung harus lebih besar, karena
buku-buku memiliki berat lebih besar setiap meter perseginya.
Menurut Wolfgang Schueller , “beban yang bekerja pada bangunan dapat dibagi menjadi
beberapa bagian, seperti beban iklim, beban mati, dan beban hidup”. Beban iklim adalah
beban akibat cuaca, misalnya terpaan hujan dan hembusan angin. Beban mati adalah beban
struktur yang tidak dapat dipindah-pindah atau dihilangkan, seperti berat kolom, balok, dan
atap. Sementara itu, beban hidup adalah beban yang masih dapat diadakan atau ditiadakan,
seperti perabot, manusia, dan kendaraan bermotor.
Pada intinya, pondasi menjaga kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri akibat dari
beban struktur bangunan dan beban hidup maupun gaya dari luar bangunan, seperti angin,
gempa, dan air hujan.

2.4.1 Pondasi-Menerus
Pondasi bangunan dibedakan atas pondasi-dangkal dan pondasi-dalam. Menurut Ir. Rudi
Gunawan dalam buku Pengantar Teknik Pondasi, dijelaskan bahwa perbedaan antara
pondasi-dangkal dan pondasi-dalam terletak pada perbandingan antara kedalaman dasar
pondasi dari muka tanah (D) dengan lebar pondasinya (B).
Biasanya rumah tinggal menggunakan pondasi- dangkal dengan perbandingan D lebih kecil
atau sama dengan B (D<=B). Kedalaman pondasi (D) biasanya antara 0,6 m sampai 3 m.
Pondasi-dangkal juga dikenal dengan nama pondasi-langsung, karena semua beban bangunan
langsung disalurkan ke permukaan tanah keras dengan cara menyebarkan beban bangunan.
Sesuai dengan prinsipnya, beban harus langsung disebarkan ke permukaan dasar pondasi.
Dengan demikian, setiap sentimeter persegi permukaan dasar pondasi harus menyalurkan
beban kurang atau sebesar dari daya dukung tanah yang ada.
Masih menurut Ir. Rudi Gunawan, ada beberapa jenis pondasi-dangkal, yaitu pondasi-
menerus, pondasi-telapak, pondasi-kaki gabungan, dan pondasi-plat. Pondasi yang biasa

6
digunakan untuk rumah tinggal tidak bertingkat adalah pondasi-menerus. Artinya, pondasi
dibuat sepanjang dinding yang ada di rumah tersebut.
Lebar dasar pondasi-menerus adalah 2,5 kali dari tebal dinding. Jadi, tebal pondasi minimal
70 cm untuk dinding 1/2 bata(1) dan minimal 90 cm untuk dinding 1 bata(2). Kedalaman
pondasi-menerus untuk di atas tanah keras dengan dinding 1/2 bata cukup 60 cm sampai 80
cm, sedangkan untuk dinding 1 bata, kedalamannya 80 cm sampai 100 cm. Bila bangunan
memikul beban yang cukup berat, sementara daya dukung tanahnya kecil, maka digunakan
pondasi-menerus dari plat beton bertulang.
Di atas batu kali pada pondasi-menerus harus dipasangi balok sloof beton bertulang untuk
meratakan beban. Fungsi lain dari sloof adalah sebagai pengikat antara struktur bagian atas
tanah dengan struktur bagian dalam tanah atau pondasi. Ikatan antara sloof dengan elemen
struktur lainnya dapat menggunakan angkur.

2.4.2 Pondasi-Telapak
Salah satu jenis pondasi yang biasa digunakan pada rumah tinggal adalah pondasi-telapak.
Pondasi ini harus memiliki ketebalan yang cukup, untuk menghindari sobekan pada
telapaknya akibat beban yang cukup berat.
Untuk menghitung luas permukaan dasar pondasi-menerus dan pondasi-telapak digunakan
rumus:
A (cm2) =  Total berat bangunan (kg)
Daya dukung tanah (kg/cm2)
Luas permukaan dasar pondasi harus cukup besar, sesuai dengan ketebalan dinding. Selain
permukaan pondasi tersebut dapat menyalurkan beban merata ke permukaan tanah keras, juga
sebagai penstabil bangunan. Contoh perhitungan dapat dilihat pada boks.
Ada satu jenis pondasi lain yaitu pondasi rollag, yang khusus digunakan untuk pondasi-teras
atau emperan. Pondasi jenis ini tidak untuk memikul dan menyalurkan beban bangunan yang
berat. Pondasi ini terbuat dari batu bata atau dari batu kali, yang kedalamannya hanya 40 cm
sampai 70 cm dan memiliki lebar 30 cm sampai 70 cm.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 SARAN
Cara Menentukan Jenis Pondasi:
Dalam pemilihan bentuk pondasi dan jenis pondasi yang memadahi, perlu diperhatikan
beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan pondasi tersebut. Hal ini disebabkan tidak
semua jenis pondasi dapat dilaksanakan di semua tempat.(Misal penggunaan pondasi tiang
pancang pada daerah padat penduduk tentu tidak tepat meskipun secara teknis telah
memenuhi syarat).
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pondasi :
 Kondisi tanah yang akan dipasangi pondasi.
 Batasan-batasan akibat konstruksi di atas pondasi (superstructure).
 Faktor lingkungan.
 waktu pekerjaan pondasi
 Biaya pengerjaan pondasi
 Ketersediaan material pembuatan pondasi di daerah tersebut.

Pemilihan pondasi berdasar daya dukung tanah :


 Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi dangkal.
(misal:pondasi jalur, pondasi telapak atau pondasi strauss).
 Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang
minipile, pondasisumuran atau pondasi bored pile.
 Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang atau pondasi bored pile.

8
Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung tahun
1983 adalah :
 Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2).
 Tanah sedang (2-5 kg/cm2)
 Tanah lunak (0,5-2 g/cm2)
 Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2)

Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui pengujian secara sederhana.
Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang diberi beban 5 kg tidak akan mengalami
penurunan atau amblas maka tanah tersebut digolongkan tanah keras.

Daya Dukung Tanah


Elemen struktur yang di bawah tanah, alias pondasi, bertugas sebagai dasar dari bangunan
dan meneruskan beban bangunan tersebut ke tanah yang cukup kuat mendukungnya.
Tanah memiliki kemampuan atau daya dukung yang berbeda-beda. Hal ini dapat diketahui
dengan cara melakukan tes penyelidikan tanah. Permukaan dasar pondasi lebih baik bila
langsung menyentuh tanah keras. Dengan demikian, semua beban yang harus disalurkan ke
dalam tanah dapat langsung didistribusikan ke permukaan tanah keras.
Bila bangunan berdiri di atas tanah yang memiliki daya dukung rendah, bangunan tersebut
dipastikan akan melesak ke dalam tanah. Ibaratnya seperti kepalan tangan yang ditekankan
pada sepotong roti. Di permukaan roti pasti terdapat lubang sebesar kepalan tangan tersebut.
Berbeda bila kepalan tangan tersebut ditekan pada sepotong besi. Apa yang terjadi? Tidak
ada lubang bekas kepalan tangan di permukaan besi.
Kepalan tangan tersebut diandaikan sebuah rumah yang memiliki bobot dan akan diletakkan
di atas tanah. Rumah tersebut memiliki berat yang berasal dari benda yang berada di atas atau
di dalam rumah tersebut, seperti atap, lantai, dinding, perabot, manusia, air hujan. Berat
rumah tersebut harus dapat didukung oleh tanah yang ada di bawahnya.
Daya dukung tanah memiliki satuan kg/cm2 atau t/m2. Contohnya, sebuah lahan memiliki
daya dukung tanah 0,75 kg/cm2. Artinya, setiap sentimeter persegi tanah mampu mendukung
0,75 kg berat bangunan. Bila ternyata setiap sentimeter persegi tanah dibebani lebih dari 0,75
kg (misalnya 1 kg), maka akan terjadi kelebihan beban setiap sentimeter persegi dan
bangunan akan mengalami penuruna

9
3.2  KESIMPULAN

Ketepatan Pemilihan
Memilih pondasi yang akan digunakan pada rumah tinggal haruslah tepat. Ketidaktepatan
dalam pemilihan pondasi akan berakibat fatal pada bangunan, seperti penurunan bangunan,
sehingga tanah yang mengalami desakan akan terangkat naik. Akibat lain, struktur bangunan
akan mengalami pergerakan dan terjadi retak-retak pada badan bangunan. Semakin lama
retak tersebut akan semakin besar dan dapat menimbulkan keruntuhan bangunan.

Pemilihan pondasi, selain memperhitungkan keadaan tanah (daya dukung tanah), juga perlu
memperhatikan lokasi dan fungsi bangunan. Jika bangunan tidak bertingkat berlokasi di tepi
jalan raya yang dilewati oleh kendaraan berat, maka sebaiknya menggunakan pondasi-
menerus yang ditambah perkuatan ekstra. Apalagi bila bangunan tersebut berada di tanah
yang memiliki perbedaan ketinggian yang cukup besar. Perkuatan ekstra yang dimaksud
adalah pebambahan pondasi-menerus plat beton bertulang atau pondasi-telapak pada titik-
titik pondasi di bawah kolom struktural.

10

Anda mungkin juga menyukai