Anda di halaman 1dari 5

PEMIMPI DIBATANG SUNGAI SIGEAON

Terik matahari itu nampak seperti sebuah bola raksasa yang tengah terbakar hebat
saking panasnya. Siang itu tak banyak orang yang keluar rumah ,kebanyakan
diantara mereka lebih memilih berdiam diri didalam rumah masing-masing.

Dan dengan langkah malas ,aku terpaksa keluar rumah bercengkrama secara
langsung kepada sang surya yang tidak pilih-pilih untuk menebarkan rasa
gerah.Beberapa kali dalam satu hari aku harus pergi belanja bahan untuk
kepentingan profesiku yaitu penjahit wanita dikota tarutung. Mau tak mau aku
memang harus tetap pergi sepanas apapun cuacanya karna itu merupakan resiko
yang harus diambil.

Semenjak minggu kemarin tidak sekali dua kali mataku selalu tertarik oleh
seorang pria paruh baya yang selalu duduk dipinggir sungai aek sigeaon
,membawa sebuah buku lusuh .

Dia Nampak seolah tidak peduli dengan apapun,tidak peduli bagaimana orang
menilai baik dan buruk nya. Sedang apa dia?apa yang dia lakukan disana?.
Mengapa dia slalu duduk disana sambil menulis dibuku yang dia pegang?.

Dia Nampak seperti melepas sebuah beban dipundaknya,matanya selalu sigap


menatap kealiran sungai seakan dia siap ikut terjun mengikuti dekap irama yang
tak sengaja berlantun saat hilir sungai itu mulai mengayun mengikuti alirannya.
Lalu seketika kata-kata itu tertangkap begitu saja bagai ikan-ikan terjebak
disampan sang nelayan. Kembali ku renungkan diriku yang dulu.Yang
mematahkan mimpiku sendiri untuk menjadi seorang penulis.

Jiwa yang sudah sangat lama terkurung seolah terasa sedang meronta,tatkala aku
kembali menemukan diriku dalam diri orang lain. Dalam diriku kembali timbul
rasa menyesal karna telah menepiskan aku yang sebenarnya lalu menjadi diriku
yang lain. Karna rasa penasaran yang amat besar itu menghantam dadaku, aku
mencoba akrab dengan lelaki itu.

Langkah pertama yang ingin kuketahui adalah apa yang dia tulis?.

Sore itu di jam yang sama setiap kali aku melihat pria itu duduk disana, hari ini
aku sengaja duduk disitu. Kembali menulis.
Ku coba mencari tahu sudah sedalam apa diriku menghilang meninggalkan jati
dirinya yang sesunggguhnya. Sudah sekarat apa karam yang membusuk dihaluan
pantainya, apa masihkah tersisa diriku yang dulu untuk aku bangkitkan?.apa
harapan itu sudah benar-benar mati saat aku mematahkan pangkalnya?.

Ku tatap selembar kertas kosong yang kupegang, belum kutulis apa-apa, karna
belum menemukan kata-kata yang pantas untuk kurangkai.sampai tiba-tiba aku
terkejut dengan kedatangan pria yang kutunggu. Dia Nampak tidak perduli
denganku atau mungkin dia tidak melihatku ada disana.

Dia menulis seperti biasa,seolah aku benar- benar tidak sedang ada disana atau
mungkin dia acuh pada orang baru.

“bapak nulis apaan?” aku mulai menjalankan rencana.

“ nulis puisi “jawabnya ramah

Aku terdiam lagi, semua pertanyaan yang lama kususun sejak minggu kemarin
untuk aku tanyakan secara langsung padanya mendadak hilang begitu saja dari
benakku.

“kamu sendiri sedang apa?” dia mulai penasaran. Dan itu membuatku
senang,rasanya masih ada peluang untuk kami jadi akrab.

“nulis juga” jawabku singkat sambil melempar sebuah senyum paling baik yang
kupunnya.

Sejak pertemuan yang terkesan singkat itu, kami jadi sering ngobrol bahkan
menulis bareng dipinggir sungai. Ketika aku kehabisan kata- kata atau buntu
istilahnya, dia berbagi kata-kata dengan ku, Begitu juga sebaliknya.

Namamya Tulang Joan, umur 39 pemilik sebuah rumah makan di kota ini.

Tetangga kami bilang dia belum menikah sampai sekarang,mengingat usia nya
hampir kepala empat namun tidak menikah pasti ada sebuah alasan tersendiri bagi
tulang joan untuk hal itu. Dia juga bilang supaya aku jangan dekat-dekat dengan
nya karna orang bilang tulang joan genit dan suka bermain wanita. Aku tidak
percaya tentunya karna dia tidak seperti itu. Dia orang yang sangat baik dan
lembut jadi sangat disayangkan kalau apa yang dikatakan ibu-ibu itu benar.
Kedekatan kami selama 2 bulan terakhir ternyata bukan hanya menimbulkan sisi
negatif ,selain disangka orang aneh ternyata juga membawa malapetaka besar
bagiku dan bagi tulang joan. Mendadak harga diriku hancur ketika aku tahu
bahwa gossip aku dan tulang joan punya hubungan spesial telah tersebar di
seluruh komplek,

Aku malu dan tentunya sangat marah. Siapapun pangkal dari gosip ini yang jelas
sekarang harga diriku benar-benar turun. Di mana pikiran mereka kalau sampai
mereka berfikir kalau aku berpacaran dengan laki-laki hampir seusia ayahku!!.

Mulai hari itu aku tak lagi mau bertemu dengan tulang joan.

Aku menghabiskan hari itu dengan menyelesaikan pekerjaanku yang sudah


menumpuk karna tidak pernah lagi fokus menjahit akhir-akhir ini. Mimpiku untuk
menjadi seorang penulis sudah benar-benar ku kandas kan sampai disitu, mungkin
dengan menjadi penulis tidak akan membuatku bahagia pikirku.

2 minggu aku tidak lagi bertemu dengan tulang joan rasanya ada yang
berkurang ,sejak minggu kemaren aku tidak pernah lagi melihatnya duduk
ditempat biasa. Di jam yang sama aku slalu menyempatkan diri melihat keluar
mencoba mencari cari sesosok yang aku cari, namun dia tidak pernah terlihat.

Entahlah!!dia ada dimana ,kenapa tidak menulis lagi.

Rasanya bodoh menanyakan hal yang sama setiap hari kepada diriku sendiri
sementara aku tau aku tak punya jawaban atas pertanyaan ku sendiri.” Apa dia
pergi kesebuah tempat dan tak akan kembali?” tanyaku dalam hati, namun
kembali ku kurung semua pertanyaan bodoh itu dalam satu wadah dalam otakku.

***
Beberapa hari setelah itu, disuatu pagi saat aku baru bangun tidur beberapa ibu
langsung masuk kerumah begitu aku membuka toko.

“skarang kan masih tanggal 5 bu, bukannya baju ibu diambil tanggal 10 ?”
tanyaku bingung.

“hmm…kami kesini mau minta maaf des, ”

“minta maaf buat apa bu?”

“soal gosip kau dan tualang joan”

Ucap salah seorang ibu mewakili mereka. Aku tidak berani menyahut bibirku
rasanya seolah enggan menyikapi soal gosip yang telah merendahkan ku.

“kami semua sudah diberi tahu oleh sijoan tadi,kalau kalian itu hanya rekan
kerja,”

Lagi-lagi aku tak berani menyahut.

“kapan bu?” aku mulai curiga.

‘’tadi pagi dia datang sama istrinya,ada anak kecil juga sepertinya anaknya Dia
mengenalkan keluarganya pada kami.nampaknya dia juga ingin meluruskan kabar
miring tentang hubungan kalian yang ternyata hanya sebatas rekan kerja” tutur ibu
itu.

“iya gpp bu” jawabku singkat.”jd mereka skarang dimana?” tanyaku lagi.

“tadi sih waktu datang kerumah mereka udah berpakaian rapi,mungkin gosip itu
benar”

“gosip apa bu?” aku makin tak mengerti

“kamu gk tau!! tulang joan kan mau pindah ke padang ke rumah mertuanya
,katanya sih mertuanya mau modalin mereka buka usaha lagi disana”
Seperti dihantam batu beruntun rasanya sesak dihatiku, ada rasa puas sekaligus
sebuah perasaan yang sangat aneh yang terasa seperti panas. Entahlah!!
Seharusnya aku bahagia.

Apa aku kecewa karna tulang joan tidak pernah memberitahuku kalau dia sudah
berkeluarga atau ada kekecewaan lain yang tak kumengerti. Apa iya aku kecewa
kepada diriku sendiri karna menyimpan sebuah perasaan yang tak pantas untuk
seorang pria seumuran ayahku.ahhhhhkkkk aku kacau.

BY: NITARI

Anda mungkin juga menyukai