Suatu pagi yang cerah dan asri , disebuah ekosistem yang dipenuhi rumput ilalang yang tumbuh
tinggi menjulang sampai batas lutut manusia. Hiduplah seeokor kepik mungil dan berhati baik
disana.tiap hari dia selalu menjaga lingkungan tempatnya hidup dengan baik. Tak ada kotoran sedikit
pun karna ia sangat menyukai kebersihan lingkungan. Baginya keindahan tak didapat hanya karna
menginginnya namun karena menjaganya.
Pagi itu cuaca Nampak asri setelah hujan deras semalam,matahari sebagian masih tertutup awan
colunimbus putih yang menjadikan cahaya sang surya berpencar ke permukaan bumi. Kepik nampak
baru terbangun dari tidurnya,dia menggeliat lalu mengepakkan sayapnya perlahan.Lalu tiba-tiba dia
terkejut melihat pemandangan yang tak biasa ia lihat saat bangun tidur, sebuah bola kotoran raksasa
nampak terjepit diantara batang rumput liar yang menghimpitnya dari berbagai sisi. Bukan hanya itu
terdengar juga suara dari balik sana tengah mengerang dan kecapean.
Si kepik takut,ia terlihat ragu-ragu mengepakkan sayapnya untuk melihat siapa dibalik bola kotoran
raksasa itu. Sesaat diteguknya air liurnya dan dengan keberanian penuh ia memberanikan diri.
“aaaaaaaa” kepik terkejut melihat seekor kumbang kotoran tengah berusaha mendorong bola itu
kearah jalanan. “kau siapa?”.
Dalam batinnya kepik merasa iba melihat paman kumbang yang ada didepannya. Dia nampak lusuh
dan tua,tubuhnya kering dan ke enam kakinya terlihat bergetar. “kasihan sekali” pikir kepik setengah
ragu.
“ia nak!! Kita sama-sama dorong ke arah jalan” ujar sikumbang nampak tersenyum bahagia.
Tak butuh waktu lama dengan usaha dan dorongan yang kuat akhirnya bola itu berhasil
tergelinding kejalan. Ada kepuasan sekaligus kebahagiaan tersendiri yang kepik rasakan begitu
melihat raut wajah itu berangsur-angsur ceria.
“ trimakasih banyak anak muda, sudah sangat jarang menemukan anak jaman sekarang mau
membantu sesama .terlebih aku ini hanya kumbang yang sudah tua dan tidak punya uang untuk
membayar……”
“tidak usah paman, aku iklas!!” kepik menegaskan bahwa semata-mata niatnya membantu dengan
iklas bukan untuk mengharapkan imbalan atau semacamnya.
“tidak usah nak!”seperti tak menghiraukan kicauan sipaman, kepik langsung mengambil tetes
embun yang masih menggantung di sehelai daun ilalang dekat mereka menggunakan sehelai daun
yang dijepit menyerupai mangkuk.lalu dia serahkan kepada paman kumbang.
“hehheheh,,
Kalau begitu ,paman pamit!!. Perjalananku masih panjang” kumbang mulai beranjak.
“aku mau ikut paman” tiba- tiba kepik merasa penasaran kemana dia akan membawa bola kotoran
raksasa itu.
“ memang berapa jauh lagi paman?” kepik mulai membuka pembicaraan supaya perjalanan mereka
tidak membosankan.
***
Matahari sudah terbenam,bias-bias cahaya sang surya benar-benar sudah pudar ditelan gelapnya
malam. Saat akhirnya mereka benar-benar sampai di sebuah lubung kecil ditimbunan tanah dekat
aliran sungai.
Kepik nampak sangat lelah megepakkan sayap seharian, begitu paman kumbang bilang sampai ia
langsung tersungkur ditanah karna kecapean. Namun tidak dengan paman kumbang bukannya
duduk untuk beristirahat dia malah berlari ke arah liang tanah gelap tak ada pencahayaan itu.
Lalu disitu lah pemandangan yang benar-benar indah itu terjadi.paman kumbang ternyata masih
punya seorang anak kecil yang imut. Setiap kali kumbnag pulang anak itu sudah terlebih dahulu
menunggu didaun pintu,berharap sang ayah pulang menghapus rindu dan rasa laparnya.
Diperjalanan tadi paman kumbang memang sudah mengatakan kalau istrinya sudah lama
meninggal,tapi dia tidak mengatakan kalau dia juga meninggalkan seorang anak kecil sendirian
dirumahnya sepanjang hari.
kepik tersadar dia belum pernah merasakan bagaimana rasanya punya keluarga, dari kecil dia
sudah hidup sendirian ditengah taman.Menghabiskan hari-harinya hanya untuk menjaga kebersihan
dan mencukupi diri sendiri. Keluarga merupakan sesuatu bagian yang terlupakan yang tak pernah ia
indahkan . Namun membantu sesama dan memudahkan jalan orang lain untuk membahagikan
orang terdekat mereka sudah cukup membuatnya ikut merasakan apa itu makna kekeluargaan.