MEMBERDAYAKAN
KONTEKS DENGAN
PEMBELAJARAN PROYEK
PEMBUATAN LILIN HIAS
Pembelajaran di pertemuan kedua diagendakan monitoring tugas proyek yang sudah mulai dirancang oleh siswa.
Saya memberikan semacam kuisioner melalui Edmodo untuk memonitoring perkembangan proyek yang siswa
kerjakan secara berkala. Kegiatan monitoring ini juga bertujuan untuk menajamkan rancangan proyek yang akan
dibuat siswa dan juga sharing pendapat berkaitan dengan kendala yang dihadapi siswa. Disamping melalui
Edmodo saya juga memonitoring langsung via WAG, sehingga bisa langsung dibahas kendala yang dihadapi. Dari
kegiatan monitoring terlihat siswa antusias dalam mengerjakan proyek ini, namun ada juga anak yang masih
takut untuk mencoba. Nah tugas guru disini sebagai fasilitator dan memotivasi siswa dan mendampingi siswa
dalam proses pemecahan masalah yang dihadapinya. Sehingga siswa tidak merasa dibiarkan begitu saja, namun
juga ada peran serta guru yang selalu memantau perkembangan proyek siswa. Berikut salah satu screenshoot
kegiatan monitoring yang dilakukan.
Proses monitoring dilakukan secara berkala hingga pada pertemuan ke 4, diharapkan seluruh siswa
sudah membuat produknya. Sebagai bagian dari penilaian proses siswa juga diminta untuk mendokumentasikan
proses pembuatannya berupa video. Video kemudian diminta untuk diupload di kanal youtube pribadi miliknya
masing-masing. Pada tahap ini siswa-siswi pun sangat antusias dan senang sekali. Pada awalnya ada yang belum
memiliki kanal youtube, sekarang mereka jadi punya dan terdapat karya mereka disitu yang nantinya akan
dipamerkan pada saat pertemuan terakhir presentasi proyek. Link youtube tiap anak diminta untuk dikumpulkan
yang nantinya sebagai bahan penilaian guru sebagai tahap proses. Berikut beberapa video hasil karya siswa yang
ditampilkan pada sesi presentasi.
Pada pertemuan terakhir dilaksanakan kegiatan presentasi. Kegiatan presentasi dilaksanakan secara
conference dengan menggunakan aplikasi ZOOM. Karena keterbatasan waktu, kegiatan presentasi dilakukan
secara acak dipilih 4 anak untuk mempresentasikan hasil karyanya. Proses pengacakan menggunakan website
https://pickerwheel.com/ yang dilakukan pada saat sesi live ZOOM, sehingga setiap siswa tetap harus
mempersiapkannya karena bisa siapa saja yang terpilih.
Pada sesi presentasi awalnya beberapa siswa masih malu-malu, namun setelah dimotivasi dan diberikan
pengarahan sesi presentasipun berlangsung interaktif, dan terjadi tanya jawab yang menarik. Bahkan lebih aktif
dibandingkan saya mengajar diskusi di kelas, karena siswa mulai merasa enjoy dan belajar serasa mengobrol
santai berdiskusi manis tentang pembahasan produk yang dipresentasikan atau bahkan kendala yang mereka
hadapi.
Dari diskusi yang berlangsung permasalahan yang diperoleh sangat beragam terkait dengan produk yang
diperoleh tiap anak. Berikut beberapa masalah yang terjadi dan pemberian umpan balik yang kemudian
disikusikan bersama-sama.
1. Produk lilin ada yang tidak menyala ketika dibakar.
Pada kondisi produk lilin yang menyala, penulis kemudian mencoba mengelaborasi jalannya diskusi
dan membahas bersama dengan bertanya “Mengapa sumbu yang dinyalakan dengan api, berhasil menyala
sebentar namun kemudian mati?Apa yang menyebabkan terjadi hal demikian?”. Berawal dari pertanyaan
tersebut kemudian siswa lain saling menanggapi, bahkan menyamakan proses yang dilakukan dirinya
dibandingkan dengan temannya yang tidak berhasil menyala. Dan diperolehlah kesimpulan, bahwa sumbu
tidak berhasil menyala, karena sumbu sebelumnya tidak ikut direndam dalam paraffin ketika dipanaskan,
karena semua tanggapan siswa dengan produk yang berhasil menyala, sepakat bahwa agar sumbu lilin dapat
menyala, sebelum digunakan sumbu lilin direndam terlebih dahulu dengan paraffin.
2. Produk lilin aromaterapi, namun aroma tidak keluar ketika dinyalakan.
Keunggulan produk lilin aromaterapi yaitu aroma yang dihasilkan dapat menjadi terapi,
menenangkan, menyejukkan dan membuat suasana nyaman. Sehingga akan menjadi masalah ketika lilin
aromaterapi namun tidak mengeluarkan aromaterapi. Masalah ini kemudian didiskusikan bersama,
dikonfirmasikan kepada kelompok bersangkutan, dan diperoleh sumber aroma anak berbeda-beda.
Berdasarkan literatur paraffin merupakan senyawa non polar, maka aroma atau bibit pewangi yang
digunakan yang dapat larut dalam senyawa non polar. Biasanya digunakan aromaterapi dari minyak atsiri
atau minyak essensial.
3. Terdapat produk dengan warna yang tidak konsisten. Setelah dikonfirmasi ternyata siswa kelompok tersebut
mencoba untuk memadukan warna belapis-lapis, namun pada prosesnya warna bercampur, sehingga
menghasilkan warna yang kurang konsisten. Dari kasus ini sebenarnya benar-benar mengasah anak untuk
berpikir kritis dan kreatif mendesain secara mandiri dan mencoba menyelesaikan masalah secara mandiri.
Berdasarkan hasil diskusi dari pengalaman kelompok yang berhasil memadukan warna berlapis-lapis
permasalahan pun terjawab.
“Penting sekali memanusiakan hubungan dengan saling berinteraksi satu sama lain
membangun ikatan yang lebih bersinergi”
Pembelajaran yang semula didominasi dengan pemberian tugas dan monoton dan penjelasan melalui
power point dan video berubah menjadi pembelajaran yang lebih hidup, aktif dan menyenangkan bagi siswa,
sehingga minat belajar siswa kembali naik dan berdampak semangat belajar yang semula menurun menjadi naik
kembali akibat jenuh dan penah dengan tugas. Saya pribadi pun merasa sangat senang dan rasanya beginilah
seharusnya kita mengajar. Penting sekali memanusiakan hubungan dengan saling berinteraksi satu sama lain
salah satunya dengan bertegur sapa sehingga terbangun ikatan yang lebih bersinergi salah satunya melalui media
teleconference.
Praktik Baik Pembelajaran ini semoga dapat menginspirasi bapak ibu guru hebat sekalian dalam
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran selama pandemi. Masih banyak sekali kekurangan yang ingin kita
perbaiki Bersama, jangan lupa Bahagia dan tetap semangat mencerdaskan bangsa. Akhir kata terima kasih dan
semangat menginspirasi!!!