Stefani Elza - Laporan Sosialisasi
Stefani Elza - Laporan Sosialisasi
Dosen Pengampu
Yuni Nurkuntari,S.Sos.,M.A.
Disusun Oleh
NIM : 2011005
JAWA TENGAH
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... i
LAMPIRAN ........................................................................................................................... iv
PENDAHULUAN
ISI LAPORAN
PENUTUP LAPORAN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas laporan kegiatan penyuluhan untuk mata
kuliah Humaniora. Saya berterima kasih juga pada Ibu Yuni Nurkuntari,S.Sos.,M.A. selaku
Dosen mata kuliah Humaniora yang telah memberikan tugas ini kepada saya .
Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
saya memohon kritik serta saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Saya
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini masih terdapat kekurangan-kekurangan.
Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun demi perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga laporan kegiatan ini dapat dipahami oleh siapapun dan
bermanfaat bagi yang membacanya.
ii
PENDAHULUAN
Persoalan sampah memang sudah menjelma menjadi siklus tak berujung, bahkan menjadi
momok tidak hanya untuk negara kita, tetapi juga dunia. Di Indonesia, status darurat sampah
sudah selayaknya tersemat dan pantas untuk disandingkan dengan persoalan-persoalan kritis
lain, seperti darurat narkoba dan darurat korupsi.
Berdasarkan data penelitian Jambect JR dalam jurnalnya yang berjudul Plastik Waste Inputs
from Land into the Ocean pada 2015, Indonesia menduduki posisi kedua sebagai negara
penyumbang sampah plastik ke lautan terbanyak di dunia dengan 187,2 juta ton, tepat di
bawah Cina yang menduduki posisi pertama dengan 262,9 juta ton. Tentunya ini bukanlah
hal yang patut untuk dibanggakan, fakta ini justru menjadi sebuah tamparan bagi Indonesia
yang terkenal dengan Pulau Surganya. Angka itu bukan tidak mungkin akan meningkat setiap
tahunnya, bahkan dapat berkali-kali lipat. Seperti dilansir dari ScienceMag, peningkatan
jumlah sampah plastik dari 1950 hingga 2015 mengalami peningkatan sebanyak 190 kali,
dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,8 ton per tahun.
Merujuk kepada data-data tersebut, maka rasanya pantas saja jika World Economic Forum
dalam The New Plastic Economy, Rethinking the Future of Plastic menyebutkan, kelak rasio
ikan di lautan dengan plastik menjadi 1:3 pada 2025. Plastik akan terus bertambah,
sedangkan jumlah ikan akan terus berkurang karena penangkapan ataupun mati karena
lingkungan yang tercemar.
Menengok kembali kondisi di Indonesia, sampah kini ada di mana-mana. Di darat, di laut, di
sungai, bahkan di udara pun banyak sampah. Bangkai layang-layang yang tersangkut di kabel
listrik dan kabel telepon merupakan salah satu contoh sampah udara yang banyak ditemui di
lingkungan kita. Berbagai cara telah dilakukan untuk menanggulangi sampah, tetapi dengan
jumlah yang telah menggunung, rasanya daur ulang bukan lagi jawaban tepat dari
permasalahan ini. Dibutuhkan sebuah tindakan guna mereduksi sampah, baik sampah yang
telah ada maupun langkah antisipasi dalam pencegahannya.
1
Sejauh ini Pemerintah Indonesia sudah berada di koridor yang benar, dengan menjadikan
sampah sebagai ancaman jangka panjang dan mentapkan target pengurangan sampah di
lautan hingga 70% sampai tahun 2025. Namun, tetap saja eksekusi di lapanganlah yang
menjadi penentu, apakah rencana tersebut hanya berujung angan atau mewujudkannya
sebagai rencana yang terealisasikan.
Lalu, apakah langkah dari Pemerintah baik dalam bentuk aksi maupun kampanye sampai saat
ini dapat dinilai efektif? Rasanya belum. Hal ini dapat dilihat dari beberapa elemen
masyarakat termasuk TNI/Polri secara dramatis seringkali bergotong-royong membersihkan
sampah di sungai maupun di tempat umum. Memang pada saat itu dan untuk beberapa waktu
ke depannya akan terlihat bersih, tetapi sesudahnya semua akan kembali seperti semula
dengan sampah yang menumpuk di mana-mana. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya,
permasalahan ini memang menjadi siklus yang belum menemukan titik terang.
Oleh karenanya, perlu andil dari berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan ini. Tidak
hanya dari segelintir orang, tetapi dibutuhkan seluruh masyarakat untuk ikut bergerak.
Memang tidak akan terselesaikan secara instan, butuh waktu sampai periode tertentu hingga
sampah tidak lagi menjadi momok untuk negeri ini.
Bardasarkan data-data diatas, saya tertarik untuk melakukan promosi kesehatan mengenai
darurat sampah plastik di Indonesia. Sosialisasi ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa
kesadaran masyarakat mengenai masalah sampah yang ada, terutama di Indonesia. Maka dari
itu, mari saling bahu-membahu mencegah Indonesia menjadi ladang sampah dan wujudkan
negeri yang bersih untuk kita tinggali.
2
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut yang
lahir sebagai tindak lanjut komitmen Pemerintah Indonesia untuk mengurangi 70%
sampah laut sampai 2025 dengan langkah-langkah yang terpadu dan komprehensif.
3
ISI LAPORAN
2.2 Metode
Penyuluhan dilakukan dengan menjelaskan materi yang berisi tentang permasalahan sampah
plastik di Indonesia.
Kegiatan Penyuluhan :
4
salam disampaikan
Peserta menjawab
salam
5
● Sehingga menimbulkan gunungan-gunungan sampah yang sangat merugikan manusia,
terutama dari segi kesehatan. Masalah yang ditimbulkan seperti, banjir (saluran air
tersumbat sampah), diare, kolera, tetanus, deman tifoid dan masih banyak lagi.
b. Solusi
Membawa kotak makan dan tempat minum sendiri
Bagi yang lebih sering membeli makan dan minum di luar, seperti restoran, cafe, lebih
baik untuk membawa kotak makan dan tempat minum sendiri. Karena, ketika kita
take away makanan atau minuman dari restoran pastinya makanan dan minuman yang
kita beli kebanyakan dibungkus oleh plastik. Bayangkan berapa banyak plastik yang
digunakan untuk membungkus makanan dan minuman tersebut hanya untuk sekali
pakai, oleh karena itu membawa kotak makan dan tempat minum sendiri merupakan
solusi sederhana untuk kita dalam membantu mengurangi plastik.
c. Kesimpulan
“Suatu bangsa yang menghancurkan tanahnya sama dengan menghancurkan dirinya.
Jika alam telah murka, kita tak bisa lagi berbuat apa-apa. Tidak ada pilihan lain, untuk
kita harus merawatnya.”
6
PENUTUP LAPORAN
Adanya sinergi antara pemerintah, produsen, dan masyarakat dapat secara perlahan
menciptakan pengelolaan sampah yang lebih baik. Hal ini dapat dimulai dari tiap individu
dengan tindakan sederhana seperti membuang sampah ke tempatnya, mengurangi
penggunaan kantung plastik, dan menerapkan pemilahan sampah di kediaman masing-
masing. Diharapkan pengelompokan sampah yang ada tidak hanya berakhir di rumah-rumah
warga, tetapi juga sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jika di TPA sampah sudah
terkelompokkan, penanganannya akan lebih mudah sesuai dengan jenisnya. Tugas ini
kemudian menjadi milik pemerintah untuk menyediakan pengelolaan sampah yang memadai.
Jika sampah-sampah yang ada telah terkelola dengan baik, kondisi lingkungan yang
bersih, rapi, indah, dan teratur akan tercipta. Dengan demikian, daya tarik pariwisata pun
akan meningkat dan bahaya banjir yang selama ini dominan disebabkan karena sampah akan
berkurang. Maka dari itu, mari saling bahu-membahu mencegah Indonesia menjadi ladang
sampah dan wujudkan negeri yang bersih untuk kita tinggali.
3.2 Penutup
Demikian Laporan Kegiatan Sosialisasi yang saya buat, terimakasih kepada Ibu. Yuni
Nurkuntari,S.Sos.,M.A. yang telah memberikan mandat kepada saya, sehingga kegiatan
sosialisasi kesehatan ini dapat terlaksana dengan baik. Saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik serta saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan. Semoga laporan kegiatan ini dapat dipahami
oleh siapapun dan bermanfaat bagi yang membacanya.
7
DAFTAR PUSTAKA
iii
LAMPIRAN
iv