Jbptppolban GDL Faishalrid 7233 3 Bab2 4
Jbptppolban GDL Faishalrid 7233 3 Bab2 4
BAB II
LANDASAN TEORI
(Sularso, hal.170)
Secara umum, prinsip kerja kompresor adalah dengan menghisap udara atau
gas yang kemudian dimampatkan udara atau gas tersebut dengan cara memperkecil
volume ruangan sehingga tekanannya menjadi naik. Udara yang bertekanan ini
dapat langsung digunakan atau disimpan terlebih dahulu dalam tangki yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan energi.
Terdapat berbagai cara dalam proses memampatkan udara atau gas, yaitu
dapat melalui gerakan bolak balik piston dalam silinder pada kompresor torak. Hal
ini bertujuan untuk mengeluarkan gas secara berulang-ulang. Ketika torak bergerak
II-1
II-2
untuk menghisap, tekanan udara di dalam silinder lebih rendah dibandingkan
tekanan lingkungannya, sehingga katup hisap akan terbuka dan udara atau gas dapat
masuk ke dalam silinder. Selanjutnya, torak akan bergerak untuk mengkompresikan
udara
atau gas yang sudah masuk tersebut sehingga dorongan piston terhadap udara
yang telah dihisap menyebabkan tekanan menjadi naik. Tekanan yang naik karena
dorongan piston terhadap udara ini disebabkan karena volume udara yang terkurung
dalam silinder menjadi kecil, sementara pada saat yang bersamaan katup hisap
tertutup. Sesuai dengan bunyi hukum Gas Ideal, yaitu semakin besar penyempitan
volume yang terjadi, maka tekanannya semakain besar. Dengan demikian karena
tekanan di dalam silinder tinggi maka udara atau gas yang bertekanan ini akan
terdorong keluar melalui katup keluar. Udara bertekanan ini biasanya disimpan
dalam tabung penyimpanan energi atau dikompresi lagi demi mendapatkan tekanan
yang lebih tinggi.
II-3
Kompresor jenis perpindahan seperti dapat dilihat pada Gambar II.2, bisa
dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu jenis putar dan jenis bolak-balik. Kompresor
putar sendiri dapat dibagi lagi menjadi jenis roots, sudu luncur, dan sekrup.
Selain itu, secara umum kompresor juga dapat diklasifikasikan berdasarkan
konstruksinya menjadi:
1. Klasifikasi berdasarkan jumlah tingkat kompresi: satu tingkat, dua tingkat,
banyak tingkat.
2. Klasifikasi berdasarkan langkah kerja: kerja tunggal, kerja ganda.
3. Klasifikasi berdasarkan susunan silinder: mendatar, tegak, bentuk-L, bentuk-V,
bentuk-W, bentuk bintang, lawan berimbang.
4. Klasifikasi berdasarkan cara pendinginan: pendinginan air, pendinginan udara.
5. Klasifikasi berdasarkan transimisi penggerak: langsung, sabuk-V, roda gigi.
6. Klasifikasi berdasarkan penempatan: permanen (stationary), dapat
dimpindahkan (portable).
7. Klasifikasi berdasarkan cara pelumasan: pelumasan minyak, tanpa minyak.
Kompresor jenis torak bolak balik sebagai salah satu dari pengklasifikasian
kompresor bedasarkan mekanisme kompresor dan jenis perpindahannya (positive
displacement) menggunakan torak yang diletakan pada suatu tabung. Piston bisa
bergerak dengan bebas secara naik dan turun untuk memberikan efek penurunan
volume gas yang berada di bagian atas piston. Pada bagian atas silinder diletakan
katup yang dapat membuka-menutup dengan fungsi untuk menghisap dan
mengeluarkan udara. Jumlah silinder yang umum digunakan pada kompresor torak
adalah silinder tunggal (yang banyak digunakan pada unit domestik) namun
kompresor torak dengan multi silinder juga banyak digunakan. Jumlah silinder yang
digunakan pada unit komersial dan industrial biasanya dapat mencapai 16 buah
silinder. Gambar II.3 memperlihatkan formasi susunan silinder pada kompresor.
Susunan silinder pada sistem multi silinder dapat diatur menjadi 4 formasi, yaitu:
a. Parallel
b. Bentuk V
II-4
c. Bentuk W
d. Bentuk VW
Gambar II. 3 Formasi susunan silinder
Kompresor torak dapat berupa stasioner atau portable, satu atau multi
tingkat, dan dapat digerakkan dengan motor bakar.
Kompresor torak kecil dengan daya sebesar 3,5 – 22 kW (5 – 30 HP)
umumnya dijumpai di industri sebagai utilitas udara tekan, dan khususnya bekerja
untuk intermiten. Kompresor torak skala besar yang dayanya mencapai 750 kW
(1000HP) juga banyak dijumpai beberapa aplikasi pada industri besar namun
jumlahnya semakin berkurang dan digantikan dengan beberapa jenis kompresor
lain seperti kompresor ulir atau kompresor setrifugal.
Bagian-bagian dari konstruksi kompresor udara jenis torak diantaranya
adalah silinder, kepala silinder, torak, batang torak, poros engkol, katup-katup,
kotak engkol dan alat-alat bantu. Berikut ini akan diuraikan beberapa bagian utama
dari kompresor udara jenis torak.
II-5
panas yang dihasilkan pada kompresor dengan pendingin udara, kompresor
dilengkapi selubung air di dinding luar silinder.
Tutup silinder dibagi menjadi dua ruangan, yaitu satu sebagai sisi hisap dan
sisi keluar. Sisi hisap dilengkapi dengan katup hisap sedangkan sisi keluar
dilengkapi katup keluar. Terdapat dua tutup sendiri pada kompresor kerja ganda
yaitu tutup atas dan tutup bawah silinder. Sama dengan silinder, tutup silinder juga
harus kuat untuk menahan tekanan yang diberikan. Umumnya, tutup silinder ini
dibuat dari material dari besi cor dengan dinding luar yang diberi sirip-sirip
pemancar panas seperti diperlihatkan pada Gambar II.4.
Material torak seharusnya cukup tebal dan kuat agar dapat menahan tekanan
yang diberikan. Pemasangan torak juga harus seringan mungkin untuk mengurangi
getaran dan gaya inersia yang ditimbulkan dari gerakan bolak-balik. Selain itu,
bentuk torak perlu disesuaikan agar dapat menangani pengaruh pemuaian yang
disebabkan pemanasan saat proses pemampatan.
Cincin torak ditaruh pada alur yang mengelilingi torak yang berguna untuk
mengantisipasi kebocoran antara silinder dengan permukaan torak. Perbedaan
tekanan antara sisi atas dan sisi bawah torak mempengaruhi jumlah cincin torak
II-6
yang dipakai. Namun penggunaan 2 hingga 4 buah cincin pada kompresor dapat
dipandang cukup dengan catatan tekanannya kurang dari 10 kgf/cm2 (0.98MPa).
Cincin penyapu minyak dipasang di bagian alur paling bawah diantara alur-
alur yang lainnya pada kompresor tunggal dengan silinder yang tegak. Cincin
penyau minyak ini berfungsi untuk menyeka minyak yang terpecik pada dinding
dalam silinder, bukan untuk mencegah kebocoran udara.
Udara tekan yang bersih pada umumnya didapatkan dari penggunaan
kompresor bebas minyak. Udara tekan bersih yang dimaksud adalah udara yang
tercampur uap minyak. Karena itu, pemakaian karbon yang bersifat melunasi
tidak
bagiannya sendiri pada cincin torak dan pengikat dapat dijadikan alternatif lain jika
permukaan dalam silinder tidak dilumasi. Bagian dalam cincin torak dipasangkan
cincin penegang agar cincin torak dapat terpasang dengan benar pada permukaan
dalam silinder. Gambar II.5 memberikan ilustrasi mengenai konstruksi torak.
2.2.3. Katup
Katup hisap dan keluar yang digunakan pada kompresor dapat membuka
dan juga menutup secara otomatis. Hal ini dikarenakan terjadinya perbedaan
tekanan pada bagian dalam dan luar dari silinder.
Kedua katup ini akan membuka dan menutup jika ada gerakan bolak-balik
pada torak. Karena itu, katup memiliki frekuensi kerja tertinggi jika dibandingkan
dengan bagian lain kompresor. Katup keluar bekerja pada kondisi yang berat karena
II-7
tugasnya mengeluarkan udara bersuhu panas dan tidak jarang juga terdapat
sumbatan dikarenakan karbid yang terbawa oleh aliran udara. Maka dari itu, katup
keluar memerlukan perhatian khusus dalam hal pengoperasian dan perawatan.
Terdapat
banyak kontruksi untuk katup, namun jenis katup yang umum dipakai saat
ini adalah katup cincin, katup pita, katup kanal dan katup kepak.
Gambar II.6 menunjukkan konstruksi katup hisap untuk jenis katup cincin.
Katup keluar mempunyai konstruksi agak berbeda dengan katup hisap dimana
bagian atas dan bagian bawahnya terbalik dibandingkan dengan bagian katup hisap.
itu, baut katup dipasang dari atas dan harus dikencangkan.
Selain
II-8
berseberangan dengan pen engkol terhadap sumbu putar. Pada ujung poros engkol
terdapat kopling yang berfungsi untuk meneruskan daya dari penggerak awal.
Untuk kompresor yang digerakkan melalui sabuk-V, ujung poros engkolnya
dipasang
sebuah puli-V yang berfungsi sebagai roda gaya. Poros engkol biasanya
terbuat dari baja tempa karena memerlukan kekuatan yang besar dan ketahanan
yang cukup terhadap keausan.
Ujung keausan dari batang penggerak dipasang pada pen engkol sedang
ujung kecilnya dihubungkan dengan torak melalui pen torak dalam kompresor kerja
tunggal. Bagian kecil tersebut juga dihubungkan dengan kepala silang melalui pen
silang pada kompresor kerja ganda. Pada kedua ujung tersebut dipasang metal
bantalan.
Sama seperti poros engkol, batang penggerak juga terbuat dari baja tempa,
sedangkan bantalannya dipakaikan logam putih atau bantalan bola. Bantalan pada
ujung yang kecil agak berbeda bebannya dari bantalan biasa karena bantalan ini
menerima beban tumbukan yang besar. Beban yang besar ini disebabkan karena
adanya gerakan bolak-balik dan tekanan gas yang berubah-ubah setiap putaran.
Dengan demikian, cara pelumasan dan bahan metal harus dipilih secara seksama.
Pada bantalan ini umumnya digunakan paduan tembaga.
II-9
baja tempa yang dilapisi logam putih. Bantalan metal presisi juga dapat digunakan,
namun bantalan yang lebih banyak digunakan adalah bantalan gelinding, terutama
dengan jenis bola dan rol kerucut.
II-10
II-11
tangki udara. Jika tekanan udara di dalam tangki melebihi batas tertentu, motor
penggerak akan diberhentikan oleh tombol tekanan ini secara otomatik. Maka
sebaiknya jika tekanan di dalam tangki udara turun sampai di bawah batas minimal
yang
ditetapkan, maka tombol akan tertutup dan motor dapat dijalankan dengan
baik kembali.
Pembebas beban dengan pemutus otomatik banyak diaplikasikan pada
kompresor kecil karena katup hisap pembebas beban yang berukuran kecil sulit
diproduksi. Juga, motor kompresor berdaya kecil dengan mudah dapat dihidupkan
dan dimatikan dengan tombol tekanan.
2.2.7. Pelumasan
II-12
sampai mencapai harga tertentu lalu dialirkan ke semua bagian yang memerlukan
melalui saluran di dalam poros engkol dan batang penggerak. Pada sisi keluar
pompa roda gigi, sebuah katup pembatas tekanan dipasang untuk membatasi
tekanan
minyak.
Kompresor berukuran sedang dan besar menggunakan pelumasan dalam
yang dilakukan dengan pompa minyak jenis plunyer secara terpisah, yang seperti
diperlihatkan pada Gambar II.9. Pelumasan luarnya dilakukan dengan pompa roda
gigi yang dipasang pada ujung poros engkol seperti yang diperlihatkan dalam
Gambar II.10.
Sebelum kompresor bekerja, sediakan terlebih dahulu pompa tangan yang
dipasang parallel dengn pompa roda gigi karena pompa roda gigi harus dipancing
terlebih dahulu. Jalur pipa minyak pelumas juga perlu dipasang rel tekanan yang
bekerja secara otomatis menghentikan kompresor kalau terjadi penurunan tekanan
minyak sampai di bawah batas minimum. Jika permukaan tempat minyak kosong
dan pompa diharuskan untuk menghisap udara maka rel akan bekerja dan
kompresor berhenti.
II-13
Gambar II. 9 Sistem pelumasan minyak dalam
(Sularso, hal.216)
II-14
2.2.8. Peralatan Pembantu
Agar kompresor bisa bekerja secara optimal, kompresor dilengkapi dengan
berbagai peralatan pembantu. Peralatan pembantu yang penting tersebut
diantaranya:
Saringan udara
Silinder dan cincin torak akan cepat aus dan terbakar jika udara yang dihisap
mengandung banyak debu. Untuk itu, kompresor harus dilengkapi saringan udara
yang dipasang pada sisi hisapnya.
Saringan yang umum digunakan saat ini tersusun dari tabung-tabung
penyaring yang memiliki diameter dan panjangnya sekitar 10 mm. Tabung-tabung
ini ditempatkan dalam kotak berlubang atau keranjang kawat, yang kemudian
dicelupkan ke dalam genangan minyak. Udara yang dihisap kompresor harus
mengalir melalui minyak dan tabung yang lembab oleh minyak. Maka dari itu, debu
yang terbawa akan melekat pada saringan sehingga udara yang masuk ke kompresor
menjadi bersih. Aliran yang bergerak melewati saringan tersebut sangat turbulen
dan arahnya membalik sehingga sebagian besar dari partikel debu akan tertangkap
pada peralatan pembantu ini. Gambar II.11 mengilustrasikan sebuah saringan udara
jenis genangan minyak.
Katup pengaman
Katup pengaman umumnya dipasang di pipa keluar pada setiap tingkat
kompresor. Katup pengaman bekerja untuk membuka dan membuang udara ke luar
jika tekanan melebihi 1 atau 2 kali tekanan normal maksimum kompresor. Secara
II-15
akurat, pengeluaran udara harus berhenti jika tekanan sudah mendekati tekanan
normal maksimum. Gambar II.12 menunjukkan ilustrasi penampang sebuah katup
pengaman.
Tangki udara
Tangki udara digunakan sebagai alat penyimpan udara tekan supaya jika
adanya perubahan jumlah pada kebutuhan udara tekan dapat dilayani dengan lancar.
Untuk kompresor torak dimana udaranya keluar dengan berfluktuasi, tangki udara
akan memperhalus aliran. Juga, udara yang ditaruh di dalam tangki akan terjadi
pendinginan secara perlahan dan uap air yang mengembun bisa terkumpul di dasar
tangki jika suatu saat uap air perlu untuk dibuang. Maka dari itu, udara yang
dialirkan ke pemakai sudah dingin dan tidak terlalu lembab.
Kompresor juga memiliki alat-alat pengaman yang berfungsi untuk
menghindari kecelakaan, yaitu:
Alat penunjuk tekanan, rel tekanan udara dan rel tekanan minyak.
Alat penunjuk temperatur dan rel termal (untuk temperatur udara keluar,
temperatur udara masuk, temperatur air pendingin, temperatur minyak, dan
temperatur bantalan).
Rel aliran air, untuk mendeteksi aliran yang berkurang atau terhenti.
II-16
2.3. Hukum Gas Ideal
Dibawah ini adalah perumusan Hukum Gas Ideal, Hukum Kontinuitas, dan
Hukum Bernoulli.
1. Hukum Gas Ideal
Persamaan gas ideal dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑃.𝑣=𝑅.𝑇 atau 𝑃.𝑉=𝑚.𝑅.
Dimana: P = tekanan (Pa)
v = volume spesifik (𝑚3 /kg)
V = volume (𝑚3 )
m = massa (kg)
T = temperature (K)
R = konstanta gas (287 J/kg.K)
2. Hukum Kontinuitas
Hukum kontinuitas dikenal juga sebagai hukum kekekalan laju aliran atau debit Q
(𝑚3 /s) dan dapat ditulis dalam bentuk persamaan:
𝑄1=𝑄2 atau ρ1 . 𝐴1 . 𝑣1 =ρ2 . 𝐴2 . 𝑣2
Untuk fluida incompressible dapat disederhanakan menjadi:
𝐴1 . 𝑣1 = 𝐴2 . 𝑣2 (incompressible)
3. Hukum Bernoulli
Hukum bernoulli dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut:
P1 𝑣1 2 P2 𝑣2 2
+ +z1 = + +z2
ρ1 .g 2𝑔 ρ2 .g 2𝑔
II-17
2.4. Proses Kompresi Gas
Untuk memudahkan memahami proses yang terjadi selama kompresi gas,
maka perlu dipahami istilah tentang kompresi isothermal, kompresi adiabatik, dan
kompresi politropik. Dimana hubungan secara umum adalah:
P1 .𝑉1 P2 .𝑉2
=
𝑇1 𝑇2
1. Kompresi isothermal
Bila suatu gas dikompresikan, maka ini berarti ada energi mekanik yang diberikan
dari luar kepada gas. Energi ini dirubah menjadi energi panas sehingga temperatur
gas akan naik jika tekanan semakin tinggi. Namun, jika proses kompresi ini
dibarengi dengan pendinginan untuk mengeluarkan panas yang terjadi, temperatur
dapat dijaga tetap 𝑇1 = 𝑇2 (dianggap semua kalor terbuang). Sehingga
persamaannya:
P1 . 𝑉1=P2. 𝑉2 berarti, n = 1
2. Kompresi adiabatik
Jika silinder terisolasi secara sempurna terhadap panas, maka kompresi akan
berlangsung tanpa ada panas yang keluar dari gas atau masuk ke dalam gas. Dalam
praktek, proses adiabatik tidak pernah terjadi secara sempurna. ΔQ = 0 (dianggap
tidak ada kalor terbuang). Sehingga persamaannya:
3. Kompresi politropik
Kompresi politropik merupakan proses sebenarnya yang terjadi karena tidak
mungkin 𝑇1 = 𝑇2 dan ΔQ = 0. Sehingga persamaan kompresi gas sebenarnya
adalah:
P1 . 𝑉1 𝑛 =P2 . 𝑉2 𝑛 berarti, 1 < n < k
Pada saat proses kompresi, ada dua macam efisiensi yang penting yaitu
efisiensi volumetrik dan efisiensi adiabatik keseluruhan. Dua macam efisiensi ini
dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
II-18
Efisiensi volumetrik
Efisiensi volumetrik didefinisikan sebagai perbandingan antara volume gas
yang dihasilkan dengan volume perpindahan torak, efisiensi volumetrik dapat
dirumuskan
sebagai berikut:
Dimana:
Qs = volume gas yang dihasilkan pada kondisi tekanan dan temperatur isap
(𝑚3 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
Dimana:
= Vc/Vs, rasio volume sisa (clearance) realtif
II-19
Pd = Tekanan keluar dari silinder tingkat pertama (kgf/𝑐𝑚2 𝑎𝑏𝑠)
Ps = Tekanan isap dari silinder tingkat pertama (kgf/𝑐𝑚2 𝑎𝑏𝑠)
n = Koefisien ekspansi gas yang tertinggal didalam volume sisa n untuk udara = 1,2
Vc =
Volume sisa
Vs = Volume isap
Tanda menunjukan bahwa sebenarnya lebih kecil dari perhitungan karena ada
kebocoran melalui cincin torak dan katup-katup serta tahanan katup.
Pengaruh nilai dan Pd/Ps pada efisiensi volumetrik ( ) diperlihatkan oleh gambar
berikut ini.
II-20
Dimana:
= efisiensi adiabatik keseluruhan (%)
Lad = Daya adiabatik teoritis (kW)
Ls = Daya yang masuk pada poros kompresor (kW)
Besarnya daya adiabatik teoritis dapat diperhitung dengan rumus:
𝑘−1
𝑚. 𝑘 𝑃𝑠𝑄𝑠 𝑃𝑑 𝑚.𝑘
𝐿𝑎𝑑 = 𝑥 𝑥[( ) − 1]
𝑘 − 1 6120 𝑃𝑠
Dimana:
Ps = Tekanan isap tingkat (kgf/𝑐𝑚2 𝑎𝑏𝑠)
Pd = Tekanan keluar dari tingkat terakhir (kgf/𝑐𝑚2 𝑎𝑏𝑠)
Qs = Jumlah gas yang keluar dari tingkat terakhir (𝑚3 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) dinyatakan pada
kondisi tekanan dan temperatur isap
k = Cp/Cv
m = jumlah tingkat kompresi;
m = 1,2,3 (untuk m>1, rumus tersebut mencakup proses pendinginan pada
pendinginan antara, sehingga proses kompresi keseluruhan dari Ps menjadi Pd
bukan proses adiabatik murni)
Pada Gambar II.14 diberikan harga daya adiabatik teoritis yang diperlukan untuk
mengkompresikan 1 𝑚3 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 udara dengan kondisi standar sebagai hasil
perhitungan rumus diatas. Dari Gambar II.14 terlihat bahwa daya yang diperlukan
untuk kompresi 2 harganya lebih rendah dibandingkan kompresi 1 tingkat. Harga
yang lebih rendah ini diperoleh pada kompresor 2 tingkat dengan pendingin udara
antara, dimana penggunaan pendingin udara antara ini akan memperkecil kerja
kompresor. Jika tidak digunakan pendingin antara, maka daya yang diperlukan
kompresi 2 tingkat akan sama besarnya dengan daya 1 tingkat, pada perbandingan
tekanan yang sama.
II-21
II-22
2.6. Diagram P-V kompresor
Diagram P-V kompresor satu tingkat
II-23
adiabatik dan tekanan keluar kompresor tidak tetap harganya maka perhitungan
diatas merupakan perhitungan yang kasar.
Penentuan perhitungan kasar efisiensi volumetrik dan efisiensi adiabatik
kesuluran
dapat diambil sebgai berikut:
Kompresor besar 80-85%
Kompresor sedang 75-80%
Kompresor kecil 65-70%
2.8. Transmisi
Diperlukan suatu elemen yang dapat mentransmisikan daya maupun putaran
dari motor penggerak ke mesin/alat yang digerakan. Elemen tersebut antara lain:
Sabuk (Belt)
Rantai (Chain)
Roda gigi (Gear)
Pemakainan ketiga elemen diatas (Belt, Chain, Gear) tentunya disesuaikan
dengan penggunaan dan kebutuhan yang diperlukan. Berikut adalah suatu elemen
untuk mentransmisikan daya dan putaran yang dipakai pada kompresor torak, yaitu:
Transmisi sabuk penggerak (Belt)
Transmisi langsung dengan roda gigi sering tidak memungkinkan terjadi
karena jarak yang jauh antara dua buah poros. Untuk kondisi ini, cara transmisi
yang dapat dipakai adalah dengan menggunakan belt atau Chain yang dibelitkan
sekeliling puli atau sproket pada poros. Berdasarkan jenisnya, transmisi belt dapat
dibagi menjadi tiga tipe:
Sabuk datar (Flat Belt)
Sabuk-V (V-Belt)
Sabuk Bergigi (Toothed Belt)
Sabuk bisa dipakai untuk memindahkan tenaga dari poros yang satu ke
poros lainnya, dimana posisi poros sejajar dengan jarak yang relatif jauh.
Sebenarnya pemindahan tenaga secara efektif dapat ditentukan dengan roda gigi,
tetapi untuk poros dengan jarak yang relatif jauh ini akan mengalami kesulitan
dalam mengkonstruksi dan memilih roda giginya.
II-24
Pemindahan tenaga dengan sabuk memiliki beberapa keuntungan diantaranya:
Konstruksinya sederhana, sehingga cost yang dibutuhkan lebih murah
Dapat memindahkan tenaga pada poros yang jaraknya relatif jauh
Sedangkan
kerugian memindahkan tenaga dengan sabuk antara lain:
Dapat terjadinya slip
Keselamatan kerja yang kurang dalam kondisi terbuka
Kapasitas terbatas
Tipe Transmisi belt yang digunakan pada kompresor torak yaitu:
2.8.1. V-Belt
Belt yang bentuk dasarnya trapesium seperti pada Gambar II.16 dibuat dari
tenunan dan serat-serat yang dibenamkan pada karet yang kemudian dilapis
kembali dengan anyaman. V-Belt dipakai untuk mentransmisikan daya dari satu
poros ke poros lainnya melalui puli yang bergerak berputar dengan kecepatan sama
atau berbeda.
Jenis bahan yang digunakan untuk v-belt terdiri dari:
Kulit
Anyaman benang
Karet
II-25
Operasi lebih tenang
Mampu merendam kejutan saat start
Putaran poros dapat dalam 2 arah & posisi kedua poros dapat sembarang.
Kekurangan v-belt:
Tidak dapat digunakan untuk jarak poros yang panjang
Umur lebih pendek
Konstruksi puli lebih komplek dibanding puli untuk flat belt
Aplikasi v-belt:
Penerus daya pada mesin-mesin kecepatan tinggi seperti kompresor dll.
Kipas radiator mobil
Mesin-mesin pertanian
Mesin-mesin industri
Mesin perkakas
Mesin kertas, mesin tekstil dsb.
II-26
pada baja. Babbit adalah satu contoh yang sangat common pada komponen
logam dan umumnya dipakai pada bantalan crankshaft dan camshaft. Lapisan
babbit yang tipis lebih mempunyai ketahanan fatigue yang baik dibanding
lapisan babbit yang tebal, tetapi tidak bisa melekatkan partikel asing dengan
baik. Karena babbit memiliki suhu peleburan yang rendah dan mudah rusak
dalam kondisi pelumasan batas (boundary lubrication), untuk itu diperlukan
pelumasan hidrodinamik atau hidrostatik yang baik.
Bronzes
Kelompok paduan tembaga, terutama bronze, adalah pilihan yang tepat untuk
melawan baja atau besi cor. Bronze lebih lunak dibanding material ferrous
tetapi mempunyai kekuatan machinability dan ketahanan korosi yang baik serta
bekerja dengan baik melawan paduan besi jika dilumasi. Terdapat lima jenis
paduan tembaga yang umumnya dipakai sebagai bantalan yaitu, copper-lead,
leaded bronze, tin bronze, aluminium, bronze, dan berrylium copper.
Kekerasan paduan tembaga bronze bermacam-macam, yang nilainya hampir
sama dengan babbit maupun yang nilainya hampir sama dengan baja. Bushing
bronze dapat bertahan dalam kondisi pelumasan batas (boundary lunrication)
dan menahan beban dan temperatur yang tinggi.
Besi cor kelabu dan baja
Bahan ini adalah material bantalan yang cukup baik untuk melawan besi cor
kelabu dan baja dalam kecepatan rendah. Grafit bebas pada besi cor
mengoptimalkan lubricity tetapi pelumas cair baiknya tetap saja diberikan. Jika
baja dengan baja lain dikeraskan kemudian diberi pelumas, maka keduanya
juga bisa melawan dengan baik. Ini merupakan pilihan yang umum digunakan
pada rolling contact di bantalan rolling-element. Bahkan baja dapat melawan
material lainnya jika diberi pelumasan yang pas.
Sintered Materials
Material seperti ini dibuat dari serbuk dan tetap berpori jika dilihat secara
mikroskopik setelah diberi perlakuan panas. Porositas memungkinkan sintered
material untuk menyimpan pelumas dengan aksi kapilaritas, dan kemudian
II-27
melepaskannya ke bantalan jika panas. Sintered bronze umumnya dipakai
untuk melawan baja atau besi cor.
Material non-Logam
Beberapa jenis material non-logam kemungkinan dapat bekerja dalam kondisi
kering karena mempunyai sifat lubricity yang baik. Contohnya adalah grafit.
Beberapa jenis material termoplastik seperti nilon, acetal, dan teflon memiliki
kekuatan dan temperatur yang ebih rendah dengan koefisien gesek yang rendah
dibandingkan logam manapun, yang jika digabungkan dengan konduktivitas
panasnya yang buruk akan membatasi beban dan kecepatan yang bisa ditahan.
Teflon memiliki koefisien gesek yang kecil maka sepatutnya diberi filer untuk
meningkatkan kemampuannya. Filer yang umumnya dipakai pada teflon adalah
inorganic filers seperti talc atau serat kaca yang dapat meningkatkan
kemampuan berupa kekuatan dan kekakuan, serbuk grafit dan MoS2 yang dapat
mengoptimalkan lubricity, kekuatan serta ketahanan temperaturnya. Pada
prakteknya, kombinasi material poros dengan bantalan sangat terbatas. Gambar
II.17 memperlihatkan kombinasi material poros dengan bantalan.
II-28
2.10. Teknik Perawatan
Perawatan adalah suatu kegiatan yang dibutuhkan untuk memelihara dan
menjaga kualitas pemeliharaan fasilitas agar fasilitas tersebut tetap bisa digunakan
dengan baik dan berada dalam kondisi optimal.
Definisi lain mengenai perawatan menurut Assauri adalah suatu kegiatan
untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan
perbaikan atau penyesuaian/pergantian yang diperlukan agar dapat diperoleh suatu
keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan yang direncanakan.
2.10.1. Terminologi
Perawatan (maintenance)
Perawatan adalah suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk
menjaga fasilitas atau memperbaikinya sampai mencapai kondisi yang layak dan
bisa digunakan.
Perawatan yang terencana (planned maintenance)
Perawatan yang terencana adalah cara perawatan yang diorganisir dan dilakukan
berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
Perencanaan perawatan (maintenance planning)
Perencanaan perawatan adalah penentuan yang dilakukan sebelum pekerjaan
perawatan terutama pada pekerjaan/tugas, metode kerja, material, alat dan
peralatannya, mesin, tenaga kerja serta waktu yang diperlukan dalam pekerjaan
perawatan yang akan datang berikut pengendalian pencatatan sesuai dengan
rencana.
Perawatan pencegahan (Preventive maintenance)
Perawatan pencegahan adalah cara perawatan yang dilakukan atas dasar rencana
yang telah ditetapkan pada selang waktu yang telah ditentukan, dan bersifat
pencegahan terhadap terjadinya kerusakan yang munkin terjadi.
Perawatan perbaikan (Corrective maintenance)
Perawatan perbaikan adalah cara perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
memulihkan bagian atau komponen mesin. Kegiatan perawatan perbaikan meliputi
II-29
penyetelan dan reparasi yang telah terjadi agar kembali pada kondisi yang dapat
diterima.
Jadwal perawatan (maintenance schedule)
Jadwal
perawatan adalah susunan yang komprehensif tentang kegiatan pekerjaan
perawatan lengkap dengan daftar kejadian serta akibatnya.
Program perawatan (maintenance program)
Program perawatan adalah daftar alokasi kegiatan perawatan dalam jangka waktu
tertentu.
Perawatan berjalan (Running Maintenance)
Perawatan berjalan adalah cara perawatan yang dapat dilakukan dalam keadaan
running, atau ketika fasilitas dalam keadaan dipakai.
Perawatan terbatas (Shut Down Maintenance)
Perawatan terbatas adalah sistem perawatan yang hanya bisa dilakukan pada saat
fasilitas berhenti, atau ketika suatu mesin/alat dalam keadaan tidak dipakai.
Inventarisasi
Inventarisasi adalah daftar inventaris dari berbagai fasilitas yang ada di suatu
pabrik, bengkel, gedung, dll.
Perawatan darurat (emergency maintenance)
Perawatan darurat adalah suatu tindakan perawatan yang perlu segera dilakukan
untuk mencegah akibat lain yang lebih fatal.
Kerusakan (Break Down)
Kerusakan dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana suatu fasilitas sudah
tidak mempunyai manfaat, baik secara teknis maupun secara ekonomis, hal ini
merupakan kegagalan yang mengakibatkan ketidaksediaan alat sehingga pekerjaan
dapat terganggu.
Laporan kerja (Job Report)
Laporan kerja adalah pernyataan yang memuat pekerjaan perawatan yang sudah
selesai dilaksanakan dan catatan-catatan kondisi dari suatu fasilitas.
II-30
Overhaul
Overhaul adalah suatu proses perbaikan secara besar-besaran, pemulihan secara
menyeluruh serta pengujiannya dari suatu fasilitas untuk mencapai kondisi yang
diterima.
II-31
Meminimalkan waktu keterlambatan (Minimize late time)
Meminimalkan persediaan barang dalam proses (Minimize work in the
Processinventory)
II-32
perawatan rutin biasanya dipakai sebagai strategi perawatan pencegahan dan
dokumen penting lainnya antara lain seperti kartu-kartu perawatan.
2.10.5.
Kartu Perawatan Pencegahan
II-33
Dalam instruksi perawatan disebutkan bagaimana inspeksi dilaksanakan,
metode pelaksanaan, batasan temperatur, clearance dan lain sebagainya. Instruksi
perawatan dapat digunakan bagi seluruh komponen yang memiliki kesamaan,
sedangkan
bila terjadi perubahan metode inspeksi, hanya dengan perubahan satu
instruksi, perubahan tersebut berlaku bagi seluruh komponen yang memiliki
kesamaan selama nomor instruksi pada daftar perawatan utama atau kartu
perawatan yang menunjukkan seperti pada nomor instruksi yang sama.
Laporan
Kegiatan pekerjaan perawatan yang melingkupi perbaikan, pendeteksian
kegagalan dan yang lainnya perlu dilaporkan secara lisan atau tertulis, tergantung
pada besar kecilnya pabrik dan rutinitas yang telah ditetapkan. Isi laporan tersebut
bervariasi menurut jenis operasi yang dilaksanakan. Evaluasi laporan digunakan
untuk mengetahui program-program inspeksi yang sedang dilakukan yang
mencakup kebutuhan dan pencatatan pemeriksaan tersebut dipakai sebagai dasar
analisis, bagi perbaikan cara pelaksanaan inspeksi, atau kriteria perancangan dan
perencanaan mesin.
Isi Kartu Perawatan
Isi dari kartu perawatan pada umumnya harus berisikan:
Nama mesin dan uraian singkat kegunaan dalam proses
Nomor unit mesin, nomor ini harus dicantumkan pada mesin atau alat
Nomor account mesin
Uraian area pabrik
Nomor gambar assembling mesin
Pembuat mesin
Nomor gambar
Nama supplier
Nomor tipe
Nomor serial mesin
Tanggal pengirim
Nomor purchase order
II-34
Harga mesin pada saat pengiriman
Identitas mesin
Uraian tentang kapasitas, kualitas, kebutuhan energy dan lain sebagainya.
Sedangkan pada bagian belakang kartu terdapat tabel dan komponen suku
cadang yang dimiliki oleh mesin bersangkutan, semua suku cadang didalam bagian
persediaan harus dicatat di kartu ini karena akan dicantumkan sebagai seluruh suku
cadang yang digunakan untuk perbaikan dari modifikasi, tabel tersebut diisi sebagai
berikut:
Nomor jenis mesin
Uraian/nama mesin
Jenis tipe
Nomor gambar suku cadang dalam persediaan
Macam supplier
Waktu pengirim
2.11. Kelistrikan
Motor induksi yang umum dikenal ada dua macam berdasarkan jumlah
fasanya, yaitu motor induksi satu fasa dan motor induksi tiga fasa. Pada
pembahasan motor induksi ini, pertama akan dijelaskan tentang motor induksi tiga
fasa, kemudian motor induksi satu fasa, karena motor induksi satu fasa merupakan
modifikasi dari motor induksi tiga fasa. Penggunaan mesin induksi sebagai motor
listrik cukup banyak digunakan, hal ini karena motor induksi mempunyai
keuntungan sebagai berikut:
1. Bentuknya sederhana, konstruksinya cukup kuat.
2. Biayanya murah dan dapat diandalkan.
3. Efisiensi tinggi pada keadaan normal.
II-35
2.11.2. Starter star-delta
Starter ini digunakan untuk mengurangi lonjakan arus dan torsi pada saat
start. Pada starter DOL misalnya komposisi komponennya terdiri dari satu
contactor dan satu proteksi arus. Kelemahan starter model ini adalah kemungkinan
timbulnya arus start yang sangat tinggi. Biasanya bisa mencapai 6 sampai 7 kali.
Pada saat starter ini distart, torsi saat start ini juga sangat tinggi dan biasanya lebih
tinggi dari kebutuhan. Ini dapat terlihat adanya lonjakan/ gerakan yang keras saat
motor distart. Sedangkan starter star-delta tersusun atas main braker dan 3 buah
contactor yaitu main contactor dan 3 buah contactor yaitu main contactor, star
contactor dan delta contactor. Timer untuk pengalihan dari Star ke Delta serta
sebuah overload relay. Pada saat start, starter terhubung secara star. Gulungan
stator hanya menerima tegangan sekitar 0.578 (seper akar tiga) dari tegangan line.
Jadi arus dan torsi yang dihasilkan akan lebih kecil dari pada DOL Starter. Setelah
mendekati speed normal starter akan berpindah menjadi terkoneksi secara Delta.
Starter ini akan bekerja dengan baik jika saat start motor tidak terbebani dengan
berat.
Dalam proses perpindahan rangkaian dari star ke delta dibutuhkan durasi
waktu yang pas, karena apabila starting rangkaian star terlalu lama, maka akan
kehilangan daya listrik yang besar sehingga dampaknya cost yang tinggi.
Sedangkan apabila terlalu cepat, maka motor tidak dapat dihidupkan karena
kurangnya daya yang dibutuhkan oleh motor untuk bisa hidup/berputar. Oleh
karena itu, dibutuhkan pertimbangan untuk menentukan berapa lama durasi waktu
perpindahan dari rangkaian star ke delta. Hal yang terpenting yang harus diketahui
dari penyalaan mula star-delta adalah bahwa rangkaian star harus beroperasi
sampai 80% kecepatan motor tercapai kemudian rangkaian berpindah ke delta.
II-36
Gambar II. 18 Diagram Puli Kompresor
2.13. Getaran
II-37
II-38
2.13.1. Penyebab Getaran
Getaran berlebih pada mesin dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
1. Ketikdaseimbangan elemen yang berputar
2. Poros yang melentur
3. Kerusakan roda gigi
4. Kurang baiknya transmisi sabuk
5. Kuran baiknya bantalan
6. Momen punter yang bervariasi
7. Gaya aerodinamik
8. Gaya hidrolik
9. Kelonggaran ikatan
10. Kurang baiknya pelumas
II-39
(600 rpm). Kecepatan (velocity), parameter untuk mesin berputar pada frekuensi
10-1000Hz (600-6000 rpm). Percepatan (acceleration), parameter untuk mesin
beruputar pada frekuensi >1000Hz (>60.000 rpm).
Tabel
II. 2 Pemilihan Parameter Pengukuran Getaran
II-40
Titik pengujian getaran dilakukan pada motor dan kompresor dan titik getaran harus
dipilih sedekat mungkin dengan sumber getaran dengan arah horizontal, vertikal,
dan aksial.
Hasil dari pengukuran getaran tersebut dapat berupa grafik amplitudo, time
domain dan frequency domain.
2.13.6. Hasil Pengukuran Getaran
Hasil pengukuran yang didapat dari uji karakteristik pada kompresor piston
adalah
grafik antara lain:
1. Amplitudo
Amplitudo perubahan tekanan dapat dideskripsikan sebagai amplitudo tekanan
maksimum atau amplitudo root-mean-square (RMS) yang dinyatakan dalam
mm/𝑠 2 . RMS adalah tekanan sesaat yang dapat berupa tekanan positif dan negatif.
2. Time Domain
Domain waktu dalah yang memandang getaran sebagai simpangan terhadap waktu.
Domain waktu berguna dalam analisis secara keseluruhan mesin, tetapi sangat sulit
untuk digunakan, karena semua data vibrasi terdeteksi secara bersama-sama untuk
mewakili perpindahan total pada setiap waktu yang diberikan.
3. Frequency Domain
Domain frekuensi adalah yang memandang getaran berupa amplitudo sebagai
fungsi frekuensi. Domain frekuensi diperoleh dengan mengkonversi data domain
waktu menggunakan matematika teknik disebut sebagai Fast Fourier Transform
(FFT). FFT memungkinkan setiap komponen vibrasi spectrum mesin yang
kompleks yang akan ditampilkan sebagai diskrit frekuensi puncak. Tampilan
domain frekuensi ini memudahkan kita untuk menentukan nilai amplitudo pada
frekuensi tertentu.
II-41
berpusar akan menyebabkan adanya variasi tekanan dalam media elastis seperti air
atau udara dan beda pejal. Hal tersebut biasa disebut dengan kebisingan.
Ketika benda padat dikenai suatu getaran maka structure borne sound
ditransmisikan
ke lingkungannya yang kebanyakan berupa gas. Benda padat yang
bergetar sebagai sumber suara yang membangkitkan air-borne sound.
Sumber kebisingan yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan
kerusakan pendengaran. Hal ini bersifat sementara namun jika terjadi terus –
menerus tanpa ada pemulihan akan menyebabkan tuli dan tidak dapat disembuhkan.
II-42
3. Frekuensi
Frekuensi (f) adalah jumlah siklus variasi tekanan dalam suatu media setiap unit
waktu, sederhananya frekuensi adalah jumlah siklus tiap detik (cycle/s) dan dapat
dinyatakan
dalam Hertz (Hz). Noise merupakan gabungan berbagai frekuensi
secara bersama-sama.
4. Periode
Periode (T) adalah waktu yang diperlukan selama satu siklus suatu gelombang
untuk melewati titik tertentu. Periode berhubungan langsung dan berbanding
terbalik dengan frekuensi (f).
1
𝑇=
f
Keterangan:
T = Periode (s)
f= Frekuensi (Hz)
5. Kecepatan Perambatan
Kecepatan perambatan bunyi (c), frekuensi (f) dan panjang gelombang (λ),
hubungan satu dengan yang lainnya dinyatakan dalam persamaan berikut:
𝑐=𝑓.λ
Keterangan:
c = kecepatan perambatan (m/s)
f = frekuensi (Hz)
λ = panjang gelombang (m)
Berikut jenis jenis bising yang berdasarkan sifat dan spektrum bunyinya:
1. Bising Kontinyu Dengan Frekuensi yang Sempit
Frekuensi yang dihasilkan pada jenis bising ini bersifat tetap pada frekuensi
tertentu.
2. Bising Kontinyu Dengan Frekuensi Luas
Jenis bising kontinyu dengan frekuensi luas yaitu bising yang relatif tetap dalam
batas amplitudo ± 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut - turut.
II-43
3. Jenis bising terputus
Jenis bising ini tidak terjadi secara terus menerus tapi ada periode relatif tenang.
4. Bising Impulsif
Jenis
bising ini memiliki perubahan tekanan suara yang melebihi 40 dB dengan
II-44
4 94 1
5 97 0.5
6 100 0.25
II-45
Pemilihan jumlah tingkat kompresi yang sesuai pada kompresor merupakan
salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan. Karena dengan pemilihan tersebut,
efisiensi maksimum pada kompresor dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang
ada. Efisiensi maksimum pada jumlah tingkat kompresi tertentu dapat diidentifikasi
dengan nilai besarnya koefisien alir udara (ƒ). Koefisien alir udara dihasilkan dari
variasi massa jenis udara ketika pengisapan (inlet) dan pengeluaran (discharge).
Atau dengan persamaan berikut.
ρ𝑠
ƒ=
ρ𝑑
ƒ = Koefisien alir udara
ρ𝑠 = Massa jenis udara pada saat pengisapan (kg/𝑚3 )
ρ𝑑 = Massa jenis udara pada saat pengeluaran (kg/𝑚3 )
II-46
II-47
Sehingga massa jenis fluida pada saat pengisapan menuju pengeluaran ke
tingkat selanjutnya atau tingkat kompresi kedua menjadi meningkat. Oleh karena
itu volume pada tingkat kompresi kedua direduksi sebanyak Δ𝑄2 menunjukkan
Δ𝑄2 > Δ𝑄1. Dengan kasus tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
reduksi volume terhadap banyaknya jumlah tingkat kompresi, semakin banyak
tingkat kompresi maka reduksi volume akan semakin besar dan massa jenis fluida
akan semakin meningkat seiring bertambahnya tingkat kompresi. Selain itu potensi
terjadinya fenomena stalling, surging, dan choking akan besar seiring banyaknya
tingkat kompresi.
II-48