Anda di halaman 1dari 34

PAJAK PENGHASILAN

Pasal 22

Shafira Novianti Sindy Sintya Dewi Nurlaila Septiorini


(1911070177) (1911070177) (1711070167)
Bentuk pemotongan
DEFINISI atau pemungutan pajak
yang dilakukan satu
UU PAJAK PENGHASILAN (PPH)
NOMOR 36 TAHUN 2008
pihak terhadap wajib
pajak dan berkaitan
dengan kegiatan
perdagangan barang.
Dasar Hukum
UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 22
Kep Menkeu No. 254/KMK.03/2001 jo. 392/KMK.03/2001
jo. 236/KMK.03/2003 jo.154/PMK.03/2007 jo.
08/PMK.03/2008 jo 210/PMK.03/2008.
PMK No. 253/PMK.03/2008
PMK No.154/PMK.03/2010 stdtd PMK 107/PMK.010/2015
PER 31/PJ/2015 juklak dari PMK 107/2015
PMK No.90/PMK.03/2015
PEMU N G U T
P A S A L 2 2
PPH
(PMK NO.154/PMK.03/2010)

Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas:


1. impor barang; dan
2. ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral
bukan logam yang dilakukan oleh eksportir, kecuali yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang terikat dalam perjanjian kerjasama pengusahaan
pertambangan dan Kontrak Karya;

OWF • 2020
bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga Pemerintah
dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang;
bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran
atas pembelian barang yang dilakukan dengan
mekanisme uang persediaan (UP);
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit
Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga
yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung
(LS);
Badan usaha tertentu meliputi:
1) Badan Usaha Milik Negara,
2) Badan Usaha Milik Negara yang dilakukan
restrukturisasi oleh Pemerintah
3) Badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung
oleh BUMN meliputi : P PT Elnusa Tbk, PT Krakatau
Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton
Tbk, PT Kimia Farma Apotek, PT Kimia Farma Trading &
Distribution, PT Badak Natural Gas Liquefaction, PT
Tambang Timah, PT Petikemas Surabaya, PT Indonesia
Comnets Plus, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRI
Syariah, dan PT Bank BNI Syariah dll.
Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri
semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan
industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada
distributor di dalam negeri;
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang
Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor, atas
penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar
gas, dan pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak,
bahan bakar gas, dan pelumas;
Industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan, atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan
industrinya atau ekspornya;
Industri atau badan usaha yang
melakukan pembelian komoditas
tambang batubara, mineral
logam, dan mineral bukan logam,
dari badan atau orang pribadi
pemegang izin usaha
pertambangan;
Badan usaha yang memproduksi
emas batangan, atas penjualan
emas batangan di dalam negeri.
Impor barang tertentu & barang tertentu lainnya

Objek Pemungutan
Ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam
Pembelian barang oleh Bendaharawan Pemerintah & Kuasa

PPH 22
Pengguna Anggaran
Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas oleh produsen atau importir bahan bakar minyak,
bahan bakar gas, dan pelumas
Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri
oleh badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha
industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi
Penjualan kendaraan bermotor di dalam negei oleh ATPM,
APM dan Importir umum kendaraan bermotor
Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau
ekspor dalam bidang kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan
Pembelian batubara, mineral logam, mineral bukan logam
Penjualan emas batangan oleh produsen emas batangan
Penjualan barang yang tergolong sangat mewah
PENJUALAN BARANG SANGAT MEWAH
(PMK No.90/PMK.03/2015)

PESAWAT UDARA PRIBADI & HELIKOPTER PRIBADI


KAPAL PESIAR, YACHT, DAN SEJENISNYA;
RUMAH BESERTA TANAHNYA, DENGAN HARGA JUAL ATAU HARGA
PENGALIHANNYA LEBIH DARI RP5.000.000.000,00 (LIMA MILIAR RUPIAH)
ATAU LUAS BANGUNAN LEBIH DARI 400M2 (EMPAT RATUS METER
PERSEGI);
APARTEMEN, KONDOMINIUM, DAN SEJENISNYA, DENGAN HARGA JUAL
ATAU PENGALIHANNYA LEBIH DARI RP5.000.000.000,00 (LIMA MILIAR
RUPIAH) ATAU LUAS BANGUNAN LEBIH DARI 150M2 (SERATUS LIMA
PULUH METER PERSEGI);
KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT PENGANGKUTAN
TARIF PPh 22 BAGI YANG
TIDAK BER-NPWP
DALAM HAL WAJIB PAJAK YANG DIPUNGUT PPH
PASAL 22 TIDAK MEMILIKI NPWP, BESARNYA
TARIF PEMOTONGAN MENJADI LEBIH TINGGI
100% DARIPADA TARIF NORMAL
KETENTUAN INI TIDAK BERLAKU BAGI
PENGENAAN PPH PASAL 22 YANG BERSIFAT
FINAL
Tarif & DPP PPh Pasal 22
A. ATAS IMPOR & EKSPOR
Objek Pajak DPP Tarif
1. Impor Barang Tertentu Nilai Impor 10%

2. Impor Barang tertentu lainnya Nilai Impor 7,5%

3. Impor selain barang tertentu dan barang tertentu Nilai Impor 2,5% (Punya API)
7,5% (Tanpa API)
lainnya

4. Impor Kedelai, Gandum, Tepung Terigu Nilai Impor 0,5% (Punya API)

5. Barang Impor yang tidak dikuasai dalam penjualan Harga Jual Lelang 7,5%

lelang

6. ekspor komoditas tambang batubara Nilai Ekspor 1,5%

Nilai Impor = Cost + Insurance + Freight (CIF) + Bea Masuk & Pungutan Lainnya
B. ATAS BBM, GAS, DAN PELUMAS

Jenis Barang DPP Tarif Keterangan


Nilai Penjualan Tidak Penjualan ke SPBU
1. Bahan Bakar Minyak Termasuk PPN 0,2% Pertamina (Final)
Nilai Penjualan Tidak Penjualan ke SPBU selain
2. Bahan Bakar Minyak Termasuk PPN 0,3% Pertamina (Final)
Nilai Penjualan Tidak Penjualan ke Pihak Lain
3. Bahan Bakar Minyak Termasuk PPN 0,3% Selain SPBU
Nilai Penjualan Tidak
4. Bahan Bakar Gas Termasuk PPN 0,3%
5. Pelumas Nilai Penjualan Tidak
Termasuk PPN 0,3%
C. ATAS PENJUALAN HASIL PRODUKSI KEPADA
DISTRIBUTOR

Jenis Barang DPP Tarif Keterangan


Nilai Penjualan Tidak Penjualan Kepada
1. Semen Termasuk PPN 0,25% Distributor Dalam Negeri
Nilai Penjualan Tidak Penjualan Kepada
2. Kertas Termasuk PPN 0,1% Distributor Dalam Negeri
Nilai Penjualan Tidak Penjualan Kepada
3. Baja Termasuk PPN 0,3% Distributor Dalam Negeri
4. Kendaraan Bermotor Nilai Penjualan Tidak Penjualan Kepada
Roda Dua atau Lebih Termasuk PPN 0,45% Distributor Dalam Negeri

Penjualan Kepada
5. Pelumas DPP PPN 0,3% Distributor Dalam Negeri
D. TRANSAKSI LAINNYA

Jenis Barang DPP Tarif Keterangan


Pembelian barang
bendaharawan pemerintah dikenakan atas pembelian
KPA, baik di pusat maupun
Harga PembelianTidak 1,5% barang dengan nilai
di daerah Termasuk PPN pembelian di atas 2 juta

Pembelian barang oleh


BUMN & badan usaha Harga Pembelian Tidak dikenakan atas pembelian
tertentu yang dimiliki oleh Termasuk PPN 1,5% barang dengan nilai
BUMN pembelian di atas 10 juta

Penjualan kendaraan
bermotor oleh ATPM, APM, DPP PPN 0,45%
dan importir umum
Pengecualian Pemungutan
PPh Pasal 22
PEMBELIAN BARANG DALAM NEGERI
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,- (dua
juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-
pecah. (yang dilakukan instansi pemerintah,atau lembaga negara)
Pembayaran untuk pembelian BBM, listrik, gas, air minum
(PDAM) dan benda-benda pos. (yang dilakukan instansi
pemerintah,atau lembaga negara lembaga negara lain)
Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan untuk tujuan ekspor (perlu Surat Keterangan Bebas)
Pembayaran untuk pembelian barang sehub dg
penggunanan Dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS).
Pembayaran atas pembelian gabah dan/atau beras
oleh BULOG.
Pembayaran sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek
pemerintah yang dibiayai dengan hibah luar negeri.
IMPOR BARANG LUAR NEGERI
Impor barang dan/atau penyerahan barang yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan tidak terutang PPh (perlu SKB)
Dalam hal impor sementara jika nyata-nyata
dimaksudkan untuk diekspor kembali.
Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-
barang yang telah diekspor kemudian diimpor
kembali dalam kualitas yang sama atau barang-
barang yang telah diekspor untuk keperluan
perbaikan, pengerjaan dan pengujian , yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan Ditjen Bea &
Cukai.
impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea
Masuk dan/atau PPN (dilakukan oleh Ditjen Bea
Cukai) :
a.Barang milik perwakilan negara asing - asas timbal
balik.
b. Barang untuk keperluan badan internasional yang
diakui &
terdaftar pada pemerintah RI,
IMPOR BARANG YANG DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN
BEA MASUK/PPN :

Kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial


atau kebudayaan,
Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan
semacamnya, yang terbuka untuk umum, Barang untuk
keperluan penelitian, dan pengembangan Iptek,
Barang keperluan khusus tunanetra & penyandang cacat
lainnya,
Peti atau kemasan lain berisi jenazah atau abu jenazah,
Barang pindahan,
Barang pribadi penumpang, awak kapal, pelintas batas, dan
barang kiriman, sampai batas tertentu yang diatur dalam UU
Pabean,
Barang yang diimpor pemerintah Pusat/ Daerah yang ditujukan
untuk kepentingan umum,
Persenjataan, amunisi dan perlengkapan militer untuk
keperluan pertahanan dan keamanan negara,
Barang dan bahan untuk menghasilkan barang bagi keperluan
pertahanan & keamanan negara,
Vaksin polio dalam rangka program Pekan Imunisasi Nasional
(PIN),
Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku
pelajaran agama,
Kapal laut, kapal angkutan sungai dll yang beserta suku cadang
dan peralatan keselamatan pelayaran yang diimpor dan
digunakan oleh Perusahaan Pelayaran nasional atau
perusahaan penangkapan ikan nasional,
Pesawat udara, dan suku cadang serta alat keselamatan
penerbangan yang diimpor dan digunakan oleh perusahaan
angkutan udara nasional,
Kereta api, suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh
PT Kereta Api Indonesia,
Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan
photo udara wilayah RI yang dilakukan TNI
Surat Keterangan Bebas
Pemotongan/Pemungutan PPh 22
FASILITAS YANG DISEDIAKAN PEMERINTAH
PEMOTONGAN YANG BERSIFAT TIDAK FINAL

SKB PPh Pasal


22 Impor
SKB
Pot/Put
SKB Selain PPh
Pasal 22 Impor
SKB PPh Perusahaan PMA/PMDN yang baru didirikan
(bukan perluasan/penanaman kembali laba-laba
Pasal 22 tahun lalu)

Impor
Terbatas pada barang-barang modal yang
tersebut dalam master list (lampiran persetujuan
tetap yang dikeluarkan BKPM dan keperluan
bahan baku untuk satu tahun yang disetujui
BKPM)

Berlaku sejak pendirian sampai dengan 1


Desember tahun pendirian
WP dalam tahun berjalan dapat
menunjukkan tidak akan terutang
PPh karena rugi fiskal:
- WP baru berdiri & masih tahap investasi
SKB Selain PPh - WP belum sampai tahap produksi komersial
- Force majeur, sehingga mengalami kerugian

Pasal 22 Impor WP berhak atas kompensasi fiskal


yang lebih besar dari perkiraan
penghasilan neto

WP yang pembayaran PPh


dalam tahun berjalan lebih besar
dari PPh yang akan terutang.
Contoh Kasus 1
Orderan Pembuatan
Baju DInas Rp100.000.000 PEMERINTAH
PT TOKO BAGUS KABUPATEN
BOGOR

INVOICE: Memungut PPh 22 pada saat


Baju Dinas Rp 100Jt pembayaran. SSP Diisi atas
PPN (10%) Rp 10 Jt nama PT Baju Bagus &
Total Rp 110Jt ditandatangani Oleh
PPh 22 (1,5%) (Rp 1,5Jt) pemungut
Total yang Dibayar Rp 98,5Jt (PemKab Bogor)
Contoh Kasus 2

PT Traktor Bersatu, perusahaan penyewaan alat berat yang memiliki API,


mengimpor alat berat DOZER TRACTOR dari Jerman dengan harga faktur
US$100.000. Biaya asuransi sebesar US$5.000 dan ongkos angkut sebesar
US$25.000. Kurs Tengah BI (BI rate) waktu itu sebesar Rp 10.000 dan kurs
pajak ditetapkan sebesar Rp 9.000 per US$1. Bea masuk dibayar oleh PT
Traktor Bersatu sebesar 30% dari CIF. Berapa PPh 22 yang harus dibayar
dan Buat jurnal atas pembelian ini.
Harga Faktur $ 100.000
Biaya Asuransi $ 5.000
Biaya Angkut $ 25.000
CIF $ 130.000
CIF (dalam rupiah) Rp 1.170.000.000 $130.000 x Rp 9.000

Bea Masuk Rp 351.000.000 Rp 1.170.000.000 x 30%

Nilai Impor Rp 1.521.000.000

PPh 22
= Rp 1.521.000.000 x 2,5%
= Rp 38.025.000
PEMBELIAN BENDA POS
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik,
gas, PDAM, dan benda-benda pos, dikecualikan dari
pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22

PEMBELIAN KERTAS
PPh 22 = DPP PPN x Tarif PPh 22
PPh 22 = (100/110 x Rp 55.000.000) x 0,1%
PPh 22 = Rp 50.000.000 x 0,1%
PPh 22 = Rp 50.000
PPh ini bersifat final dan dipungut oleh industri kertas
pada saat penjualan kertas dalam negeri.

PEMBELIAN PAPER CLIP


Atas pembelian ini tidak dikenakan PPh 22 karena DPP
PPN nya dibawah Rp 1.000.000
DPP PPN = 100/110 x Rp 1.045.000
Contoh Kasus 3
PT TELKOM Jakarta Selatan pada bulan Maret 2005 telah melakukan beberapa
transaksi antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan pembelian benda-benda pos seperti perangko danmaterai
langsung ke PT (persero) Pos Indonesia. Jumlah keseluruhan nilai
pembelian benda-benda pos tersebut adalah Rp9.800.000
2. Membayar tagihan pembelian kertas continous form dari PT Indah Kiat
Paper sebesar Rp 55.000.000 (termasuk PPN)
3. Membayar tagihan pembelian paper clip dari CV Clip Baru dengan nilai total
sebesar Rp 1.045.000 termasuk PPN
Pembelian Benda POS---Pembayaran
untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos, dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22, sesuai
dengan 236/KMK.03/2003
Pembelian Kertas---Atas pembelian kertas continous form dipungut PPh pasal 22
sebesar:
PPh 22= DPP PPN x tarif PPh 22
PPh 22=(100/110 x Rp 55.000.000) x 0,1%
PPh 22= Rp 50.000.000 x 0,1%
PPh 22= Rp 50.000 PPh ini tidak bersifat final dan dipungut oleh industri kertas pada saat
penjualan kertas dalam negeri. Pembelian Paper Clip---Atas pembelian ini tidak
dikenakan PPh pasal 22 karena DPP PPN-nya (100/110 x Rp 1,045.000 = Rp 950.000)
dibawah Rp 1.000.000 dan bukan merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
embelian Semen---atas pembeliansemen dipungut oleh industri semen sebesar:PPh 22 =
Rp65.000.000 x 0,25% = Rp 162.500Tagihan listrik---Pembayaranuntuk pembelian bahan
bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, danbenda-benda pos, dikecualikan dari
pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22, 236/KMK.03/2003

Anda mungkin juga menyukai