Pasal 22
OWF • 2020
bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga Pemerintah
dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang;
bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran
atas pembelian barang yang dilakukan dengan
mekanisme uang persediaan (UP);
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit
Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga
yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung
(LS);
Badan usaha tertentu meliputi:
1) Badan Usaha Milik Negara,
2) Badan Usaha Milik Negara yang dilakukan
restrukturisasi oleh Pemerintah
3) Badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung
oleh BUMN meliputi : P PT Elnusa Tbk, PT Krakatau
Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton
Tbk, PT Kimia Farma Apotek, PT Kimia Farma Trading &
Distribution, PT Badak Natural Gas Liquefaction, PT
Tambang Timah, PT Petikemas Surabaya, PT Indonesia
Comnets Plus, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRI
Syariah, dan PT Bank BNI Syariah dll.
Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri
semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan
industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada
distributor di dalam negeri;
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang
Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor, atas
penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar
gas, dan pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak,
bahan bakar gas, dan pelumas;
Industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan, atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan
industrinya atau ekspornya;
Industri atau badan usaha yang
melakukan pembelian komoditas
tambang batubara, mineral
logam, dan mineral bukan logam,
dari badan atau orang pribadi
pemegang izin usaha
pertambangan;
Badan usaha yang memproduksi
emas batangan, atas penjualan
emas batangan di dalam negeri.
Impor barang tertentu & barang tertentu lainnya
Objek Pemungutan
Ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam
Pembelian barang oleh Bendaharawan Pemerintah & Kuasa
PPH 22
Pengguna Anggaran
Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas oleh produsen atau importir bahan bakar minyak,
bahan bakar gas, dan pelumas
Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri
oleh badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha
industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi
Penjualan kendaraan bermotor di dalam negei oleh ATPM,
APM dan Importir umum kendaraan bermotor
Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau
ekspor dalam bidang kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan
Pembelian batubara, mineral logam, mineral bukan logam
Penjualan emas batangan oleh produsen emas batangan
Penjualan barang yang tergolong sangat mewah
PENJUALAN BARANG SANGAT MEWAH
(PMK No.90/PMK.03/2015)
3. Impor selain barang tertentu dan barang tertentu Nilai Impor 2,5% (Punya API)
7,5% (Tanpa API)
lainnya
4. Impor Kedelai, Gandum, Tepung Terigu Nilai Impor 0,5% (Punya API)
5. Barang Impor yang tidak dikuasai dalam penjualan Harga Jual Lelang 7,5%
lelang
Nilai Impor = Cost + Insurance + Freight (CIF) + Bea Masuk & Pungutan Lainnya
B. ATAS BBM, GAS, DAN PELUMAS
Penjualan Kepada
5. Pelumas DPP PPN 0,3% Distributor Dalam Negeri
D. TRANSAKSI LAINNYA
Penjualan kendaraan
bermotor oleh ATPM, APM, DPP PPN 0,45%
dan importir umum
Pengecualian Pemungutan
PPh Pasal 22
PEMBELIAN BARANG DALAM NEGERI
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,- (dua
juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-
pecah. (yang dilakukan instansi pemerintah,atau lembaga negara)
Pembayaran untuk pembelian BBM, listrik, gas, air minum
(PDAM) dan benda-benda pos. (yang dilakukan instansi
pemerintah,atau lembaga negara lembaga negara lain)
Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan untuk tujuan ekspor (perlu Surat Keterangan Bebas)
Pembayaran untuk pembelian barang sehub dg
penggunanan Dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS).
Pembayaran atas pembelian gabah dan/atau beras
oleh BULOG.
Pembayaran sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek
pemerintah yang dibiayai dengan hibah luar negeri.
IMPOR BARANG LUAR NEGERI
Impor barang dan/atau penyerahan barang yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan tidak terutang PPh (perlu SKB)
Dalam hal impor sementara jika nyata-nyata
dimaksudkan untuk diekspor kembali.
Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-
barang yang telah diekspor kemudian diimpor
kembali dalam kualitas yang sama atau barang-
barang yang telah diekspor untuk keperluan
perbaikan, pengerjaan dan pengujian , yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan Ditjen Bea &
Cukai.
impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea
Masuk dan/atau PPN (dilakukan oleh Ditjen Bea
Cukai) :
a.Barang milik perwakilan negara asing - asas timbal
balik.
b. Barang untuk keperluan badan internasional yang
diakui &
terdaftar pada pemerintah RI,
IMPOR BARANG YANG DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN
BEA MASUK/PPN :
Impor
Terbatas pada barang-barang modal yang
tersebut dalam master list (lampiran persetujuan
tetap yang dikeluarkan BKPM dan keperluan
bahan baku untuk satu tahun yang disetujui
BKPM)
PPh 22
= Rp 1.521.000.000 x 2,5%
= Rp 38.025.000
PEMBELIAN BENDA POS
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik,
gas, PDAM, dan benda-benda pos, dikecualikan dari
pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
PEMBELIAN KERTAS
PPh 22 = DPP PPN x Tarif PPh 22
PPh 22 = (100/110 x Rp 55.000.000) x 0,1%
PPh 22 = Rp 50.000.000 x 0,1%
PPh 22 = Rp 50.000
PPh ini bersifat final dan dipungut oleh industri kertas
pada saat penjualan kertas dalam negeri.