Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH FITOKIMIA

TANNIN

Dosen Pengampu : Apt. Nofran Putra P.,M.Sc

Kelompok 3
Nama Mahasiswa :

1. Sepdiantoro NPM : 192205079

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami dap
at menyelesaikan makalah “Tannin” ini.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Apt. Nofran Putra
P.,M.Sc selaku dosen mata kuliah Fitokimia yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami
untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga
wawasan mengenai Tannin .

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh da
ri kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan m
akalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempur
na tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah mengenai Tannin ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bag
i para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang be
rkenan.

Yogyakarta, 30 September 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tanin merupakan salah satu jenis senyawa kimia yang termasuk ke dalam golongan
polifenol yang terdapat pada tumbuhan teh. Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks.
Hal ini dikarenakan sifat tanin yang sangat kompleks mulai dari pengendap protein hingga
pengkelat logam. Maka dari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat diprediksi. Umumnya
tanin digunakan untuk aplikasi dibidang pengobatan, misalnya untuk pengobatan diare,
hemostatik (menghentikan pendarahan), dan wasir.
Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis. Tanin merupakan suatu senyawa
polifenol yang memiliki berat molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan karboksil.
Senyawa tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis ,senyawa
tanin dalam ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) berpotensi sebagai
antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli. Mengingat adanya kandungan senyawa
tanin dalam ekstrak daun trembesi maka perlu dilakukan pemisahan senyawa tanin dari daun
trembesi.
Berbagai macam tanaman telah banyak digunakan sebagai antibakteri. Antibakteri adalah
senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan dapat digunakan untuk
kepentingan pengobatan infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan serta dapat mengobati
berbagai gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri. Gangguan kesehatan pada
manusia salah satunya dapat disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (E. coli) yang
keberadaannya banyak tersebar di alam sekitar kita. Penyebaran E. coli dapat terjadi dengan
cara kontak langsung (bersentuhan, berjabatan tangan, dan sebagainya) kemudian diteruskan
melalui mulut). Penyakit yang disebabkan oleh E. coli yaitu infeksi saluran kemih, diare,
sepsis dan meningitis . Mengingat bakteri Escherichia coli berbahaya bagi kesehatan
manusia, maka perlu dilakukan penanggulangan atau pencegahan terhadap perkembangan
bakteri E. coli, salah satunya adalah dengan memanfaatkan bahan aktif dari tanaman yang
dapat digunakan sebagai antibakteri atau menekan pertumbuhan bakteri E. coli. Salah satu
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakeri adalah tanaman trembesi.Ekstrak daun
trembesi dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
dan Candida albicans). Berdasarkan skrining fitokimia yang dilakukannya menunjukkan
adanya senyawa tanin, flavonoid, saponin, steroid, glikosida kardiak, dan terpenoid dalam
ekstrak daun trembesi.Daun trembesi dapat digunakan sebagai obat tradisional antara lain
obat demam, diare, sakit kepala, dan sakit perut. Kegunaan daun trembesi sebagai obat diare,
erat kaitannya dengan pertumbuhan bakteri Escherichia coli dalam usus. Maka bagian
tanaman trembesi yang digunakan pada penelitian ini adalah bagian daunnya yang berpotensi
sebagai antibakteri E. coli.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian tannin?
2. Bagaimana Uji Fitokimia Senyawa Tanin pada Ekstrak Daun Trembesi?
3. Bagaimana Pemisahan dan Pemurnian senyawa Tannin?

1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari tannin
2. Untuk mengetahui pemisahan Uji Fitokimia Senyawa Tanin pada Ekstrak Daun Trembesi
3. Untuk mengetahui Pemisahan dan Pemurnian senyawa Tannin.
BAB II.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tanin
Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat molekul
cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Tanin berikata
n kuat dengan protein dan dapat mengendapkan protein dari larutan.Tannin terdapat luas dala
m tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menur
ut batasannya, tannin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak l
arut dalam air. Dalam industry, tannin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang ma
mpu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya me
nyambung silang protein.
Tanin merupakan suatu senyawa polifenol yang memiliki berat molekul besar yang
terdiri dari gugus hidroksi dan karboksil. Senyawa tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin
terkondensasi dan tanin terhidrolisis (Hovart, 1981). Ummah (2010) melaporkan bahwa
senyawa tanin dalam ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) berpotensi sebagai
antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli. Mengingat adanya kandungan senyawa
tanin dalam ekstrak daun trembesi maka perlu dilakukan pemisahan senyawa tanin dari daun
trembesi. Berdasarkan pemanfaatan dari daun trembesi yang salah satunya sebagai obat diare,
maka dalam penelitian ini juga dilakukan uji antibakteri untuk mengetahui aktivitas senyawa
tanin dalam daun trembesi terhadap bakteri Escherichia coli.

2.2 Uji Fitokimia Senyawa Tanin pada Ekstrak Daun Trembesi


Uji tanin dilakukan terhadap ekstrak n- heksana, ekstrak kloroform, ekstrak aseton dan
ekstrak air. Masing-masing ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan direaksikan
dengan larutan FeCl3 1 %, jika ekstrak mengandung tanin akan terbentuk warna hijau
kehitaman atau biru tua, sesuai dengan yang telah dilakukan Sa’adah (2010). Ekstrak
ditambahkan dengan larutan gelatin, jika terbentuk endapan putih maka positif mengandung
tanin. Selanjutnya dilakukan uji fitokimia untuk membedakan antara tanin terkondensasi dan
tanin terhidrolisis dengan menambahkan formaldehid 3 % + HCl 1 N (2:1) untuk menentukan
adanya tanin terkondensasi, jika terbentuk endapan warna merah muda maka positif
mengandung tanin terkondensasi. Filtrat hasil uji tanin terkondensasi diuji dengan FeCl3 1 %
untuk menentukan tanin terhidrolisis. Jika menunjukkan warna biru tinta atau hitam maka
ekstrak positif mengandung tanin terhidrolisis.

2.3 Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Tannin


Pemisahan senyawa tanin pada penelitian ini didahului dengan pemilihan eluen terbaik
untuk menentukan fase gerak yang digunakan. Berdasarkan hasil pemisahan diperoleh bahwa
eluen n-butanol:asam asetat:air (4:1:5) (BAA) memberikan pemisahan terbaik, hal ini dapat
dilihat dengan adanya noda yang terpisah dengan baik dan jumlah noda terbanyak yaitu 6
noda. Sehingga eluen ini digunakan dalam pemisahan senyawa tanin dengan kromatografi
lapis tipis preparatif (KLTP). Hasil pemisahan dengan KLT preparatif diperoleh noda berupa
pita sebanyak 6 pita dilihat dengan lampu UV 366 nm. Hasil uji fitokimia isolate hasil KLTP
menunjukkan bahwa isolat 1 (kuning) positif mengandung senyawa fenol, namun negatif
terhadap uji dengan larutan gelatin sehingga isolat 1 dapat dinyatakan tidak mengandung
senyawa tanin. Isolat 2 dan 3 menunjukkan positif mengandung tanin terhidrolisis dengan
intensitas warna yang sama. Selanjutnya isolat 2 dan isolat 3 diuji kemurnian dengan KLT
analitik, diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-Vis dan FTIR serta diuji aktivitas
antibakteri E. coli untuk memastikan bahwa senyawa tanin memiliki potensi antibakteri E.
coli. Berdasarkan hasil di atas isolat 2 dan isolat 3 positif mengandung tanin memiliki nilai Rf
0,61 dan 0,65. Isolat 2 dan 3 hasil KLTP dilakukan uji kemurnian dengan KLT menggunakan
beberapa eluen dan menunjukkan bahwa isolat 2 dan 3 hasil KLTP relatif murni secara KLT.

2.4 Penggolongan Tannin


Secara kimia terdapat dua jenis tannin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan.
Tannin-terkondensasi hampir terdapat di dalam paku-pakuan dan gimnospermae, serta terseba
r luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Sebaliknya, tannin yang te
rhidrolisiskan penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua
1. Tanin terkondensasi (condensed tannins)
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi meghasilka
n asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flafonoid yang merupakan s
enyawa fenol dan telah dibahas pada bab yang lain.Nama lain dari tanin ini adalah Proanth
ocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan
melalui C 8 dengan C4. Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini m
erupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin.
2. Tanin terhidrolisiskan(hydrolysable tannins)
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen,
maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klo
rida. Salah satu contoh jenis tanin ininadalah gallotanin yang merupakan senyawa gabung
an dari krbohidrat dengan asam galat.

Anda mungkin juga menyukai