Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN KELUARGA SECARA NASIONAL ATAU


INTERNASIONAL PADA COVID-19 DAN DIABETES MELITUS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dengan Dosen Pengampu Vita Lucya, M.Kep

Disusun Oleh : S1-4A

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWABARAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugan Makalah yang berjudul “Trend
dan Issue Keperawatan Keluarga Secara Nasional atau Internasional pada Covid-19 dan
Diabetes Melitus”. Berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak maka tugas makalah
ini dapat terselesaikan. Kami menyadari keterbatasan pengetahuan dan kekurangan dari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat
kami harapankan untuk perbaikan selanjutnya.

Bandung, 27 September 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus
dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keperawatan dan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah, kondisi
covid-19 yang menggencangkan dunia dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan
perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan memperlihatkan
tren holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara keseluruhan dalam
interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren praktik keperawatan meliputi
perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang
lebih besar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian trend dan issue keperawatan keluarga?
2. Bagaimana Permasalahan Mengenai Tren dan issue Keperawatan Keluarga
pada Covid-19?
3. Bagaimana Permasalahan Mengenai Tren dan Issue Keperawatan Keluarga
pada Diabetes Melitus?
4. Bagaimana Tren dan Issue Keperawatan Keluarga dalam Bidang pelayanan
pada Covid-19 ?
5. Bagaimana Tren dan Issue Keperawatan Keluarga dalam Bidang pelayanan
pada Diabetes Melitus ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Tren dan Issue dalam Keperawatan keluarga
2. Mengetahui Permasalahan Mengenai Tren dan Issue Keperawatan Keluarga
pada Covid-19
3. Mengetahui Permasalahan Mengenai Tren dan Issue Keperawatan Keluarga
pada Diabetes Melitus
4. Mengetahui Tren dan Issue Terkini dalam Bidang Pelayanan Keperawatan
Keluarga pada Covid-19
5. Mengetahui Tren dan Issue Terkini dalam Bidang Pelayanan Keperawatan
Keluarga pada Diabetes Melitus
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Trend dan Issue Keperawatan Keluarga


Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta. Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh
banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya Keperawatan keluarga adalah
serangkaian kegiatan yang diberi via praktek keperawatan kepada keluarga untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada
anggota keluarga individu, dalam konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari
identifikasi klien, perawat menetapkan hubungan dengan masing-masing anggota
keluarga dalam unit dan memahami pengaruh unit pada individu dan masyarakat.
Keberhasilan keperawatan di R.S dapat menjadi sia – sia jika dilanjutkan oleh
keluarga di rumah. Keluarga sebagai titik sentral pelayanan kesehatan. Keluarga yang
sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat.
Askep yang diberikan berdasarkan pada masalah kesehatan dari setiap anggota
keluarga. Agar Pelayanan Kesehatan Yang Diberikan Dapat Diterima Oleh Keluarga :
1. Harus mengerti dan memahami tipe dan struktur keluarga.
2. Tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya.
3. Perlu pemahaman setiap tahap perkembangan dan tugas perkembangan.

2.2 Permasalahan Mengenai Tren dan issue Keperawatan Keluarga pada Covid-19
2.2.1 Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Keluarga Tentang Covid-19

Fenomena Covid-19 begitu mencengangkan dunia. Besarnya pengaruh


pandemi Covid-19 merupakan fenomena baru dalam kehidupan masyarakat
baik dalam bidang teknologi, sosial, ekonomi, politik maupun budaya. Virus
ini tidak terlihat namun nyata. Covid-19 yang sudah tersebar sampai ke 34
provinsi di Indonesia berpengaruh besar bagi sektor kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9 %,
angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.
Hal utama dalam menghadapi pandemic Covid-19 adalah meningkatkan
pemahaman dan perilaku masyarakat untuk dapat memahami dan
melaksanakan anjuran pemerintah dalam mengetahui gejala, pencegahan, serta
tindakan yang harus dilakukan terhadap Covid-19. Pada masa pandemi Covid-
19 ini, pengetahuan masyarakat mengenai Covid-19 sendiri sangat penting
untuk mencegah penyebaran yang lebih luas sehingga masyarakat bisa
mendapatkan pertolongan dengan segera jika memiliki keluhan/gejala terkait.
Pentingnya untuk mengenali gejala awal dari Covid-19 ini juga dapat
menurunkan tingkat keparahan pasien yang datang ke RS, sehingga
diharapkan dapat menurunkan angka kematian apabila pasien datang ke rumah
sakit dalam keadaan tidak terlalu parah.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan upaya


pendidikan kesehatan pada masyarakat. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya
adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka
diharapkan masyarakat, kelompok dan individu dapat memperoleh
pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut
diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat.

Penguatan pengetahuan tentang Covid-19 pada keluarga diharapkan dapat


memutus mata rantai penyebaran Covid-19 melalui pendidikan kesehatan
dengan sasaran keluarga. Peran keluarga sangat diperlukan untuk pelaksanaan
social distancing dan perilaku hidup bersih dan sehat. Keluarga dapat menjadi
garda terdepan untuk mencegah persebaran Covid-19 memiliki peran dan
fungsi yang bisa dilakukan sebagai upaya melawan dan mencegah persebaran
Covid-19.

Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan


menggunakan rancangan Pra-Pasca Test dalam suatu kelompok (OneGroup
Pra Test-Posttest Design) tanpa kelompok kontrol. Sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan tentang Covid-19 dilakukan pra-test pada kelompok
eksperimen yaitu keluarga, kemudian setelah diberikan pendidikan kesehatan
dilakukan pengukuran lagi pada keluarga untuk mengetahui akibat dari
perlakuan. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang setuju menjadi
sampel untuk dilakukan penelitian sebanyak 206 orang di Wilayah Kota
Semarang.

Adapun hasil dari penelitian mengenai efektivitas pendidikan kesehatan


terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang Covid-19 yaitu :

1. Karakteristik Responden Berdasarkan karakteristik


(berdasarkan jenis kelamin, usia, responden menunjukkan :
dan status dalam keluarga)  jenis kelamin laki –
laki 34 %
 perempuan 66 %
 Rentang usia yang
mengisi kuesioner 49
% berusia < 26 tahun,
20, 4 % berusia 46 – 55
tahun, dengan status
kepala keluarga ada 36
kepala keluarga.
Pengetahuan Keluarga Tentang Tingkat pengetahuan
Covid-19 Sebelum dan Sesudah mayoritas responden
Diberikan Pendidikan Kesehatan sesudah diberikan penkes
yaitu :
 kategori baik n=113
(54,9%)
 kategori cukup n=84
(40,8%)
 kategori kurang n=9
(4,4%)
Hal ini menunjukkan
peningkatan pengetahuan
pada responden.
Efektifitas Pendidikan Kesehatan Berdasarkan penghitungan
Terhadap Peningkatan menggunakan Wilcoxon
Pengetahuan Tentang Covid 19 test dapat disimpulkan
Melalui Video Dengan Sasaran bahwa terdapat perbedaan
Keluarga Di Wilayah Kota pengetahuan keluarga
Semarang tentang covid-19 sebelum
dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan
(p=0,000 < 0,05). Terdapat
148 responden yang
mengalami peningkatan
pengetahuan tentang Covid-
19, 23 responden
mengalami penurunan
pengetahuan tentang Covid-
19, dan sebanyak 35 orang
tidak mengalami
peningkatan atau
penurunan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan 54,9 % pengetahuan
responden pada kategori baik dan perilaku masyarakat tentang pencegahan dan
penularan Covid-19 pada kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan keluarga tentang Covid-
19.

2.2.2 Pendidikan anak dalam keluarga era Covid

Pengertian
Keluarga memiliki tugas utama untuk pendidikan anak, yaitu sebagai
acuan dasar mengenai pendidikan keagamaan, nilai budaya, serta nilai moral
sebagai modal dalam bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat (Supriyono
dkk., 2015). Setiap keluarga memiliki strategi yang berbeda dalam mendidik
anak, disebabkan oleh input yang berbeda sehingga memiliki proses dengan
menghasilkan output yang berbeda. Orang tua memiliki peran penting dalam
menjaga dan membina perkembangan anak dari fase ke fase, yaitu pada awal
perkembangan dan pertumbuhan anak atau pada masa golden age. Pendidikan
anak usia dini merupakan tatanan dasar dalam membangun kepribadian anak.
Kesatuan antara ibu dan ayah menjadi faktor penting dalam memperkokoh
pendidikan anak (Makhmudah, 2018).
Wabah covid-19 mengharuskan setiap orang untuk menjaga jarak
sehingga dampaknya dapat dirasakan secara langsung dalam semua sisi
kehidupan. Anak usia dini menjadi salah satu korban pada efek lingkungan
pendidikan, mereka diliburkan dan diganti belajar dari rumah (Oktaria &
Putra, 2020). Pada masa pandemi, orang tua banyak memiliki waktu bersama
anak-anaknya sehingga anak cenderung berkembang melalui pengasuhan yang
diberikan orang tua. Orang tua di Desa Tanggeran RT02/RW01 tidak pernah
belajar bagaimana cara mengajar anak yang baik, tetapi cenderung spontan
dalam berkomunikasi dengan anak. Keterlibatan orang tua menjadi hal penting
dalam membantu anak dari keterbatasan belajar, meningkatkan hubungan
sosial anak dan mengajarkan anak mengenai kesadaran akan minat belajar.
Namun belum sepenuhnya terlaksana pada pembelajaran keluarga di Desa
Tanggeran RT02/RW01.

Pendekatan pembelajaran pada anak sebaiknya memperhatikan prinsip-


prinsip sebagai berikut: (1) Belajar harus menantang pemahaman anak; (2)
Memulai proses belajar mengajar dari pengetahuan yang dimiliki anak; (3)
Menggunakan alam sebagai sarana belajar mengajar; (4) Belajar dilakukan
sambil bermain; (5) Belajar membekali keterampilan hidup; (6) Proses belajar
mengajar dilakukan melalui pengetahuan sensorik dan indrawi; (7) Belajar
sambil memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan (Erzad, 2018).
Anak usia dini di Desa Tanggeran RT02/RW01 pada masa covid-19 lebih
banyak menghabiskan waktu untuk belajar di rumah. Meskipun orang tua
merasa kesulitan untuk melakukan pembelajaran di rumah tetapi hal tersebut
merupakan kegiatan yang aman dalam pencegahan virus covid-19. Rendah
atau tingginya status pendidikan orang tua tidak menjadi acuan dalam
mendidik anak, tetapi kreativitas dan pengetahuan yang dimiliki orang tua
menjadi faktor pendukung pendidikan anak dalam keluarga. Hal tersebut akan
berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan pendidikan anak dalam
keluarga.
Metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian
berhubungan dengan fenomena sosial di masyarakat, yaitu menganalisis
pendidikan anak dalam keluarga pada era covid-19. Subjek penelitian pada
artikel ini adalah lima keluarga dengan ibu bekerja dan memiliki anak usia dini
serta berdomisili di Desa Tanggeran RT 02/RW01, Kabupaten Banyumas.
Penelitian dilaksanakan dengan mendatangi rumah satu per satu.
Teknik pengumpulan data yang utama dilaksanakan peneliti adalah teknik
observasi dan wawancara. Analisis data yang digunakan peneliti yaitu dengan
langkah-langkah: (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) kesimpulan atau
verifikasi.

Hasil dan pembahasan


1. Pendampingan Orang Tua dalam Pengerjaan Tugas Anak
Berdasarkan observasi peneliti, orang tua melakukan pendampingan
terhadap anak dalam proses mengerjakan tugas serta membantu proses
tersebut dari awal proses hingga selesai. Namun guru tetap melakukan
pemantauan melalui grup “WhatsApp”, jika orang tua mengalami
kesulitan maka guru akan memberikan penjelasan lebih rinci mengenai
tugas yang diberikan. Orang tua berusaha menjadi pendidik yang baik
bagi anaknya. Berdasarkan hasil wawancara, dua keluarga berusaha untuk
mendapatkan pengetahuan lebih mengenai materi-materi yang diberikan
oleh guru dengan cara membaca buku atau menonton youtube.
Setiap keluarga memiliki cara yang berbeda dalam memberikan
pendampingan terhadap anak dalam pengerjaan tugas begitu juga dengan
orang tua yang menjadi subjek penelitian peneliti. Ada yang memberikan
kebebasan terlebih dahulu kepada anak untuk bermain kemudian
melanjutkan belajar, memberikan jadwal anak belajar sesuai jam belajar di
sekolah, mengerjakan tugas terlebih dahulu kemudian diperbolehkan
untuk bermain, memberikan kesempatan kepada anak untuk
mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengerjakan
tugas hingga proses merapikan setelah selesai belajar, serta melaksanakan
pembelajaran di rumah dengan prinsip learning by doing.
2. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Nyaman
Suasana belajar yang nyaman ditumbuhkan oleh kondisi lingkungan
sekitar dan orangorang disekitar tempat belajar. Orang tua dituntut untuk
kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga
anak merasakan kenyamanan dalam proses belajar. Namun, tiga dari lima
keluarga belum melaksanakan prinsip bermain sambil belajar.
Dua dari lima keluarga telah menerapkan prinsip bermain sambil belajar,
orang tua ikut terlibat ketika anak bermain sambil memberikan materi
pengetahuan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti mendeskripsikan
bahwa orang tua memberikan pengetahuan bersumber dari pengalaman
yang telah didapatkan dan materi yang telah dipelajari dari membaca buku
atau menonton youtube. . Pendidikan yang diberikan orang tua di rumah
tidak hanya sebatas mengerjakan tugas dari guru melainkan belajar dari
lingkungan sekitar dan belajar dari media digital.
Kenyamanan belajar pada anak usia dini dapat dimulai dengan
menyediakan fasilitas belajar yang memadai, pendampingan orang tua
dalam proses mengerjakan tugas, dan pemberian rewards kepada anak saat
selesai mengerjakan tugas. Ketiga hal tersebut sudah terlaksana 90 persen,
seluruh orang tua memberikan fasilitas belajar sesuai dengan kebutuhan
anak, memberikan pendampingan saat pengerjaan tugas, serta
memberikan pujian ketika selesai mengerjakan tugas. Orang tua
menyadari bahwa hal tersebut menjadi stimulus anak sehingga tidak
banyak Pdrama yang berakibat anak mogok belajar.

2.2.3 Pemberdayaan Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Pemahaman


Pencegahan Covid-19 Di Masyarakat Kabupaten Demak
Pada awal tahun 2020, hampir seluruh penduduk dunia terancam dengan
munculnya virus baru yang berasal dari kota Wuhan Cina, virus tersebut
disebut dengan Severe acute respiratory syndrome-related coronavirus -2
(SARS-COV-2) atau dikenal dengan Covid-19. Penyebaran virus ini sangatlah
cepat ke berbagai Negara termasuk ke Indonesia.Covid 19 merupakan
penyakit yang menyerang saluran pernapasan dan menular lewat droplet
penderita, umumnya tanda dan gejala dari infeksi corona virus ini adalah
demam, sesak nafas, lemas, batuk dan bisa menimbulkan syndrome
pernapasan akut bahkan kematian. Gejala corona virus ini akan muncul pada
durasi 2-14 hari setelah terpapar dengan virus tersebut(1).
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penularan
Covid 19 terjadi dari orang ke orang melalui droplet pernapasan dengan jarak
kontak sekitar 2 meter, dopret tersebut kemudian menempel pada hidung dan
mulut orang yang berada di dekatnya, selain itu penularan dapat juga melalui
sentuhan tangan dengan benda-benda terdapat virus corona yang kemudian
menyentuh hidung atau mulut seseorang.Oleh karena itu , mengingat sangat
mudahnya penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain maka pemerintah
menerapkan program New Normal dengan 3 M dalam pencegahan penyakit
Covid 19 yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Selain itu
dianjurkan pula untuk hidup sehat dan menjaga imunitas tubuh dengan makan
makananbergizi.Pemerintah juga menghimbau untuk belajar, bekerja dan
beribadah di rumah untuk meminimalisir kontak dengan orang banyak, dari
himbauan tersebut sangatlah besar peran keluarga untuk mensukseskannya.
Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini adalah
deskriptif observasional dimana tim pengabdian masyarakat hanya mengukur
bagaimana gambaran dukungan yang diberikan keluarga dalam melakukan
upaya pencegahan Covid 19 setelah diberikan pendidikan kesehatan tanpa
dilakukan analisa.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat tentang pemberdayaan
dukungan keluarga dalam pencegahan Corona 19 berhasil dilakukan. Materi
yang disampaikan secara online dengan system daring melaui aplikasi Zoom
dapat diterima oleh pesertahal ini terlihat dari antusiasme peserta dalam
mengajukan pertanyaan dan terdapat peningkatan hasil nilai kuesioner pre dan
post tes. Keberhasilan yang didapat dalam pengabdian masyarakat meliputi
1. Tercapainya tujuan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini dimana
keluarga memahami tentang jneisjenis dukungan yang dapat diberikan
kepada anggota keluarganya untuk pencegahan penyakit Corona 19.
2. Materi yang direncanakan oleh tim pengabdian masyarakat tersampaikan
dengan baik secara keseluruhan mencapai 98 %.
3. terjadi peningkatan kemampuan peserta tentang peran keluarga dalam
memeberikan dukungan untuk penegah penyakit Corona 19.

Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat tentang pemberdayaan


dukungan keluarga tentang pencegahan Covid 19 terdapat factor pendukung
dan penghambat. Factor pendukung dalam pengabdian masyarakat ini adalah
adanya dukungan yang penuh dari stikes cendekia utama kudus dan Rumah
sakit Islam Nu Demak dalam penentuan partisipan. Faktor yang menjadi
hambatan dalam kegiatan ini adalah kegiatan evaluasi yang tidak dilakukan
dengan pendampingan langsung dan tidak dilakukan observasi ke rumah
partisipan secara keseluruhan dikarena kondisi pandemic yang tidak
memungkinkan.

Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat dalam pmberdayaan dukungan


keluarga unuk mencegah penyakit Covid 19 berhasil dilakukan dengan
antusiasme audiens dalam mendiskusikan materi melalui sitem daring.
Keberhasilan dalam pengabdian masyarakat ini ditunjukkan pula dengan hasil
evaluasi peserta dengan nilai rata-rata pre tes sebesar 65 menjadi rata-rata Post
tes sebesar 85.selain dari hasil nilai pre dan post test ditunjukkan pula dengan
kesesuaian materi yang disampaikan terhadap masalah yang sedang dihadapi
masyarakat yaitu penyakit Pandemi Covid 19 yang memerlukan dukungan
keluarga dalam mempraktikkan upaya pencegahannya. Dukungan keluarga
tersebut terdiri dari dukungan instrumental, dukungan informsional, dukungan
emosional dan dukungan penghargaan.

2.3 Permasalahan Mengenai Tren dan Issue Keperawatan Keluarga pada Diabetes
Melitus
2.3.1 Kepatuhan Diet Pasien Dm Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Dan
Dukungan Keluarga Di Wilayah Puskesmas Sudiang Raya

WHO memprediksi data DM akan meningkat menjadi 300 juta pada 25


tahun mendatang (Siswono, 2005). International Diabetes Federation (IDF)
memperkirakan penderita DM di Indonesia tahun 2020 berjumlah 178 juta
penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM
sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien DM. Tingginya angka tersebut
menjadikan Indonesia peringkat keempat jumlah penderita DM terbanyak di
dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina (Suyono, 2006). Hasil
Riskesdas tahun 2007 dan tahun 2013, menunjukkan kasus DM di Provinsi
Sulawesi Selatan, usia di atas 15 tahun (berdasarkan diagnosis atau gejala
klinis) berada diurutan ke-3, meningkat dari 0,8% menjadi 3,4%, dengan
peningkatan yang paling besar yaitu sebesar 2,6%. Diabetes Mellitus
menduduki peringkat ke-4 penyebab kematian di Kota Makassar Tahun 2013.
(Data Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar, 2015).

Kepatuhan diet pasien DM sangat berperan penting untuk menstabilkan


kadar glukosa darah, sedangkan kepatuhan itu sendiri merupakan suatu hal
yang penting untuk dapat mengembangkan rutinitas (kebiasaan) yang dapat
membantu penderita dalam mengikuti jadwal diet. Pasien yang tidak patuh
dalam menjalankan terapi diet menyebabkan kadar gula yang tidak terkendali.
Faktor pendukung tersebut adalah dukungan keluarga, pengetahuan, dan
motivasi agar menjadi bias dengan perubahan yang dilakukan dengan cara
mengatur untuk meluangkan waktu dan kesempatan yang dibutuhkan untuk
menyesuaikan diri.

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam tindakan


penderita diabetes melitus, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
mudah dilaksanakan dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Perilaku
kesehatan individu juga dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Kendala utama
pada penanganan diet Diabetes Mellitus adalah kejenuhan pasien dalam
mengikuti terapi diet yang sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan.
Pelaksanaan diet Diabetes Mellitus sangat dipengaruhi oleh adanya dukungan
dari keluarga. Dukungan dapat digambarkan sebagai perasaan memiliki atau
keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif dalam kegiatan sehari-
hari. Perasaan saling terikat dengan orang lain di lingkungan menimbulkan
kekuatan dan membantu menurunkan perasaan terisolasi (Akhmadi, 2009).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian Obsevasional dengan menggunakan


rancangan cross sectional untuk melihat hubungan antara pengetahuan dan
dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pasien diabetes melitus di wilayah
Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu data primer dan data
sekunder. Data Primer meliputi tingkat pengetahuan, dukungan keluarga dan
recall 24 jam selama 2 hari tidak berurutan yang diperoleh melalui interview
langsung kepada responden. Data sekunder terdiri dari jumlah penderita
Diabetes Mellitus dan gambaran umum Puskesmas yang dikumpulkan dengan
menyalin data yang ada di Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan karakteristik


(berdasarkan jenis kelamin, responden menunjukkan :
umur responden, tingkat  Responden berjenis
pendidikan, jenis pekerjaan, kelamin perempuan
status pernikahan) (60.4%)
 Kelompok umur paling
banyak yaitu kelompok
umur 50-64 tahun
(45.8%)
 Pendidikan SMA
(47.9%)
 Pekerjaan sebagai IRT
(56.3%)
 Sudah menikah
(93.8%).
Pengetahuan Gizi dan  Umumnya pengetahuan
. Dukungan Keluarga gizi responden baik
Responden di wilayah (79.2%)
Puskesmas Sudiang Raya  Dukungan keluarga
Kota Makassar terhadap responden
penderita DM di
wilayah Puskesmas
Sudiang Raya
umumnya mendukung
(87.5%).
Kepatuhan Asupan Energi  Hasil penelitian ini
. Responden di wilayah menunjukkan bahwa
Puskesmas Sudiang Raya umumnya responden
Kota Makassar tidak patuh (91.7%).
Kepatuhan diet berdasarkan  Hasil uji Chi Square
. Pengetahuan Gizi menunjukkan nilai
Responden di Wilayah p=0.621. Hasil ini
Puskesmas Sudiang Raya membuktikan bahwa
Kota Makassar tidak ada hubungan
antara pengetahuan gizi
dengan kepatuhan diet
di wilayah Puskesmas
Sudiang Raya.
Kepatuhan diet berdasarkan  Hasil uji Chi Square
. Dukungan Keluarga menunjukkan nilai
Responden di Wilayah p=0.71. Hasil ini
Puskesmas Sudiang Raya membuktikan bahwa
Kota Makassar. tidak terdapat
hubungan antara
kepatuhan diet
berdasarkan dukungan
keluarga pasien DM di
wilayah Puskesmas
Sudiang Raya
Makassar.
Dukungan keluarga merupakan hal penting bagi pasien dalam proses
penyembuhan, efek dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan
kesejahteraan berfungsi bersamaan. Pelaksanaan diet DM sangat dipengaruhi
oleh adanya dukungan dari keluarga. Dukungan dapat digambarkan sebagai
perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif
dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling terikat dengan orang lain di
lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan perasaan
terisolasi (Akhmadi, 2009).
Menurut Friedman (2010), Jenis dukungan keluarga terdiri dari empat
jenis atau dimensi dukungan yaitu dukungan emosional, dukungan
penghargaan (penilaian), dukungan instrumental dan dukungan Informatif.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa dukungan emosional
didapatkan responden diabetisi melalui rasa empati, kepedulian, dan perhatian
dari anggota keluarga mereka, dukungan penghargaan diberikan dengan
semangat yang diberikan anggota keluarga agar semangat untuk melawan
penyakit yang dideritanya, serta dukungan informatife diberikan keluarga
responden dengan memberikan informasi mengenai penyakit DM baik secara
langsung maupun memberikan bacaan berupa buku ataupun majalah.

2.3.2 Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes


mellitus tipe II
Pengertian
Diabetes Melitus tipe II merupakan resistensi terhadap insulin
pradominan disertai defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin
pradominan, dengan atau tanpa resistensi insulin (Bilous & Donely, 2015).
Pasien Diabetes Melitus tipe II cenderung mengalami hiperglikemi yang akan
menyebabkan komplikasi. Komplikasi yang dapat ditimbulkan meliputi
komplikasi mikro vaskular (nefropati dan retinopati) dan makro vaskular
(infark miokardium, jantung, stroke, hipertensi, neuropati, dan penyakit
vaskuler perifer) .(Smeltzer &Bare,2012). Komplikasi yang akan dialami
pasien Diabetes Melitus tipe II yaitu dampak fisik, psikologis, sosial dan
ekonomi yang dialami oleh pasien Diabetes Melitus tipe II akan berpengaruh
terhadap kualitas hidup pasien Diabetes Melitus Tipe II. (Yulia, 2014).
Sardiman (2007) menerangkan bahwa dukungan merupakan daya
penggerak yang telah aktif. Peran keluarga untuk memiiliki pengetahuan
sangatlah penting sebagai pengingat dan penasehat untuk penderita maka dari
itu sangat dibutuhkan pengetahuan terhadap keluarga.Bentuk peran keluarga
dalam memberikan dukungan kepada pasien DM ditunjukkan dengan
kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarganya. Kemampuan
keluarga yang dipakai menurut teori Bloom yaitu kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotor (P.Probosiwi ,2018)
Metode penelitian
Jenis penelitian menggunakan rancangan desain dengan pendekatan cross
sectional study. Penelitian ini dilakukan di Jorong Silago Wilayah Kerja
Puskesmas Silago pada tanggal 11-25 November 2020. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes mellitus tipe II di wilayah
Puskesmas Silago Kab Dharmasraya Tahun 2020 dalam 6 bulan terakhir
sebanyak 92 orang. Sampel penelitian adalah seluruh pasien diabetes melitus
tipe II di wilayah kerja Puskesmas Silago Kab Dharmasraya Tahun 2020
dengan menggunakan teknik Total Sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan diolah dan di analisis secara univariat dan
bivariat dengn uji Chi-Square.

Hasil penellitian

Pembahasan
a. Analisis univariat
1. Kemandirian
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar dukungan
keluarga terhadap pasien diabetes melitus adalah kurang baik yaitu
sebanyak 48 responden (52,2%) dan yang mendukung sebanyak 44
responden (47,8%). Hasil ini sejalan dengan Penelitian di RS Pendidikan di
Nigeria menyatakan bahwa pasien DM yang mendapatkan dukungan dari
keluarga memiliki nilai kualitas hidup yang baik (Issa & Baiyewu, 2006).
Dukungan keluarga yang dapat diberikan keluarga kepada penderita DM
dalam bentuk dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan
intrumental dan dukungan informasi. Dukungan emosional berupa rasa
perhatian atau empati, dukungan penghargaan yaitu apresiasi positif
terhadap anggota keluarga sehingga anggota keluarga merasa dihargai,
dukungan instrumental yaitu dukungan yang diberikan berupa peralatan
atau benda nyata seperti memberikan uang untuk penggobatan anggota
keluarga yang sakit, dan dukungan informasi yaitu dukungan yang
diberikan berupa nasihat atau saran untuk anggota keluarga, misalnya
memberikan saran kepada anggota keluarga untuk berobat secara rutin
(Friedman, 2014 & Hensarling dalam Yusra, 2011).
2. Kualitas hidup
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden
memiliki kualitas hidup yang baik yaitu sebanyak 52 responden (56.5%)
dan hanya 40 responden (43.5%) yang memiliki kualitas hidup yang kurang
baik. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Ningtyas (2013), Lama
mendrita DM berhubungan dengan kualitas hidup penderita DM. Penderita
DM >10 tahun memiliki risiko 4 kali lebih besar memiliki kualitas hidup
yang lebih rendah (tidak puas) daripada yang menderita

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hidup antara lain agama dan
status pernikahan.
- Agama diyakini penderita DM sebagai kunci dalam menjalani kehidupan
karena Tuhan lebih kuat dan yang mengatur segalanya (Rohmah, Bakar &
Wahyuni, 2012). Penderita DM selain melakukan rutin perawatan dirinya
diimbangi dengan rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan,
sehingga kualitas hidupnya akan meningkat (Susanti & Sulistyarini,
2013).
- Status pernikahan juga dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita DM.
Menurut Ningtyas (2013), penderita DM yang berstatus janda/duda
mempunyai resiko 12,4 kali lebih besar untuk memiliki kualitas hidup
rendah daripada penderita DM yang berstatus menikah atau memiliki
pasangan. Janda atau duda yang telah ditinggal pasangannya akan
mengalami kesediahan dan stress yang mendalam sehingga dapat
mempengaruhi motivasi penderita untuk melakukan pengobatannya
(Casado et al dalam Joshi (2003) dalam Nurkhalim, 2012).
b. Analisa bivariate
1. Hubungan Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kualitas hidup pasien
diabetes melitus tipe II pada responden yang mendapat dukungan keluarga
baik 31 orang (68,9%) dibandingkan responden dengan dukungan keluarga
kurang baik 21 orang (44,7%)
Hasil uji analisis dengan menggunakan uji chi square antara dukungan
keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe II di Wilayah
kerja UPT Puskesmas Silago Tahun 2020 didapatkan nilai p 0,010, artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan
kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe II di Wilayah kerja UPT
Puskesmas Silago Tahun 2020.
Menurut analisa peneliti dapadisimpulkan bahwa dukungan keluarga
mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien
diabetes melitus. Seperti penelitian ini dimana pasien diabetes yang
mendapatkan dukungan penuh dari keluarga dapat memiliki kualitas hidup
yang lebih baik. Dukungan dapat berperan dalam meningkatkan kualitas
hidup pada penderita DM dengan meregulasi proses psikologis dan
memfasilitasi perubahan perilaku. Keluarga merupakan sumber dukungan
utama bagi pasien DM, dengan adanya dukungan dari keluarga bisa
berkaitan erat dengan kepatuhan pasien dalam mengontrol gula darah
sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup dari pasien tersebut.

2.3.3 Peran Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Pengetauan Dan Self


Care Activity Pada Pasien Diabetes Mellitus
a. Prevalensi
Di Asia Tenggara lebih dari 10,58 % orang meninggal karena Diabetes
Mellitus. Indonesia menempati peringkat ke-5, dari 10 negara teratas yang
penduduknya menderita Diabates mellitus, naik dua peringkat dibandingkan
tahun 2013 yang menempati peringkat ke-7 di dunia (WHO, 2016). IDF
(2017) memperkirakan prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia akan
meningkat 14,1% ditahun 2045, dengan mayoritas populasi pada usia 25-35
tahun. Hasil Riskesdas (2013), prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia
meningkat sebesar 1,5%. Prevalensi Diabetes Mellitus di Sumatera Barat
terdapat sebesar 1,8% dari 3,7 juta penduduk usia lebih dari 15 tahun
(Kemenkes RI, 2014).
Program edukasi yang banyak dilakukan bertujuan agar pengetahuan
pasien cukup tinggi dalam melakukan self-care activity sehingga dapat
mencegah komplikasi jangka panjang yang dapat menyebabkan timbulnya
masalah psikologis seperti diabetes distress (Skinner, 2013; Briefs and
Systems, 2016; American Diabetes Association (ADA, 2018). Keterlibatan
keluarga dalam mendampingi pasien menjalani perawatan selama dirumah
sebagai bentuk dukungan pada pasien yang menjadi poin penting dalam
kesuksesan pasien melakukan selfcare activity.
b. Intervensi
Sampel terdiri dari 64 orang pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 yang tinggal
diwilayah kerja Puskesmas Kota Padang, Sumatera Barat. Intervensi
pemberian dukungan keluarga berupa pelibatan keluarga dalam
penatalaksanaan mandiri diabetes dilaksanakan selama tiga bulan. Selama tiga
bulan, keluarga yang sudah dilibatkan dalam program edukasi yang diadakan
di puskesmas, diminta untuk mendampingi pasien untuk memeriksakan diri,
memberikan motivasi pasien untuk mengkonsumsi obat dan menjaga diet serta
melakukan olahraga teratur.
Self-care activity diukur dengan The Summary of Diabetes Self-Care
Activities terdiri dari lima domain yaitu diet, olahraga dan aktivitas fisik,
perawatan kaki, obat-obatan dan merokok. Untuk kontrol glikemik dilakukan
melalui pengukuran HbA1c sebelum dilakukan program edukasi dan tiga
bulan setelah pasien selesai mengikuti program.
c. Hasil dan Pembahasan
Dukungan emosional merupakan rasa empati yang melibatkan ekspresi,
rasa empati dan perhatian keluarga yang mampu meningkatkan rasa percaya
diri dan keyakinan pasien dalam menjalani perawatan dan pengelolaan
terhadap penyakitnya (Buraena et al., 2016). Adanya dukungan emosinal ini
juga membantu dalam selfcare activity pasien. Rerata posttest skor selfcar
activity mengalami peningkatan yang signifikan (P=0,000) dari pretest.
Selain dukungan emosional, dukungan penghargaan mempunyai peranan
penting, dimana keberadaan keluarga yang menunjukkan empati pada kondisi
pasien diabetes, memberikan motivasi dan penghargaan terhadap sikap positif
yang dilakukan keluarga dalam perawatan diri.
Adanya peran keluarga ini membantu dalam meningkatkan kemampuan
self-care activity. Perubahan pada self-care yang mengalami perubahan
signifikan adalah penatalaksanaan diet. Selain penatalaksanaan diet, aktivitas
fisik (olahraga) juga merupakan hal yang penting. Jenis aktivitas fisik yang
dapat dilakukan oleh pasien adalah olahraga ringan seperti berjalan kaki
selama 30 menit, oahraga berat seperti jogging dan olahraga sedang seperti
berjalan cepat selama 20 menit. Senam khusus diabtes mellitus dan yoga juga
dapat dilakukan.
Sonsona (2014) menyatakan bahwa pasien Diabetes Mellitus yang
menerima dukungan sosial dari anggota keluarga menunjukkan praktek
pengelolaan diri diabetes yang positif. Dukungan keluarga akan meningkatkan
kemampuan adaptif dan kognitif seseorang dalam meningkatkan kemampuan
diri terhadap pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2.
Pada penelitian ini terjadinya perubahan self-care activity yang
signifikan pada kelompok intervensi seiring dengan terjadinya penurunan yang
signifikan juga pada nilai HbA1c. Hal ini dapat disebabkan karena pasien
dengan bantuan keluarga memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi
diet seimbang untuk penderita Diabetes Mellitus mulai dari menyiapkan jenis
dan jumlah makanan yang tidak memicu peningkatan kadar gula darah dan
makan sesuai jadwal yang disarankan.

Anda mungkin juga menyukai