Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI HUKUM

MAGISTER ILMU HUKUM KONSENTRASI HUKUM BISNIS JAKARTA


TINJAUAN TERHADAP FAKE ACCOUNT PADA APLIKASI INSTAGRAM DAN KAITANTNYA
DENGAN FREEDOM OF EXPRESSION DI INDONESIA
Dosen : Prof. Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M.Si

Nama : Latifah Nur Aini


NIM : 19/448162/PHK/ 10671

2019
A. Latar Belakang
Media sosial (Medsos) dinilai menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan masyarakat moder, alasan penggunaan medsos cukup beragam antara lain sebagai
media komunikasi, berbisnis, berbelanja bahkan menjadi gaya hidup/trend masa kini.
Berdasarkan berita yang disampaikan dalam Tekno Kompas, lembaga riset pasar e-Marketer
menyampaikan bahwa populasi pengguna internet Indoneia mencapai 83,7 juta orang pada
2014. Dengan jumlah tersebut diperoleh rasio perhitungan yaitu untuk setiap orang yang
mengakses internet minimal satu kali setiap bulan telah mendudukkan Indonesia pada
peringkat ke-6 terbesar di dunia dalam hal jumlah pengguna internet. Pada 2017, e-Marketer
memperkirakan pengguna internet Indonesia bakal mencapai 112 juta orang, mengalahkan
Jepang di peringkat ke-5 yang pertumbuhan jumlah pengguna internetnya lebih lamban 1.
Kementerian Komunikasi dan Informatika Kemenkominfo) menyampaikan bahwa pengguna
internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang, 95% diantaranya digunakan untuk
mengakses media sosial2. Jumlah Pengguna media sosial terbesar adalah generasi muda
dengan rentang usia 20- 29 tahun yang memiliki angka penetrasi hingga lebih dari 80 persen.
Indikasi dominasi usia muda terlihat dari aktivitas menonton film secara daring (streaming),
memutar musik online, dan menonton olahraga online 3. Berdasarkan data yang diperoleh dari
GlobalWebIndex (tahun 2019) Indonesia menduduki peringkat keenam atas durasi penggunaan
media sosial sebanyak 195 menit per hari.4
Kemudahan membuat akun dan mudahnya pertukaran informasi sesame pengguna di
media sosial, membuat aplikasi berbasis mini-blog seperti facebook, Instagram, dan twitter
menjadi situs media sosial yang digemari di Indonesia. Jakarta menduduki posisi ketiga
sebagai kota dengan target audiens iklan tertinggi Facebook dengan jumlah 17 juta. Instagram
menduduki angka kedua yang memiliki 62 juta pengguna aktif per bulan. Sedangkan mikroblog
Twitter memiliki 6,43 juta pengguna aktif bulanan di Indonesia, menghantarkan Indonesia di
posisi ke 10 negara dengan jumlah pengguna Twitter terbesar di dunia5. Generasi milenial lebih
1
Oik Yusuf, Editor: Wicak Hidayat, “Pengguna Internet Indonesia Nomor enam Dunia”
http://tekno.kompas.com/read/2014/11/24/07430087/Pengguna.Internet.Indonesia.Nomor.Enam.Dunia
diakses tanggal 25/11/2019 penulis)
2
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+
%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker, diakses tanggal 25 November
2019
3
http://bijakbersosmed.id/downloads/ebook-gerakan-bijakbersosmed.pdf, diakses tanggal 25 November
2019
4
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49630216, diakses tanggal 27 November 2019.
5
Wahyunanda Kusuma Pertiwi , "Facebook Jadi Medsos Paling Digemari di
Indonesia", https://tekno.kompas.com/read/2019/02/05/11080097/facebook-jadi-medsos-paling-digemari-
di-indonesia?page=all, diakses tanggal 27 November 2019.
banyak menggunakan Instragam sebagai media untuk melakukan interaksi, bisnis, belanja dan
lifestyle. Jumlah yang besar dengan interaksi yang cukup tinggi antar pengguna, dengan latar
belakang pendidikan, variasi usia, pemahaman akan aturan dan literasi atas informasi yang
diunngah dan diunduh berpotensi menimbulkan permasalahan antar pengguna bahkan menjadi
masalah sosial. Salah satu permasalah yang perlu menjadi sorotan adalah munculnya fake
account dalam menggunakan media social, salah satunya aplikasi instagram yaitu akun yang
tidak menampilkan profile asli dari pengguna akun dimaksud. Berdasarkan hal tersebut penulis
akan meneliti fenomena tersebut dengan berfokus pada pertanyaan :
1. Bagaimana kaitan perilaku pemilik Fake Account dan Freedom of Expression dalam
menggunakan Instagram di Indonesia?
2. Apakah produk hukum Di Indonesia mampu menjadi panduan bagi masyarakat Indonesia
dalam menggunakan media sosial Instagram ?
B. Kaitan antara Pemilik Fake Account dengan Freedom of Expression dalam
menggunakan media sosial Instagram di Indonesia.
Instagram adalah salah satu aplikasi yang memungkinkan penggunanya mengunggah
foto dan video sebanyak mungkin dengan ukuran square dengan filter yang membuat foto
terlihat lebih menarik. Foto dan video yang diunggah dapat dilengkapi dengan keterangan di
bagian bawahnya (disebut tautan/ caption) dan dilengkapi dengan kolom komentar yang
memungkinkan akun lain untuk mengomentari foto/video, tautan/caption yang telah diuanggah
oleh pemilik akun. Format Instagram yang demikian, dianggap sebagai daya tarik yang
memudahkan penggunananya menyampaikan informasi dan berekspresi.
Trend komunikasi dan berekspresi berubah sejak munculnya Instagram, dimana segala
aktivitas yang dilakukan dengan mudahnya dibagikan dalam feed (halaman) maupun
Instagram Story (fitur berbagi momen yang akan terhapus dalam 24 jam). Bagi sebagian
pengguna, instan sharing seperti ini dianggap hal lumrah sehingga hal-hal yang seharusnya
menjadi konsumsi pribadi menjadi konsumsi pengikut/ pengguna lain di Instagram.
Salah satunya dialami oleh selebgram (selebriti Instagram) Salmafina Sunan yang
sering mengunggah cerita pribadi dan foto-foto yang mengundang komentar negative dari
pengikut akun Instagram miliknya. Salam mengaku notifikasi Instagram miliknya hampir tidak
pernah berhenti muncul. Ratusan hingga ribuan komentar pengikut akunnya pun memenuhi
unggahan Instagram-nya.6 Beberapa komentar dari follower Salma Sunan tersebut terdapat
beberapa komentar yang kurang pantas, dengan bahasa kasar dan merendahkan, sehingga
berakibat pada dilaporkannya beberapa akun dimaksud oleh ayah Salma yang seorang
6
https://today.line.me/id/pc/article/Mengaku+Depresi+Salmafina+Sunan+Pamit+dari+Instagram-Mgw9Gy
diakses tanggal 29 November 2019.
pengacara. Beberapa akun yang dilaporkan merupakan akun palsu/ fake account atau akun
yang sengaja dibuat tanpa informasi/ foto yang jelas tentang siapa yang membuat akun
tersebut. Terdapat beberapa alasan yang mendasari seseorang membuat akun palsu/fake
Account yaitu pemilik akun ingin merahasiakan identitasnya, pelaku beranggapan bahwa
dengena membuat akun palsu dapat dengan bebas mengunggah, mendownload,
menyeberakan dan mengomentari tanpa meninggalkan jejak digital. Sebab lain yang
membuat semakin banyaknya akun-akun palsu di media social adalah karena kemudahan
seseorang dalam membuat akun di Instagram di Indonesia. Seseorang hanya perlu
memasukkan alamat email dan nomor handphone untuk membuat akun di Instagram, belum
adanya batasan jumlah dalam pembuatan email dan kepemilikan nomor selular lebih dari satu
menjadi faktor pendukung hal tersebut terjadi.
Pemilik fake account dengan bebas melakukan tindakan-tindakan yang menurut mereka
tak memiliki batas dan tidak akan menimbulkan akibat hukum. Saat melakukan aktifitas dalam
media sosial, membuat inner circle/ pertemanan, bahkan mengekspresikan perasaannya
secara virtual sebagai bagian dari proses komunikasi. Interaksi inilah yang pada akhirnya
akan melahirkan self-definition dan menawarkan self-invention. Setiap individu memiliki
kemampuan yang tidak terbatas dalam mengekspresikan siapa dirinya dalam dunia siber, dan
hasil kreasi itulah yang nantinya akan mewakili individu dalam menentukan perannya serta
berinteraksi di media social. Pengguna bebas memilih untuk membuka identitasnya dengan
jujur atau memilih untuk membuat identitas palsu
Beberapa kasus menunjukkan bahwa pemilik akun-akun palsu/ fake account tersebut
mancantumkan berbagai komentar buruk, pedas dan menjatuhkan dan cenderung melakukan
cyber bullying kepada akun lain/ akun-akun selebritas. Kasus terbaru dari tindakan akun-akun
tidak bertanggung jawab tersebut adalah tewasnya 2 (dua) artis korea bernama Sulli dan Go
Hara karena bunuh diri setelah menanggung beban psikologis akibat komentar-komentar
buruk followers mereka di media sosial7. Pemilik fake Account biasanya tidak sadar bahwa
tindakannya mengemukakan pendapat tanpa batas dapat menimbulkan dampak buruk yang
nyata bagi pemilik akun yang dikomentari, anggapan tersebut bersumber dari pemikiran
bahwa tindakan yang dilakukan hanyalah perbuatan di dunia maya sehingga pelaku merasa
memperoleh wadah untuk menyalurkan freedom of expression. Sebagian pemilik akun palsu/
fake account sengaja membuat akun tersebut untuk tujuan kejahatan. Faktor yang
menyebabkan tindakan-tindakan kejahatan di media social (dunia maya) adalah faktor
keamanan, dimana pelaku kejahatan pada saat menjalankan aksinya merasa aman. Hal ini
7
https://sains.kompas.com/read/2019/11/25/183200623/goo-hara-meninggal-bagaimana-komentar-jahat-
netizen-bisa-membunuh-?page=all, diakses tanggal 01 Desember 2019, 9: 52 WIB.
terjadi karena untuk mengakses internet dan menggunakan media sodial lazim dilakukan
ditempat yang relative tertutup, seperti rumah, kamar dan tempat kerja, bahkan di warnet
dimana tempat-tempat tersebut tidak berada di ruang publik. Berbeda dengan perbuatan-
perbuatan yang bersifat konvensional, dimana pelakunya akan mudah diketahui secara fisik
ketika sedang melakukan perbuatan tersebut.8 Pengguna akun media social memang boleh
beranggaoan bahwa berpendapat di media apapun merupakan hak dasar yang dimiliki oleh
tiap individu yang diakui negara yaitu pada Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945
dan Pasal 28F UUD 1945 (kebebasan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi
dan lingkungan dengan segala jenis saluran yang tersedia). Meskipun demikian, seseorang
dalam mengeluarkan pendapat terdapat Batasan yaitu hak orang lain, sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 28J ayat (2) UUD 1945 sebagai berikut:
 
C. Produk Hukum dan Korelasinya dengan Perilaku Masyarakat dalam menggunakan
Media Sosial Instagram.
Indonesia telah mengatur beberapa pasal yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan
yang dapat menimbulkan akibat hukum dalam menggunakan media social. Misalnya Larangan
seseorang melakukan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik di Undang-Undang
nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan transaksi elektronik (UU ITE) diatur di Pasal 27 ayat (3) UU ITE dengan sanksi
yang melakukan perbuatan itu diatur di Pasal 45 ayat (3) UU19/2016, yakni pidana penjara
paling lama 4 tahun dan/atau denda paling banyak sebesar Rp. 750.000.000,-.
Dalam kasus penghinaan dengan menggunakan akun palsu/ fake account dalam
Instagram dapat terjerat pasal Melihat perbuatan teman Anda menggunakan foto selebgram
Thailand untuk memanipulasi dengan membuat fake account di Instagram, perlu dijabarkan
ketentuan dalam Pasal 35 UU ITE yakni terkait tindakan memanipulasi data elektronik.
Permasalahan mengenai peristiwa hokum dalam kasusu ini makin jumlah besarnya,
dimana generasi milenials dianggap sebagai generasi pendobrak yang fearless, permasalahan-
permasalahan dalam media social bias saja terjadi karena keridaktahuan para penggunanya
atas akibat hokum yang ditimbulkan. Pengaturan hokum dibawah dibawah undang-undang
seperti Hukum kebiasaan, Yurisprudensi, yang sama sekali tidak pernah diumumkan dalam
masyarakat. Jika masing-masing anggota masyarakat yang memiliki persepsi berbeda tentang
rasa keadilan masyarakat, atau memiliki kepentingan dan keadaan yang berbeda secara

8
Drs. Dikdik.M Arief Mansur, Elisatris Gultom, , Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, PT Refika
Aditama Bandung, 2005, hlm.91
berbeda-beda, yang secara rasional pula memang menghendaki pengaturan hukum yang
berbeda-beda.9
Hukum yang dihadirkan ditengah perubahan masyarakat dan pemikiran modern saat ini
haruslah memberikan kontribusi terhadap ideologi yang relevan saat ini, dengan demikian
hukum dapat diterima dengan nilai yang masuk akal10. Misalnya dengan pemberlakuan online
single submission, dimana seseorang hanya diperbolehkan memiliki jumlah email dan nomor
selular tertentu. Penerapan sanksi yang lebih berdampak bagi pengguna media social yang
melakukan dugaan pelanggaran sebagaimana diatur dalam undang-undang, maka dapat
dilaporkan pengguna lain dan akun tersebut di banned/ tidak dapat digunakan sementara dalam
kurun waktu tertentu apabila dibuktikan melakukan kesalahan. Masyarakat yang menganggap
media social sebagai bagian dari kehidupan tentu akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan
mengeluarkan pendapat dalam menggunakan media sosial.

D. Kesimpulan
1. Perubahan cara berkomunikasi masyarakat dengan menggunakan media social,
mengubah perilaku masyarakat dalam bertindak. Tidak adanya pertemuan secara
langsung/ kehadiran fisik membuat beberapa penggunanya leluasa berekspresi atau
menganggap bahwa media social adalah tempat freedom of expression/ bebas bertindak.
Pengguna media social Instagram yang membuat akun palsu/ fake account untuk
menciptakan rasa aman atas segala tindakan yang dilakukan dengan menyembunyikan
identitas yang sebenarnya.
2. Peraturan hukum yang ada belum mampu mencegah atau membuat masyarakat lebih
berhati-hati dan bijak dalam menggunakan media social Instagram, karena belum
dilakukan edukasi di semua lapisan, dan sanksi yang dikenakan dirasa belum mampu
memberikan solusi instan untuk membuat jera pembuat akun-akun palsu yang tujuan
penggunaannya adalah untuk melakukan perbuatan yang dilarang/ itikad buruk.

9
Munir Fuady, Teori-teori dalam Sosiologi Hukum , Kencana, Jakarta, 2011, hlm. 9
10
Roger Cotterrell, The Sociologi of Law : An Introduction, Diterjemahkan oleh Narulita Yusron, Cetakan
III, Nusa Media, Bandung, 2016, hlm.239.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Dikdik.M Arief Mansur, Elisatris Gultom, , Cyber Law Aspek Hukum Teknologi
Informasi, PT Refika Aditama Bandung, 2005.
Munir Fuady, Teori-teori dalam Sosiologi Hukum , Kencana, Jakarta, 2011.
Roger Cotterrell, The Sociologi of Law : An Introduction, Diterjemahkan oleh Narulita
Yusron, Cetakan III, Nusa Media, Bandung, 2016.
Oik Yusuf, Editor: Wicak Hidayat, “Pengguna Internet Indonesia Nomor enam Dunia”
http://tekno.kompas.com/read/2014/11/24/07430087/Pengguna.Internet.Indonesia.Nomor.Enam
.Dunia diakses tanggal 25/11/2019 )
Wahyunanda Kusuma Pertiwi , "Facebook Jadi Medsos Paling Digemari di
Indonesia", https://tekno.kompas.com/read/2019/02/05/11080097/facebook-jadi-medsos-paling-
digemari-di-indonesia?page=all, diakses tanggal 27 November 2019.
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+
%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker, diakses tanggal 25
November 2019
http://bijakbersosmed.id/downloads/ebook-gerakan-bijakbersosmed.pdf, diakses tanggal
25 November 2019
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49630216, diakses tanggal 27 November 2019.
https://today.line.me/id/pc/article/Mengaku+Depresi+Salmafina+Sunan+Pamit+dari+Inst
agram-Mgw9Gy diakses tanggal 29 November 2019.
https://sains.kompas.com/read/2019/11/25/183200623/goo-hara-meninggal-bagaimana-
komentar-jahat-netizen-bisa-membunuh-?page=all, diakses tanggal 01 Desember 2019, 9: 52
WIB.

Anda mungkin juga menyukai