Dosen Pengampu :
Penyusun :
Ihsan Maulana
422021412033
A. Latar Belakang
Kita semua faham bahwasanya kebahagiaan adalah suatu faktor terpenting dalam
kehidupan manusia. Semua orang menginginkan kebahagiaan seutuhnya baik dalam
kehidupan di dunia maupun akhirat. Berbagai cara manusia lakukan untuk meraih
kebahagiaan. Namun apakah sebetulnya yang dimaksud dengan hakikat kebahagiaan
itu sendiri?
kebahagiaan bersifat subjektif, oleh karena itu makna dari setiap orang mungkin
saja berbeda-beda seusai dengan cara pandang masing-masing. Kebahagiaan tidak
terjadi dan muncul begitu saja, namun merupakan akibat dari keberhasilan seseorang
dalam memenuhi keinginannya untuk hidup berarti (will to meaning). Artinya,
makna dari hidup adalah gerbang menuju kebahagiaan. Yang terpenting dari hidup
adalah arti dari kehidupan itu sendiri. Mereka yang berhasil mencapainya akan
mengalami hidup yang berarti dan dirinya akan memperoleh kebahagiaan (Hidup,
berarti, lalu mati). Sebaliknya mereka yang tidak berhasil memenuhi motivasi ini
akan mengalami kekecewaan, kehampaan hidup, merasakan hidup yang tidak
bermakna, dan akhirnya tidak merasakan Bahagia.
Arti hidup terdapat dalam kehidupan itu sendiri, dalam setiap keadaan yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, dalam kesenangan maupun
penderitaan. Ungkapan seperti “Arti dalam derita” dan “hikmah di balik musibah”
menunjukkan bahwa dalam penderitaan sekalipun, arti hidup tetap dapat ditemukan,
yaitu kebahagiaan.
1
A. Rumusan Permasalahan
B. Tujuan Pembahasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebahagiaan
1. Definisi Kebahagiaan
Secara harfiah, kata bahagia merupakan kata sifat yang diartikan sebagai
keadaan atau perasaan senang tentram dan bebas dari segala yang menyusahkan.
Sedangkan kebahagiaan berarti perasaan Bahagia, kesenangan dan ketentraman
hidup lahir batin, keberuntungan, kemujuran yang bersifat lahir batin.1
Menurut Zayd ibnu Tsabit, kebahagiaan adalah jika di pagi dan petang seorang
manusia telah memperoleh aman dari gangguan manusia. Ibnu Khaldun
berpendapat bahwa bahagia adalah tunduk dan patuh mengikuti garis-garis Allah
SWT dan perikemanusiaan. Di sisi lain Abu Bakr Al-Razi, berpendapat bahwa
bahagia yang dirasakan oleh seorang dokter atau tabib, ialah jika ia dapat
menyembuhkan orang yang sakit dengan tidak menggunakan obat, cukup dengan
menggunakan aturan makan saja. Al-Ghazali berpendapat bahagia adalah
kelezatan yang sejati yaitu bilamana manusia dapat dengan tetap mengingat Allah
SWT.3
3
ketentraman hidup yang dirasakan oleh setiap manusia dalam menghadapi
berbagai hal dalam hidup. Ditandai dengan ketenangan yang bersifat lahir dan
batin sehingga merasa berharga, baik dari dirinya sendiri maupun orang lain.
Beragamnya definisi yang diajukan menjadikan tidak adanya satu definisi yang
bersifat menyeluruh mengenai kebahagiaan. Sebab mendefinisikan pengertian
yang bersifat “perasaan” atau “rasa” tak semudah memberikan definisi pada
sesuatu yang asli atau nyata. Betapapun baiknya suatu definisi itu, sejatinya tidak
bisa mewakili perasaan orang yang mendefinisikan tersebut sepenuhnya. Namun,
hal tersebut tidak akan menghambat pemahaman terhadap konsep kebahagiaan,
karena masing-masing manusia punya pengertian masing-masing dalam
mendefinisikan kebahagiaan di dalam hidupnya.
﴾١٠﴿ س َر ٰى ِ ِّ ﴾ فَس ُني٩﴿ ﴾ و َك َّذب ِبا ْلحس َن ٰى٨﴿ َما من ب ِخ َل واستَ ْغ َن ٰى
ْ س ُرهُ ل ْل ُع ََ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ َّ َوأ
Artinya: 4) sungguh, usahamu memang beraneka ragam, 5) maka barangsiapa
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, 6) dan membenarkan
(adanya pahala) yang terbaik (surga), 7) maka akan Kami mudahkan baginya
jalan menuju kemudahan (kebahagiaan), 8) dan adapun orang-orang yang kikir
dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah), 9) serta mendustakan
(pahala) yang terbaik, 10) maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju
kesukaran (kesengsaraan)” (QS. Al-Lail: 4-10)
4
a. Memberi
Memberi lebih berkaitan dengan kesediaan diri untuk membantu dan menolong
orang lain dengan berbagai cara, tidak hanya dengan uang atau materi. Kita dapat
membantu orang lain dengan memberikan waktu, perhatian, kepedulian, kasih
sayang, atau dukungan semangat dan lain-lain.4
Ada bebrapa faktor dalam diri seseorang yang membuatnya Bahagia diantaranya
adalah :
4
Aisyah, JALAN KEBAHAGIAAN, Jakarta, Zaman, 2012, Hal. 33.
5
Ibid, Hal.36
5
Kepuasan terhadap masa lalu dapat dicapai melalui tiga cara:
6
Ada juga faktor eksternal yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang yaitu :
a. Ridha
7
Hal yang melandasi pelepasan sikap keakuan pada diri adalah mengagungkan
Allah sekaligus mnunjukkan hakikat diri kita yang hina, mengakui segala
kesalahan , kelemahan, kekurangan, dan aib.
c. Zikir
Zikir akan menjauhkan kesedihan, ketakutan, kecemasan, dan duka cita dan
mendatangkan kebahagiaan, suka cita, kegembiraan dan membawa kemudahan
dalam rezeki. Secara ruhani, zikir membawa individu mendekat (taqarrub) kepada
Allah, menyebabkan hadir keridhaan-Nya dalam kehidupan.
d. Berdoa
Sebagai media komunikasi, doa memiliki andil yang sangat besar dalam
memberikan ketenangan jiwa manusia. Manusia yang tidak melakukannya akan
kehilangan sandaran dan pertolongan yang besar dari yang Maha Agung dalam
menghadapi masalah kehidupan. Doa memiliki pengaruh psikis yang sangat besar
terhadap diri dan jiwa seseorang. Manusia yang sering berdoa dan selalu
behubungan dengan Allah sangat jarang terkena putus asa dan pesimis.
8
Allah subhanahu wata’ala tidak menyebutkan bahwa kebahagiaan yaitu ketika
memiliki kesehatan yang baik, harta yang berlimpah, atau mempunyai pangkat
yang sangat tinggi. Namun, mendapat rahmat dan ridha-Nya merupakan
kebahagiaan yang nyata lagi besar dibandingkan hal-hal yang telah disebutkan di
atas, karena apabila seseorang telah mendapat rahmat dan keridhaan Allah maka
akan mendapatkan hal yang lebih besar dari hal tersebut, yaitu berupa kebebasan
dari azab Allah yang sangat pedih dan dimasukkan ke dalam surganya yang penuh
dengan kenikmatan
Dalam bahasa Arab ada empat kata yang berhubungan dengan kebahagiaan,
yaitu sa’id13 (bahagia), falah (beruntung) najat (selamat) dan najah (berhasil).
2. Falah ada dua macam, duniawi dan ukhrawi. Falah duniawi adalah
memperoleh kebahagiaan yang membuat hidup di dunia terasa nikmat, yakni
menemukan :
a. keabadian (terbatas), umur panjang, sehat terus, kebutuhan tercukupi terus dsb,
c. kehormatan sosial.
9
3. Sedangkan najat merupakan kebahagiaan yang dirasakan karena merasa
terbebas dari ancaman yang menakutkan, misalnya ketika menerima putusan
bebas dari pidana, ketika mendapat grasi besar dari presiden, ketika ternyata
seluruh keluarganya selamat dari gelombang tsunami dan sebagainya.15 Adapun
najah adalah perasaan bahagia karena yang diidam-idamkan ternyata terkabul,
padahal ia sudah merasa pesimis, misalnya keluarga miskin yang sepuluh anaknya
berhasil menjadi sarjana semua.8
8
Khairul Hamim, KEBAHAGIAAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN FILSAFAT,
Jurnal Tasamuh Volume 13, No. 2, Juni 2016, IAIN Mataram, Hal. 137
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12