Anda di halaman 1dari 6

Pembelajaran Pancasila yang Menarik Bagi Generasi Muda

Bangsa ini akan diwariskan kepada pemuda yang diharapkan memiliki nilai-nilai luhur,
cinta tanah air dan berjiwa membangun, serta memiliki visi dan tujuan yang positif. Selain itu
mereka juga diharapkan untuk bisa meneruskan dan menjaga tradisi serta kearifan lokal yang
telah ada sebagai identitas banga. Oleh karena itu, untuk mencapai hal tersebut diperlukan
pendidikan formal yang tidak hanya mencerdaskan bangsa, tetapi juga bermanfaat sebagai
bekal dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebagai pemuda yang akan mengambil peran dalam kehidupan berbangsa nantinya,
kita harus bisa melaksanakan dan mengemban tugas dan kewajiban kita, yaitu melakukan
perubahan bangsa. Pemuda memikul tugas yang cukup berat yaitu bertanggung jawab
memajukan bangsa dan meneruskan pembangunan serta perbaikan bangsa, sesuai dengan
bidang kemampuannya masing-masing.

Mengetahui beratnya tanggung jawab yang harus dipikul generasi muda, seharusnya
kita menyadari bahwa kita adalah andalan dan harapan bangsa untuk mengejar ketertinggalan.
Kegiatan-kegiatan pemuda harusnya tampak dan mencerminkan peran pemuda dalam
pembangunan. Karena pemuda adalah tombak perubahan bangsa, kita harus bisa
membangkitkan bangsa ini dari keterpurukan dengan terlibat langsung dalam memperbaiki
keadaan bangsa dan belajar untuk menjadi generasi mandiri.

Pancasila adalah warisan dari para pendahulu kepada generasi muda sebagai alat unutk
menjaga perdamaian bangsa Indonesia. Sayangnya, di jaman modern sekarang ini, Pancasila
terkena banyak pengaruh negatif globalisasi. Contohnya adalah dengan lunturnya nilai luhur
pancasila akibat masuknya budaya asing yang tidak dikontrol dan tidak disaring terlebih
dahulu. Pengaruh negatif globalisai juga menyebabkan masyarakat tidak memaknai dan
memahami nilai-nilai luhur Pancasila lagi. Padahal, seharusnya sebagai generasi muda,
Pancasila bukan hanya sekedar warisan dari para leluhur saja. Jika generasi muda memaknai
dan memahami Pancasila secara utuh, Pancasila justru bisa menjaga bangsa ini dari kerusakan
dan perpecahan serta tidak mudah dipengaruhi oleh budaya asing.

Di era globalisasi seperti sekarang ini cenderung muncul permasalahan baru yang
semakin beragam dan multidimensional yang disebabkan oleh tren yang semakin dinamis dan
diwarnai ketidakteraturan dan ketidakpastian. Teknologi juga turut mengiringi permasalahan
ini. Pada dasarnya, teknologi tidak selalu membawa dampak negatif, tetapi juga membawa
dampak positif jika dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup. Namun seringkali teknologi
tidak diiringi penggunaan yang bermanfaat sehingga penggunaannya berdampak negatif dan
berimplikasi langsung dalam berbagai aspek kehidupan.

Teknologi sebagai media yang dinamis seringkali menampilkan persoalan yang


berkaitan dengan kriminal, kekerasan baik fisik dan seksual, gaya hidup konsumtif, kehidupan
politik yang tidak hangat, dan persoalan lain yang mempunyai konotasi negatif. Topik tersebut
tidak henti-hentinya dibicarakan dan dapat menjadi pertanda bahwa sebenarnya bangsa
indonesia sedang mengalami degradasi karakter kebangsaan. Generasi muda sedang
dihadapkan dengan tantangan hidup yang semakin kompleks dan diwarnai dengan fenomena
degradasi nilai luhur bangsa.

Untuk mengatasi masalah diatas, diperlukan pendidikan yang lebih mengedepankan


pendidikan karakter. Pendidikan Pancasila misalnya. Pendidikan pancasila ini dapat membawa
aspek moral kepada generasi muda sehingga generasi muda yang tercipta tidak hanya
kompeten dalam bidang keilmuan, tetapi juga cerdas dalam berkarakter yang peduli terhadap
kemajuan bangsa. Jika pendidikan Pancasila dilaksanakan dan tujuannya tercapai, generasi
muda akan mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan dan santun dalam berbangsa dan
bernegara sehingga tidak akan ada lagi topik kirminal berkeliaran.

Pasal 35 ayat (3) UU RI Nomor 12 Tahun 2012 mengatur tentang Kurikulum


Pendidikan Tinggi yang menyatakan bahwa pendidikan Agama, Pancasila, Kewarganegaraan
dan Bahasa Indonesia wajib dimuat. Pendidikan Pancaasila di perguruan tinggi diharapkan
mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan memberikan pemahaman terkait nilai moral
yang terdapat dalam pancasila serta kesadaran historisnya. Selain itu, pendidikan Pancasila
juga diharapkan membentuk generasi muda yang memiliki kepribadian sesuai dengan
pancasila dan mampu untuk menerapkannya.

Penerapan pendidikan Pancasila tidak serta-merta langsung mencapai tujuannya dalam


membentuk generasi muda yang cinta tanah air. Nyatanya, pendidikan Pancasila sering tidak
disukai oleh mahasiswa karena beberapa alasan. Mahasiswa sering menganggap bahwa
pendidikan Pancasila tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari apalagi untuk kehidupan
setelah bekerja nantinya. Selain itu, pendidikan Pancasila seringkali dianggap membosankan
karena telah dilaksanakan sejak pendidikan dasar. Para pengajar pendidikan juga jarang
melakukan pembaharuan dalam metode pembelajarannya sehingga pendidikan Pancasila
terkesan monoton dan kaku. Untuk itu, diperlukan kesadaran baik oleh tenaga pengajar maupun
mahasiswanya untuk menghidupkan pembelajaran pendidikan Pancasila yang menarik dan
tidak monoton.

Perkembangan jaman yang diiringi globalisasi turut berdampak dalam metode


pembelajaran generasi muda. Dewasa ini, pembelajaran metode ceramah mulai ditinggalkan
dan diganti dengan metode yang memakai banyak media dan berjalan dua arah. Pembelajaran
dua arah ini menekankan peserta didik untuk melakukan active learning yang membuat
pembelajaran lebih efektif dan meningkatkan kualitas belajar-mengajar. Prinsip yang perlu
diperhatikan jika ingin menggunakan metode ini adalah VISUALS. VISUALS mencakup :
visible : mudah dilihat, interesting : menarik, simple : sederhana, useful : berguna, accurate :
tepat, legitimate : masuk akal, dan structured : terstruktur.

Metode-metode yang dapat dilakukan :

1. Flash Card

Media pembelajaran yang menggunakan kartu kecil berukuran sekitar 25x30cm. Pada
halaman depannya dapat ditempelkan gambar atau foto yang merupakan rangkaian/pesan yang
akan disampaikan dalam pembelajaran. Pada halaman belakangnya diberikan keterangan dari
foto tersebut. Flash card ini praktis untuk dibawa, mudah diingat, dan menyenangkan.
Penggunaan flash card sebaiknya dilakukan setelah guru menerangkan materi, dimana flash
card ini akan menjadi bahan review bagi para peserta didik. Cara menggunakannya adalah
dengan meletakkan flash card dengan halaman bergambar menghadap depan, kemudian
peserta didik menjelaskan maksud dari gambar tersebut. Setelah selesai menjelaskan, peserta
didik dapat melihat apakah penjelasannya benar dan lengkap dengan melihat halaman belakang
yang memuat keterangan.

2. Sosiodrama

Metode sosiodrama mengajak peserta didik untuk bermain drama dalam metode
pembelajarannya. Metode ini menekankan pemecahan masalah yang terjadi di lingkungan
sekitar. Dengan menuntut dan mengajak peserta didik untuk dapat memecahkan masalah yang
terdapat dalam naskah, akan muncul rasa tanggung jawab dan sikap mandiri. Selain itu, peserta
didik juga dituntut untuk memahami materi yang telah disampaikan oleh pengajar.

Cara menggunakan metode ini terdapat beberapa langkah. Langkah yang pertama
adalah penyampaian materi dari pengajar. Setelah materi disampaikan, kemudian pengajar
bersama dengan peserta didik menentukan topik yang akan dijadikan naskah drama. Kemudian
pengajar memberikan waktu untuk peserta didik menyiapkan naskah dan pelaksanaan
sosiodramanya. Setelah semua persiapan siap, drama siap ditampilkan dan pengajar berperan
sebagai fasilitator yang mendampingi dan mengawasi.

Setelah melaksanakan sosiodrama, akan muncul sikap mandiri di diri peserta didik
karena telah diberikan tanggung jawab menyelesaikan tugas tersebut. Selain itu, peserta didik
juga mampu memahami karakter yang ada di dalam naskah, sehingga dapat mengambil moral-
moral baik dari karakter tersebut. Hal tersebut juga dapat tercapai karena metode ini
membutuhkan kemampuan pribadi untuk memahami materi dan menuangkannya dalam bentuk
drama, kemampuan dalam mendalami karakter, tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas,
dan dinamika kelompok untuk memecahkan pemersalahan yang terdapat di dalam drama
tersebut.

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran ini menggunakan model belajar kelompok, dimana dalam satu kelompok
terdapat 4-5 peserta didik yang akan saling membantu dalam memahami materi. Dengan
menggunakan metode ini, peserta didik akan belajar bertanggung jawab dalam kemampuan
belajar kelompoknya. Penilaian dilakukan berdasarkan ketuntasan belajar kelompok sehingga
jika ada satu peserta didik yang belum menguasai materi, kelompok tersebut dinyatakan belum
tuntas. Hal ini akan memacu peserta didik untuk saling peduli satu sama lain dan bertanggung
jawab dengan kelompoknya. Selain itu, penyampaian materi juga akan lebih mudah dilakukan
karena biasanya peserta didik akan lebih memahami materi yang disampaikan oleh teman
sebayanya.

4. Memanfaatkan media sosial

Perkembangan jaman yang diiringi perkembangan teknologi membawa tren berwarna


yang salah satu contohnya adalah media sosial. Media sosial membuat komunikasi menjadi
lebih mudah, cepat, interaktif, dan penyebarannya luas. Metode ini dapat dilakukan dengan
cara membuat video atau blog yang diunggah ke salah satu platform media sosial. Contohnya
video singkat dapat diunggah ke instagram atau youtube atau tulisan dapat diunggah ke
facebook atau blogspot. Selain lebih menarik dan lebih milenial, penggunaan media sosial ini
juga dapat dijadikan tempat untuk refleksi terkait materi yang disampaikan karena
penggunanya dapat memberikan feedback secara bebas dan luas. Manfaat yang didapat dari
menggunakan media sosial adalah selain materinya dapat tersampaikan ke publik secara luas,
peserta didik juga dapat berkembang lebih kreatif untuk menciptakan konten-kontek menarik.
5. Video Game Bertema RPG

Kehidupan generasi muda dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang terjadi


dengan cepat. Setiap harinya tidak mungkin generasi muda tidak menggunakan teknologi
tersebut. Hal ini tercermin dari meningkatnya pengguna internet mobile dan semakin
banyaknya orang-orang yang melek teknologi. Salah satu contoh hasil dari perkembangan
teknologi adalah video game. Jika dilihat secara umum, hampir semua generasi muda pernah
memainkan video game.

Video game dianggap menarik karena pemainnya dibiarkan untuk berpikir, bertindak,
dan menghidupkan permainan itu sendiri. Pemain dapat menjadi siapa saja dan bertindak apa
saja di dalam video game. Role play game itu sendiri adalah game yang membiarkan pemainnya
menjadi seorang tokoh yang akan diberikan kebebasan berinteraksi dengan tokoh lainnya dan
merajut cerita melalui dialog. Narasi dalam game dapat disesuaikan dengan materi yang ingin
disampaikan. Dengan menggunakan video game bertema RPG, peserta didik akan dibawa ke
dalam cerita dan hidup dalam cerita sehingga materi yang disampaikan akan lebih tertanam
dan bertahan lama.
Daftar Pustaka

Aiman, U. (2018). Peningkatan Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila dan Prestasi Belajar PKn
dengan Metode Pembelajaran CooperativeLearningModel Picture and Picturedi MIN 2
Sleman. Pendidikan Madrasah, 3(1), 159–168.

Elviana, P. S. (2017). Pembentukan Sikap Mandiri Dantanggung Jawab Melalui Penerapan


Metode Sosiodrama Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Citizenship
Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, 5(2), 134.
https://doi.org/10.25273/citizenship.v5i2.1643

Handitya, B. (2019). Menyemai Nilai Pancasila Pada Generasi Muda Cendekia. Adil
Indonesia Jurnal, 2(1).

Kresna, A. (2013). Pembentukan Karakter Generasi Muda Berwawasan Nilai-Nilai Pancasila


melalui Video Game Bertema RPG. Arete, 2(2), 141–159.

Nurseto, T. (2012). Membuat Media Pembelajaran yang Menarik. Jurnal Ekonomi Dan
Pendidikan, 8(1), 19–35. https://doi.org/10.21831/jep.v8i1.706

Saputra, I. (2019). Pemanfaatan Media Sosial Dalam Pembelajaran Pancasila Untuk Generasi
Milenial Di Perguruan Tinggi. Sol Justisio, 1(April).
http://ojs.mputantular.ac.id/index.php/sj/article/view/211

Anda mungkin juga menyukai