Perdagangan Internasional
Perdagangan Internasional
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, S.E.,M.S.
Oleh:
Kelompok 2 (C1)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan
banyak nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan RMK ini dengan baik. Paper ini berisi tentang
uraian mengenai Konsep Teori Perdagangan Internasional.
Adapun tujuan dari penulisan RMK ini adalah untuk memenuhi tugas Prof. Dr. Nyoman
Djinar Setiawina, S.E.,M.S.. Pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Internasional. Selain itu, paper
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep Teori Perdagangan Internasional.
Dalam penyusunan paper ini, kami menyadari bahwa hasil ini masih jauh dari kata
sempurna. Sehingga kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian. Semoga paper ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami
khususnya, dan mahasiswa umumnya. Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori perdagangan internasional
2. Untuk mengetahui dasar dari teori pertukaran
3. Untuk mengetahui manfaat dari perdagangan internasional
BAB II.
PEMBAHASAN
b) Keunggulan Komparatif
Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu negara mengalami kerugian
atau ketidakunggulan absolut dalam memproduksi kedua komoditi jika
dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan
masih dapat berlangsung. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam
produksi ekspor pada komoditi yang mempunyai kerugian absolut lebih kecil. Dari
komoditi inilah negara tadi mempunyai keunggulan komparatif (comparative
advantage). Di pihak lain negara tersebut sebaliknya mengimpor komoditi yang
mempunyai kerugian absolut lebih besar. Dari komoditi inilah negara tersebut
mengalami kerugian komparatif. Hal inilah dikenal dengan hukum keunggulan
komparatif.
2. Teori-Teori Modern
a) Teori Hecksher-Ohlin (Teori Proporsi Atau Ketersediaan Faktor Produksi)
Heckscher-Ohlin dalam teorinya mengenai timbulnya perdagangan,
menganggap bahwa negara dicirikan oleh bawaan faktor yang berbeda sedangkan
fungsi produksi di semua negara adalah sama. Menggunakan asumsi tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa dengan fungsi produksi yang sama dan faktor bawaan
yang berbeda, suatu negara akan cenderung untuk mengekspor komoditi yang
secara relatif intensif dalam menggunakan faktor produksi yang relatif banyak
dimiliki karena faktor produksi melimpah dan murah. Suatu negara juga akan
mengimpor komoditi yang faktor produksi nya relatif langka didapat dan biaya
yang mahal. Teori Heckscher Ohlin (H-O) mempunyai dua kondisi penting sebagai
dasar dari munculnya perdagangan internasional, yaitu ketersediaan faktor
produksi dan intensitas dalam pemakaian faktor produksi atau proporsi faktor
produksi. Oleh karena itu teori H-O sering juga disebut teori proporsi atau
ketersediaan faktor produksi.
b) Teori Siklus Produk
Teori siklus produk dari Vernon yang dikembangkan antara lain oleh
Williamson dapat juga digunakan untuk menjelaskan dinamika keunggulan
komparatif dari suatu produk atau industri. Vernon berpendapat bahwa banyak
barang manufaktur yang melalui suatu siklus produk yang prosesnya bisa pendek
atau panjang, yang terdiri dari 4 tahap yakni pengembangan atau penciptaan
(inovasi) atau introduksi, pertumbahan, kedewasaan, dan penurunan. Siklus ini
akan terjadi selama kondisi-kondisi yang mempengaruhi proses produksi dan
persyaratan-persyaratan lokasi berubah terus secara sistematis. Jadi menurut
Vernon keunggulan komparatif dari barang tersebut berubah mengikuti perubahan
waktu dan dari satu negara ke negara lain. Hipotesis siklus produk ini didasarkan
pada asumsi bahwa rangsangan pada inovasi biasanya dipicu oleh ancaman dari
pesaing atau peluang pasar. Dalam kata lain perusahaan cenderung diransang oleh
kebutuhan dan kesempatan yang ada di pasar dalam negeri. Selain sebagai sumber
perangsang inovasi, pasar domestik juga berperan sebagai tempat lokasi
pelaksanaan produksi (atau sebagai tempat trial and error).
c) Teori Skala Ekonomis
Skala ekonomis adalah suatu skala produksi dimana pada titik optimalnya,
produksi bisa menghasilkan biaya per satu unit output terendah. Jika terdapat skala
ekonomis, suatu perusahaan di suatu negara dapat berspesialisasi dalam produksi
suatu jangkauan produksi yang terbatas dan mengekspornya dengan harga yang
lebih murah dari produk yang sama dari perusahaan di negara lain yang tidak
memiliki skala ekonomis, karena misalnya modal terbatas hingga tidak bisa
membangun kapasitas produksi yang besar atau keterbatasan teknologi sehingga
tidak memungkinkan proses produksinya mencapai skala ekonomis. Karena itu
dalam era perdagangan bebas, skala ekonomis menjadi salah satu faktor penentu
tingkat daya saing global atau keunggulan suatu perusahaan atau industri.
Dewasa ini dapat dikatakan bahwa tidak ada negara di dunia ini yang mampu
memisahkan dirinya dengan negara lain terutama dalam memenuhi kebutuhannya. Suatu
negara dapat saja memenuhi salah satu kebutuhannya, namun dilain pihak ada kebutuhan lain
yang tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri karena alasan-alasan tertentu seperti keterbatasan
dalam sumber daya alam, kekurangan modal, skill yang belum memadai dan lain-lain.
Kebutuhan demikian ini biasanya diperoleh dari negara lain melalui kegiatan perdagangan.
Jadi telah terbentuk saling ketergantungan antara negara-negara yang ada di dunia ini.
Dengan adanya saling ketergantungan dan semakin terbukanya perekonomian dunia,
maka kegiatan perdagangan internasional menjadi kian penting peranannya. Perdagangan luar
negeri atau perdagangan internasional sebagai salah satu bagian dari analisa ekonomi
pembangunan, memegang peranan penting dalam usaha peningkatan pendapatan perkapita.
Tidak dapat dipungkiri bahwa semua negara telah melaksanakan perdagangan internasional.
Hampir tanpa terkecuali semua perekonomian terlibat dalam perdagangan internasional
bagi suatu perekonomian dapat diukur dalam hubungannya dengan produksi nasional bruto
atau Gross National Product (GNP), sebagai contoh orang dapat mengukur keterbukaan suatu
perekonomian melalui peranan impor perekonomian berbeda dengan perekonomian yang lain.
3.1 Kesimpulan